Kelmpok 1
Jalan Lingkar Kadugede No. 02 Kuningan - Jawa Barat Telp. 0232-875847 Fax.
0232-875123
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puja dan puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunian-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Komunikasi dalam Interprofeional Education” dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Interprofesional Education
yang diberikan oleh Ibu Lia. Makalah ini juga disusun dengan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berkontribusi atau berperan dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalh ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi
terhadap pembaca, serta terhadap diri kami sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................................................i
Daftar Isi ......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1 Komunikasi Kelompok..................................................................................................................4
2.1.1 Definisi Komunikasi Kelompok............................................................................................4
2.1.2 Karakteristik Kelompok........................................................................................................4
2.1.3 Fungsi Komunikasi Kelompok.............................................................................................6
2.1.4 Tipe Kelompok.....................................................................................................................7
2.1.5 Komponen dalam Proses Komunikasi Kelompok................................................................8
2.1.6 Klasifikasi Komunikasi Kelompok........................................................................................8
2.1.7 Cara Pengambilan Keputusan dalam Kelompok.................................................................9
2.1.8 Fase–Fase dalam Komunikasi Kelompok.........................................................................10
2.1.9 Faktor Pendukung dari Komunikasi Kelompok..................................................................11
2.1.10 Faktor Penghambat dari Komunikasi Kelompok................................................................12
2.1.11 Teori Kepemimpinan dalam kelompok..............................................................................13
2.2 Komunikasi Interprofesional pada Pelayanan Kesehatan..........................................................14
2.2.1 Definisi Komunikasi Interprofessional................................................................................14
2.2.2 Tujuan Komunikasi Interprofessional.................................................................................14
2.2.3 Jenis dan Bentuk Komunikasi Interprofessional...............................................................15
2.2.4 Prinsip-prinsip Komunikasi Interprofessional.....................................................................15
2.2.5 Faktor pendukung dan penghambat komunikasi interprofessional...................................16
2.2.6 Penyebab Masalah............................................................................................................17
2.2.7 Cara Penyelesaian Masalah..............................................................................................17
2.3 Komunikasi Publik pada Pelayanan Kesehatan.........................................................................18
2.3.1 Definisi Komunikasi Publik.................................................................................................18
2.3.2 Tujuan Komunikasi Publik..................................................................................................18
2.3.3 Teknik dalam Melakukan Komunikasi Publik.....................................................................20
2.3.4 Langkah dalam Melakukan Komunikasi Publik pada Pelayanan Kesehatan....................21
2.3.5 Penerapan Komunikasi Publik...........................................................................................21
2.4 Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan........................................................................22
ii
2.4.1 Pengertian Komunikasi massa..........................................................................................22
2.4.2 Fungsi Komunikasi Massa.................................................................................................23
2.4.3 Teori pada Komunikasi Massa...........................................................................................23
2.3.5 Unsur-Unsur Komunikasi Massa.......................................................................................26
2.3.6 Ciri-Ciri Komunikasi Massa................................................................................................27
2.3.7 Pengaruh Komunikasi Massa............................................................................................28
2.3.8 Bentuk-bentuk komunikasi massa:....................................................................................29
2.3.9 Komunikasi Massa pada Pelayanan Kesehatan...............................................................29
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................31
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................31
3.2 Saran..........................................................................................................................................31
Daftar Isi....................................................................................................................................................... 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu
membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari
bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan
manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok dengan
kelompok inilah yang disebut sebagai interàksi sosial. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi
adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata
kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin
masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat
mengembangkan komunikasi (Schramm; 1982).
Teori dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan mendasar yang mendorong manusia
ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya, yakni kebutuhan untük mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendek
kata, sekarang ini keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang
diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomunikasi.
Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi kepada khalayak massa dengan
media massa. Media massa hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses komunikasi
massa tersebut, yaitu sebagai alat atau saluran. Iklan merupakan berita pesanan untuk
mendorong, membujuk orang agar tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan. Dari contoh
tersebut akan kita kupas lebih dalam lagi mengenai komunikasi apa saja yang dapat dipakai oleh
tenaga kesehatan ketika turun ke lapangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan, rumusan masalah yang
ingin dungkapkan yaitu :
1
3. Bagaimana melakukan komunikasi pada masyarakat?
4. Bagaimana melakukan komunikasi massa pada pelayanan kesehatan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan, tujuan penyusunan makalah yang
ingin disajikan penulis adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana melakukan komunikasi pada kelompok
2. Untuk mengetahui bagaimana melakukan komunikasi pada kelompok peer dan mitra
kesehatan.
