Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Aktivitas dan Istirahat

1.1 Anatomi dan Fisiologi Tidur

Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Komponen utama dari neuromodulator penginduksi siklus tidur-bangun.


Untuk menginduksi tidur, proyeksi dari VLPO sebagai neuro penghasil GABA
dan galanin (gal) yang terletak di anterior dari hipotalamus mengirimkan sinyal
yang berfungsi menginhibisi ascending arousal system di pons, basis frontalis
dan hipotalamus. Sistem ini meliputi; nukleus tuberomamilarius (TMN) yang
terletak di posterior dari hipotalamus yang memproduksi histamin (HIST), sel
raphe dorsalis yang memproduksi serotonin (5-HT). Sel penghasil asetilkolin
(Ach) yang terletak di laterodorsal dari tegmentum (LDT), nukleus
ditegmentum dari pedukulopontin (PPT) serta nukleus di locus coeruleus yang
memproduksi noreprinefrin(NA). Sistem lain yang tidak diilustrasikan pada
gambar ini meliputi area perifornikal dari hipotalamus yang memproduksi
orexin, sel produsen dopamin yang terletak di periaquaduktus mesencephalon
dan serta proyeksi kolinergik yang berasal dari basis frontalis (nukleus basalis,
pita diagonal dari brocca,dan septum medialis) semua struktur ini memberikan
proyeksi ke istem limbik dan korteks (Chiong, 2010).

1
Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa sirkuit
neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa
neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan
penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah dilakukan sebelumnya
didapatkan bahwa terdapat regio yang mencetuskan terjadinya proses tidur di
medulla oblongata. Berikut dibawah ini merupakan area-area di otak yang
berperan dalam siklus tidur-bangun (Posner, 2011, Blumenfeld, 2010,
Shneerson, 2011, Aminoff, 2013).

Gambar : skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan saat tidur.

Sistem/fungsi normal sistem pergerakan:


Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi dengan sistem
musculoskeletal.

Sistem musculoskeletal berfungsi sebagai:

1.1.1 Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh.

1.1.2 Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-
paru.

1.1.3 Tempat melekatnya otot dan tendon. (Riyadi danWiduri, 2015)

2
2.1 Definisi Aktivitas dan Istirahat
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal. (Heriana, 2014)
Kata istirahat mempunyai arti sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari
apapun yang membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan. Istirahat
mengacu pada kondisi dimana badan mengalami relaksasi dan menjadikan
nyaman, diantara mental dan fisik. Secara umum, istirahat berarti suatu
keadaan tenang, rileks, santai tanpa tekanan emosional dan bebas dari
perasaan gelisah (Riyadi dan Widuri, 2015).

3.1 Etiologi (Hidayat, 2014)


Penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
3.1.1 Kelainan Postur
3.1.2 Gangguan Perkembangan Otot
3.1.3 Kerusakan Sistem Saraf Pusat
3.1.4 Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan Neuromuscular
3.1.5 Kekakuan Otot

4.1 Tanda dan Gejala (Mubarak, 2011)


Respon fisiologik dari perubahan aktivitas/istirahat, adalah perubahan pada:
4.1.1 Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium.
4.1.2 Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus.
4.1.3 Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas.
4.1.4 Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic, metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan
(seperti konstipasi).
4.1.5 Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.

3
4.1.6 Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan.
4.1.7 Neurosensori: sensori deprivation.

5.1 Patofisiologi (Hidayat, 2014)


Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang
terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya
adalah :
5.1.1 Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot.
Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan
jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika
otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma
langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan
tendon atau ligament, radang dan lainnya.
5.1.2 Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat
terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau
mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran
maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang
sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
5.1.3 Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak.
Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan
anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan
penyampaian impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak sampainya
impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.

4
6.1 Pathway (Herdman & Kamitsuru, 2018)

Malabsorbsi dalam sukus


endolimfetikus

Penumpukan cairan pada endolimfe

Sistem keseimbangan tubuh


(vestibuler) terganggu

Vertigo (pusing hebat)

Pola tidur terganggu

NANDA, Domain 4. Aktivitas/Istirahat


Kelas 1 Tidur/Istirahat
Dx: Gangguan pola tidur (00198)

7.1 Pemeriksaan Penunjang (Riyadi dan Widuri,2015)


7.1.1 Pemeriksaan Diagnostik
7.1.1.1 Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang,
tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang).
7.1.1.2 CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi).
7.1.1.3 MRI (untuk melihat abnormalitas, tumor, penyempitan jalur
jaringan lunak melalui tulang).

8.1 Penatalaksanaan (Tarwoto & Wartonah, 2010)


8.1.1 Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung
sepanjang khidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada system
musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses

5
episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-
masalah yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
8.1.2 Hambatan terhadap latihan
8.1.3 Pengembangan program latihan
8.1.4 Keamanan
8.1.2 Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas
dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.
Keberhasian intervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai
factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan
penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi
dan pencegahan komplikasi.

II. Rencana Asuhan Keperawatan Aktivitas/Istirahat

2.1 Pengkajian Fokus (Hidayat, 2014)


Pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas sebagai berikut :
2.1.1 Biodata pasien
2.1.2 Riwayat Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola
aktivitas/latihan. Pola aktivitas atau latihan dapat dinilai dengan tabel
berikut :

Aktivitas/mobilitas fisik. 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Eliminasi (BAK&BAB)
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi

Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

6
2.2 Riwayat Keperawatan (Riyadi dan Widuri, 2015)

2.2.1 Riwayat penyakit sekarang

Proses penyakit/cedera dapat mempengaruhi fungsi sistem


tubuh/aktivitas. Seseorang yang mengalami patah tulang akan kesulitan
untuk melakukan aktivitas secara bebas. Misalnya saat klien menderita
penyakit tertentu sehingga klien harus selalu beristirahat ditempat tidur
tetapi pada akhirnya berakibat pada kelumpuhan.

2.2.2 Riwayat penyakit dahulu

Gaya hidup mempengaruhi aktivitas dan istirahat tubuh. Perubahan


gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang
karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari. Seseorang yang
kurang bergerak dan berolahraga akan mengalami kelemahan otot. .
Demikian pula dengan orang yang pernah menjalani operasi, karena
adanya nyeri mereka cenderung bergerak lebih lamban.

2.2.3 Riwayat penyakit keluarga

Apabila ada riwayat penyakit seperti jantung, stroke maka akan


beresiko berpengaruh terhadap aktivitas.

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien berpengaruh terhadap aktivitas. Dengan


mengkaji menggunakan Skala Koma Glasgow (GCS) dengan hasil 14-
15: normal/disfungsi ringan, 11-13: disfungsi sedang, 10 atau kurang :
disfungsi berat.

2.3.2 Postur atau bentuk tubuh


2.3.2.1 Skoliosis

Melengkungnya tulang belakang kearah samping,


mengakibatkan tubuh melengkung kearah kanan/kiri.

2.3.2.2 Kifosis

Perubahan kelengkungan pada tulang belakang secara


keseluruhan sehingga orang menjadi bongkok.

2.3.2.3 Lordosis

7
Kelengkungan tulang belakang kearah pinggang kearah
depan sehingga kepala tertarik kearah belakang.

2.4 Pemeriksaan Penunjang

2.4.1 Pemeriksaan laboratorium


2.4.1.1 Pemeriksaan darah dan urine.
2.4.1.2 Pemeriksaan Hb.

III. Diagnosa Keperawatan ((Herdman & Kamitsuru, 2018) (Moorhead & Bulecheck,
2013))

Diagnosa 1: Hambatan Mobalitas Fisik berdasarkan dengan intoleran aktivitas


(NANDA, Domain 4, kelas 2, 00085)
Diagnosa 2: Deprivasi tidur berhubungan dengan mimpi buruk (NANDA, Domain
4, kelas 1, 00096)
Diagnosa 3: Insomnia berhubungan dengan depresi (NANDA, Domain 4, kelas 1,
00095)

IV. Intervensi Keperawatan


Diagnosa 1 : Hambatan Mobalitas Fisik berdasarkan dengan intoleran aktivitas
(NANDA, Domain 4, kelas 2, 00085)
Tujuan dan kriteria hasil :
Dalam waktu 46-60 menit dilakukan terapi aktivitas (NIC, 4310. Hal 483).
Pergerakan aktivitas pasien teratasi dengan kateria hasil:
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dari berat menjadi sedang.
- Frekuensi pernafasan ketika beraktifitas dari berat menjadi sedang.
(NOC, 0005. Hal 582)
Intervensi keperawatan dan rasional:
Terapi aktivitas (NIC, 4310. Hal 431)
Aktivitas:
1. Identifikasi strategi untuk meningkatkan partisipasi terkait dengan aktivitas yang
diinginkan.
2. Dorong keterlibatan dalam aktivitas kelompok maupun terapi, jika memang
diperlukan.
3. Sarankan metode-metode untuk meningkatkan aktivitas fisik yang tepat.

Diagnosa 2 : Deprivasi tidur berhubungan dengan mimpi buruk (NANDA, Domain 4,


kelas 1, 00096)

8
Tujuan dan kriteria hasil:
Dalam waktu 16-30 menit dilakukan peningkatan tidur (NIC, 1850. Hal 491)
Peningkatan tidur pasien teratasi dengan kateria hasil:
- Kulitas tidur dari berat menjadi sedang.
- Mimpi buruk dari berat menjadi sedang.
(NOC, 0004. Hal 566)
Intervensi keperawatan dan rasional:
Peningkatan tidur (NIC, 1850. Hal 348)
Aktivitas:
1. Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur.
2. Dorong penggunaan obat tidur yang tidak mengandung (zat) penekan tidur REM.
3. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur.

Diagnosa 3 : Insomnia berhubungan dengan depresi (NANDA, Domain 4, kelas 1,


00095)

Tujuan dan kriteria hasil:


Dalam waktu 15 menit atau kurang dilakukan terapi musik (NIC, 4400. Hal 489)
Tingkat depresi pasien berkurang dengan kriteria hasil:
- Perasaan depresi dari berat menjadi sedang.
- Insomnia dari berat menjadi sedang.
Intervensi keperawatan dan rasional:
Terapi musik (NIC, 4400. Hal 443)
Aktivitas:
1. Identifikasi musik yang di sukai pasien.
2. Pastikan bahwa volume musik adekuat dan tidak teralalu keras.
3. Fasilitas partisipasi aktif pasien (misalnya, bermain alat musik atau bernyanyi) jika
hal ini diinginkan pasien dan sesuai dengan tempat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, Sujono, (2015). Buku Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa
aksara
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba medika
Wahit Iqbal Mubarak. 2011. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan aplikasi dalam
praktik, Jakarta: ECG
Riyadi, S dan Widuri H. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat Diagnosis
Nanda. Yogyakarta: Gosyen Publising
Tarwoto dan Wartonah., 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi: 4.
Jakarta
Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2010, Oxford University Press, PUSA,
P;9-15
Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition, 2011,Oxford
University Press, New York P;11-25

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

10
11

Anda mungkin juga menyukai