Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization ( 2014) Menyatakan Yoga

merupakan alat modifikasi gaya hidup terbaik untuk pencegahan penyakit

kardiovaskular karena mengandung unsur meditasi. Yoga digunakan sebagai

terapi tambahan yang efektif untuk pencegahan hipertensi karena dapat

merubah gaya hidup menjadi positif. Terapi Yoga merupakan kombinasi dari

latihan fisik terstruktur, teknik pernapasan, dan meditasi, dan terbukti secara

positif mempengaruhi fungsi otonom jantung. Telah terbukti mengurangi

gejala depresi dan kecemasan dan menghasilkan peningkatan kualitas hidup

(Field, 2016).

Latihan pernapasan pada terapi yoga dengan cara mengatur napas

menjadi lebih pelan dan dalam berfungsi menenangkan pikiran dan tubuh,

pada saat latihan pernapasan dilakukan otot-otot tubuh akan meregang,

sehingga tubuh dan pikiran menjadi rileks, nyaman dan tenang yang membuat

tekanan darah menurun (Oktavia, 2012) Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kualitas tidur seseorang, diantaranya adalah : 1)Fisik Kondisi,

fisik seseorang sangat erat kaitannya dengan kualitas tidur yang dimilikinya.

Terutama pada lansia dengan keluhan ketidaknyamanan fisik seperti batuk,

1
kram kaki, pegal-pegal pada tubuh dan perut kembung cenderung mengalami

penurunan kualitas tidur. 2)Psikososial Memasuki fase lansia akan membuat

seseorang mengalami perubahan dalam hal psikososial. Lansia mudah

mengalami kecemasan dan kekhawatiran berlebih serta depresi yang dapat

mengganggu tidur mereka, 3)Lingkungan Faktor lingkungan ikut berkontribusi

dalam mempengaruhi kualitas tidur seseorang. 4)Gaya Hidup, Gaya hidup tentu

memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas tidur seseorang. Terutama

pada lansia, tidur siang yang pendek dan diikuti dengan latihan fisik sedang

pada sore hari dapat memberikan kualitas tidur yang baik (Wahyuni dkk, 2009).

Senam yoga merupakan olah raga yang berfungsi untuk penyelarasan

pikiran, jiwa dan fisik seseorang. Senam yoga adalah sebuah aktifitas dimana

seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indra dan tubuh

secara keseluruhan. Senam yoga bias juga menyeimbangkan tubuh dan fikiran

(Johan Devina, 2011). Senam yoga merupakan intervensi holistic yang

menggabungkan postur tubuh (asanas), teknik pernapasan (pramayamus) dan

meditasi (S. Sasmita Andri. 2007). Intervensi senam yoga umumnya efektif

dalam mengurangi berat badan, tekanan darah dan kadar glukosa dan kolesterol

tinggi serta fikiran dan relaksasi fisik dan emosional. Senam yoga juga

menstimulasi pengeluaran hormone endorphin, hormone ini dihasilkan tubuh

saat relaks/tenang yang berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi

otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam

tubuh untuk mengurangi tekanan darah tinggi. ( Endang Triyanto, 2014) Senam

2
yoga terbukti dapat meningkatkan kadarb-edorphine dalam darah. Ketika

seseorang melakukan senam maka b-edorphine akan keluar dan ditangkap oleh

reseptor didalam hipotalamus dan system limbic yang berfungsi untuk

mengatur emosi. Peningkatkan b-edorphine terbukti berhubungan erat dengan

penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ngat, kemampuan seksual, tekanan

darah dan pernapasan ( Sindhu dalam ending Triyanto, 2014). Menurut

penelitian putu (2009) ternyata senam yoga teratur selama 30-45 menit dan

dilakukan 3-4 kali seminggu terbukti lebih efektif menurunkan tekanan darah (

tekanan darah sistolik turun 4-8 mmhg)

Di Amerika Serikat, penduduknya menyukai yoga dengan jenis Hatha.

Hatha pertama kali diperkenalkan oleh Yogi (sebutan untuk praktisi yoga)

Swatmarama di India pada abad ke-15 dan dijelaskan oleh dia sebagai tangga

ke puncak Raja yoga (Raja menjadi salah satu dari enam sekolah ortodoks

filsafat Hindu, digarikan oleh Patanjali dalam Yoga Sutra) dan tahap persiapan

untuk pemurnian fisik yang lebih tinggi. sedangkan untuk Indonesia yoga ada

pada tahun 1990-an yoga mulai dikembangkan dan mereka sudah memahami

pentingnya yoga untuk kebutuhan kesehatan mereka. ( Sindhu dalam ending

Triyanto,2014).