3. Untuk mengetahui bagaimana melakukan komunikasi pada masyarakat.
4. Untuk mengetahui bagaimana melakukan komunikasi massa pada pelayanan
kesehatan.
D. Metodologi Penulisan
Untuk membuat makalah ini, kami melakukan metode menggunakan data melalui Studi
Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan menggali informasi dari buku – buku, literatur,
maupun media internet.
E. Sistematika Penulisan
Setelah kerangka pendahuluan serta data-data yang diperlukan telah terkumpul,
selanjutnya ditetapkan kerangka dasar dalam penyusunan secara sistematis yang penulisannyan
adalah sebagai berikut:
Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, metode penulisan, waktu dan lokasi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan Bab Deskripsi Umum yang membahas tentang Komunikasi Kesehatan.
Bab III merupakan Bab Judul/Isi yang berisikan pembahasan materi dan wawasan penulis.
Bab IV merupakan Bab Kesimpulan dan Saran yang berisikan simpulan uraian sebelumnya dan
memberikan saran mengenai Komunikasi Kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pengertian di atas, kata kunci yang dapat diambil dalam komunikasi kelompok
salah satunya adalah tatap muka, maksudnya setiap anggota kelompok bisa melihat dan
mendengar anggota kelompok lainnya dalam berkomunikasi. Mereka juga harus bisa berinteraksi
satu sama lain. Kemudian, anggota kelompok berjumlah lebih dari tiga orang tetapi tidak boleh
lebih dari dua puluh orang karena jika anggota terlalu banyak, maka mereka sulit untuk tatap
muka, mendengar, dan berinteraksi satu sama lain. Lalu, maksud dan tujuan kelompok tersebut
harus sama agar dapat berinteraksi satu sama lain. Terakhir, anggota harus bisa mengingat
karakteristik anggota lain dimaksudkan agar saling mengenal satu sama lain supaya bisa
berkomunikasi dengan baik dan lancar.
3
disebut dengan “hukum” (law) atau “aturan” (rules) yaitu perilaku dan tindakan apa saja yang
pantas maupun tidak pantas dilakukan dalam kelompok. Menurut (Adler, 2006) terdapat tiga
kategori norma dalam kelompok, yaitu norma sosial, prosedural, dan tugas seperti yang tertera
dalam tabel di bawah ini :
Dari data dalam tabel di atas dapat dipahami bahwa norma sosial mengatur interaksi/
hubungan antar para anggota. Sedangkan norma prosedural menguraikan pengoperasian/
persoalan teknis suatu kelompok. Sedangkan norma tugas memusatkan perhatian pada
bagaimana suatu pekerjaan/persoalan harus dilaksanakan.
Norma sangat penting dalam kelompok karena dengan norma kita dapat beradaptasi
dalam kelompok atau kelompok dapat beradaptasi pada lingkungan sehingga dapat
meningkatkan kinerja suatu kelompok dalam menghadapi persoalan dan juga berguna untuk
mencegah sarkasme atau apatis terhadap anggotanya.
4
Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok untuk dapat diterima, maka peran
(role) merupakan pola-pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Terdapat dua
fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan.
Dari tabel di atas dapat kita pahami bahwa fungsi tugas membantu kelompok untuk
mencapai tujuannya, fungsi pemeliharaan membantu agar hubungan antara anggota dapat
berjalan selaras. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keefektivitasan kelompok dapat dicapai
dengan adanya fungsi pemeliharaan yang positif.
2. Pendidikan
Baik secara formal maupun informal dengan adanya komunikasi kelompok mampu
mencapai dan saling bertukar pengetahuan. Dimana komunikasi kelompok dalam
pendidikan bergantung pada jumlah informasi baru yag dikontribusikan, jumlah
partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi antar anggota.
3. Persuasi
5
Dimana seorang anggota kelompok berupaya mendorong sesama anggotanya untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Usaha yang berlebihan menimbulkan
konflik.
Kelompok berusaha memecahkan tiap persoalan yang ada dan mampu membuat
keputusan sebagai upaya pencapaian tujuan.
