SKRIPSI
Oleh:
NIM: 088114119
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
NIM: 088114119
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang Maha Pengasih yang selalu menyertai
dan membimbingku,
Mama, papa, ooh Adit dan Samuel tercinta,
Senpaiku tercinta, Dr. Christina Siwi Handayani yang selalu
mendukungku,
Teman‐teman Kenshi Sanata Dharma
Teman baikku, Yanuar Prasetya,
Almamaterku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, tuntunan serta penyertaan dan kasih karunia yang telah
Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi” dengan baik sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Kesarjanaan Strata Satu (S1) Sarjana Farmasi
dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis
memberikan saran dan kritik serta dukungan kepada penulis dalam proses
3. Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang bersedia
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan kritik dan saran kepada
penulis.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan kritik dan saran kepada
penulis.
5. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. yang telah bersedia meluangkan waktu
Kusumastuti, dan Irene Aninditya Putri Ahtha atas segala kerjasama dan
Margaretha Christina Halim, kak Retha, kak Yemima Haryono atas segala
10. Teman-teman kelas FKK B 2008, terima kasih atas 2 tahun kebersamaannya
dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani kuliah
dan praktikum serta dorongan semangat dan doa yang telah diberikan kepada
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baik.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik. Semoga Tuhan selalu memberkati semua pihak yang
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
1. Permasalahan ................................................... 4
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Flavonoid ...................................................................... 9
D. Maserasi ........................................................................ 17
H. Hipotesis ....................................................................... 25
C. Bahan ............................................................................ 28
D. Alat ............................................................................... 29
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan …............................................................... 60
B. Saran …......................................................................... 60
LAMPIRAN ............................................................................. 64
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 11. Data Uji Post Hoc (Mann-Whitney) yang Dihasilkan pada 81
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Teh hijau dibuat dari daun teh (Theae Folium) yang belum difermentasi
dan telah diketahui memiliki daya antibakteri karena adanya kandungan senyawa
flavonoid yaitu katekin, terutama epigalokatekin-3-galat (EGCG). Karies
merupakan penyakit gigi berlubang akibat akumulasi asam laktat dari hasil
fermentasi karbohidrat bakteri mulut khususnya Streptococcus mutans. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri berbagai variasi konsentrasi
ekstrak etanol teh hijau terhadap pertumbuhan bakteri S.mutans dan menentukan
Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak
etanol teh hijau terhadap S.mutans. Penelitian ini menggunakan teh hijau dari
perkebunan teh Rumpun Sari Medini Boja Jawa Tengah karena perkebunan
Medini memiliki ketinggian yang optimal untuk menanam teh.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk
mengetahui potensi antibakteri ekstrak etanol teh hijau pada konsentrasi: 0,25;
0,5; 0,75; 1; 2,5; 5; 7,5; dan 10 mg/mL terhadap bakteri S. mutans berdasarkan
diameter zona hambat menggunakan metode difusi paper disk, yang kemudian
dianalisis secara statistik Kruskal-Wallis. Penentuan nilai Kadar Hambat
Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dilakukan dengan metode
dilusi cair berdasarkan Optical Density (OD) dengan mengukur absorbansi,
dibandingkan kontrol negatif serta uji penegasan hasil dengan metode streak
plate.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol teh hijau yang
diambil dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja berpotensi sebagai
antibakteri terhadap bakteri S.mutans dengan nilai KHM 2,0 mg/mL, sedangkan
nilai KBM belum dapat ditentukan dalam penelitian ini.
Kata kunci: potensi antibakteri, ekstrak etanol teh hijau, Streptococcus mutans.
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Green tea was made from non fermentated tea leaves (Theae Folium) that
was known have antibacterial potency because of flavonoid constituent, catechine,
especially epigalocatechine-3-gallate (EGCG). Caries is a dental cavities disease
that caused of lactic acid acumulation from carbohydrate fermentation of oral
bacteria especially Streptococcus mutans. This research was aimed to determine
the antibacterial potency of variation consentration of ethanol green tea extract
and Minimum Inhibitory Concentration (MIC) also Minimum Bactericidal
Concentration (MBC) against S.mutans. Research material used was green tea
from Rumpun Sari Medini Boja Tea Plantation because of its optimal height for
tea plantation.
