OLEH:
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
HALAMAN PENGESAHAN
3. Ketua Pengabdi :
a. Nama Lengkap : Ns. Titin Aprilatutini, S.Kep, M.Pd
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 197604141998032002
d. Disiplin Ilmu : Keperawatan
e. Pangkat/Golongan : Pembina/ IVa
f. Jabatan : Lektor
g. Fakultas/Jurusan : FMIPA/Keperawatan
h. Alamat kantor : Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu
i. Telpon/Faks/E-Mail : (0736) 20919/(0736)
j. Alamat Rumah : 20919/dekanat_fmipa@unib.ac.id
k. Telpon/HP : Jl. Deksangke No 12 RT 15 Penurunan Bengkulu
085273489523
4. Anggota Pengabdi
a. Nama Anggota 1 :
NIP : Ns. Nova Yustisia, S.Kep, M.Pd
b. Nama Anggota 2 : 197408081997022001
NIP : Ns. Tuti Anggriani Utama, S.Kep.M.Kep
198001122008042002
5. Lokasi Pengabdian :
Sekolah Dasar Di Kota Bengkulu
6. Biaya :
Rp. 5.200.000
Menyetujui
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki ancaman yang tinggi terhadap
bencana. Kondisi ini disebabkan oleh letak geologis Indonesia yang berada pada pertemuan
tiga lempeng aktif yaitu: Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Konfigurasi lempeng tersebut
mengakibatkan Indonesia memiliki ancaman bencana geologis yang cukup besar pula seperti
gempa bumi, tsunami, dan erupsi Gunung api. Selain bencana geologis, Indonesia juga
memiliki kerawanan yang cukup tinggi disebabkan oleh kondisi hidro-klimatologis yang
berpengaruh terhadap kejadian banjir dan tanah longsor. Kejadian gempa bumi besar disertai
tsunami di Pantai Barat Sumatrera seringkali terjadi, hal ini dilihat sejak Desember 2004
sampai Maret 2007. Diperkirakan bencana besar tersebut masih akan berulang.
Propinsi Bengkulu yang juga berada di wilyah Pantai barat Sumatera, dan secara topografi
berada di zona merah rawan bencana terutama gempa dan tsunami sehingga menjadi ancaman
serta memberikan dampak yang buruk dan memberikan kerugian yang sangat besar bahkan
korban jiwa bagi masyarakat dengan bahaya ancaman dapat terjadi dengan waktu yang tidak
diketahui. Hal yang juga akan menjadi permasalahan terutama di Propinsi Bengkulu adalah letak
pemukiman penduduk yang banyak berada di pinggiran pantai, sedangkan kesiapan pemerintah
untuk menyiapkan evakuasi bagi penduduk belum memadai. Setelah terjadinya gempa, tsunami
datangnya akan tiba-tiba kurang lebih 15 sampai 30 menit dari saat gempa terjadi. Waktu yang
singkat tersebut tidak mungkin untuk menggerakkan masyarakat menyelamatkan diri ke tempat
yang aman. Kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat belum menjadi bagian dari sikap dan
perilaku masyarakat.
Kesiapan pemerintah Propinsi Bengkulu dalam upaya penurunan resiko bencana untuk
mencegah kerugian yang lebih besar dan korban jiwa merupakan hal yang sangat penting
terus dilakukan di wilayah-wilayah yang rentan terhadap bencana, namun sampai saat ini
belum optimal secara teknis ke lapisan masyarakat baik di kelompok sekolah, perkantoran,
pasar dan pemukiman penduduk. Hal ini diperkuat pula dengan kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap karakteristik bahaya, sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan
kualitas, sumber daya alam, kurangnya informasi peringatan dini yang menyebabkan
ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi bencana.
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Bencana
Bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia, materi, ekonomi, atau
lingkungan yang meluas yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang
terkena dampak untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri (ISDR,
2004 dalam MPBI, 2007).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
5
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
(Bakornas, 2007).
2. Jenis Bencana
Bencana dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Bencana oleh faktor alam (natural disaster) seperti letusan gunungapi, banjir, gempa,
tsunami, badai, longsor
b. Bencana oleh faktor non alam ataupun faktor manusia (man-made disaster) seperti
konflik sosial dan kegagalan teknologi.
3. Risiko Bencana (disaster risk)
Risiko bencana adalah interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan
ancaman bahaya (hazards) .ncaman bahaya, khususnya bahaya alam bersifat
tetap karena bagian dari dinamika proses alami pembangunan atau pembentukan
roman muka bumi baik dari tenaga internal maupun ekternal, sedangkan tingkat kerentanan
daerah dapat dikurangi, sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut semakin
meningkat.