5. Terapi
Anggota kelompok bekerja sama untuk mengatasi persoalan bersama yang mereka
hadapi. Dalam mengatasi persoalan terdapat tahapan-tahapan tersendiri, yaitu :
6
2.1.5 Komponen dalam Proses Komunikasi Kelompok
Menurut Engleberg dan Wynn (2009) komponen tersebut adalah members,
message, channel, feedback, context dan noise. Pertama, harus ada members atau
anggota yang diterima dan diakui kelompok untuk memulai komunikasi. Kemudian ada
message atau pesan yang memulai komunikasi. Untuk menyampaikan pesan tersebut
harus ada channel atau media untuk menyampaikan pesan tersebut. Setelah pesan
tersebut tersampaikan, ada feedback atau umpan balik dari tiap-tiap anggota. Dalam
komunikasi kelompok, context atau lingkungan serta keadaan psikologis seseorang juga
berpengaruh dalam komunikasi kelompok. Kemudian, ada juga noise atau gangguan
yang bisa mengganggu dan menghambat jalannya komunikasi kelompok tersebut.
7
anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan
sebagai alat ukur untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Terakhir, John F.
Cragan.
3. Kelompok deskriptif dan preskriptif
David W. Wright (1980) mengklasifikasikan komunikasi kelompok menjadi
deskriptif dan peskriptif, dimana deskriptif menunjukkan proses pembentukan secara
alamiah sementara kelompok preskriptif mengacu pada langkah-langkah anggota
kelompok mencapai tujuan.
8
2.1.8 Fase–Fase dalam Komunikasi Kelompok
1. Fase orientasi (orientation), dimana tiap individu atau anggota menghabiskan waktu
untuk menilai maksud mereka bergabung dalam kelompok dan juga mencari tahu
dimana tempat yang tepat bagi mereka dalam berkelompok.
2. Fase konflik (conflict), dimana lebih terfokus terhadap siapa saja anggota yang
berada di posisi atas dan dibawah berdasarkan pengaruh yang mereka berikan.
3. Fase kohesi (cohesion), dimana komunikasi terfokus pada jarak. Anggota kelompok
selalu ingin memiliki hubungan yang dekat satu sama lain namun mereka juga tidak
ingin terlalu intim.
Teknik yang paling umum adalah prosedur kreatif penyelesaian masalah oleh
Dewey (1910) dalam Berry (2007), menggunakan win-win solution. Teknik tersebut terdiri
dari 5 langkah, yaitu :
1. Mendefinisikan masalah
2. Mengidentifikasi solusi
3. Mengevaluasi solusi
5. Menerapkan solusi.
9
A. Faktor situasional
Dilihat dari semakin banyak jumlah anggota kelompok maka semakin terlihat pula
perbedaan antara anggota yang aktif dan pasif. Sebaiknya jumlah anggota dilihat
dari berapa banyak kegiatan atau tujuan yang akan dicapai.
2. Jaringan komunikasi
Bentuk roda, terdapat satu orang yang menjadi pusat perhatian. Ia dapat
berhubungan dengan semua orang tetapi semuanya hanya bisa berhubungan
dengan satu orang tersebut.
Bentuk Y, ada tiga orang yang dapat saling berkomunikasi tetapi dua orang
lainnya hanya bisa berkomunikasi dengan orang disampingnya.
3. Kohesi kelompok
Dapat diartikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap
tinggal di dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collin dan
Raven, 1964). Kohesi diukur dari ketertarikan anggota secara interpersonal pada
satu sama lain, ketertarikan pada kegiatan dan fungsi kelompok, serta sejauh mana
anggota menggunakan kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personalnya.
4. Kepemimpinan
10
B. Faktor personal
1. Kebutuhan interpersonal
2. Tindakan komunikasi
Yaitu dilihat dari dua kelas menurut Robert E. Bales yaitu terdiri dari hubungan tugas
dan hubungan sosial.
3. Peranan individu
1. Latar belakang budaya, setiap individu tidak akan memiliki kebiasan atau budaya
yang sama persis sehingga terkadang perbedaan kebiasaan dan budaya yang
berpengaruh terhadap pola pikir dan sikap tiap anggota akan menimbulkan
perbedaan pendapat dan perselisihan.
2. Ikatan kelompok, tiap kelompok dan kelompok lainnya pasti memiliki cara pandang
yang beda begitupun dengan nilai-nilai yang dianutnya.