The result showed that EGCG ethanol green tea extract from Rumpun
Sari Medini Boja Tea Plantation potencial as antibacterial against S.mutans with
MIC value 2,0 mg/mL and MBC can not be deternine in this research.
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
prevalensi sebagian besar pada manusia (Islam, Khan, and Khan, 2007). Karies
asam laktat pada email gigi sehingga gigi mengalami penurunan kadar kalsium
yang terbentuk oleh >500 spesies bakteri berbeda yang normalnya terdapat dalam
Ebisu, Kato, dkk., 2010). Fermentasi karbohidrat oleh bakteri oral asidogenik
(penghasil asam) adalah faktor utama dalam perkembangan karies gigi, terutama
(Islam, dkk., 2007). Hal ini dikarenakan S.mutans memiliki sifat asidofilik, yang
kondisi asam, dan menghasilkan asam laktat (Simon, 2007) dalam jumlah yang
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
ekstraseluler (EPS). EPS merupakan glukan tidak larut air yang memediasi
perlekatan S.mutans dan spesies bakteri oral lainnya pada permukaan gigi,
sehingga terbentuk biofilm plak gigi (Xu, Zhou, and Wu, 2011).
dan jalur pernapasan atas. Dalam keadaan anaerob, bakteri ini memerlukan 5%
CO2 dan 95% nitrogen serta memerlukan amonia sebagai sumber nitrogen agar
dapat bertahan hidup dalam lapisan plak yang tebal (Holt, Krieg, Sneath, Staley
Ada 3 jenis teh yang umum dikenal, yaitu green tea (teh hijau), teh
hitam, dan teh oolong. Green tea dibuat dari daun teh yang belum
tertinggi (Agoes, 2010). Katekin merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas
flavanol (Hartoyo, 2003). Terdapat beberapa polifenol katekin dalam teh hijau,
adalah katekin yang jumlahnya paling banyak dalam teh hijau, sekitar 65% dari
2006). Teh hijau banyak diteliti sebagai antibakteri karena kandungan katekin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
karies gigi) dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak pada
menyimpulkan bahwa teh hijau yang mengandung katekin dengan konsentrasi 1,5
mg/mL merupakan dosis larutan pakai yang memperlihatkan hasil yang efektif
sebagai bahan antibakteri yang dapat mengurangi terbentuknya karies gigi dengan
berbagai macam katekin disebabkan adanya interaksi spesifik antara gugus fenol
Daun teh hijau yang digunakan berasal dari Perkebunan Teh Medini
Boja, Kabupaten Kendal karena memiliki ketinggian yang optimal untuk ditanami
menggunakan sumber daun teh hijau yang berkualitas diharapkan dapat menjadi
jaminan kualitas hasil penelitian. Semakin tinggi letak suatu tempat memiliki suhu
yang semakin rendah dan menghasilkan kandungan senyawa dalam teh yang lebih
baik dari sisi kualitas dan kuantitas dibandingkan teh yang ditanam di dataran
Data uji potensi antibakteri berupa diameter zona hambat ekstrak etanol
hasil maserasi daun teh hijau terhadap S.mutans yang dianalisis secara statistik.
Data hasil dari penelitian ini selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
diturunkan.
1. Permasalahan
konsentrasi ekstrak etanol teh hijau terhadap bakteri penyebab karies gigi
S. mutans?
2. Keaslian penelitian
senyawa polifenol yang diperoleh dari teh hijau mempunyai daya antibakteri
dengan konsentrasi hambat minimalnya 0,5 mg/mL. Dari hasil penelitian Pratikno
(2003) disimpulkan bahwa senyawa katekin dalam teh hijau memiliki daya
3. Manfaat penelitian
informasi tentang konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak etanol dalam
menghambat S. mutans.
