Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Adapun Tinjauan Pustaka yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian
terdahulu atau penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan sesuai dengan
lingkup permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1.1 Dwi Uriyani (2009)


Melakukan penelitian tentang “Pengendalian Kualitas Statistik Pada
Proses Produksi Percetaakan Buku di CV. Aneka Ilmu Semarang”. Dwi
Uriyani melakukan pengendalian kualitas statistik (SQC) yang diterapkan di
CV. Aneka Ilmu Semarang dalam produksi percetakan buku dengan
menggunakan peta kontrol p (p chart). Hasil yang diperoleh Dwi Uriyani pada
saat melakukan penelitian yaitu menemukan jenis ketidaksesuaian yang terjadi
pada produksi percetakan buku di CV. Aneka Ilmu Semarang. Adapun jenis
ketidaksesuaian yang muncul adalah adanya bagian lipat potong sebesar
1,245%, dari keempat jenis ketidaksesuaian, yaitu lipat-potong, lembaran
tumpang tindih, tulisan tidak jelas, dan penjilidan yang disebabkan faktor
mesin dan tenaga kerja. Dengan melakukan pengendalian kualitas statistik
diperoleh hasil bahwa produksi percetakan buku di CV. Aneka Ilmu Semarang
sudah berada di dalam kontrol, Sehingga proses produksi percetakan buku di
CV. Aneka Ilmu Semarang terkontrol dengan baik.

2.1.2 La Hatani (2008)


Meneliti tentang “Manajemen Pengendalian Mutu Produksi Roti Melalui
Pendekatan Statistical Quality Control (SQC)”, studi kasus pada perusahaan
roti Rizki Kendari. La Hatani menemukan adanya penyimpangan standar
kualitas produk yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Padahal perusahaan
telah melakukan pengawasan kualitas terhadap produk secara intensif dengan
menetapkan batas toleransi kerusakan produk. Metode analisis menggunakan
Statistical Quality Control (SQC) dengan metode diagram kendali P (P-chart).
II-1
II-2

Hasil analisis memberitahukan bahwa tingkat pencapaian standar yang


diharapkan oleh perusahaan belum tercapai. Hal tersebut dibuktikan oleh
proporsi rata-rata produk yang rusak/cacat untuk produk yang telah dijadikan
sampel perhari masih berada diluar batas toleransi kerusakan produk. Sehingga
pengawasan kualitas produksi roti secara Statistical Quality Control (SQC)
belum sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2.1.3 M. Roby Jatmiko (2009)


Meneliti tentang “Pengandalian Kualitas Statistik Pada Proses
Pembotolan di CV Yasatama Bumi Cakra Magelang”. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan peneliti menemukan ketidaksesuaian yang
disebabkan oleh faktor mesin, misalnya ada kebocoran pada alat bantu dan usia
mesin yang sudah tua. Mesin yang digunakan untuk produksi semakin lama
akan mengalami kehausan. Selain karena mesin, tenaga kerja sangat juga erat
kaitannya dengan mesin. Faktor tenaga kerja dipengaruhi oleh kelengahan
dalam memperhatikan hasil pekerjaan, kurang cermat dan kurang teliti. Maka
dari itu, untuk menjaga alat-alat perusahaan tersebut perlu dilakukan
pengecekan secara berkala, melakukan pengawasan untuk megawasi berbagai
ketidaksesuaian yang terjadi serta meningkatkan sikap kedisiplinan terhadap
para pekerja guna meminimalkan jumlah kecacatan, maka perusaaan
menggunakan metode pengendalian kualitas statistik. Hasil yang diperoleh
memperlihatkan bahwa terjadi ketidaksesuaian yang terjadi dalam proses
pembotolan di CV. Yasatama Bumi Cakra Magelang adalah botol tanpa tutup,
botol penyok ,dan botol sobek dengan jenis ketidaksesuaian yang paling sering
terjadi terjadi pada botol tanpa tutup sebesar 40,28 % dari total
ketidaksesuaian. Sedangkan ketidaksesuaian cacat terhadap jumlah produsi
hanyalah 1,403%, hal ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produksinya.
II-3

2.1.4 Nur Chandra (2011)


Meneliti tentang “Studi Pengendalian Kualitas Statistik Produk Hand
Guant dengan menggunakan peta kontrol P dan diagram fish bone di PT IPMS
- BINONG”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT IPMS
pada bagian produksi plastik, maka penulis menemukan bahwa proses produksi
yang dilakukan belum menerapkan sistem pengendalian kualitas produksi.
Penerapan metode Statistical Quality Control dengan menggunakan peta
control p sangat cocok diterapkan di PT Inti Pindad Mitra Sejati (IPMS)
mengingat jumlah produksi yang dihasilkan berubah-ubah tiap periodenya.
Penulis juga menggunakan alat pengendalian kualitas yaitu diagram tulang
ikan (Fish Bone) dalam mengidentifikasi setiap penyebab terjadinya
kegagalan. Berdasarkan penelitian tersebut juga diperoleh hasil bahwa bagian
produksi percetakan plastik belum menerapkan sistem pengendalian kualitas
dan hanya dilakukan secara visual. Dengan menggunakan metode peta P maka
penyebab kegagalan dapat diidentifikasi dengan cepat.