3
Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972

juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan

perbandingan50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung

meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012). Data statistic dari Nasional

Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000

orang Australia (15% penduduk dewasa di Australia) menderita

hipertensi. Besarnya penderita di negara barat seperti, Inggris, Selandia

Baru, dan Eropa Barat juga hamper 15% (Maryam, 2008). Di Amerika

Serikat 15% ras kulit putih pada usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit hitam

adalah penderita hipertensi (Miswar, 2014). dan di Kelurahan Mulyaharja

khususnya Rw 02 jumlah hipertensi sangat tinggi dengan jumlah

prevalensi sesuai data yang di dapatkan 90% masyarakat desa mengalami

penyakit HT.

Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan

pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau

kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada

kesehatan. Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang

berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-

diam, karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan

berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan

4
Dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi

baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan

fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke.

Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.

Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa

mengakibatkan kematian. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian

yang tinggi juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan

yang harus ditanggung para penderitanya. Perlu pula diingat hipertensi

berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup. Bila seseorang mengalami

tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin dan

pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita ke

dalam kasus-kasus serius bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang

terus menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya

kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal,

otak dan mata (Wolff, 2006)

Hipertensi dapat diobat dengan cara mengkonsumsi obat-obatan

penurun tekanan darah, pengaturan pola makan, olahraga, mengurangi stress,

menghindari alcohol, dan merokok (Kowalski, 2010). Menurut Prayitno (2014)

Hipertensi juga dapat diobati menggunakan terapi yang berbentuk meditasi

berupa yoga. Meditasi didalamnya mengandung unsur penerangan diri yang

dapat menstabilkan tekanan darah sehingga meditasi dianggap sebagai

metode penyembuhan yang sangat efektif bagi penderita Hipertensi

5
1.2 Rumusan Masalah

Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang

berbahaya, padahal hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-

diam, karena penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan

berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan

hipertensi ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien

datang dengan keluhan lain. di lingkungan kelurahan mulyaharja banyak

menderita penyakit Hipertensi diakibatkan karena perilaku kurang

olahraga dan sulit tidur pada malam hari. Oleh sebab itu dilakukan

tindakan non farmakologi sebagai terapi yoga untuk menurunkan tekanan

darah dengan cara melatih klien untuk berolahraga dengan terapi ini.

Latihan pernapasan pada terapi yoga dengan cara mengatur napas

menjadi lebih pelan dan dalam berfungsi menenangkan pikiran dan

tubuh, pada saat latihan pernapasan dilakukan otot-otot tubuh akan

meregang, sehingga tubuh dan pikiran menjadi rileks, nyaman dan tenang

yang membuat tekanan darah menurun (Oktavia, 2012) Berdasarkan

uraian diatas, dapat dirumuskan pertayaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana Pengaruh Terapi Senam Yoga Pada Klien Dengan Hipertensi di

Kelurahan Mulyaharja Rt 03

6
1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

hipertensi

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada keluarga Tn.M khususnya Ny. I

dan keluarga Tn.S khususnya Ny.T dengan kasus Hipertensi di Rw

02/Rt 03 Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga Tn.M

khususnya Ny. I dan keluarga Tn.S khususnya Ny.T dengan kasus

Hipertensi di Rw 02/Rt 03 Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor

c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada keluarga Mampu

melakukan implementasi keperawatan pada keluarga Tn.M khususnya

Ny. I dan keluarga Tn.S khususnya Ny.T dengan kasus Hipertensi di

Rw 02/Rt 03 Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor

d. Mampu melakukan evaluasi pada keluarga Tn.M khususnya Ny. I

dan keluarga Tn.S khususnya Ny.T dengan kasus Hipertensi di Rw

02/Rt 03 Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor

7
1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dilakukan penelitian sebagai berikut :

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Memberi masukan bagi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan

dan menggembangkan kinerja dan asuhan keperawatan yang baik

terutama terapi yoga untuk klien dengan Hipertensi.

2. Bagi Klien

Sebagai manfaat klien dalam proses penyembuhan dan dapat

meningkatkan pemahaman tentang Hipertensi.

3. Bagi Pendidikan

Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan

ilmu pengetahuan keperawatan di Indonesia khususnya dapat

senantiasa berkembang dan meningkatkan pemahaman tentang

Hipertensi.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pengetahuan untuk mendapatkan pengalaman dan

meningkatkan kemampuang diri dalam bidang penelitian serta

menambah pengetahuan tentang Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai