Anda di halaman 1dari 20

2019

PEDOMAN
PELAYANAN
GERIATRIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
Jl. Kol.Wahid Udin Lk.1 Kayuara Kec. Sekayu MUBA 30711
Telp/Fax. 0714 – 321 855 . Email. sekayursud@gmail.com
Website : www.rsudsekayu@mubakab.go.id

0| Pedoman Pelayanan Geriatrik


PEDOMAN PELAYANAN GERIATRIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

Disusun Oleh :
TIM TERPADU GERIATRIK

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU

1| Pedoman Pelayanan Geriatrik


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Allah, SWT, atas segala Rahmat dan Hidayah
yang telah dilimpahkan kepada kita semua, sehingga dapat menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan Pedoman Pelayanan Geriatrik Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu dimaksudkan untuk memberikan informasi perkembangan Pelayanan
geriatrik dan sarana prasarana dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.

Pada Kesempatan ini Tim Penyusun mengucapkan banyak terima kasih


kepada Bapak Direktur RSUD Sekayu (Bapak dr. makson Parulian Purba,
MARS) beserta jajarannya serta Tim Terpadu Geriatrik atas dukungan sehingga
Tim Penyusun dapat menyelesaikan Pedoman Pelayanan Geriatrik dengan
semaksimal mungkin
Tim Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Pedoman Pelayanan
Geriatrik ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Maka Tim Penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun kearah lebih baik.
Akhirnya Tim Penyusun berharap semoga Pedoman Pelayanan Geriatrik ini
dapat bermanfaat dan dijadikan pedoman bagi perawat dalam upaya
peningkatan mutu Pelayanan Geriatrik di RSUD Sekayu tahun 2019
.
Sekayu, 2019

Penyusun,

Tim Terpadu Geriatrik

2| Pedoman Pelayanan Geriatrik


TIM PENYUSUN
dr. Makson Parulian Purba, MARS

dr. Ira Puspita MG

Yulisa Rabiati, SH, M.Kes

dr. Herianto, SpPd

dr. Syarifuddin, SpPd

dr. Febri Rahmayani, SpPd

dr. Intan Pusdikasari

dr. Afridita Syafiona

Ns. Risky Ardiansyah, S.Kep

Tenty Rosita, S.Farm, Apt

Yushi Winarni, Amg

Sri Suriani, S.Ft

Ns. Rini Septiani, S.Kep

Yuliana Dwi Putri, Am.Kep

Ns. Apriyanti, S.Kep

Ns. Neoty Ovina, S.Kep

DAFTAR ISI

3| Pedoman Pelayanan Geriatrik


Halaman Judul
Sk Direktur Tentang Pemberlakuan Buku Pedoman Pelayanan Geriatrik

Kata Pengantar

Tim Penyusun

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................5


B. Tujuan Pedoman ...................................................................................5
C. Ruang Lingkup Pelayanan Geriatrik ......................................................6

BAB II STANDAR KETENAGAAN ..................................................................7

BAB III STANDAR FASILITAS .........................................................................8

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN GERIATRIK......................................11

BAB VI LOGISTIK ............................................................................................12

BAB VII KESELAMATAN PASIEN ...................................................................13

BAB VIII KESELAMATAN KERJA ...................................................................16

BAB IX PENGENDALIAN MUTU ......................................................................18

BAB X PENUTUP ...............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

4| Pedoman Pelayanan Geriatrik


A. Latar belakang
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan
antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin. Dampak
keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan meningkatnya umur
harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan.
Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif agar terwujud
kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit. Dalam upaya
peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas,
merata dan terjangkau maka pelayanan geriatri harus dilakukan secara
terpadu melalui pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga
profesional yang bekerja dalam tim terpadu geriatri.
Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
geriatri di rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidang pelayanan geriatri, perlu disusun
penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu di
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
2. Tujuan Khusus :
- Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan.
- Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah ( home
care)

C. Ruang lingkup pelayanan


Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri dibagi menjadi :
1. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat
jalan dan kunjungan rumah (home care).
2. Tingkat Lengkap

5| Pedoman Pelayanan Geriatrik


Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat
jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
3. Tingkat Sempurna
Jenis pelayananGeriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat
jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan
Siang.
4. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik
Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap
Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri (respite care), kunjungan rumah
(home care), dan Hospice.

