Anda di halaman 1dari 9

PRINSIP & METODE PROMOSI KESEHATAN

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN


Dalam pelaksanaannya, promosi kesehatan mempunyai prinsip-prinsip yang berguna sebagai
dasar-dasar dari pelaksanaan program promosi kesehatan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of
enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari pendidikan atau
Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan, dan di
pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi
Kesehatan.
2. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai
dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat
berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
4. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang
selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya
advokasi dan bina suasana (social support).
5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan yaitu di
rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we
work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan
(where we get health services).
6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat
(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
7. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan
tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk
mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat.
Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina
suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain.
Promosi kesehatan juga mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang lingkup
promosi kesehatan atau setting. Misalnya, promosi kesehatan di keluarga, fasilitas layanan
kesehatan, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum.
a. Prinsip Promosi Kesehatan di Keluarga
Dalam lingkup ini penerapan yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Keluarga merupakan lingkup terkecil dalam suatu kelompok masyarakat, sehingga promosi
kesehatan yang dilakukan harus bias lebih spesifik juga. Pendidikan kesehatan yang diberikan
pun diharapkan akan lebih efektif karena fokus pada satu keluarga sebagai satu sasaran.
2) Keluarga terdiri atas beberapa orang yang sudah terikat hubungan satu sama lain, yaitu
ayah, ibu, dan anak. Sehingga apabila promosi kesehatan yang dilakukan sudah baik akan
sangat berpengaruh pada perubahan perilaku pada masing-masing anggota keluarga tersebut,
dan nantinya perilaku itu akan terbawa ke lingkungan diluarnya.
3) Setiap keluarga tentu memiliki nilai dan aturan tersendiri dalam lingkungannya, yang masing-
masing anggota keluarga sudah anut sejak lama, biasanya berupa kebiasaan-kebiasaan
tertentu. Dalam hal ini maka pemberi promosi kesehatan harus mampu menyesuaikan diri
dengan aturan tersebut agar keluarga tersebut bsia lebih terbuka dalam menerima segala
bentuk promosi yang dilakukan.

b. Prinsip Promosi Kesehatan di Fasilitas Layanan Kesehatan


promosi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan mempunyai prinsip-prinsip dasar yaitu:
1) ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau perawatan, pengunjung,
keluarga pasien,
2) memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang diderita
pasien,
3) memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan,
4) menerapkan “proses belajar” di fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja


Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan dengan melibatkan kerja sama
dengan berbagai sektor yang terkait, dan melibatkan beberapa kelompok organisasi
masyarakat yang ada sehingga lebih mantap serta berkesinambungan. Dalam ruang lingkup
tempat kerja, promosi kesehatan juga mempunyai prinsip-prinsip, diantaranya :
1) Komprehensif.
Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya tempat kerja yang sehat,
aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang mendukung tersebut diharapkan
terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok kearah yang positif sehingga dapat menjaga
lingkungan agar tetap sehat.
2) Partisipasi
Para peserta atau sasaran promosi kesehatan hendaknya terlibat secara aktif mengindetifikasi
masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan meningkatkan kondisi
lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil keputusan di tempat kerja merupakan
hal yang sangat mendukung bagi para pekerja untuk lebih percaya diri dalam meningkatkan
kemampuan mereka dalam merubah gaya hidup dan mengembangkan kemampuan
pencegahan dan peningkatan terhadap penyakit.
3) Keterlibatan berbagai sektor terkait.
Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung. Berbagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus melalui pendekatan yang integrasi yang
mana penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila memungkinkan.
4) Kelompok organisasi masyarakat.
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua anggota
pekerja, termasuk kelomok organisasi wanita dan laki-laki yang ada, termasuk juga tenaga
honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai organisasi masyarakat
yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam membantu mengembangkan Promosi
kesehatan Di Tempat kerja hendaknya di perhitungkan dalam mengembangkan program
sebelumnya
5) Berkesinambungan atau Berkelanjutan
Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan kesehatan dan keselamatan
kerja mempunyai arti penting pada lingkungan tempat kerja dan aktivitas manajemen sehari-
hari. Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus menerus dilakukan dan
tujuannya jangka panjang. Apabila pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja ingin lebih
mentap, program hendaknya sesuai dan responsif terhadap kebutuhan pekerja dan masalah
yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja.