Sebagai salah satu tindak lanjut dalam mengahadapi perubahan paradigma
tersebut, pada bulan Januari tahun 2005 di Kobe ‐ Jepang, diselenggarakan Konferensi
Pengurangan Bencana Dunia (World Conference on Disaster Reduction) yang
menghasilkan beberapa substansi dasar dalam mengurangi kerugian akibat bencana, baik
kerugian jiwa, sosial, ekonomi dan lingkungan. Substansi dasar terse but yang selanjutnya
merupakan lima prioritas kegiatan untuk tahun 2005‐2015 yaitu:
a. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah yang pe
laksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat
b. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta
menerapkan sistem peringatan dini
c. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua
tingkatan
d. Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana
e. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif
D. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman
sekolah tentang disaster risk, dan manfaat yang akan dicapai adalah terbentuknya
kesiapsiagaan masyarakat sekolah terhadap bencana gempa dan tsunami
E. PEMECAHAN MASALAH
Pemecahan masalah dalam masalah tersebut adalah: pemberian materi tentang disaster
F. KHALAYAK SASARAN
Guru, siswa dan tenaga administrasi di SD 86, 38, dan 11 Kota Bengkulu.
G. METODE KEGIATAN
Bengkulu dalam bentuk sosialisasi dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab
serta simulasi bencana. Alat bantu berupa LCD, leaflet, Poster, Alat peraga. Kegiatan
ditujukan untuk SD Negeri No.86, 38 dam 11 Kota Bengkulu meliputi Siswa, Guru dan
H. RANCANGAN EVALUASI
1. Pengetahuan diukur dengan mengadakan pre test dan post test terkait materi
I. JADWAL PELAKSANAAN
No Kegiatan Bulan
4 5 6 7 8 9 10
1 Survey Awal
2 Studi pendahuluan
3 Penyusunan proposal
4 Seleksi oleh LPPM
5 Pelaksanaan kegiatan
6 Laporan 1/3 kemajuan
Kegiatan Pengabmas
7 Lanjutan kegiatan
pengbmas
8 Laporan akhir
9 Monitoring evaluasi
J. PERSONALIA
e. Pangkat/Golongan : Pembina/IV a
2. Anggota I
e. Pangkat/Golongan : Pembina / IV a
3. Anggota II
1. PERKIRAAN BIAYA
1. Peralatan
Penunjang
2. Bahan Habis
Pakai
3. Perjalanan
4. Lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Achar, S. A., Kundu, S., & Norcross, W. A. (2005). Diagnosis of Acute Cardiac Syndrome.
America Family Phsycian, 72, 119-1926.
Chang, B. H., Stein, N. R., Trevino, K., Stewart, M., Hendricks, A., & Skarf, L. (2012). End
Of Life Spiritual Care at a VA medical center : Chaplains' Perspektif. Cambridge
University Care.
Corwin, E. J. (2009). Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. Jakarta: EGC.
Huffman, J. C., Celano, C. M., & Januzzi, J. L. (2010). The relationship between depresion,
anxiety, and cardiovascular outcomes in patien with acute coronary syndromes.
Neuropsychiatric Desease and Treatment, 6:123-36.
Keliat, A. B., Wiyono, P. A., & Susanti, H. (2012). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa :
CMHN (intermediet course). Jakarta: EGC.
Munawar, M. (2010). Fibrilasi Atrium Pasca-Bedah Pintas Koroner : Seberapa Pentingkah?
Jurnal Kardiologi Indonesia, 31:26-27.
Narayanasamy, & Nixon. (2007). The Spiritual Need Of Oncology Patient From Patient
Perspective. Journal Of Clinical Nursing, Vol 19, 2259-2270.
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar - Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.
Radi, B., Joesoef, A. H., & Kusmana, D. (2009). Rehabilitasi Kardiovaskular Di Indonesia.
Jurnal kardiologi Indonesia.
Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru - Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Sevin, Sibel, & Aisye, D. A. (2010). Cardiac risk factor and quality of life in patient with
coronary artery disease. Journal of Clinical Nursing, 19:1315-1325.
Shibesi, W. A. (2007). Anxiety Worsens Prognosis in Patient With Coronary Artery Disease.
Journal of the American of Cardiology, 2021-2027.
Spertus, J. A., Salisbury, A. C., Jones, P. G., Conaway, D. G., & Thompson, R. C. (2004).
Predictos of quality of life benefit after percutaneous coronary intervention
circualtion. DOI, 10.1161/01.CR.0000150392.70749.C7.
Spertus, J. A., Winder, J. A., Dewhurst, T. A., Deyo, R. A., Prodzinski, J., McDonell, M., et
al. (1995). Development and Evaluation of the Seattle Angina Questionnaire : A New
Functional Status Measure for Coronary Artery Disease. American College of
Cardiology.
WHO. (2013, March). World Health Organization. Cardiovascular Desease (CVDs).
Retrieved Desember 2014, from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/