1
Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa sirkuit
neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa
neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan
penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah dilakukan sebelumnya
didapatkan bahwa terdapat regio yang mencetuskan terjadinya proses tidur di
medulla oblongata. Berikut dibawah ini merupakan area-area di otak yang
berperan dalam siklus tidur-bangun (Posner, 2011, Blumenfeld, 2010,
Shneerson, 2011, Aminoff, 2013).
Gambar : skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan saat tidur.
1.1.2 Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-
paru.
2
2.1 Definisi Aktivitas dan Istirahat
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal. (Heriana, 2014)
Kata istirahat mempunyai arti sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari
apapun yang membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan. Istirahat
mengacu pada kondisi dimana badan mengalami relaksasi dan menjadikan
nyaman, diantara mental dan fisik. Secara umum, istirahat berarti suatu
keadaan tenang, rileks, santai tanpa tekanan emosional dan bebas dari
perasaan gelisah (Riyadi dan Widuri, 2015).
3
4.1.6 Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan.
4.1.7 Neurosensori: sensori deprivation.
4
6.1 Pathway (Herdman & Kamitsuru, 2018)
5
episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-
masalah yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
8.1.2 Hambatan terhadap latihan
8.1.3 Pengembangan program latihan
8.1.4 Keamanan
8.1.2 Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas
dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.
Keberhasian intervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai
factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan
penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi
dan pencegahan komplikasi.
Aktivitas/mobilitas fisik. 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Eliminasi (BAK&BAB)
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
6
2.2 Riwayat Keperawatan (Riyadi dan Widuri, 2015)
2.3.2.2 Kifosis
2.3.2.3 Lordosis
7
Kelengkungan tulang belakang kearah pinggang kearah
depan sehingga kepala tertarik kearah belakang.
III. Diagnosa Keperawatan ((Herdman & Kamitsuru, 2018) (Moorhead & Bulecheck,
2013))
8
Tujuan dan kriteria hasil:
Dalam waktu 16-30 menit dilakukan peningkatan tidur (NIC, 1850. Hal 491)
Peningkatan tidur pasien teratasi dengan kateria hasil:
- Kulitas tidur dari berat menjadi sedang.
- Mimpi buruk dari berat menjadi sedang.
(NOC, 0004. Hal 566)
Intervensi keperawatan dan rasional:
Peningkatan tidur (NIC, 1850. Hal 348)
Aktivitas:
1. Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur.
2. Dorong penggunaan obat tidur yang tidak mengandung (zat) penekan tidur REM.
3. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur.
9
DAFTAR PUSTAKA
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa
aksara
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba medika
Wahit Iqbal Mubarak. 2011. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan aplikasi dalam
praktik, Jakarta: ECG
Riyadi, S dan Widuri H. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat Diagnosis
Nanda. Yogyakarta: Gosyen Publising
Tarwoto dan Wartonah., 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi: 4.
Jakarta
Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2010, Oxford University Press, PUSA,
P;9-15
Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition, 2011,Oxford
University Press, New York P;11-25
( ) ( )
10
11