d. Prinsip Promosi Kesehatan di Sekolah


Sedangkan dalam ruang lingkup atau setting sekolah, promosi kesehatan juga memiliki prinsip,
diantara yaitu :
1) Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu peserta
didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat
2) Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
• Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap
kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang mendukung
kesehatan fisik, mental dan sosial
• Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua
3) Mengupayakan agar sekolah mempunyai akses untuk di laksanakannya pelayanan
kesehatan di sekolah, yaitu :
• Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
• Kerjasama dengan Puskesmas setempat
• Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan “keamanan” makanan

e. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Umum


Sebagai lingkup yang sangat luas dan tidak tentu maka hal yang perlu diperhatikan dalam
penerapannya antara lain:
- Tempat umum merupakan sarana yang dilalui oleh banyak orang, sehingga dapat dikatakan
bahwa sasaran dari tindakan promosi kesehatan ini juga tidak tetap. Misalnya di tempat-tempat
umum seperti halte, stasiun, dll maka penerapan yang paling efektif adalah dengan
memanfaatkan media berupa poster, spanduk, dll. Dengan ini maka orang-orang yang saat itu
berada di tempat itu akan membaca dan mencoba memahami apa isi pesan yang ada.

2.2 METODE PROMOSI KESEHATAN


Tersedia banyak metode untuk menyampaikan informasi dalam pelaksanaan promosi
kesehatan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus dipertimbangkan
secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan, keadaan
penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan
lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu. Masing-masing metode memiliki keunggulan
dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk
mamaksimalkan hasil.
Pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat metode: ceramah dan tanya jawab, dialog,
debat, seminar, kampanye, petisi/resolusi, dan lain-lain. Sedangkan advokasi, dapat dilakukan
dengan pilihan metode: seminar, lobi dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan
lain-lain.

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)


Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina
seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Setiap orang
memiliki masalah atau alas an yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau
perilaku baru tersebut.
Bentuk pendekatannya :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling)
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien dengan petugas dan
setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya.
b. Wawancara (interview)
Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi
yang diberikan (prubahan perilaku ynag diharapkan).

2. Metode Pendidikan Kelompok


Dalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah besarnya kelompok
sasaran dan tingkat pendidikan formalnya. Besarnya kelompok sasaran mempengaruhi
efektifitas metode yang digunakan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah
Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah harus menyiapkan dan
menguasai materi serta mempersiapkan media. Metode dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi
pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.
2) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan formal
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)dari suatu ahli atau beberapa
ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima informasi,
biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima informasi berpikir kritis,
mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan
masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2) Curah pendapat (Brain storming)
Diskusi dimana pada awal diskusi diberi kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari
peserta.
3) Bola salju (snow balling)
Metode dimana kesepakatan akan di dapat dari pemecahan menjadi kelompok yang lebih kecil,
kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar.
4) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah kemudian kesepakatan
di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan kemudian di diskusikan untuk diambil
kesimpulan.
5) Memainkan peranan (role play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk
memainkan peranan.
6) Permainan simulasi (simulation game)
Merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.

3. Metode Pendidikan Massa


Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat umum tanpa membedakan umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga pesan-
pesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi. Metode
ini biasanya bersifat tidak langsung.
a. Ceramah umum (public speaking)
b. Pidato/diskusi
c. Simulasi
d. Menggunakan media televisi
e. Menggunakan media surat kabar
f. Bill board

Berikut ini merupakan contoh menentukan metode promosi kesehatan yang digunakan sesuai
dengan tujuan dari pelaksanaan promosi kesehatannya :
TUJUAN METODE YANG DIGUNAKAN
Untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan ceramah, kerja kelompok, mass media,
seminar, kampanye.
Menambah pengetahuan
Menyediakan informasi One-to-one teaching, seminar, media masa, kampanye, group teaching.
Self-empowering
Meningkatkan kesadaran diri, mengambil keputusan Kerja kelompok, latihan (training), simulasi,
metode pemecahan masalah, peer teaching method.
Mengubah kebiasaan
Mengubah gaya hidup individu Kerja kelompok, latihan keterampilan, training, metode debat.
Mengubah lingkungan Bekerja sama dengan pemerintah untuk membuat kebijakan berkaitan
dengan kesehatan.