3. Harapan anggota kelompok, harapan tiap anggota sering kali berbeda sehingga
terkadang pesan atau informasi yang disampaikan sesuai dengan harapan satu
anggota tetapi berbeda dengan harapan anggota lainnya.
11
4. Latar belakang pendidikan, tiap anggota di dalam kelompok memiliki pengetahuan
yang berbeda sehingga terkadang tidak semua anggota dapat memahami satu hal
tersebut.
5. Proses komunikasi kelompok, jika komunikasi antar anggota tidak dapat berjalan
dengan baik maka hal tersebut dapat berdampak pada hubungan emosional antar
anggota yang tidak terbentuk dan tujuan bersama akan sulit tercapai.
1. Teori Genetis
2. Teori Sosial
Merupakan lawan dari teori Genetis. Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin
harus dididik, dibentuk dan tidak lahir begitu saja sebagai seorang pemimpin.
Pemimpin harus dipersiapkan engan didorong oleh kemauan sendiri
Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan berhasil menjadi pemimpin apabila
sejak lahir telah memiliki bakat seorang pemimpin dan selanjutnya dikembangkan
oleh pengalaman dan usaha sesuai dengan tuntutan lingkungannya.
12
Gaya kepemimpinan yang memberikan wewenang secara luas kepada anggota.
Setiap permasalahan selalu mengikutsertakan anggota sebagai suatu tim yang utuh.
13
perawat/bidan, 3) Komunikasi antara dokter dengan dokter, misalnya komunikasi antara dokter
spesialis dengan dokter ruangan atau antar dokter spesialis yang merawat pasien, 4) Komunikasi
antara dokter/bidan/ perawat dengan petugas apotek, 5) Komunikasi antara dokter/
bidan/perawat dengan petugas administrasi/keuangan, 6) Komunikasi antara
dokter/bidan/perawat dengan petugas pemeriksaan penunjang (radiology, laboratorium, dsb).
Selain jenis komunikasi diatas, komunikasi interprofessional memiliki bentuk komunikasi
yang terjadi ketika komunikasi berlangsung. Bentuk komunikasi interprofessional dapat berupa
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Contoh komunikasi non-verbal dalam komunikasi
interprofessional dapat berupa rekam medik pasien, resep untuk pasien, dll. Rekam medik pasien
menjadi sumber informasi untuk tenaga medis yang akan manjadi petugas pelayanan perawatan
dikemudian hari. Rekam medis pun bentut komunikasi antar tenaga medis dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Sehingga mereka dapat melihat rekam medik terlebih dahulu dan saling
memberikan informasi. Selain itu, resep pun menjadi bentuk komunikasi yang diberikan dokter
untuk pasien mengambil obat di apotek.
14
Lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi, hindari lingkungan yang dapat
menggangu proses komunikasi menjadi terhambat.
Pengetahuan, tingkatan pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan
penyampaian pesan yang tidak jelas serta dapat menimbulkan negative feedback.
Masalah yang terjadi dalam komunikasi interprofessional dapat terjadi antar profesi atau
sesama profesi. Contohnya, perawat A telah menyelesaikan tugas shiftnya dan akan segera
pulang, sehingga ia terburu-buru memberikan rekma medik pasien C ke perawat B tanpa adanya
informasi lebih lanjut. Sehingga perawat B merasa bingung untuk melanjutkan shiftnya karena
kurangnya informasi yang jelas mengenai pasien C. Contoh lain, ketika dokter memberikan resep
untuk pasien kepada apoteker, namun karena apoteker tidak terlalu jelas membaca tulisan dokter
ia pun mengganti obat tersebut yang hampir sama dengan yang tertulis di resep. Hal tersebut
dapat merugikan pasien jika obat tersebut tidak cocok dengan pasien tersebut.
Pertama, role stress terbagi menjadi dua yaitu role conflict dan role overload. Role
conflict ialah perbedaan antara peran yang diharapkan dengan yang diperoleh, hal ini dapat
membuat kinerja seseorang menjadi menurun, sikap saling menghormati antar tenaga kesehatan
menjadi tindakan yang dapat mengurangi role conflict. Sedangkan, role overload terjadi karena
jumlah pasien yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kemampuan petugas kesehtan
menjadi menurun (lelah) sehingga pelayanan yang diberikan menjadi tidak baik.
