“Hipertensi”
KELOMPOK 1:
Lingga Caraka Putri 201610330311114
Fihkri Baroq Kholilillah 201610330311115
Shintya Tamadita 201610330311187
2
C. GENOGRAM (minimal 3 generasi)
Tn. RS Ny. S
Keterangan:
= Penderita
An. S
= Laki-laki
An. Abm An. Ab An. Nas An. Nau
= Perempuan
= Menikah
= Bercerai
........ = Tinggal dalam 1 rumah
= Meninggal
= Meninggal
3
D. INTERAKSI DALAM KELUARGA
No Nama Sex Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga Status Keterangan
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA) Perkawinan Domisili
(TK, K, J, D) Serumah
Ya Tdk
1. Tn. RS L - meninggal Ayah kandung kawin - -
2. Ny. S P - meninggal Ibu kandung kawin - -
3. Tn A L - meninggal Suami kawin + -
4. Ny. SD P 72 th Ibu rumah tangga Istri kawin + -
5. Ny. Y P - Dokter Anak kandung kawin + -
6. Tn. D L - Bisnis makanan Menantu kawin + -
7. Ny. F P - Karyawan swasta Anak kandung kawin - +
8. Tn YK L - Karyawan swasta Menantu kawin - +
9. An. S P - Pelajar Cucu Belum kawin + -
10. An. Abm L - Pelajar Cucu Belum kawin + -
11. An. Ab L - Pelajar Cucu Belum kawin - +
12. An. Nas P - Pelajar Cucu Belum kawin - +
13. An. Nau L - Pelajar Cucu Belum kawin -
4
II. DATA DASAR KESEHATAN
STATUS MEDIS (Klinis)
Anamnesis :
RPS : Pasien tidak mimiliki keluhan tetapi pasien mempunyai riwayat hipertensi yang
RPD : Pasien sudah mimiliki riwayat hipertensi sejak 17 tahun yang lalu. Pasien tidak
RPK : Suami memiliki riwayat hipertensi. Selain itu, tidak didapatkan riwayat
RpSos : Pasien merupakan ibu rumah tangga yang sudah tidak bekerja setelah memasuki
masa pensiun. Sehari – hari pekerjaan di rumah dibantu oleh 1 ART (Asisten
Rumah Tangga). Pasien kerap mengikuti kegiatan warga seperti posyandu, senam
RPEko : pasien merupakan ibu rumah tangga yang sudah tidak bekerja, untuk keperluan
Pemeriksaan Fisik :
Vital Sign:
TD : -
Nadi : -
RR : -
Suhu : -
Pemeriksaan Penunjang :-
5
Riwayat Imunisasi : Tidak diketahui
Riwayat KB : KB Kalender
6
UPAYA & PERILAKU KESEHATAN
7
RIWAYAT PEKERJAAN
Dahulu pasien bekerja di pabrik Bentoel Group mulai dari umur 22 tahun hingga umur 52
tahun. Pasien bekerja selama 8 jam sehari pada hari senin – Jum’at dan 5 jam sehari pada hari
sabtu. Jarak tempat bekerja dari tempat tinggal pasien ± 10 km. Pasien menggunakan
kendaraan pribadi (motor) menuju tempat kerja. Setelah mengalami kecelakaan lalu lintas
dengan menggunakan motor pasien mengalami ketakutan untuk mengendari motor sehingga
pasien memili untuk menggunakan angkutan umum menuju tempat kerja pasien bekerja
8
FUNGSI KELUARGA
FUNGSI KELUARGA
NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengkap dan jelas)
Keluarga Multigenerasu (Multigenerational Family) karena terdiri dari beberapa generasi atau
1 Tipe Keluarga
kelompok umur yang tinggal satu rumah
Adaptation : Pasien merasa bahwa pasien mendapatkan bantuan dari keluarga saat mengalami sakit.
karena anak selalu mengingatkan untuk rajin kontrol (skor 2)
Partnership : Pasien merasa puas dalam komunikasi dalam keluarga. (skor 2)
Growth : Pasien merasa keluarga selalu memberikan support dan mendukung keinginan untuk
melakukan aktivitas yang sewajarnya untuk pasien seperti mengikuti senam lansia, posyandu lansia
dan mengikuti kegiatan PKK. (skor 2)
2 APGAR Famiily
Affecion : pasien merasa keluarganya selalu saling memberikan kasih sayang. Seperti saat pasien
sakit anak, mantu serta cucu menunjukkan rasa perhatian (skor 2)
Resolve : Pasien merasa puas dengan anak yang mau menyediakan waktu untuk keluarga, walaupun
anaknya sibuk bekerja dan menjalankan studi S2. (skor 2)
Total score : 10 menandakan bahwa fungsi keluarga baik (High Functional Family)
9
FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN
KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
-
1 Fisik
2 Biologi -
-
3 Kimia
7 Ekonomi -
8 Ergonomi -
10
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)
Aspek 1: Personal
Keluhan Utama : Hipertensi
Ketakutan : Takut penyakit hipertensi ini dapat menyebabkan
kejadian yang sama seperti yang dialami suami pasien.
Pasien takut tidak dapat menjaga kedua anaknya.
Harapan : Dapat hidup panjang umur dan penyakitnya
hipertensinya dapat terkontrol.
