Wa0020
Wa0020
NOC, NIC
ASUHAN KEPERAWATAN SGN (SINDROM GAWAT NAFAS) / RDS
(RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM) APLIKASI NANDA, NOC, NIC
2. 2. 2 Pengertian SGN
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang
lahir dengan masa gestasi yang kurang (Mansjoer, 2002).
Whalley dan Wong dalam (Surasmi, Asrining, dkk. 2003) istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan
perkembangan maturitas paru.
Sindrom gawat nafas (Respiratory Distress Syndroma/RDS) adalah kumpulan gejala yang
terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar 60 x/i, sianosis, merintih
waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat inspirasi
(Ngatisyah, 2005).
Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari 60x/i atau kurang dari 30x/i
dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala tambahan gangguan nafas (PONED, 2004)
sebagai berikut:
Bayi dengan sianosis sentral (biru pda lidah dan bibir)
Ada tarikan dinding dada
Merintih
Apnea (nafas berhenti lebih dari 20 detik)
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas
berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea), sianosis yang menetap dengan terapi
oksigen, penurunan daya pengembangan paru, adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata
pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya
hyaline membran pada saat otopsi ( www.google.com ).
Menurut Murray et.al (1988) disebut RDS apabila ditemukan adanya kerusakan paru secara
langsung dan tidak langsung, kerusakan paru ringan sampai sedang atau kerusakan yang berat dan
adanya disfungsi organ non pulmonar (www.google.com).
Menurut Bernard et.al (1994) apabila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto thorak,
tekanan arteri pulmonal =18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik adanya hipertensi atrium kiri,
adanya kerosakan paru akut dengan PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan 300, adanya sindrom
gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2 kurang atau sama dengan 200, menyokong suatu RDS
(www.google.com).
2. 2. 2 Etiologi
Luar traktus respiratoris: kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP.
6. Tersedak makanan.
Bisa karena tersedak susu atau makanan lain, semisal kacang.
7. Infeksi.
Bila anak mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas, semisal flu harus
ditangani dengan baik.
2. 2. 3 Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding
thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.
Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi
kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru
(compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal
meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.
Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti
hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang.
Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edem
interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli
type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan
ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas
oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal
sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang
meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan
surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek;
pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang
disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel
pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada
minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%).
Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi
kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan
menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun → metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam
organic → asidosis metabolik.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris → transudasi kedalam alveoli → terbentuk
fibrin → fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik → lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah
keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya
atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitif dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal,
dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan
kehamilan kembar.
Gambaran radiologi tampak adanya retikulogranular karena atelektasis,dan air
bronchogram.
2. 2. 4 Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang
ditujukan.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Takhipneu (> 60 kali/menit)
2. Pernafasan dangkal
3. Mendengkur
4. Sianosis
5. Pucat
6. Kelelahan
7. Apneu dan pernafasan tidak teratur
8. Penurunan suhu tubuh
9. Retraksi suprasternal dan substernal
10. Pernafasan cuping hidung
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan
selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi
surfaktan.
Gejala klinis yang timbul yaitu : adanya sesak napas pada bayi prematur segera setelah lahir,
yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan cuping hidung, grunting, retraksi
dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.
Gejala klinis yang progresif dari RDS adalah :
Takipnea diatas 60 x/menit
Grunting ekspiratoar
Subkostal dan interkostal retraksi
Cyanosis
Nasal flaring
Pada bayi extremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat berlanjut
apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali
dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam
pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan
sembuh pada akhir minggu pertama.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu:
a. Stadium 1 :
Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara
b. Stadium 2 :
Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara
terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan
aerasi paru.
c. Stadium 3 :
Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan
bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
d. Stadium 4 :
Seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung tak dapat dilihat.
2. 2. 5 Klasifikasi
Secara klinis gangguan nafas dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Gangguan nafas berat
b. Gangguan nafas sedang
c. Gangguan nafas ringan
2. 2. 6 Komplikasi
2. 2. 7 Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk mengatasi
masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5. Mencegah hipotermia.
6. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan
penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:
1. Gangguan Nafas Ringan
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa
gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama terjadi setelah
bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Meskipun demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari
infeksi sistemik.
Penatalaksanaan medis:
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
Fenobarbital
Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari
pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS adalah
pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan
amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan)
2. 2. 8 Pendidikan Kesehatan
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko
tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang
tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan
kelahiran bayi resiko tinggi.
2. 2. 9 Asuhan Keperawatan Teoritis
A. Pengkajian
Pengkajian Fisik
a) Refleks
1. Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan. Reflek moro (+)
ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang keras dan tiba – tiba bayi beraksi dengan
mengulurkan tangan dan tungkainya serta memanjangkan lehernya.
2. Refleks menggenggam (+) tapi lemah, ditandai dengan membelai telapak tangan, bayi
menggenggam tangan gerakan tangan lemah.