Tingkatan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan berdasarkan :


1. Jenis pelayanan
2. Sarana dan prasarana
3. Peralatan
4. Ketenagaan.

Jenis pelayanan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum daerah Sekayu


erdasarkan tersedianya fasilitas sarana dan prasana, peralatan dan
ketenagaan adalah pelayanan tingkat sederhana.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RSUD Sekayu terdiri atas tenaga


kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim
Terpadu Geriatri.
1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang
merangkap sebagai anggota, dan anggota.
2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit.
3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas:
a. Dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat
sederhana.

6| Pedoman Pelayanan Geriatrik


b. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing
pelayanan pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana.

Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling


sedikit terdiri atas:
1. Dokter spesialis penyakit dalam
2. Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
3. Dokter
4. Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan
keterampilan inteligensia
5. Apoteker
6. Tenaga gizi
7. Fisioterapis
8. Okupasi terapis

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang

B. Standar fasilitas
Ruang pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas :
1. Ruang pendaftaran/administrasi
Ruang pendaftaran/administrasi sebagaimana dimaksud dapat
bergabung dengan ruang pendaftaran/administrasi lain di Rumah Sakit.

7| Pedoman Pelayanan Geriatrik


Ruang pendaftaran administrasi ini harus cukup luas untuk penempatan
meja tulis, lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik pasien.
Letaknya dekat dengan ruang tunggu, sehingga mudah dilihat oleh
pasien yang baru datang.
2. Ruang tunggu
Ruang tunggu harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik
untuk pasien dari luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi
roda atau tempat tidur.
3. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan
fasilitas dan alat-alat pemeriksaan.
Ruangan terdiri dari:
a. Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan
anamnesis;
b. Ruang periksa dokter/tim geriatri;
c. WC dan kamar mandi
d. Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien
(family meeting).
4. Ruang Tim Terpadu Geriatri
Ruang tim terdiri dari :
a. Ruang ketua tim
b. Ruang anggota
c. 1 (satu) ruang pertemuan untuk tim
d. Ruang istirahat karyawan dan pantry
e. Kamar kecil untuk karyawan

PERSYARATAN BANGUNAN
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta
disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.
b. Pintu
Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat
dengan kursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri
dari pintu 90 cm dan pintu 30 cm.
c. Listrik
Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat
memerlukan tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator
untuk menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik.
d. Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan.
Setiap lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar
tidak menyilaukan.
e. Lantai

8| Pedoman Pelayanan Geriatrik


Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan
atau tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk
mencegah jatuh.
f. Langit-langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang.
Agar memberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan
yang kuat sebaiknya terbuat dari kayu (hand rail).
h. Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang
menggunakan pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan
ventilasi untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kematian
arus listrik.
i. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah
kanan dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan
pegangan. Gagang shower harus diletakkan di tempat yang mudah
dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun
harus diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel
untuk meminta bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan
memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus
mengacu kepada pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis
eksesibilitas gedung dan lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau
alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada
saat berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu
untuk menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan
ruangan yang lain.

9| Pedoman Pelayanan Geriatrik


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase
apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan
diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila
tergolong pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada
sindrom geriatri, gangguan kognitif- demensia, jatuh–osteoporosis dan
inkontinensia) akan dilakukan asesmen geriatri komprehensif oleh Tim Terpadu
Geriatri.
Model 1.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Sederhana

Pasien Lanjut usia Rawat Jalan (Poliklinik) :


- Assesmen dan konsultasi
- Kuratif
Triase di setiap
- Intervensi Psikososial
Poliklinik /IGD - Rehabilitasi

Assesmen Geriatri komprehensif


oleh tim terpadu poli geriatri

Masalah Geriatri :
- Kondisi Medis Umum
- Status Fungsional Rencana Tatalaksana
Home Care
- Psikiatri : komprehensif oleh tim
Status Mental terpadu poli geriatri
Fungsi KKognitif
- Sosial dan Lingkungan

Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan perawatan


inap namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni ruang rawat akut
geriatri maka dapat dirawat di ruang rawat biasa.