Aspek 2: Klinis
Diagnosis Klinis : Hipertensi (I.10)
Diagnosis Banding :-
11
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
12
melakukan kegiatan sehari-hari) Rehabilitatif:
Cek kesehatan terutama tekanan darah secara rutin
13
IV. RESUME KASUS
1. Epidemiologi
Berdasarkan data dari Depkes (2006) angka prevalensi hipertensi terus
meningkat setiap tahun, diperkirakan pada tahun 2025 sekitar 29% orang
dewasa di seluruh dunia akan menderita hipertensi (1). Dan data dari AHA
(American Heart Association) tahun 2011, di Amerika dari 59% penderita
hipertensi hanya 34% yang terkendali, menyebutkan bahwa 1 dari 4 orang
dewasa menderita hipertensi (2). Sedangkan berdasarkan NHANES
(National Health and Nutrition Examination Survey) tahun 2010, dari 66,9
juta penderita hipertensi di USA, sebanyak 46,5% hipertensi terkendali
dan 53,5% hipertensi tidak terkendali (2). Di Indonesia pada tahun 2014
jumlah kasus hipertensi tercatat sebanyak 19.874 kasus dan jumlah
kematian akibat hipertensi sebanyak 955 kasus (4,81%) dan meningkat
pada tahun 2014 menjadi 22.216 kasus dan jumlah kematian akibat
hipertensi sebanyak 1.122 kasus (5,05%) (3). Hasil Riskesdas tahun 2013
memperlihatkan bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan yang
utama dengan prevalensi yang tinggi, yakni 25,8%.
2. Etiologi
1. Hipertensi essensial atau idiopatik
adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90%
kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor
genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap
natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk
faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi,
obesitas dan lain-lain.
2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah.
14
3. Faktor Risiko
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Riwayat hipertensi dan kardiovaskuler dalam keluarga
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :
4. Patogenesis
15
5. Tatalaksana
TATALAKSANA HIPERTENSI
Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat . Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh
banyak guidelines adalah :
Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari
diabetes dan dislipidemia.
Mengurangi asupan garam. Tidak jarang, diet rendah garam bermanfaat
untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat
≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan
darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga
secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di
tempat kerjanya.
Mengurangi konsumsi alcohol. Konsumsi alcohol semakin hari semakin
meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup,
terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada
pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah.
Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.
Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
16
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :
Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada
usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan factor komorbid
Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur. Algoritme
tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai guidelines
memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini adalah algoritme
tatalaksana hipertensi secara umum, yang disadur dari.
6. Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan
antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang
tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci
17
untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi
dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.
7. Komplikasi
Sumber :
1. John E. Hall et al. 2015. Hurst's The Heart 14th ed. McGraw-Hill Education.
2. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta.
3. Leonard, S. 2016. Pathosiology of Heart Disease 6th ed. China. Spi Global
4. Longo et al. 2016. Harrison ‘s Principle of Internal Medicine 18th ed.
5. Hidayati, Sri. 2018. Kajian Sistematis Terhadap Faktor Risiko Hipertensi di
Indonesia. Journal of Health Science and Prevention, Vol.2(1)
6. Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC
7. American Society of Hypertension and the International Society of
Hypertension.2013
8. Sandberg K, Ji H. Sex differences in primary hypertension. Biol Sex Differ.
2012 Mar 14;3(1):7
9. Smoking Talukder MH, Johnson Wm, S Varadharaj, et al. Chronic cigarette
smoking causes hypertension, increased oxidative stress, impaired NO
bioavailability, endothelial dysfunction, and cardiac remodeling in mice. Am J
Physiology-Heart Circulatory Physiol. 2010
10. Vaidya A, Forman JP. Vitamin D and hypertension current evidence and
future directions. Hypertension. 2010;56:774–779.
11. Saxena TK, Maheshwari S, Saxena M. Aetiopathogenesis of type-2 diabetes
mellitus: could chronic stress play an important role? .JAssoc Physicians
India. 2014;62:484–485
12. Flammer AJ, Lüscher TF. Human endothelial dysfunction: eDRFs. Pflugers
Arch. 2010 May;459:1005–1013.
13. Napoli C, Ignarro LJ. Nitric oxide and pathogenic mechanisms involved in
the development of vascular diseases. Arch PharmRes. 2009;32:1103–1105.
18
14. Duprez DA. Role of the renin–angiotensin–aldosterone system invascular
remodeling and inflammation: a clinical review. JHypertens. 2006 Jun
1;24:983–989.
15. Takahashi H, Yoshika M, Komiyama Y, Nishimura M. The central
mechanism underlying hypertension: a review of the roles of sodium ions,
epithelial sodium channels, the renin-angiotensin-aldosterone system,
oxidative stress and endogenous digitalis in the brain. Hypertension
Research. 2011;34(11):1147–1160.
16. Leenen FHH, Dumais J, McInnis NH, et al. Results of the Ontario survey on
the prevalence and control of hypertension. Canadian Medical Association
Journal. 2008;178(11):1441–1449.
17. Blaustein MP, Leenen FHH, Chen L, et al. How NaCl raises blood pressure:
a new paradigm for the pathogenesis of salt-dependent hypertension. The
American Journal of Physiology—Heart and Circulatory Physiology.
2012;302(5):H1031–H1049.
18. Harshfield GA, Dong Y, Kapuku GK, Zhu H, Hanevold CD. Stress-induced
sodium retention and hypertension: a review and hypothesis. Current
Hypertension Reports. 2009;11(1):29–34
19. Cohen DL, Townsend RR. The salt controversy and hypertension. Journal of
Clinical Hypertension. 2012;14(4):265–266.
20. Osborn JW, Fink GD, Sved AF, Toney GM, Raizada MK. Circulating
angiotensin II and dietary salt: converging signals for neurogenic
hypertension. Current Hypertension Reports. 2007;9(3):228–235.
19
Lampiran Dokumentasi
20