Metode-metode yang disebutkan di atas hanyalah beberapa dari banyak metode lainnya.
Metode-metode tersebutdapat digabung atau dimodifikasi oleh tim promosi kesehatan
disesuaikan dengan penerima pean dan sarananya. Selain itu, metode yang digunakan juga
disesuaikan dengan tujuan dari promosi kesehatan yang dilaksanakan.

2.3 MEDIA PROMOSI KESEHATAN


a. Pengertian Media Promosi Kesehatan
Kata Media sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium
yang secara harfiah berarti “ Perantara “ atau “ Pengantar ”. Dengan demikian, maka media
merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Telah banyak pakar dan
juga organisasi (lembaga) yang mendefinisikan media pembelajaran ini, beberapa definisi
tentang media pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
• Media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai
untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya (Rossi &
Breidle, 1966: 3)
• Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat
kerasnya (NEA, 1969)
• Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970)
• Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977)
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya semua
pendapat tersebut memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat
dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang
dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar
pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Bila media adalah sumber
belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa
yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media promosi
kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang
ingin disampaikan oleh komunikator, baik itumelaluimedia cetak, elektronika danmedia luar
ruang, sehingga sasaran dapatmeningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah
perilaku ke arah positif terhadap kesehatan. (Soekidjo:2005).
b. Tujuan Media Promosi
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Tujuan
media promosi kesehatan:
• Media dapat mempermudah penyampaian informasi
• Media dapat menghindari kesalahan persepsi
• Dapat memperjelas informasi
• Media dapat mempermudah pengertian
• Mengurangi komunikasi yang verbalistik
• Dapatmenampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap mata
• Memperlancar komunikasi

c. Teori Media Promosi


Untuk lebih memahami peran dan kedudukan media dalam proses pembelajaran, terutama
dalam perannya membantu siswa untuk memberikan pengalaman, maka Edgar Dale (1969)
melukiskan berbagai pengalaman belajar itu dalam suatu kerucut yang dinamakan Kerucut
Pengalaman (Cone of Experience).

Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung
hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat
kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode
dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran.
Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya
awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan
komunikasi audio-visual.
Kerucut Edgar Dale ini memberikan gambaran pada kita bahwa proses pengalaman belajar
yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalaminya langsung, melalui
proses pengamatan dan mendengarkan melalui media tertentu atau mungkin hanya melalui
proses mendengarkan melalui bahasa. Jika pengalaman belajar melalui pengalaman langsung,
maka akan memberikan hasil belajar yang kongkret. Jika hal demikian tidak mungkin terjadi
dalam kelas, seperti misalnya proses persalinan pada binatang, maka guru dapat
menggunakan model, dengan demikian siswa akan tetap mendapatkan pengalaman yang
mendekati kongkret. Begitu seterusnya, semakin keatas dari kerucut pengalaman Edgar Dale
ini, maka pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan semakin abstrak. Semakin konkret
siswa mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyaklah pengalaman belajar yang
diperolehnya.
Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun penyalurnya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Media pembelajaran berperan
sebagai “wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkondisikan seseorang
untuk belajar”. Secara umum media memiliki kegunaan yaitu: memperjelas pesan agar tidak
terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, menimbulkan
gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, memungkinkan
anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya,
memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang
sama.