10 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k
BAB V
LOGISTIK
Jumlah peralatan didasarkan pada:
a) kebutuhan pelayanan;
b) rata-rata jumlah kunjungan setiap hari.
c) Angka rata-rata pemakaian tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) bagi
pelayanan rawat inap
d) evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat.
No Alat Lengkap
Ruang pemeriksaan
1 Tempat tidur pasien √
2 1 set alat pemeriksaan fisik √
3 EKG √
4 Light box √
5 Bioelectrical impedance -
6 Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan √

7 Instrumen penilaian Kognitif, Psikologi, Psikiatri √

No Alat Lengkap
Rawat inap
8 Tempat tidur pasien √
9 Oksigen √
10 Suction √
11 Komod √
12 Light box √
13 EKG √
14 Blue bag √
15 Chair scale √
16 Timbangan rumah tangga √
Ruang fisioterafi
17 Paralel bar √
18 Walker √
19 Stick √
20 Tripot √
21 Quadripot √
22 Kursi roda √
23 Tilting table √
24 Meja fisiotherafi √
25 Paralel bar √
26 Diatermi √
27 TENS √
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

11 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k
A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. TUJUAN
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


 ADVERSE EVENT (Kejadian Tidak Diharapkan) :

12 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k
Adverse event adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang
mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
 KTD yang tidak dapat dicegah (Unpreventable Adverse Event) :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir
 KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Near Miss :
Near Miss adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”
 KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Medical Error adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
 KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian
tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(seperti, amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.

E. TATA LAKSANA

13 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k
2. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
3. Melaporkan pada dokter jaga Bangsal / DPJP
4. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
5. Mengobservasi keadaan umum pasien
6. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

F. TINDAKAN / UPAYA KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)


1. Pemasangan peneng / gelang identitas pasien (nama, nomor register,
usia),
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif,
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat (obat,dosis, nama pasien,cara
pemberian, waktu,dan dokumentasi ),
4. Mencegah salah lokasi, salah pasien atau salah tindakan operasi
(memberikan tanda khusus jenis dan lokasi tindakan),
5. Pengendalian infeksi (menerapkan standard precaution),
6. Mencegah pasien jatuh.

14 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS
terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan
kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato,
tindik, dll).
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.
Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk
berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25%
terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis
C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal
Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan
melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara
terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

15 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k
B. TUJUAN
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan
keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan
guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

16 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna


mewujudkan keberhasilan program pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri.
Pemantauan dan evaluasi harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor
yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.
Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatan
dan pelaporan. Diperlukan sejumlah indikator dalam pencatatan, diantaranya
sebagai berikut:
1. Lama rawat
Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari
kemampuan TTG serta dukungan sarana dan prasarana. Makin terampil dan
lengkap, lama rawat akan semakin singkat. Rata-rata lama rawat pasien
geriatri yang masuk karena mengalami geriatric giants dan dirawat inap
dengan menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12 hari.
2. Status fungsional
Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai saat
pemulangan. Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien geriatri
dengan karakteristik seperti di atas adalah 4/20 jika menggunakan instrumen
ADL Barthel.
3. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai
kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life = HRQoL). Salah
satu instrumen yang sering digunakan adalah EQ5D (Euro-Quality of Life Five
Dimension) yang mengukur lima dimensi atau aspek yang memengaruhi
kesehatan. Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-VAS minimal 79%.
4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)
Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke rumah dari
rumah sakit. Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama
pascarawat menggambarkan adanya permasalahan kesehatan yang
sesungguhnya belum optimal ditatalaksana di rumah sakit. Persentase
maksimal rehospitalisasi pasien geriatri pascarawat inap akut adalah 15%.
Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi oleh kesiapan tim terpadu geriatri serta
dukungan yang ada di rumah sakit. Rehospitalisasi juga tak terlepas dari
pengaruh kemampuan puskesmas dan community based geriatric service.

17 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k
5. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara
sahih dapat mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering
digunakan adalah Patients’s Satisfaction Questionair (PSQ) yang telah diuji
kesahihan (Spearman correlation coefficient: 0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan
keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684). Instrumen ini memiliki nilai standar
minimal 190.

BAB IX

18 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Geriatri ini diharapkan menjadi panduan


penyelenggaraan pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu DI Rumah Sakit
Umum Daerah Sekayu.. Pelaksanaan pelayanan geriatri di Rumah Sakit Umum
Daerah Sekayu harus disesuaikan dengan SDM yang tersedia, peralatan, sarana
dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, selain itu perlu
adanya kerjasama tim terpadu geriatri yang secara bersama-sama menangani
pasien geriatri sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing sehingga terwujud
pelayanan geriatri yang terpadu.
Pedoman petunjuk teknis pelayanan ini selanjutnya perlu dijabarkan
dalam prosedur tetap guna kelancaran pelaksanaannya.

Ditetapkan di Sekayu
Pada Tanggal
Direktur RSUD Sekayu

dr. Makson Parulian Purba, MARS


NIP. 19710314 200112 1 002

19 | P e d o m a n P e l a y a n a n G e r i a t r i k

Anda mungkin juga menyukai