mengenai manfaat teh hijau dalam mencegah karies gigi dan sebagai informasi
dalam pengembangan sediaan farmasetik untuk karies atau penemuan obat baru.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
antibakteri ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans dan sebagai acuan
2. Tujuan khusus
S. mutans.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh Hijau
1. Keterangan botani
Tanaman teh (Camellia sinensis L.) adalah spesies tanaman yang daun
dan pucuknya digunakan untuk membuat teh. Tumbuhan ini termasuk ke dalam
famili Theaceae. Teh putih, teh hijau, oolong, dan teh hitam semuanya didapatkan
dari spesies ini, tetapi diproses secara berbeda untuk memperoleh tingkat oksidasi
Nama lain untuk tumbuhan teh ini adalah Thea bohea, Thea sinensis, dan
Thea viridis (Agoes, 2010). Nama daerah untuk teh adalah Enteh (Sunda), Pu erh
Ada tiga jenis teh yang umum dikenal, yaitu green tea atau teh hijau, teh
hitam, dan teh oolong. Green tea dibuat dari daun teh yang belum difermentasikan
polifenol. Oolong tea dibuat dari daun yang sebagian difermentasikan, sedangkan
black tea dibuat dari daun yang difermentasikan penuh (Agoes, 2010). Pada teh
hijau, daun teh segar diuapi dan dikeringkan untuk menginaktivasi enzim
polifenol oksidase, proses ini dapat menjaga polifenol tetap pada bentuk
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
campuran polifenol monomer dan theaflavin dengan bobot molekul lebih tinggi.
Ketiga jenis teh tersebut mengandung kafeina dalam jumlah yang signifikan (3-
6%) yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perbedaan metode dalam proses
Teh hijau adalah daun teh yang diolah tanpa mengalami proses
aktif terutama katekin yang terkandung lebih banyak dibanding teh jenis lain,
tidak banyak terbuang oleh karena proses fermentasi yang dapat mengurangi
Kandungan kimia teh hijau sangat kompleks dan belum semua diketahui.
Komponen yang paling banyak dalam teh hijau adalah polifenol, khususnya
flavonoid seperti katekin, katekin galat, dan proantosianidin. Daun segar teh hijau
mengandung kafeina (sekitar 3,5% dari total berat daun kering, atau sekitar 50
lignin (6,5%), asam organik (1,5%), klorofil (0,5%) dan asam amino bebas (1-
senyawa paling aktif. Senyawa lain yang ditemukan dalam teh hijau adalah
alkaloid yang terdiri atas kafeina, teobromina, dan teofilina yang bersifat
stimulan. Efek penenang diberikan oleh alkaloid lain, yaitu L-theanine (Agoes,
2010).
yang merupakan senyawa polifenol paling aktif dan dengan kuantitas paling
banyak, yaitu 65% dari total katekin dalam teh hijau (Zaveri, 2006).
melawan kanker pada kulit, payudara, prostat, dan paru. Sebagai pencegahan
terhadap penyakit Parkinson, Alzheimer dan kerusakan iskemik. Teh hijau juga
diketahui memiliki efek antidiabetes pada hewan uji yang mengalami resistensi
insulin dan meningkatkan pengeluaran energi. Keuntungan lainnya dari teh hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2006).
B. Flavonoid
Polifenol adalah metabolit tanaman dengan ciri khas adanya gugus fenol
(misalnya cincin aromatis dengan gugus hidroksil) yang merupakan derivat dari
L-fenilalanin. Kelas polifenol yang paling penting adalah asam fenolat yang
termasuk dalam struktur polimerik, seperti tannin yang dapat terhidrolisa, lignan,
dalam teh hijau adalah flavanol dan flavonol. Katekin merupakan flavonoid yang
termasuk dalam kelas flavanol (Hartoyo, 2003). Katekin bersifat asam lemah
(pKa1 = 7,72 dan pKa2 = 10,22), sukar larut dalam air dan sangat tidak stabil di
udara terbuka. Bersifat mudah teroksidasi pada pH mendekati netral (pH 6,9) dan
lebih stabil pada pH lebih rendah (pH 2,8 dan 4,9). Katekin juga mudah terurai
oleh cahaya dengan laju reaksi lebih besar pada pH rendah (pH 3,45)
yang ada dalam katekin, terutama gugus hidroksi pada cincin B, menjadi faktor
pH, cahaya dan antioksidan lain. Katekin teh stabil pada suhu kamar dan
Saat dipanaskan dalam autoklaf pada suhu 120 °C terjadi epimerisasi dari (-)
EGCG menjadi (-) GCG dan degradasi sebesar 24% (Susanti, 2011).
jumlahnya paling banyak dalam teh hijau, sekitar 65% dari total katekin.