15
Kedua, lack of interprofessional understandings terjadi karena petugas kesehatan yang
belum paham tentang peran mereka dalam lingkungan kerja sehingga dapat menyebabkan
masalah dalam hubungan kerja antar petugas kesehatan.
Ketiga, autonomy struggles menurut Conway ialah kapasitas otonomi menjadi penting
agar tenaga kesehatan dapat memenuhi perannya. Namun, terkadang muncul perbedaan tingkat
autonomi pada petugas kesehatan, maka petugas kesehatan perlu menyesuaikan otonomi
sesuai dengan tugas dan kewajibannya. Agar tidak ada lagi masalah yang muncul dalam proses
komunikasi interprofessional yang dapat berakibat buruk.
16
2.3.2 Tujuan Komunikasi Publik
1. Public Information
Memberikan informasi kepada masyarakat. Karena perilaku menerima
informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima informasi
yang benar masyarakat akan merasa aman tentram. Informasi akurat diperlukan
oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan.
Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan teori baru dengan
demikian akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Public Education
Mendidik masyarakat. Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan
memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih
maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik masyarakat dalam arti
luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan
masyarakat dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik
masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan juga
berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan komunikasi kelompok pada
pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya. Tetapi kegiatan mendidik
masyarakat yang paling efektif adalah melalui kegiatan Komunikasi Interpersonal
antara penyuluh dengan anggota masyarakat, antara guru dengan murid, antara
pimpinan dengan bawahan, dan antara orang tua dengan anak-anaknya.
3. Public Persuasion
Mempengaruhi masyarakat. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada
masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi masyarakat tersebut
ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan, misalnya mempengaruhi
masyarakat untuk mendukung suatu pilihan dalam pemilu dapat dilakukan melalui
komunikasi massa dalam bentuk kampanye, propaganda, selebaran-selebaran,
spanduk dan sebagainya. Tetapi berdasarkan beberapa penelitian kegiatan
mempengaruhi masyarakat akan lebih efektif dilakukan melalui Komunikasi
Interpersonal.
4. Public Entertainment
17
Menghibur masyarakat. Perilaku masyarakat menerima informasi selain untuk
memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan masyarakat, terutama pada
masa sekarang ini banyak penyajian informasi melalui sarana seni hiburan.
5. Public Affairs
Public affairs dapat didefinisikan sebagai bidang khusus public relations yang
membangun dan mempertahankan hubungan dengan pemerintah dan komunitas
lokal agar dapat mempengaruhi kebijakan publik. Definisi ini menunjukan bahwa
terdapat dua pihak yang menjadi fokus perhatian public affairs, yaitu pemerintah dan
masyarakat lokal. Pemerintah meliputi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
6. Public Relation
Frank Jefkins mengemukakan bahwa Public Relations merupakan
keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun kedalam,
yakni antara suatu organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang
spesifik atas dasar adanya saling pengertian.
Dalam public relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan
yang harmonis antara sesuatu badan dengan publiknya, usaha untuk memberikan
atau menanamkan kesan yang menyenangkan; sehingga akan timbul opini publik
yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan itu. Adapun tujuan dari Public
Relations menurut Oemi Abdurrachman adalah mengembangkan good will dan
memperoleh opini publik yang favorable atau menciptakan kerjasama berdasarkan
hubungan yang harmonis dengan berbagai publik, kegiatan Public
3. Menyampaikan info kesehatan dalam bahasa yang mudah dipahami dan jelas
18
6. Pidato bisa menggunakan penggambaran atau visualisasi dengan menggunakan alat
agar lebih jelas dan menarik perhatian publik
Selain hal-hal yang harus dilakukan, berikut ini hal-hal yang harus dihindari
dalam melakukan komunikasi publik:
19
pada kolom komentar yang dapat diakses banyak orang, maka hal itu termasuk
komunikasi publik.
Komunikasi Publik tidak hanya bisa diterapkan pada khalayak luas, namun juga
pada pelayanan kesehatan. Seperti contohnya pada 27 Maret 2014 telah diadakan
pelatihan di RSUD Banyumas dalam rangka HUT RSUD Banyumas yang ke-89, yang
diikuti oleh karyawan perwakilan dari setiap bidang. Pelatihan ini merupakan bentuk
komunikasi publik yang berisi pembekalan untuk Lomba Penyuluhan Kesehatan yang
dilaksanakan pada April 2014. Penyuluhan ini merupakan salah satu upaya rumah sakit
untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok masyarakat sehingga
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, mandiri
dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah kesehatan, dan mengembangkan
upaya kesehatan melalui pembelajaran sesuai sosial budaya masing-masing. Selain itu,
penyuluhan ini juga bertujuan agar masyarakat rumah sakit menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat melalui pengetahuan, sikap dan perilaku pasien, serta pemeliharaan
lingkungan rumah sakit, dan termanfaatkannya semua pelayanan yang disediakan rumah
sakit.