d. Penggolongan Media Promosi Kesehatan


1. Berdasarakan bentuk umum penggunaan
a. Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid dll
b. Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film dll
2. Berdasarkan cara produksi
a. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan–pesan visual. Pada
umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Contoh :
Poster, Leaflet, Brosur, Majalah, Surat Kabar, Lembar Balik, Stiker, Pamflet. Fungsi Utama :
Memberi Informasi dan Menghibur.
• Kelebihan: Tahan lama, Mencakup banyak orang, Biaya tidak terlalu tinggi, Tidak perlu energi
listrik, Dapat dibawa, Mempermudah pemahaman, Meningkatkan gairah belajar.
• Kelemahan : Tidak dapat mensimulasi efek suara dan efek gerak, Mudah terlipat
b. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis dapat dilihat dan didengar dalam
menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contoh : Televisi, Radio, Film, Kaset,
CD, VCD, DVD, Slide Show, CD Interactive, dan lain-lain.
• Kelebihan: Sudah dikenal masyarakat, Melibatkan semua panca indra, Lebihmudah dipahami,
Lebihmenarik karena ada suara & gambar, Bertatap muka penyajian dapat dikendalikan,
jangkauan relatif lebih besar / luas, Sebagai alat diskusi dapat diulang-ulang.
• Kelemahan: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Memerlukan energi listrik, Diperlukan alat canggih
dalamproses produksi, Perlu persiapan yang matang, Peralatan yang selalu berkembang&
berubah, Perlu ketrampilan penyimpanan, Perlu ketrampilan dalam pengoperasian.
c. Media luar ruang yaitu suatu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara
umummelalui media cetak dan elektronik secara statis . Contoh : Papan Reklame, Spanduk,
Pameran, Banner, TV Layar Lebar, dan lain-lain.
• Kelebihan: Sebagai informasi umumdan hiburan, Melibatkan semua panca indra,
Lebihmenarik karena ada suara dan gambar, Adanya tatapmuka, Penyajian dapat dikendalikan,
Jangkauan relatif lebih luas
• Kelemahan: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Ada yang memerlukan listrik dan atau alat
canggih, Perlu kesiapan yang matang, Peralatan yang selalu berkembang dan berubah, Perlu
ketrampilan penyimpanan
3. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam
a. Media auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki
unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Jenis
media yang tergolong ke dalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
c. Media audiovisual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung
unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan
lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab
mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
2.4 STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
a. Strategi Promosi Kesehatan Menurut WHO
Menurut WHO, ada tiga strategi untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, yakni
memberdayakan masyarakat, memberi dukungan sosial dan mengadvokasi para penentu
kebijakan.
1) Advokasi (Advocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decision makers) atau penentu kebijakan
(policy makers) baik di bidang kesehatan maupun sector lain di luar kesehatan, yang
mempunyai pengaruh terhadap public. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan
mengeluarkan kebijakan-kebijakan antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang,
instruksi, dan sebagainya yang menguntungkan kesehatan public. Bentuk kegiatan advokasi ini
antara lain lobbying, pendekatan atau pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap
para pembuat keputusan, penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan atau yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat setempat, seminar-seminar masalah kesehatan, dan
sebagainya.
Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan-peraturan daerah, instruksi-
instruksi yang mengikat masyarakat dan instansi-instansi yang terkait dengan masalah
kesehatan. Oleh sebab itu, sasaran advokasi adalah para pejabat eksekutif, dan legislative,
para pemimpin dan pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi masyarakat, baik tingkat
pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa atau kelurahan.
2) Dukungan Sosial (Social Support)
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat,
petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang
mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program
kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat (toma) dan tokoh
agama (toga). Selanjutnya toma dan toga diharapkan dapat menjembatani antara pengelola
program kesehatan dengan masyarakat.
Pada masyarakat yang masih paternalistic seperti di Indonesia ini, toma dan toga merupakan
panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu, apabila toma dan toga
sudah mempunyai perilaku sehat, akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang lain.
Bentuk kegiatan mencari dukungan social ini antara lain, pelatihan-pelatihan para toma dan
toga, seminar, lokakarya, penyuluhan, dan sebagainya.
3) Pemberdayaan masyarakat (Emprowerment)
Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer atau utama
promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian
dan pembangunan masyarakat dalam bentuk, misalnya koperasi dan pelatihan keterampilan
dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan, peternakan,
dan sebagainya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki
kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (self relince in
health). Oleh karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih pada kegiatan
penggerakan masyarakat untuk kesehatan, misalnya adanya dana sehat, adanya pos obat
desa, adanya gotong royong kesehatan, dan sebagainya, maka kegiatan ini sering disebut
“gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Meskipun demikian, tidak semua pemberdayaan
masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan
mayarkat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat
untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan
memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

b. Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piagam Ottawa


Piagam Ottawa atau lebih dikenal dengan Ottawa Charter merupakan hasil dari sebuah
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada pada tahun 1986. Salah satu
isi dari Ottawa Charter adalah rumusan tentang strategi promosi kesehatan. Rumusan strategi
promosi kesehatan dalam Piagam Ottawa (Ottawa Charter) tersebut menjadi salah satu acuan
bagi penyelenggara pelayanan kesehatan di seluruh dunia dalam meninjau, memerhatikan,
menilai, dan menganalisa kebutuhan apa yang harus diupayakan agar visi dan misi promosi
kesehatan tercapai secara optimal dimana penyelenggara (provider) dan masyarakat
(consumer) mampu bersinergi dengan baik.
Strategi promosi kesehatan berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) antara lain:
1) Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)
Rumusan kebijakan yang berwawasan kesehatan ini ditujukan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan agar pihak tersebut mengeluarkan atau mengembangkan kebijakan
pembangunan yang berwawasan kesehatan. Berwawasan kesehatan berarti bahwa setiap
kebijakan pembangunan kesehatan di bidang apa saja harus memikirkan dampak
kesehatannya bagi masyarakat luas. Contoh: Jika pemerintah daerah suatu kota akan
membuka daerah untuk perumahan penduduk, maka terlebih dahulu pihak yang terkait
melakukan survey dan analisis terhadap kondisi tanah, udara, dan ketersediaan air yang
memadai sehingga nantinya keputusan membangun perumahan tersebut tidak merugikan
masyarakat yang menempati perumahan.
2) Lingkungan yang mendukung (supportive environtment)
Strategi ini berupa kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang
mendukung. Strategi ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta
pengelola tempat-tempat umum (public places). Melalui promosi kesehatan dengan disertai
pembangunan lingkungan yang mendukung diharapkan pembangunan di bebagai sektor akan
memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap
kesehatan masyarakat.
3) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
Kegiatan ini menekankan bahwa kesehatan masyarakat bukan hanya mencakup masalah pihak
pemberi pelayanan kesehatan atau provider, baik pemerintah maupun swasta saja, melainkan
juga masalah pada masyarakat sendiri atau consumer. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
merupakan tanggung jawab dan kerja sama antara pihak pemberi pelayanan (provider) dan
penerima pelayanan. Sistem pelayanan konvensional cenderung menitikberatkan pada pemberi
pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, tetapi kurang melibatkan masyarakat
sebagai pihak penerima pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini, melibatkan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan bararti sebuah pemberdayaan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya sendiri. Bentuk pemberdayaan ini dapat bervariasi, seperti
mengadakan kegiatan promosi tentang wabah disentri yang menyerang suatu perkampungan
dengan melibatkan warga dalam diskusi, mengambil keputusan, konsultasi dan bagian dari
pelaksana kegiatan preventif sehingga warga menjadi paham akan pentingnya
mempertahankan lingkungan hidup yang sehat.
4) Keterampilan individu (personal skill)
Peningkatan keterampilan individu bertujuan untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang
optimal. Lingkup kesehatan masyarakat kesehatan secara menyeluruh, yang terdiri dari
kelompok, keluarga, dan individu. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat terwujud apabila
kesehatan kelompok, kesehatan keluarga, dan kesehatan individu mampu terwujud dengan
optimal. Upaya peningkatan keterampilan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri sangatlah penting dilakukan. Setiap individu
seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik mengenai bagaimana cara
meningkatkan status kesehatan, mengenal jenis penyakit dan penyebabnya, memahami
tindakan preventif terhadap suatu penyakit, mempertahankan kesehatan, dan mencari solusi
bila anggota keluarga mereka sakit.
5) Gerakan masyarakat (Community action)
Gerakan masyarakat dimaknai sebagai pergerakan bersama-sama oleh unsur-unsur yang ada
di masyarakat dengan tujuan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Optimal
berarti kesehatan elemen-elemen masyarakat, meliputi kesehatan individu, keluarga, dan
kelompok. Upaya yang dilakukan adalah mencanangkan program atau kegiatan-kegiatan
masyarakat yang menunjang dalam peningkatan kesehatan mereka, seperti tindakan preventif
terhadap gejala penyakit kolera.
Dengan dirumuskankannya strategi kesehatan dalam Piagam Ottawa, diharapkan
penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan nantinya dapat meninjau secara menyeluruh
mengenai tujuan penyelenggaraan, pentingnya keterlibatan masyarakat, peningkatan kualitas
SDM penyedia layanan kesehatan, dan dampak dari keberadaan fasilitas dan program
kesehatan bagi masyarakat sehingga visi dan misi promosi kesehatan tercapai optimal.

Anda mungkin juga menyukai