2.1.5 Dhika Wulan S. (2009)


Meneliti tentang “Analisis Pengandalian Kualitas Statistik Pada Proses
Produksi Pakaian Di Bagian Finisihing Pada PT. Jaya Asri Garmindo
Karanganyar”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengendalian kualitas pada pakaian di bagian Finishing yang telah dilakukan
dengan menggunakan metode Pengendalian Proses Secara Statistik (Statistical
Process Control) menunjukan bahwa proses produksi belum memenuhi
standar kualitas yang ditetapkan perusahaan. Dengan analisa c-chart dapat
diketahui bahwa tingkat kerusakan pakaian di bagian Finishing pada periode
bulan Janauri 2009 ada yang diluar batas kendali (out of control) atas (UCL)
dan batas kendali (out of control) bawah (LCL).
II-4

Untuk meningkatkan kualitas produk khususnya pakaian yang dihasilkan


perusahaan, kebijakan mutu yang telah ditetapkan harus dijalankan dengan
benar, antara lain dalam pemilihan negoisasi bahan baku dengan buyer sesuai
standar, perekrutan tenaga kerja yang berpengalaman, kedisiplinan kerja yang
tinggi, pembinaan para karyawan, pemberian bonus pada karyawan yang sesuai
target dan disiplin tinggi, perbaikan mesin secara terus menerus dan
menciptakan lingkungan kerja yang bersih, nyaman, serta aman.

2.1.6 Bakhtiar, Suharto Tahir (2013)


Meneliti tentang “Analisa Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan
Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada UD.Mestika”. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada UD. Mestika yang
merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam industri produksi sirup pala
Peneliti menemukan Kerusakan produk yang terjadi pada saat proses pengisian
dan pengemasan produk maupun pada saat pemindahan kegudang. Tujuan dari
permasalah ini adalah untuk mengendalikan kualitas produk jadi sirup pala dan
mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas produk dengan
menggunakan alat bantu statistik yaitu seven tools (check sheet, histogram,
diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram, peta kendali dan
stratifikasi) sehingga dapat mengetahui faktor penyebab kerusakan dan
pencegahan yang akan dilakukan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari
ke 7 alat pengendalian kualitas yang telah dianalisa dapat diketahui bahwa
penyebab penyimpangan kualitas pada UD. Mestika yaitu dari sekian
kerusakan yang terjadi, yang paling berpengaruh adalah kerusakan pada botol
jenis pecah dan retak disebabkan oleh 4 faktor yaitu manusia, material, metode
dan proses serta tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dari faktor.
Manusia ialah memberikan arahan dan melakukan pengawasan yang ketat serta
melakukan pelatihan pada karyawan, Faktor material ialah botol yang akan
digunakan harus diperhatikan dengan baik, Faktor metode ialah area gudang
harus tertutup agar botol tidak terkena cahaya matahari langsung, dan Faktor
proses adalah Jangan terlalu lama merendam botol dalam air panas, agar tidak
mengurangi ketahanan botol.
II-5

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Kualitas
Dalam dunia industri, baik industri jasa maupun barang, kualitas adalah
faktor yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan
posisi bersaing. Kualitas suatu produk diartikan sebagai tingkatan dimana
produk/jasa tersebut mampu memuaskan keinginan dari konsumen. Pengertian
kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal antara lain:
Crosby (1979), "kualitas adalah suatu kesesuaian dengan kebutuhan yang
didalamnya meliputi availability, delivery, realibility, maintainability, dan cost
effectiveness".
Feigenbaum (1992), "kualitas merupakan keseluruhan karakteristik
produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture dan
maintenance. dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaianya akan
sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan".
Suyadi Prawirosentono (2007), “kualitas suatu produk adalah Keadaan
fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera
dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah
dikeluarkan”.
Berdasarkan pengertian kualitas tersebut maka dapat terlihat bahwa
menurut sudut pandang produsen, kualitas berarti kesesuaian spesifikasi
sedangkan menurut konsumen, kualitas berarti kecocokan dalam
menggunakan, walaupun demikian secara objektif pengertian kualitas adalah
standar kusus dimana kemampuan, kinerja, kendala, kemudahan pemeliharaan,
dan karakteristik dapat diukur.

Elliot (1993), "kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang
berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan
tujuan.

2.2.2 Pengertian Pengendalian Kualitas Statistik


Pengendalian kualitas statistik merupakan sebuah pengendalian kualitas
yang bertujuan untuk melakukan kegiatan pemeriksaan, pengujian, dan analisis
serta menyimpulkan apakah mutu setiap barang sudah sesuai atau tidak dengan
standar mutu yang ditetapkan. Proses pemeriksaan, pengujian dan analisis ini
II-6

disebut dengan “Pengendalian Kualitas Statistik”. Teknik statistik ini biasanya


digunakan untuk mengawasi kualitas dan/atau untuk memecahkan
permasalahan yang terdapat pada pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas
statistik (Statisctical Quality Control/SQC) dapat dikatakan sebagai suatu
metode pengendalian kualitas yang bersifat logis dan praktis, karena teknik ini
dirumuskan secara matematis serta mudah dimengerti dan diterapkan oleh
perusahaan.
Tujuan utama dari pengendalian kualitas secara statistik adalah untuk
mengetahui dengan cepat sebab-sebab terduga dari penyimpangan yang terjadi
sehingga dapat diambil suatu tindakan perbaikan yang tepat sebelum
perusahaan memproduksi barang dibawah standar dalam jumlah yang lebih
besar. Pengendalian kualitas statistik (Statisctical Quality Control/SQC)
mengendalikan kualitas barang pada tingkat akhir atau pada barang yang akan
dikeluarkan perusahaan untuk dipasarkan. Pengendalian kualitas statistik
(Statisctical Quality Control/SQC) harus dilihat sebagai seperangkat alat yang
dapat mempengaruhi fungsi yang lebih spesifik terkait dengan produksi atau
pemeriksaan. Statisctical Quality Control yang merupakan suatu teknik
penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan,
menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses dengan
menggunakan metode-metode statistik.
Menurut Heizer dan Render (2004), “Statisctical Quality Control adalah
sebuah teknik statistik yang digunakan secara luas untuk memastikan bahwa
proses memenuhi standart”.
Peranan pegendalian kualitas produk menjadi bertambah besar dan
penting dengan adanya perkembangan selera akibat peradaban manusia yang
berubah. Perubahan selera tersebut mendorong konsumen untuk selalu mencari
barang yang nilai gunanya lebih sempurna dan baik. Kualitas suatu produk
dengan proses produksi sangat erat kaitannya. Suatu produk dibuat melalui
proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang setengah jadi dan akhirnya
menjadi barang jadi (finished goods) berdasarkan kualitas yang diciptakan.
Kualitas suatu produk berkaitan dengan bentuk, warna, dan dapat pula
II-7