Secangkir teh hijau mengandung 100-200 mg EGCG (Zaveri, 2006). Teh hijau
proses produksi asam dari bakteri, dan menghambat aktivitas enzim glucosyl
(Zaveri, 2006)
S.aureus yang diberi EGCG dapat menghambat aktivitas bakterisidal dari EGCG
peptidoglikan. Oleh karena itu, kerusakan dinding sel yang diinduksi oleh EGCG
dan terganggunya biosintesis dinding sel oleh EGCG melalui perikatan dengan
terhadap EGCG. Dibandingkan dengan gram negatif, dinding sel gram positif
memiliki satu lapis peptidoglikan yang tebal, sedangkan bakteri gram negatif
memiliki banyak lapisan peptidoglikan yang tipis. Meskipun bakteri gram negatif
terluar yang tersusun oleh LPS. Membran terluar merupakan barier permeabel
material antibakteri. Oleh karena itu, fungsi fisiologis dari membran terluar dan
rendahnya afinitas antara EGCG dan LPS membatasi perikatan EGCG terhadap
EGCG.
aromatis, A dan B. Jumlah gugus hidroksil pada cincin B dan ada tidaknya gugus
struktur pyrogallol pada cincin B, seperti EGC dan EGCG, serta katekin dengan
gugus galloyl, seperti ECG dan EGCG memiliki aktivitas antioksidan lebih kuat
dari pada yang lainnya (katekin (C) dan EC). Efek penghambatan pembentukkan
Tidak ada aktivitas bakterisidal yang ditunjukkan ketika hanya gugus galloyl saja,
namun pada senyawa katekin dengan gugus galloyl (misalnya CG, ECG, GCG
dan EGCG) terjadi penghambatan pembentukkan biofilm yang efektif. Hal ini
2010). Selain itu, ion hidroksil secara kimia menyebabkan perubahan komponen
organik dan transport nutrisi sehingga menimbulkan efek toksik terhadap sel
peroksida (Petti, Scully, 2009). Hidrogen peroksida dapat menekan transkripsi gen
dan akhirnya terjadi kekacauan pada membran sel (Matsunaga, dkk., 2010). Pada
S.mutans, polisakarida yang ada berupa glukan tak larut air (glycocalyx) yang
biofilm terganggu. EGCG dan katekin lainnya dari teh hijau juga telah dilaporkan
dapat menekan aktivitas kelenjar air ludah dan aktivitas enzim amilase yang
memasukan gula ke dalam sel ketika kondisi kehabisan gula (Xu, dkk.,2011).
Karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari enamel hingga ke
dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor
yang saling mempengaruhi. Ada tiga faktor utama, yaitu gigi dan saliva,
mikroorganisme, dan substrat, serta waktu sebagai faktor tambahan. Bila keempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Terbentuknya karies gigi tidak lepas dari plak gigi yang merupakan biofilm
kompleks yang terbentuk oleh >500 spesies bakteri berbeda yang normalnya
terdapat dalam commensal harmony dengan sel inang (Matsunaga, dkk., 2010).
Terdapat tiga tahap pembentukkan plak gigi; pertama molekul saliva diadsorbsi ke
dalam enamel bersamaan dengan pembersihan gigi oleh saliva. Kemudian enamel
protein kaya prolin yang bersifat asam, mucins, debris sel bakteri, exoproduct, dan
asam sialin. Tahap ke dua adalah interaksi spesifik sel bakteri dengan permukaan
gigi yang akhirnya membentuk biofilm. Formasi biofilm awalnya dibentuk oleh
parameter lingkungan, seperti osmolaritas, sumber karbon dan pH. Pada tahap ke
tiga, spesies bakteri lain seperti S.mutans menempel pada koloni Streptococcus
berikutnya pada permukaan gigi akan mengarah pada pembentukan biofilm pada
gigi, yang juga dikenal sebagai plak gigi. Bakteri S.mutans dan Streptococcus
sobrinus memiliki peran utama dalam etiologi karies gigi, karena ke duanya dapat
melekat pada enamel salivary pellicle dan bakteri plak lainnya. Bakteri S.mutans
halus pada gigi (cavity). Biasanya, keberadaan S.mutans pada cavity gigi akan
Ouwehand, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengubah pH rongga mulut menjadi asam. Struktur email gigi akan terlarut pada
pH < 5,41 dan terjadi karies gigi (Indrawati, 2009). Bakteri S. mutans melakukan
cabang dari molekul gula yang mengelilingi suatu sel individu atau koloni sel.
