Anda di halaman 1dari 5

GEOGRAFI PEMBANGUNAN DAN PERENCANAAN WILAYAH

Nama : Fadli Arya Wisnu Baradi


NIM : 17405244006
Jurusan/ Kelas : Pendidikan Geografi / B

A. Studi Kasus
Ngoro Industrial Park (NIP) merupakan kawasan industri yang didirikan di
lereng Gunung Penanggungan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Pertama
kali dibangun pada januari 1991 dengan total luas lahan 215 Ha dan saat ini
berdasar hasil pengukuruan luas area dengan google earth memiliki luas area
+/- 400 ha.

Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu


perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang
sifatnya direncanakan; setiap orang atau kelompok orang tentu akan
mengharapkan perubahan yang memiliki bentuk lebih baik bahkan sempurna
dari keadaan yang sebelumnya; untuk mewujudkan harapan ini tentu harus
memerlukan suatu perencanaan. Pembangunan secara berencana lebih
dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi
pembangunan masyarakat yang belum atau baru berkembang (Subandi, 2011).
Sektor industri merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting
dalam pembangunan ekonomi suatu daerah ataupun negara, khusunya untuk
negara berkembang, oleh karena itu sektor indsutri akhir-akhir ini terus
dikembangkan di Indonesia.
Sebagai gambaran, kawasan industri NIP ini seperti area perumahan namun
diisi oleh berbagai macam indsutri seperti industri manufaktur sampai industri
ekstraktif. Seiring berjalannya waktu, kawasan ini terus memperluas
wilayahnya sehingga terjadi banyak alih fungsi lahan. Pada tahun 2010, NIP
berjarak cukup jauh dari kawasan pemukiman penduduk, dipisahkan oleh
berhektar-hektar sawah dan kebun. Namun saat ini kawasan industri sudah
merubah area sawah dan kebun menjadi area industri sehingga mengekspansi
mendekat ke wilayah pemukiman masyarakat. Menurut Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 35 tahun 2010 tentang pedoman teknis kawasan industri
dinyatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam penentuan lokasi kawasan
industri, diantaranya adalah bahwasannya jarak terhada pemukiman minimal 2
kilometer, kemudakan peruntukan lahan, merupakan lahan non pertanian, non
pemukiman dan non konservasi, tetapi pada kenyataannya di kawasan industri
NIP tahun 2019 banyak sekali pemukiman yang jaraknya sangat dekat yakni
kurang dari 2 kilometer dengan kawasan industri bahkan industri tersebut
dikelilingi oleh pemukiman warga, selain itu lahan yang dijadikan kawsan
industri pada awalnya adalah lahan pertaninan sawah. Hal ini tentu akan
membawakan dampak terhadap lingkungan sekitarnya.

Gambar 1 Kawasan NIP Tahun 2010


Gambar 2 Kawasan NIP Tahun 2019

Dampak negatif lebih mengarah pada lingkungan fisik yang ada pada
pemukiman penduduk, seperti adanya pencemaran dan limbah yang dihasilkan
oleh industri yang akan berpengaruh terhadap kondisi udara, kondisi air dan
kondisi tanah. Seperti yang terjadi pada kawasan NIP banyak kasus
pencemaran udara dan pencemaran air sungai akibat pembungan limbah
industri. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri mengakibatkan
masyarakat membuka lahan pertanian baru di lereng yang lebih tinggi lagi dan
mengalihfungsikan lahan kebun menjadi lahan sawah. Banyaknya alih fungsi
lahan di kawasan lereng atas menyebabkan banyak terjadi bencana banjir dan
tanah longsor.

B. Kajian Pembangunan yang Ideal


Wacana lingkungan hidup dan pelestarian alam hari ini merupakan isu
penting di dunia internasional. Dalam skala negara, implementasi kewajiban
dan kesadaran akan kelestarian lingkungan diterjemahkan dalam kebijakan
pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan berinti pada
pencapaian keseimbangan antara pembangunan sektor ekonomi, pembangunan
sektor sosial, dan perlindungan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan berkonsentrasi kepada tiga buah pilar yakni
pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk menjamin tercapainya
keharmonisan antara ketiga buah pilar tersebut pelaksanaan pembangunan
haruslah mengacu kepada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Setidaknya ada empat butir prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
(Zulkifli, 2013) meliputi :
1. Pemerataan dan keadilan sosial. Prinsip pertama ini mempunyai makna
bahwa proses pembangunan harus tetap menjamin pemerataan
sumberdaya alam dan lahan untuk generasi sekarang dan generasi yang
akan datang. Pembangunan juga harus menjamin kesejahteraan semua
lapisan masyarakat;
2. Menghargai keaneragaman (diversity). Keaneragaman hayati dan
keaneragaman budaya perlu dijaga dalam menjamin keberlanjutan.
Keaneragaman hayati berhubungan dengan keberlanjutan sumberdaya
alam, sedangkan keaneragaman budaya berkaitan dengan perlakuan
merata terhadap setiap orang;
3. Menggunakan pendekatan integratif. Pembangunan berkelanjutan
mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Dimana manusia
dan alam merupakan unsur yang tidak dapat berdiri sendiri;
4. Perspektif jangka panjang, dalam hal ini pembangunan berkelanjutan
berorientasi tidak hanya masa sekarang akan tetapi masa depan. Untuk
menjamin generasi mendatang mendapatkan kondisi lingkungan yang
sama atau bahkan lebih baik.

C. Instansi atau Disiplin Ilmu yang Terkait


Instansi yang terkait mengenai pengelolaan pembangunan ini yakti
pemerintah daerah mengenai perizinan, dinas lingkungan hidup untuk
mengawasi dan mengkontrol dan instansi industri itu sendiri.
Disiplin ilmu yang terkait pada studi kasus ini tentunya yang
berhubungan pada lingkungan seperti geografi, planologi, teknik
lingkungan dll.
D. Pengawasan dan Kontrol Pembangunan
Menurut peraturan pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan,
pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan
untuk menjamin agar suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan. Sedangkan pengawasan (pemantauan)
adalah kegiatan mengawasi perkembangan pelaksanaan rencana
pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang
timbul dan atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.
Pengawasan dan Kontrol kawasan NIP tentu dilaksanakan banyak
pihak. Dimulai dari manajemen masing-masing industri, berlanjut pada
manajemen PT. Intiland sebagai pemilik dan penyedia layanan kawasan
industri, selanjutnya dinas lingkungan hidup melakukan kontrol lingkungan
sekitar kawasan NIP, dan pemerintahan daerah harus selektif dalam
pemberian ijin sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah.

Anda mungkin juga menyukai