dikaitkan dengan seni, karena kualitas selalu dikaitkan dengan memenuhi


selera konsumen. Konsumen bersedia membayar dengan harga mahal, asalkan
mereka memperoleh kepuasan. Artinya mereka bersedia membeli suatu barang
dengan harga yang masuk akal, tetapi kualitasnya baik. Kualitas suatu produk
adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat
memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai
uang yang telah dikeluarkan.
Pengendalian kualitas merupakan kegiatan terpadu mulai dari produk
standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi,
sampai standar pengiriman produk ke konsumen, agar barang atau jasa yang
diproduksi sesuai dengan kualitas yang direncanakan (pemenuhan spesifikasi
kebutuhan). Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu
analisa informasi yang terkandung dalam suatu sampel dari populasi. Metode
statistik memegang peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode statistik
memberikan cara-cara pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian
serta evaluasi dan informasi didalam data yang digunakan untuk
mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan.
Menurut Sofjan Assauri (1998), “Pengendalian dan pengawasan adalah
egiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kepastian produksi dan operasi
yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan dan apabila terjadi
penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga apa
yang diharapkan dapat tercapai”.
Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen
dimana mengukur karakteristik kualitas dari produk atauj asa, kemudian
membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang
diinginkan serta mengambil tindakan peningkatan yang tepat apabila
ditemukan perbedaan kinerja actual dan standar. Pengendalian kualitas
produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan penggunaan
bahan/material yang bagus, penggunaan mesinmesin/ peralatan produksi yang
memadai, tenaga kerja yang terampil, dan proses produksi yang tepat.
II-8

Pengendalian kualitas secara statistik (Statistical Quality Control) dapat


digunakan untuk menemukan kesalahan produksi yang mengakibatkan produk
tidak baik, sehingga dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk mengatasinya.
Statistical Quality Control (Pengendalian Kualitas Statistik) adalah teknik
yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur
maupun jasa melalui menggunakan metode statistik. Pengendalian kualitas
statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk
memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan memperbaiki
produk dan proses menggunakan metode-metode statistic

2.2.3 Konsep Pengendalian Kualitas


Konsep kualitas harus bersifat menyeluruh, baik produk maupun
prosesnya. Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi,
sedangkan kualitas proses meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
proses produksi baik proses-proses yang terjadi pada perusahaan manufaktur
maupun jasa. Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada
produk yang dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi.
Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas
cacat, menghemat biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi maupun
biaya pengendalian kualitas. Ada beberapa dimensi kualitas untuk industri
manufaktur dan jasa yang telah diuraikan oleh Ariani (2005) untuk industri
manufaktur meliputi :
Performance : Kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri
atau karakteristik operasi dari suatu produk.
Feature : Ciri khas yang membedakan dari produk lain merupakan
karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang
baik bagi pelanggan.
Reliability : Kepercayaan pelanggan terhadap produk karena keandalan -
nya atau karena kemungkinan kerusakan yang rendah.
II-9

Conformance : Kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau


sejauh mana karakteristik desain dan operasi dalam
memenuhi standar yang telah ditetapkan
Durability : Tingkat ketahanan atau awert produk atau lama umur produk.
Servicebility : Kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan
memperoleh komponen produk tersebut.
Aesthetic : Keindahan atau daya tarik yang dimiliki oleh produk tersebut
sehingga memikat konsumen.
Perception : Fanatisme konsumen akan merk suatu produk tertentu karena
citra atau reputasi produk itu sendiri.

Konsep kendali kualitas secara statistik telah lama dikenal dalam


sebuah industri. Ini dilatarbelakangi oleh perkembangan industri yang sudah
mengarah pada industri masal, sehingga diperlukan pengawasan yang lebih
efisien. Walau demikian pengendalian kualitas seperti ini hanya terbatas pada
bagian produksi dan tidak pada masalah kualitas secara menyeluruh. Tiap
produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan
kecocokan penggunaannya. Hal ini biasa disebut ciri-ciri kualitas. Ciri-ciri
kualitas ada beberapa jenis yakni ciri fisik (panjang, voltage, berat, kekentalan
dan lain-lain), Ciri Indera (rasa, penampilan, warna dan lain-lain), ciri
orientasi waktu (keandalan/dapat dipercaya, dapat dirawat). Jadi
pengendalian dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah
sesuai dengan yang direncanakan. Konsep pengendalian kualitas dalam arti
menyeluruh juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk Pengawasan mutu yang
merupakan usaha untuk mempertahankan mutu kualitas dari barang yang
dihasilkan,agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan
berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan.
II-10