3. Refleks menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi menghisap jari,
hisapan lemah.
4. Refleks rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan ditempelkan di pipi bayi.
5. Refleks babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada bilateral telapak kaki.
b) Tonus otot
Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi sering menggerek-
gerakan tangan dan kakinya.
b) Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume dan aliran sirkulasi
perifer nadi yang tidak adekuat dan tidak teraba pada satu sisi menandakan berkurangnya aliran
darah atau tersumbatnya aliran darah pada daerah tersebut. Perfusi kulit yang memburuk dapat
dilihat dengan adanya bercak, pucat dan sianosis.
Pemeriksaan kapiler dapar dilakukan dengan cara:
- Nail bed pressure (Tekan pada kuku)
- Blancing skin test, caranya dengan meninggikan sedikit ekstremitas dibandingkan jantung
kemudian tekan telapak tangan atau kaki tersebut selama 5 detik, biasanya tampak kepucatan.
Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan menghilang 2-3 detik.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan darah, urine, dan glukosa darah (untuk
mengetahui hipoglikemia). Kalsium serum (untuk menentukan hipokalsemia), analisis gas darah
arteri dengan PaO2 kurang dari 50 mmHg dan PCO2 diatas 60 mmHg , peningkatan kadar kalium
darah, pemeriksaan sinar-X menunjukan adanya atelektasis, lesitin/spingomielin rasio 2:1
mengindikasikan bahwa paru sudah matur, pemeriksaan dekstrostik dan fosfatidigliserol
meningkat pada usia kehamilan 33 minggu.
1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan, defisiensi surfaktan, atelektasis
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan lendir, reflek batuk.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.
4. Konflik peran orang tua b/d home care anak dengan kebutuhan khusus.
C. NANDA, NOC, NIC
Dx
NANDA NOCs
.
1 Pola nafas tidak efektif b/d a. Status pernapasan : Kepatenan jalan napas Manajemen Jalan N
imaturitas organ pernafasan, Indikator :
Buka jalan nafas, gua
defisiensi surfaktan, atelektasis Pernapasan dalam batas normal (16-24x/i)
jaw thrust bila perlu
Irama pernpasan normal
Posisikan pasien untu
Definisi : Kedalaman inspirasi (batasan normal)
Identifikasi pasien
Pertukaran udara inspirasi Tidak ada suara napas tambahan
jalan nafas buatan
dan/atau ekspirasi tidak Tidak terjadi dipsnea
Pasang mayo bila per
adekuat Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas
Lakukan fisioterapi d
Tidak ada batuk
Keluarkan sekret den
Batasan karakteristik : Akumulasi sputum tidak ada
Auskultasi suara n
Penurunan tekanan
tambahan
inspirasi/ekspirasi b. Status pernapasan : Ventilasi
Lakukan suction pad
Penurunan pertuka-ran udara Indikator :
Berikan bronkodilato
per menit Pernapasan dalam batas normal
Berikan pelembab
Menggunakan otot pernafasan Irama pernapasan (batasan normal)
Lembab
tambahan Kedalaman inspirasi (batasan normal)
Atur intake untuk
Nasal flaring Bunyi perkusi (batasan normal)
keseimbangan.
Tidal volum (batasan normal)
Dyspnea
Monitor respirasi dan
Kapasitas vital (batasan normal)
Orthopnea
Hasil pemeriksaan X-Ray (batasan normal)
Perubahan penyimpangan Terapi Oksigen
Tes fungsi paru (batasan normal)
dada Bersihkan mulut, hi
Nafas pendek Pertahankan jalan n
a. Status tanda-tanda vital sign
Assumption of 3-point Atur peralatan oksig
Indikator :
position
Suhu tubuh 36,50-37,50C Monitor aliran oksig
Pernafasan pursed-lip
Denyut jantung (batasan normal) Pertahankan posisi
Tahap ekspirasi berlangsung
Irama jantung (batasan normal) Onservasi adanya ta
sangat lama
Peningkatan diameter Tekanan dan Denyut nadi (batasan normal) Monitor adanya kec
anterior-posterior Pernapasan (batasan normal) oksigenasi
Pernafasan rata-rata/ minimal Sistol dan diastol (batasan normal)
- Bayi : < 25 atau > 60 Kedalaman inspirasi (batasan normal)
- Usia 1-4 : < 20 atau > 30
- Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Pemantauan Tanda
- Usia > 14 : < 11 atau > 24 Monitor TD, nadi, su
Kedalaman pernafasan Catat adanya fluktuas
- Dewasa volume tidalnya 500 Monitor VS saat pas
ml saat istirahat berdiri
- Bayi volume tidalnya 6-8
Auskultasi TD p
ml/Kg
bandingkan
Timing rasio
Monitor TD, nadi, R
Penurunan kapasitas vital
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari
Faktor yang berhubungan :
Monitor frekuensi dan
Hiperventilasi
Monitor suara paru
Deformitas tulang
Monitor pola pernapa
Kelainan bentuk dinding dada
Penurunan energi/kelelahan Monitor suhu, warna,
2 Bersihan jalan nafas tidak a. Status pernapasan : Kepatenan jalan napas Airway suction
efektif b/d obstruksi jalan Indikator : Auskultasi suara n
nafas oleh penumpukan lendir, Pernapasan 16-24x/i suctioning.