20
2.4.2 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut diantaranya
sebagai penafsiran (interpretation), pertalian (linkage), pengawasan (surveillance),
penyebaran nilai-nilai (transmission of values), dan hiburan (entertainment). Menurut
Effendi (1993), fungsi komunikasi massa dapat dikelompokkan menjadi fungsi
pendidikan, fungsi informasi dan fungsi memengaruhi. Media massa merupakan salah
satu sarana pendidikan karena dalam media massa diajarkan nilai, etika, serta
pengenalan terhadap aturan-aturan yang berlaku. Selain terdapat informasi, kita tahu
bahwa dalam media massa juga terdapat media yang secara implisit memengaruhi
pembaca atau penonton seperti iklan, artikel, tajuk dan yang lainnya.
A. Formula Laswell
Teori komunikasi Harold Lasswell merupakan teori komunikasi awal (1948).
Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi
adalah menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With
What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek
Apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell itu
merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu Communicator (Komunikator),
Message (Pesan), Media (Media), Receiver (Komunikan/Penerima), dan Effect (Efek).
Yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect :
B. Pendekatan Transmisional
21
Teori tentang transmisi pesan ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli
matematika, Claude Shannon pada akhir tahun 40-an dengan rekan kerjanya Warren
Weaver. Terdapat lima fungsi yang beroperasi dalam proses komunikasi di samping satu
faktor disfungsional yaitu noise atau gangguan. Model yang mereka ciptakan adalah
sebagai berikut
Dari model yang dikemukakan Shannon & Weaver ini, Melvin DeFleur (1966)
dalam bukunya Theories of Mass Communication, mengembangkan dan
mengaplikasikannya ke dalam teori komunikasi De Fleur menambahkan beberapa
komponen dalam bagan ShannonWeaver untuk menggambarkan bagaimana
sumber/komunikator mendapatkanumpan balik atau feedback, yang memberikan
kemungkinan kepadakomunikator untuk dapat lebih efektif mengadaptasikan
komunikasinya.Dengan demikian, kemungkinan untuk mencapai
korespondensi/kesamaanmakna akan meningkat. Untuk menjelaskan teorinya, De Fleur
mengungkapkannya dalam bagan berikut.
22
C. Pendekatan Psikologi-Sosial
Relevansi dari teori ini terletak pada situasi yang dinamis yang dihasilkan oleh
hubungan antara publik dan kekuatan politik (elite) tertentu,pada sikap publik terhadap
media, dan pada hubungan antara elite dan media.Perbedaan atau pertentangan antara
publik dan elite dalam mempersepsisuatu peristiwa. akan membawa pada upaya
23
mencari informasi dari mediamassa dan sumber-sumber informasi lainnya. Perbedaan ini
dapat pulamembawa ke arah upaya elite untuk memanipulasi persepsi publik
dengansecara langsung mencampuri peristiwa tersebut atau dengan caramengendalikan
media massa.
b. Media massa
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang menghubungkan antara
sumber dan penerima yang sifatnya terbuka. Sifat terbuka berarti setiap orang dapat
melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dibedakan
menjadi dua macam, yaitu media cetak (misalnya surat kabar dan majalah) dan media
elektronik (misalnya radio dan televisi). Media massa mempunyai paradigma sebagai
agen of change (pelopor perubahan). Atas dasar hal tersebut, peran media massa
diantaranya :
• media edukasi
• media informasi
• media hiburan.