2.2.4 Faktor-faktor Pengendalian Kualitas


Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas
yang dilakukan perusahaan menurut Douglas C. Montgomery (2001) adalah:

a. Kemampuan proses. Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan


dengan kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan
suatu proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan atau
kesanggupan proses yang ada.

b. Spesifikasi yang berlaku, hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat
berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau
kebutuhan konsumen yang ingin dicapai dari hasi lproduksi tersebut.
Dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapa tberlaku sebelum
pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai.

c. Tingkat ketidak sesuaian yang dapat diterima. Tujuan dilakukan


pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk yang berada
di bawah standar. seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang
diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada dibawah
standar.

d. Biaya kualitas, sangat mempengaruhi tingkat pengendalian dalam


menghasilkan produk dimana biaya mempunyai hubungan yang positif
dengan terciptanya produk yang berkualitas.

Kualitas produk secara langsung dipengaruhi oleh 9 bidang dasar atau 9M.
Pada masa sekarang ini industri disetiap bidang bergantung pada sejumlah
besar kondisi yang membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah
dialami dalam periode sebelumnya (Feigenbaum,1992) :
1. Market (Pasar)
Perusahaan bisnis pada masa sekarang sangat berhati-hati dalam
mendefinisikan keinginan dan kebutuhan produsen, yang digunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan produk-produk baru. Konsumen
telah mempercayai bahwa ada sebuah produk yang dapat memenuhi
II-11

hampir semua kebutuhan konsumen. Pasarpun sekarang menjadi luas


lingkupnya, bahkan secara fungsional lebih terspesialisasi didalam barang
yang ditawarkan. Persaingan usaha yang semakin ketat sekarang ini
menuntut perusahaan yang bersaing harus semakin fleksibel dan mampu
mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas produksinya.

2. Money (Uang)
Meningkatkan persingan didalam banyak bidang bersamaan
dengan fluktuasi eknomi dunia telah menurunkan batas laba. Penambahan
investasi perusahaan harus dibayar melalui naiknya produktivitas yang
menimbulkan kerugian yang besar yang disebabkan oleh naiknya produk
cacat. Biaya kualitas yang dikaitkan dengan pemeliharaan dan perbaikan
kualitas telah mencapai ketinggian yang tidak terduga yang belum terjadi
sebelumnya. Kenyataan ini telah memfokuskan perhatian para menejer
pada bidang biaya kualitas sebagai biaya operasi sehingga kerugian dapat
diturunkan untuk memperbaiki laba.

3. Management (Manajemen)
Tanggung jawab telah didistribusikan antara beberapa kelompok
kusus bagian pemasaran, melalui fungsi perencanaan produknya yang
harus membuat persyaratan-persyaratan produk. Bagian rekayasa,
mempunyai tanggung jawab untuk merancang produk yang akan
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Bagian produk
harus mengembangkan kembali proses untuk memberikan kemampuan
yang cukup untuk membuat produk sesuai dengan spesifikasi dan bagian
kendali kualitas harus merencanakan pengukuran-pengukuran kualitas
pada seluruh aliran proses yang akan menjamin bahwa hasil akhir akan
memenuhi persyaratanpersyaratan kualitas.

4. Man (Manusia)
Spesialisasi membutuhkan pekerja-pekerja dengan pengetahuan
khusus. Meskipun spesialisasi mempunyai keuntungan tetapi spesialisasi
juga membawa kerugian, yaitu terpecahnya tanggungjawap kualitas
II-12

produk dalam bebrapa bagian. Hal ini telah meciptakan suatu permintaan
akan ahli teknik system yang akan mengajak semua bidang spesialisasi
untuk secara bersama merencanakan, menciptakan dan mengoperasikan
berbagai sistem yang akan menjamin sesuatu hasil yang diinginkan.

5. Motivation (motivasi)
Meningkatnya kerumitan dalam menciptakan kualitas suatu produk
yang bagus kedalam pasar, dan hal ini memperbesar makna kontribusi
setiap karyawan terhadap kualitas. Penelitian tentang motivasi manusia
telah menunjukan bahwa para pekerjaan pada masa sekarang ini
memerlukan sesuatu yang memperkuat rasa keberhasilannya didalam
mereka melakukan pekerjaannya dan adanya pengakuan positif bahwa
mereka secara pribadi turut memberikan sumbangan atas tercapainya
tujuan perusahaan. Perusahaan harus melakukan pendidikan mengenai
kualitas dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran kualitas.

6. Materials (Bahan)
Biaya produksi dan persyaratan kualitas menyebabkan spesialisasi
bahan menjadi labih ketat dan keanekaragaman bahan lebih besar.
Pemilihan bahan baku yang digunakan harus melalui proses seleksi yang
ketat, agar dalam pembuatannya menjadi produk jadi yang terjaga
kualitasnya. Hal ini mengakibatkan tingginya spesialisasi bahan baku dan
tingkat penyimpangan bahan yang semakin besar.