Perlekatan polisakarida pada gigi akan menimbulkan plak gigi, yaitu bentuk
streptococci terjadi melalui jalur fermentasi homolaktik karena produk akhir yang
terbentuk hanya asam laktat. Adanya dua molekul ADP dan dua molekul fosfat,
molekul glukosa dapat difermentasikan menjadi dua molekul asam laktat dan dua
molekul ATP. Asam laktat ini lama kelamaan akan mengikis email gigi yang
secara teratur dengan pasta gigi atau obat kumur yang mengandung antibakteri.
Pasta gigi yang beredar di pasaran umumnya mengandung fluor yang bersifat
menimbulkan efek samping berupa fluorosis email dan belum efektif membunuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bakteri karena lebih bersifat menghambat, selain itu bahan kimia ini relatif mahal.
dan klorheksidin secara rutin dapat menyebabkan resistensi dan efek samping
merupakan derivat dari bis-guanid bis – fenol yang bersifat bakterisidal baik
terjadi pewarnaan pada gigi dan lidah serta menyebabkan iritasi pada mukosa
(Sumono dkk., 2009). Xylitol adalah gula alkohol atau polyol yang secara alami
terdapat dalam metabolisme manusia, dan dapat digunakan secara aman dalam
dengan karier proton transmembran yang bersifat asam lemah, seperti fluoride.
Xylitol dapat dianggap sebagai substansi pencegah plak yang lebih aman
digunakan daripada triklosan, karena triklosan dapat bereaksi dengan klorin dalam
air keran dan membentuk kloroform yang bersifat toksik (Forrsten, dkk., 2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
kumur dengan air rebusan daun salam dapat mengurangi jumlah koloni bakteri
Streptococcus sp., dan semakin tinggi konsentrasi rebusan daun salam maka
jumlah bakteri Streptococcus sp. akan semakin sedikit. Hal ini disebabkan adanya
kandungan kimia aktif daun salam yaitu tanin (senyawa fenol, bekerja dengan
flavonoid, minyak atsiri 0,05% (mempunyai efek analgesik) yang terdiri dari sitral
dan eugenol.
D. Maserasi
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Prinsip dasar maserasi adalah cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak
maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak dipilih pelarut yang baik
pemerintah membatasi cairan pelarut yang diperbolehkan, yaitu air, etanol serta
penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah menguap dan
tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah, tetapi sebagai penyari kerugian
air adalah tidak selektif, sari dapat ditumbuhi kapang dan bakteri, serta cepat
rusak dan untuk pengeringan dibutuhkan waktu yang lama. Sedangkan etanol
lebih selektif; kapang, khamir dan bakteri lebih sulit tumbuh dalam etanol 20%
keatas; dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan; pengeringan dalam
E. Streptococcus mutans
telur, dengan diameter 0,5-2,0 µm, berpasangan atau berbentuk rantai ketika
tumbuh pada media cair; terkadang memanjang pada aksis rantai menjadi bentuk
lanset, nonmotil, tidak berspora dan merupakan gram positif, beberapa spesies
kaya nutrient untuk tumbuh dan terkadang 5% CO2, metabolit dari hasil
fermentasi sebagian besar adalah laktat bukan gas, hasil negatif pada uji katalase.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mulut dan jalur pernapasan bagian atas; beberapa spesies bersifat patogen bagi
manusia dan hewan. Genus Streptococcus menunjukkan hasil positif pada uji
sukrosa masuk ke dalam mulut melalui makanan berat atau ringan dan
terbentuknya karies, maka hanya spesies yang dapat tumbuh subur dalam
dispar dan terutama Streptococcus mutans yang dapat mendominasi tempat yang
sebelumnya diduduki oleh spesies lain. Namun diantara semua spesies bakteri
gigi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: pertama, S.mutans adalah
bakteri anaerobik yang diketahui membentuk asam laktat sebagai bagian dari
bahan cadangan makanan intraseluler yang serupa dengan glikogen. Sintesa dari
polisakarida intraseluler ini terjadi bila ada gula dalam jumlah berlebihan. Apabila
persediaan gula yang eksogen sudah habis terpakai, maka bakteri S.mutans akan
2006), dengan demikian dapat menghasilkan asam terus menerus (Safitri, 2004).