• media institusi budaya (institusi yang menjadi corong kebudayaan)
c. Informasi massa
Informasi massa adalah pesan atau informasi yang diperuntukkan kepada
masyarakat secara masal. Dalam komunikasi massa, komunikasi bersifat umum (bukan
bersifat pribadi), sehingga pesan yang disampaikan bersifat terbuka bagi seluruh
24
masyarakat. Pesan dalam komunikasi massa berjalan secara cepat (pesan didapatkan
khalayak dengan waktu yang relatif singkat) dan selintas (pesan dibuat agar dapat
segera dikonsumsi, bukan untuk dihafalkan).
d. Gatekeeper
Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Karena komunikasi massa di jalankan
dalam suatu organisasi media massa, terdapat orang-orang yang berada dalam
organisasi tersebut yang tugasnya meyeleksi setiap informasi yang pantas untuk
disiarkan. Orang-orang tersebut (gatekeeper), juga memiliki kewenagan untuk
memperluas atau membatasi informasi yang akan disiarkan.
e. Khalayak
Khalayak adalah massa penerima informasi yang disebarkan oleh komunikator
melalui media massa. Khalayak terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media
massa.
25
2.3.7 Pengaruh Komunikasi Massa
Komunikasi massa menurut Maulana (2007) merupakan penggunaan media
massa (TV, Radio, dan media cetak) yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau
informasi kepada masyarakat. Penggunaan media massa dalam komunikasi massa
memungkinkan sasaran yang pencapaian sasaran yang lebih banyak dengan waktu,
tenaga, yang lebih hemat dibandingkan dengan jenis komunikasi lain.
Teori ketiga adalah spiral of silence, menjelaskan bahwa individu pada umumnya
berusaha untuk menghindari isolasi, dalam arti sendirian mempertahankan sikap atau
keyakinan tertentu. Teori keempat yaitu information gaps, menjelaskan meningkatnya
informasi akan menghasilkan melebarnya celah atau jurang pengetahuan daripada
mempersempitnya (Sendjaja, 2007).
26
Bentuk komunikasi massa yang memiliki ikatan normatif atau nilai-nilai yang
disepakati bersama, yang mendekatkan kelompok atau publik tertentu terhadap
sumber media tertentu pula.
27
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam melakukan komunikasi massa :
1. Jangan membuang waktu reporter, blogger atau jurnalis dengan menghubunginya
tanpa tujuan yang jelas.
2. Jangan berulang kali meninggalkan pesan suara , menelfon atau mengirimkan email
tentang hal yang sama.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa komunikasi sebenarnya mempunyai
cakupan dimana komunikasi harus dilakukan secara individu ataupun berkelompok. Komunikasi
dalam bidang kesehatan tentunya dapat berjalan di berbagai cakupan, seperti dalam komunikasi
kelompok, interprofessional, publik, dan massa.
Berkomunikasi dengan pasien tentu melibatkan seluruh tenaga kesehatan baik dokter,
dokter gigi, perawat, apoteker, sampai ahli kesehatan. Untuk itu dengan cara berkomunikasi baik
melalui kelompok, interprofessional, publik ataupun massa diharapkan informasi dari pihak terkait
dapat tersampaikan ke telinga klien dalam situasi dan kondisi apapun.
3.2 Saran
Kita semua harus mengembangkan pengetahuan kita, lebih peka terhadap orang lain
saat berkomunikasi dan praktik dalam kehidupan sehari-hari sehingga saat kita berada di
lapangan kita dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan profesional sebagai seorang
tenaga kesehatan yang cakap sesuai porsi bidangnya.
29
Daftar Pustaka
Adler, R & Rodman, G. 2006. Understanding Human Communication 9 th ed. New York: Oxford
University; p. 277
Basuki, Endang. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume:
58, Nomor: 9, September 2008
De Fleur, Melvin. 1972. Theories of Mass Communications. David Mckay Company.Inc. Newyork.
dalam Effendy, Onong. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Rosda
Karya
Effendy, Onong. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Rosda Karya Remaja
Rosdakarya. Hal 32.
Maulana, Heri D. J. 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
McQuail, D. 2005. McQuail's Mass Communication Theory . (5th edition). London: Sage
Publications.
Northouse, L. & Northouse P. 1997. Health Communication Strategies for Health Professionals
3rd Edition. Appleton & Lange: Stamford, Connecticut
30
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of nursing 6th edition. St. Louis, MI: Elsevier
Mosby.
Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M., & Ed, H. B., 2011. Interprofessional Teamwork
for Health and Social Care. , pp.32-33.
Schiavo, R. Health Communication: from theory to practice (2007) John Willy & Potter, P.A. and
Perry, A.G. (1997). Fundamental nursing: concepts, process, and practice. Fourth edition.
St. Louis: Mosby Years Book.
31