7. Machines and Mechanization (Mesin dan Mekanisasi)


Upaya perusahaan untuk menurunkan biaya dan meningkatkan
volume produksi dengan tujuan untuk dapat memuaskan pelanggan dalam
upaya persaingan yang ketat, telah mendorong perusahan untuk
menggunakan peralatan yang rumit serta lebih menggantungkan mutu
yang dihasilkan pada mesin tersebut. Semakin besar usaha perusahaan
untuk melakukan mekanisasi dan otomatisasi untuk menurunkan biaya,
maka kualitas yang lebih baik menjadi semakin kritis.
II-13

8. Modern Information Methods (Metode Informasi Modern)


Evolusi teknologi komputer cepat telah membuka kemungkinan
untuk mengumpulkan, mengambil kembali, dan memanipulasi informasi
pada suatu kala yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Teknologi
informasi baru yang ampuh ini menyediakan cara untuk mengendalikan
mesin dan proses selama waktu proses produksi pada taraf yang tidak
terduga sebelumnya dan mengendalikan produk dan jasa bahkan hingga
mereka sampai pada pelanggan. Metode ini dapat juga bermanfaat untuk
melakukan perkiraan atau ramalan yang mendasari setiap keputusan bisnis
yang akan dilakukan.

9. Mounthing Product Requirement (Persyaratan Proses produksi)


Kemajuan yang cepat didalam kerumitan perekayasaan rancangan
yang memerlukan pengendalian yang jauh lebih ketat pada seluruh proses
produksi, telah membuat hal-hal kecil yang sebelumnya terabaikan
menjadi pentin secara potensial.

2.2.5 Tujuan Pengendalian Kualitas


Tujuan dari pengendalian kualitas adalah menyidik dengan cepat sebab-
sebab terduga atau pergeseran proses sedemikian hingga penyelidikan terhadap
proses itu dan tindakan pembetulan dapat dilakukan sebelum terlalu banyak
produk yang tidak sesuai dengan standar produk yang diinginkan. Tujuan akhir
dari pengendalian kualitas adalah menyingkirkan variabilitas dalam proses
(Montgomery, 1990).

Tujuan dari pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (1998) adalah:


a. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah
ditetapkan
b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
c. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
II-14

Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan


bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas
yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau
serendah mungkin. Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari
pengendalian produksi, karena pengendalian kualitas merupakan bagian dari
pengendalian produksi. Pengendalian produksi baik secara kualitas maupun
kuantitas merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu perusahaan.
Hal ini disebabkan karena semua kegiatan produksi yang dilaksanakan akan
dikendalikan, supaya barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan, dimana penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
diusahakan serendah-rendahnya. Fungsi pengendalian kualitas produk
diantaranya adalah:
a. Memberikan pelayanan informasi yang lengkap, akurat, dan teratur
tentang apa yang sedang dicapai kepada petugas-petugasnya.
b. Memberikan kemampuan kepada mereka untuk melihat kedepan bagi
kemungkinan setiap rintangan terhadap produktivitas yang tertinggi
dengan lebih tepat dan untuk mengambil langkah buat
menghilangkan atau mengurangi pengaruh rintangan-rintangan yang
akan menggnggu.
c. Menjamin produktivitas maksimum dan pencapaian yang sempurna
dari hasil-hasil yang diinginkan.

2.2.6 Prinsip Utama Dalam Pengendalian Kualitas Statistik


Agar kualitas suatu produk tetap terjaga maka perlu dilakukan suatu
metode atau langkah-langkah dalam mengendalikan proses yaitu sebagai
berikut (Heizer dan Render, 2015) :

1. Prencanaan
Akan sangat sulit bagi kita dalam mengetahui adanya penyimpangan,
apabila semua tidak diketahui apa yang akan dijadikan sasaranya karena
sasaran merupakan suatu rencana yang menjelaskan secara kuantitatif
tentang apa yang akan dicapai. Serta sasaran yang dijabarkan tidak akan ada
hasilnya tanpa disertakan petunjuk bagaimana mencapai dan siapa yang
II-15

bertanggung jawab. Artinya dalam hal ini perlu dilakukan proses


identifikasi masalah dan membuat rencana.

2. Pelaksanaan
Sasaran yang hendak dicapai dalam hal ini harus dapat dimengerti
dengan baik agar tidak terjadi salah penafsiran, peran pimpinan sangat
dibutuhkan dalam memberikan latihan maupun pengarahan bagi pelaksana
agar penerapan selaras dengan rencana. Artinya dalam hal ini dilakukan
suatu pengujian terhadap rencana.

3. Pengecekan
Pimpinan tidak hanya memberikan perintah dan melakukan program latihan
pada bawahan tetapi juga bertanggung jawab memeriksa suatu hasil kerja.
Artinya dalam hal ini dilakukan pengecekan apakah rencananya berjalan.

4. Tindakan
Pada tahap ini dilakukan suatu implementasi atau penerapan terhadap
rencana dan juga mengimplentasikan dokumen yang telah direncanakan.

2.2.7 Alat-alat Pendukung Dalam Pengendalian Kualitas


Proses Pengendalian Kualitas Secara Statistik dengan Menggunakan
SQC (Statistical Quality Control) yaitu dengan menggunakan beberapa tools
yang dapat membantu mengendalikan kualitas sebagaimana disebutkan dalam
buku Manajemen Operasi (Heizer dan Render, 2004) antara lain yaitu:
1. Lembar Periksa (Check Sheet)
Lembar periksa adalah suatu formulir yang didesain untuk mencatat data.
Lembar pengecekan membantu analisis menentukan fakta atau pola yang
mungkin dapat membantu analisis selanjutnya. Alat ini adalah alat bantu
yang berguna untuk mempermudah pengumpulan data. Bentuk dan isi
lembar pengumpulan data (checklist) ini akan diselaraskan dengan
keperluan dan tujuan pengawasan kualitas. Lembar pengamatan ini
merupakan daftar yang berisi data yang hendak diamati, tanggal, tempat
pencatatan, identitas pencatat data, jumlah atau frekuensi data. Informasi
yang terdapat dalam lembar pemeriksaan ini sedapat mungkin
II-16

dikelompokkan secara spesifik sehingga memudahkan dalam pengolahan


data tersebut.