saat terdapat sukrosa dengan membentuk glukan tak larut air, suatu polisakarida
yang membantu perikatan bakteri dengan gigi. Faktor virulensi terpenting adalah
S.mutans tumbuh subur dalam kondisi asam dan menjadi bakteri yang dominan
dalam kultur dengan pengurangan pH yang tetap. Selain itu, tidak seperti spesies
meningkat secara pasti, sebagai sistem penggerak proton yang digunakan untuk
transport nutrient melalui dinding selnya dalam lingkungan ber-pH rendah atau
lingkungan dengan kadar glukosa tinggi, yang dimodulasi oleh keberadaan ion
menurunkan atau menjaga pH mulut pada nilai keasaman yang tidak biasa,
menciptakan kondisi yang sesuai untuk dirinya sendiri namun tidak sesuai untuk
spesies lain yang pernah hidup bersama dengan S.mutans. Penurunan pH inilah
(Simon, 2007).
adalah polimer rantai panjang berbobot molekul besar yang merupakan faktor
tambahan, glukan diperlukan dalam interaksi adesif antar sel dan antara sel
dengan permukaan gigi dalam plak dengan agregasi bakterial yang dimediasi
dekstran (Forssten, dkk., 2010). EPS yang dihasilkan melekat kuat pada gigi dan
fermentasi fruktosa menjadi bentuk asam laktat. Selanjutnya, adanya asam laktat
kalsium) dan softening (gigi semakin melunak). Pada akhirnya akan terbentuk
1. Uji difusi
diameter zona hambat pertumbuhan bakteri karena berdifusinya obat dari titik
awal pemberian ke daerah difusi (Volk dan Wheeler, 1988). Terdapat dua macam
a. Kirby Bauwer/ paper disc. Paper disc yang berisi agen antibakteri
diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikrobia yang akan berdifusi
pertumbuhan mikrobia oleh agen antibakteri pada permukaan media agar (Pratiwi,
2008).
dengan garis tengah tertentu. Dan ke dalam sumuran diberi larutan uji antimikroba
dan diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam. Parameter yang diamati
adalah diameter zona hambat yang dihasilkan larutan uji antimikroba (Edber,
1986).
2. Uji dilusi
nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM)
yang cair atau padat. Kemudian pembenihan tersebut ditanami dengan bakteri
yang diperiksa dan dieram. Keuntungn metode ini adalah memungkinkan adanya
suatu hasil kuantitatif, yang menunjukan jumlah obat yang diperlukan untuk
Parameter yang diukur pada metode dilusi cair adalah tingkat kekeruhan
yang menunjukkan nilai Optical Density (OD), yakni nilai kerapatan yang
autozero. Bakteri yang bermultiplikasi pada media cair akan menyebabkan media
dengan kepekatan sel dalam suspensi biakan (Lay, 1994). Pada spektrofotometer,
sensitif cahaya. Jika jumlah bakteri meningkat, sedikit cahaya yang akan
diteruskan ke detektor. Perubahan intensitas cahaya akan terlihat pada skala yang
terdapat pada alat, yaitu nilai absorbans atau densitas optik (optical density)
(Radji, 2010).
mengontrol infeksi pada pasien (Radji, 2010). Penentuan nilai KHM didasarkan
pertumbuhan bakteri pada uji penegasan secara streak plate. Nilai KBM
G. Landasan Teori
Teh hijau dibuat dari daun teh yang belum difermentasikan dan
dalam teh hijau. Adanya kandungan katekin terutama EGCG pada teh hijau
penyebab karies gigi, salah satunya adalah S.mutans yang merupakan bakteri
ekstraseluler (EPS). Glukan yang dihasilkan oleh bakteri membantu EPS untuk
melekat pada email gigi dan menginduksi terjadinya agregasi berbagai spesies
bakteri pada permukaan gigi yang disebut plak. Dari proses terjadinya plak gigi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ini dihasilkan asam yang menyebabkan penurunan kalsium dan pelunakan pada
protein. Akan tetapi, kompleks protein yang terbentuk relatif lemah sehingga
segera terurai dan gugusan fenol terpenetrasi ke dalam sel dan menyebabkan
denaturasi protein yang pada akhirnya menyebabkan pelisisan sel bakteri (Parwata
dan Dewi, 2008). Katekin didapatkan dari ekstrak etanol hasil maserasi teh hijau.