reflek batuk. Irama pernpasan normal Informasikan pada
Kedalaman inspirasi (batasan normal) suctioning
Definisi : Tidak ada suara napas tambahan Minta klien nafas
Ketidakmampuan untuk Tidak terjadi dipsnea dilakukan.
membersihkan sekresi atau Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas Berikan O2 dengan
obstruksi dari saluran Tidak ada batuk memfasilitasi suksio
pernafasan untuk Akumulasi sputum tidak ada
Gunakan alat yan
mempertahankan kebersihan
tindakan
jalan nafas. b. Status pernapasan : Ventilasi
Anjurkan pasien unt
Indikator :
dalam setelah katete
Batasan Karakteristik : Pernapasan dalam batas normal
nasotrakeal
Dispneu, Penurunan suara Irama pernapasan (batasan normal)
Monitor status oksig
nafas Kedalaman inspirasi (batasan normal)
Ajarkan keluarga ba
Orthopneu Bunyi perkusi (batasan normal)
suksion
Cyanosis Tidal volum (batasan normal)
Hentikan suksion d
Kelainan suara nafas (rales, Kapasitas vital (batasan normal)
pasien menunjukka
wheezing) Hasil pemeriksaan X-Ray (batasan normal)
saturasi O2, dll.
Tes fungsi paru (batasan normal)
Kesulitan berbicara
Airway Manageme
c. Kontrol Aspirasi
Batuk, tidak efekotif atau Indikator : Buka jalan nafas, gu
tidak ada Identifikasi faktor resiko minimal jaw thrust bila perlu
Mata melebar Faktor resiko tidak ditemukan Posisikan pasien
Produksi sputum Pemeliharaan oral hyiegiene baik ventilasi
Gelisah Posisi tidak selalu tegak lurus / menyamping saat Identifikasi pasien
makan dan minum
Perubahan frekuensi dan jalan nafas buatan
Penyeleksian makanan dan minuman sesuai Pasang mayo bila p
irama nafas
dengan kemampuan menelan
Lakukan fisioterapi
Penggunaan kekentalan cairan sesuai kebutuhan
Faktor yang berhubungan: Keluarkan sekret de
Posisi tegak selama 30 menit setelah makan
Lingkungan : merokok, Auskultasi suara
dilakukan
menghirup asap rokok, tambahan
perokok pasif-POK, infeksi Lakukan suction pa
Fisiologis : disfungsi Kolaborasikan pem
neuromuskular, hiperplasia perlu
dinding bronkus, alergi jalan Berikan pelembab
nafas, asma. Lembab
Obstruksi jalan nafas : spasme Atur intake untu
jalan nafas, sekresi tertahan, keseimbangan.
banyaknya mukus, adanya Monitor respirasi da
jalan nafas buatan, sekresi
bronkus, adanya eksudat di
alveolus, adanya benda asing
di jalan nafas.
3 Ketidakseimbangan nutrisi a. Status gizi Manajemen Nutris
kurang dari kebutuhan tubuh Indikator : Kaji adanya alergi m
b/d ketidakmampuan Masukan nutrisi (makanan dan cairan) adekuat Kolaborasi dengan
ingest/digest/absorb Berat badan normal jumlah kalori dan
Hematokrit normal pasien.
Definisi : Hidrasi dan tonus otot normal Anjurkan pasien unt
Intake nutrisi tidak cukup b. Status gizi: Asupan makanan dan cairan Anjurkan pasien un
untuk keperluan metabolisme Indikator : dan vitamin C
tubuh. Masukan makanan dan cairan oral adekuat Berikan substansi g
Asupan via NGT adekuat Yakinkan diet ya
Batasan karakteristik : Asupan cairan IV adekuat tinggi serat untuk me
Berat badan 20 % atau lebih di Asupan nutrisi parenteral adekuat Berikan makanan y
bawah ideal dikonsultasikan deng
Dilaporkan adanya intake c. Status gizi: Asupan gizi
Ajarkan pasien ba
makanan yang kurang dari Indikator :
makanan harian.
RDA (Recomended Daily Asupan kalori adekuat
Monitor jumlah nut
Allowance) Asupan protein adekuat
Berikan informasi te
Membran mukosa dan Asupan lemak adekuat
Kaji kemampuan p
konjungtiva pucat Asupan serat adekuat
nutrisi yang dibutuh
Kelemahan otot yang Asupan vitamin dan mineral adekuat
perawatan
Ungkapan perasaan frustasi
Ungkapan perasaan bersalah