Gambar 2.1 Contoh Lembar Periksa (Check Sheet)

Adapun manfaat dipergunakannya check sheet yaitu sebagai alat untuk :

a. Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu


masalah terjadi.
b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi.
c. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan.
d. Memisahkan antara opini dan fakta.

2. Diagram Sebar (Scatter Diagram)


Scatter Diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik
yang menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara
dua variabel tersebut kuat atau tidak, yaitu antara faktor proses yang
mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar
(scatter diagram) merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan
untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan
menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut, apakah positif,
negatif, atau tida ada hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan dalam
diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang
mempengaruhinya.
II-17

Gambar 2.2 Contoh Scatter Diagram

3. Diagram sebab-akibat / Tulang ikan (Fishbone Chart)


Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan
berguna untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada
kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain itu,
kita juga dapat melihat faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh
dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat kita lihat pada
pnahpanah yang berbentuk tulang ikan. Diagram sebab-akibat ini pertama
kali dikembangkan oleh seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru
Ishikawa yang menggunakan uraian grafis dari unsur-unsur proses untuk
menganalisa sumbersumber potensial dari penyimpangan proses. Faktor-
faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam :
1. Material (bahan baku).
2. Machine (mesin).
3. Man (tenaga kerja).
4. Method (metode).
5. Environment (lingkungan).
II-18

Kegunaan dari diagram ini adalah untuk menemukan faktor – faktor


yang merupakan sebab pada suatu masalah. Jika suatu proses stabil maka
diagram akan memberikan petunjuk pada penyebab yang akan diperiksa
untuk perbaikan proses. Prinsip yang dipakai dalam membuat diagram
Sebab Akibat ini adalah sumbang saran (brainstorming).

Gambar 2.3 Contoh diagram tulang ikan (fishbone chart)

4. Diagram Pareto (Pareto Analysis)


Diagram Pareto memiliki peranan penting dalam proses perbaikan
kualitas. Prinsip diagram Pareto adalah dengan aturan 80/20 yang diadaptasi
oleh Joseph Juran, yaitu 80% dari masalah (ketidaksesuaian) disebabkan
oleh penyebab (cause) sebesar 20%. Diagram Pareto membantu pihak
manajemen mengidentifikasi area kritis (area yang paling banyak
mengakibatkan masalah) yan membutuhkan perhatian lebih dengan cepat.
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak
terjadi ditunjukkan oleh grafik batang yang pertama yang tertinggi serta
ditempatkan pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang
paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah
serta ditempatkan pada sisi paling kanan. Contoh diagram Pareto dapat
dilihat pada gambar berikut.
II-19

Gambar 2.4 Contoh Diagram Pareto

Diagram Pareto juga mengidentifikasi hal yang penting, serta alternatif


pemecahan yang akan membawa perbaikan secara substansial dalam
kualitas. Diantara manfaat diagram Pareto terdapat berbagai kegunaan lain,
yaitu :
a. Untuk menetapkan masalah utama dalam kualitas.
b. Untuk perbandingan masing-masing persoalan terhadap masalah
keseluruhan.
c. Untuk menentukan prioritas penyelesaian persoalan.
d. Untuk menentukan perbandingan setiap masalah sebelum dan sesudah
tindakan perbaikan dilakukan.

Langkah – langkah membuat diagram Pareto :


a. Menentukan rata – rata dari kualifikasi data, contoh berdasar penyebab
masalah, tipe ketidaksesuaian atau hal lain yang khusus.
b. Urutkan kategori prioritas dari yang terpenting sampai ke prioritas yang
memiliki kepentingan terbawah.
c. Menghitung nilai frekuensi kumulatif dari kategori data berdasarkan
urutannya.
II-20

d. Membuat diagram batang untuk menunjukan kepentingan dari setiap


permasalahan dalam urutan angka. identifikasiakan sebab utama yang
membutuhkan perhatian lebih.

5. Diagram Proses (Process Flowchart)


Diagram yang secara grafis menyajikan sebuah proses atau sistem
dengan menggunakan kotak dari garis yang berhubungan. Diagram ini
merupakan alat yang yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah
proses atau menjelaskan sebuah prosesi.

Gambar 2.5 Contoh Diagram Alir/Diagram Proses

6. Histogram
Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi
dalam proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari
data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal
dengan distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-
karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Histogram
dapat berbentuk “normal” atau berbentuk seperti lonceng yang
menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya.
Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris menunjukkan bahwa
banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi kebanyakan
data nya berada pada batas atas atau bawah.
II-21

Gambar 2.6 Contoh Histogram

7. Peta Kendali (Control Chart)


Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk
memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam
pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat
memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali
menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak
menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpanan itu akan
terlihat pada peta kendali. Manfaat dari peta kendali adalah untuk :
a. Memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada di
dalam batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali.
b. Memantau proses produksi secara terus menerus agar tetap stabil.
c. Menentukan kemampuan proses (capability process).
d. Mengevaluasi performance pelaksanaan dan kebijaksanaan pelaksanaan
proses produksi.
e. Membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk
sebelum dipasarkan.

Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya penyimpangan


dengan cara menetapkan batas-batas kendali :
II-22

a. Upper Control Limit / batas kendali atas (UCL), merupakan garis batas
atas untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan.
b. Central Line / garis pusat atau tengah (CL), merupakan garis yang
melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik sampel.
c. Lower Control Limit / batas kendali bawah (LCL), merupakan garis batas
bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel. Out of
Control adalah suatu kondisi dimana karakteristik produk tidak sesuai
dengan spesifikasi perusahaan ataupun keinginan pelanggan dan
posisinya pada peta kontrol berada di luar kendali. Tipe-tipe out of
control meliputi :
 Aturan satu titik
Terdapat satu titik data yang berada di luar batas kendali, baik yang
berada diluar UCL maupun LCL, maka data tersebut out of control.
 Aturan tiga titik
Terdapat tiga titik data yang berurutan dan dua diantaranya berada
didaerah A, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu
dari data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh
dari central control limits.
 Aturan lima titik
Terdapat lima titik data yang berurutan dan empat diantaranya berada
di daerah B, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu
dari data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh
dari central control limits.
 Aturan delapan Titik
Terdapat delapan titik data yang berurutan dan berada berurutan di
daerah C dan di daerah UCL maka satu data tersebut out of control,
yakni data yang berada paling jauh dari central control limits.
II-23

Gambar 2.7 Contoh Peta Kendali

Peta kontrol berdasarkan jenis data yang digunakan dapat dibedakan


menjadi dua, yakni :

1. Peta kontrol Variabel


a. Peta untuk rata-rata (x-bar chart)
b. Peta untuk rentang ( R chart)
c. Peta untuk standar deviasi (S chart)

2. Peta kontrol Atribut


a. Peta p, yaitu peta kontrol untuk mengamati proporsi atau perbandingan
antara produk yang cacat dengan total produksi, contohnya : go-no go ,
baik-buruk, bagus-jelek.
b. Peta c, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per total
produksi.
c. Peta u, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per unit
produksi.

Batas-batas pengendali ini dipilih sedemikian hingga apabila proses


terkendali, hampir semua titik-titik sampel akan jatuh di antara kedua garis
itu. Selama titik-titik terletak didalam batas-batas pengendali, proses
II-24

dianggap dalam keadaan terkendali, dan tidak perlu tindakan apapun. Tetapi
satu titik yang terletak diluar batas pengendali diinterprestasikan sebagai
fakta bahwa proses tak terkendali dan diperlukan tindakan penyelidikan dan
perbaikan untuk mendapatkan dan menyingkirkan sebab-sebab yang
menyebabkan tingkah laku itu. Untuk menyusun grafik pengendali proses
statistik untuk data atribut diperlukan beberapa langkah. Menurut Besterfiel
(1998), langkah-langkah yang diperlukan untuk penyusunan grafik antara lain
sebagai berikut.

1. Menentukan sasaran yang akan dicapai


Sasaran ini akan mempengaruhi jenis grafik pengendali kualitas
proses statistik data atribut mana yang harus digunakan. Hal ini tentu saja
dipengaruhi oleh karakteristik kualitas suatu produk dan proses, apakah
proporsi atau banyaknya ketidaksesuaian dalam sampel atau sub
kelompok, ataukah bagian ketidaksesuaian dari suatu unit setiap kali
mengadakan observasi.

2. Menentukan banyaknya sampel dan banyaknya observasi


Banyaknya sampel yang diambil akan mempengaruhi jenis grafik
pengendali di samping karakteristik kualitasnya.

3. Mengumpulkan data
Data yang dikumpulkan tentu disesuaikan dengan jenis grafik
pengendali. Misalnya, suatu perusaahaan atau organisasi menggunakan
p_chart, maka data yang dikumpulkan juga harus diatur dalam bentuk
proporsi kesalahan terhadap banyaknya sampel yang diambil.

4. Menetukan garis tengah dan batas-batas pengendali


Penentuan garis Tengah dan batas-batas pengendali dihitung dengan
rumus untuk mencari garis tengah (GT), batas pengendali atas (BPA),
batas pengendali bawah (BPB). Untuk sigma yang digunakan untuk
melakukan perhitungan biasanya menggunakan ± 3σ sebagai batas-batas
pengendalinya.
II-25

Grafik pengendali menurut Montgomery (1990) dapat diklasifikasikan ke


dalam dua tipe umum, yakni:

1. Grafik Pengendali Variabel


Banyaknya karakteristik kualitas yang dapat dinyatakan dalam bentuk
ukuran angka. Misalnya diameter bantalan poros dapat diukur dengan
menggunakan mikrometer dan dinyatakan dalam milimeter. Suatu
karakteristik kualitas yang dapat diukur, seperti dimensi, berat atau volume
dinamakan variabel

2. Grafik Pengendali Sifat


Banyak karakteristik kualitas yang tidak diukur dengan skala
kuantitatif, dalam keadaan ini kita dapat menilai tiap unit produk sebagai
sesuai/tidak sesuai atas dasar apakah produk itu memiliki/tidak memiliki
sifat tertentu, atau kita dapat mencacah banyak yang tiadk sesuai (cacat)
yang tampak pada suatu unit produk. Grafik pengendali untuk karakteristik
kualitas semacam itu dinamakan grafik pengendali sifat (attribut).

2.2.8 Keuntungan Kontrol Kualitas Secara Statistik


Kontrol kualitas statistik merupakan suatu alat manajemen secara ilmiah.
Beberapa keuntungan jika digunakan kontrol kualitas statistik adalah:
1. Mengoptimasi rasio antara kualitas dan biaya
2. Tingkat kualitas lebih baik
3. Menjaga kualitas lebih uniform
4. Memberikan penyediaan bahan baku yag lebih baik
5. Penggunaan alat produksi yang lebih efisien
6. Mengulangi kerja ulang atau pembuangan
7. Inspeksi yang lebih baik
8. Memperbaiki hubungan antara produsen dan konsumen
9. Spesifikasi yang diinginkan lebih baik
II-26

2.2.9 Grafik Pengendalian Kualitas Proses Statistik


Menentukan batas pengendali adalah salah satu putusan yang penting
yang harus dibuat dalam merancang grafik pengendali. Apapun distribusi
karakteristik kualitas, merupakan standar pelaksanaan di Amerika Serikat
untuk menentukan bataspengendali sebagai kelipatan deviasi standar statistik
yang digambar grafiknya. Kelipatan yang dipilih adalah 3, sehingga batas 3-
sigma biasa digunakan dalam grafik pengendali.
Teori umum grafik pengendali ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr.
Walter Andrew Shewart, dan grafik pengendali yang dikembangkan menurut
asas-asas kerapkali dinamakan grafik pengendali Shewart. Grafik ini untuk
mengetahui apakah sampel hasil observasi termasuk daerah yang diterima
(accepted area) atau daerah yang ditolak (rejected area).
Sebuah grafik pengendali mempunyai sebuah garis tengah dan batas-
batas pengendali baik atas maupun bawah. Garis tengah merupakan nilai rata-
rata karakteristik kualitas yang berkaitan dengan keadaan terkontrol (yakni
hanya sebab-sebab tak terduga yang ada). Batas Pengendali Atas (BPA) dan
Batas Pengendali Bawah (BPB) dipilih sedemikian hingga apabila proses
terkendali. Hampir semua titik-titik sampel akan jatuh diantara kedua garis itu.
Jika titik-titik itu terletak didalam batas-batas pengendali, proses dianggap
dalam keadaan terkendali ini berarti proses berlangsung/beroperasi dibawah
penyebab wajar sebagaimana diharapkan/berjalan karena penyebab sistem
tetap yang sifatnya probalistik dan tidak perlu tindakan apapun.
Jadi kegunaan grafik pengendali adalah untuk membatasi toleransi
penyimpangan (variansi) yang masih dapat diterima baik karena akibat
kelemahan tenaga kerja, mesin, dan lain-lain. Data Atribut (Attributes Data)
merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis.
Contoh dari atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada kemasan
produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya
jenis cacat pada produk dan lain-lain.
II-27

Atribut dalam pengendalian kualitas menunjukan karakteristik kualitas


yang sesuai dengan spesifikasi/tidak sesuai dengan spesifikasi. Atribut
digunakan apabila ada pengukuran yang tidak memungkinkan untuk dilakukan,
misal goresan, warna, ada bagian yang hilang (Dorothea W. A, 2003). Grafik
pengendali kualitas proses statistik data atribut dapat digunakan pada semua
tingkatan dalam organisasi, perusahaan, departemen dan mesin-mesin. Grafik
pengendali kualitas proses statistik data atribut juga dapat membantu
mengidentifikasi akar permasalahan baik pada tingkat umum maupun pada
tingkat yang lebih mendetail.

2.2.10 Grafik Kendali P


Grafik kendali yang paling serbaguna & banyak digunakan adalah grafik
P. Grafik ini adalah grafik untuk bagian yang ditolak karena tidak memenuhi
spesifikasi. Grafik tersebut dapat diterapkan pada karakteristik mutu yang
dapat diamati hanya sebagai atribut, juga dapat diterapkan pada karakteristik
mutu yang “dipandang” atau “ditolak”. Walaupun sudah diukur sebagai
peubah, sejauh hasil suatu pemeriksaan merupakan penggolongan suatu barang
sebagai yang “diterima” atau “ditolak”. Sebuah grafik P tunggal dapat
diterapkan pada satu atau lusinan atau ratusan karakteristik mutu (Eugne L.
Grant, 1989).
Bagian yang ditolak P dapat didefinisikan sebagai rasio dari banyaknya
barang tak sesuai yang ditemukan dalam pemeriksaan atau sederetan
pemeriksaan terhadap total barang yang benar-benar diperiksa. Adapun
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan bagan kendali P
yaitu (Eugne L. Grant, 1989):
a. Mencatat data hasil pengamatan
untuk setiap subgroup tentang jumlah yang diperiksa (n) dan jumlah yang
ditolak (ri).

b. Hitung nilai proporsi yang ditolak (p)

𝑛𝑝 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑜𝑙𝑎𝑘


p= = .......................................... (2.1)
𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
II-28

c. Hitung nilai proporsi rata-rata defective ( 𝑝̅ )


∑ 𝑛𝑝 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑜𝑙𝑎𝑘
𝑝̅ = = ......................................... (2.2)
∑𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

d. Hitung standar deviasi

̅ ( 1− 𝑝̅ )
𝑝
𝜎𝑝 = √ .......................................... (2.3)
𝑛

e. Hitung batas-batas kendali percobaan


UCL = 𝑝̅ + 3 𝜎𝑝 .......................................... (2.4)

LCL = 𝑝̅ - 3 𝜎𝑝 .......................................... (2.5)

f. Plot data
Plot data dari jumlah yang ditolak, batas-batas kendali percobaan (UCL dan
LCL) dan nilai rata-rata defective ( 𝑝̅ ) kemudian perhatikan apakah seluruh
data berada dalam batas kendali. Jika hasil yang diperoleh terdapat data
yang keluar dari batas kendali artinya proses belum terkendali maka cari
penyebabnya dan lakukan revisi. Selanjutnya dilakukan kembali
pengolahan data sampai data berada dalam batas kendali sehingga proses
dapat dikatakan terkendali.

Anda mungkin juga menyukai