Adanya potensi antibakteri dilihat dengan metode difusi paper disc berdasarkan
efektifitas ekstrak etanol teh hijau dalam menghambat karies gigi dan dapat
dijadikan dasar untuk pengembangan sediaan farmasetik yang lebih efektif dan
H. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
Dharma Yogyakarta.
1. Variabel penelitian
inkubasi (24 jam), suhu inkubasi (37°C), kepadatan suspensi bakteri uji
setara dengan larutan standar Mc. Farland II (6.108 CFU/mL), asal teh
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Definisi operasional
a. Teh hijau adalah daun dari tumbuhan teh (Camellia sinensis L.) yang
kontrol negatif yang ditunjukkan dari diameter zona hambat dan nilai
c. Ekstrak etanol teh hijau adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara
d. Difusi paper disc, yaitu suatu metode uji potensi antibakteri dengan
didasarkan pada proses terdifusinya ekstrak etanol daun teh hijau dalam
e. Dilusi cair, yakni metode uji penentuan nilai KHM dan KBM dari
berbagai variasi konsentrasi EGCG ekstrak etanol daun teh hijau dengan
visible.
g. Kultur murni S. mutans adalah kultur yang diperoleh dari hasil reisolasi
yang telah diuji kemurnian dan identitasnya sesuai Holt, dkk. (2000).
etanol teh hijau yang dapat membunuh atau menghilangkan sama sekali
C. Bahan
Teh hijau yang diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini
Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang didapatkan dari saudari Maria Siska
Triyuniar Kusumastuti (Lampiran 1 dan 2), kultur bakteri strain S. mutans yang
Nutrien Broth (NB), media Nutrien Agar (NA), cairan standar Mc. Farland II
D. Alat
(Pyrex), cawan petri (Pyrex), pipet volume (Pyrex), flakon (Pyrex). Oven
(Memmert 7200 Tuttlingen, Germany), autoklaf (KT-40, ALP co, Lt, Hamurashi
Tokyo, Japan), mikro pipet (Ependorf-Netler-Hinz), vortex (Janke & Kunkel, Ika-
tipe RCT Nr. 61801), stirer, lemari es, penggaris, pipet filler, Spektrofotometer
UV-Visible.
Daun teh diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dan diolah tanpa mengalami proses fermentasi
identifikasi daun teh berdasarkan prosedur kerja dari Laboratorium Penelitian dan
Daun teh kering yang diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini
dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada. Sebanyak 400 g serbuk
daun teh dilarutkan dalam 3000 mL etanol sedikit demi sedikit. Diaduk selama 30
menit, diamkan selama 24 jam, disaring kemudian diulang sebanyak tiga kali.
suhu 70°C.
isopropanol (16:2:2:8 v/v). Elusi hingga batas, diangkat dan dikeringkan. Amati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pada media cawan NA dengan metode streak plate. Setelah diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37°C, koloni bakteri yang terpisah diisolasi kembali beberapa kali
metode, yaitu pengecatan gram dan uji biokimia yang meliputi uji Katalase,
Triple Sugar Iron Agar (TSIA). Uji ini disesuaikan dengan karakteristik khas
(Holt,dkk., 2000).
Gram untuk mengetahui sifat Gram dan bentuk sel bakteri uji. Pada pengecatan
Gram ini kultur dari media NA miring dioleskan dahulu pada gelas obyek lalu
ditetesi aquadest dan difiksasi dengan melewatkan gelas obyek tersebut diatas
bunsen hingga bakteri kering. Setelah proses fiksasi, gelas benda yang sudah
terdapat bakteri tersebut dicat dengan menggunakan beberapa reagen, yaitu Gram
A (Kristal violet), Gram B (Larutan iodium), Gram C (Alkohol 96%), dan Gram
D (Safranin).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Uji katalase. Satu sampai dua tetes 30% hidrogen peroksida diletakkan
pada gelas benda, kemudian ditambahkan 1 ose atau 2-3 tetes suspensi isolat
murni bakteri uji. Katalase positif ditandai dengan pembentukan buih seketika,
digunakan sebagai kontrol yang tidak ditutup parafin, kemudian diinkubasi selama
24 jam pada suhu 370C, dan perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Proses
oksidasi terjadi pada bakteri aerob sedangkan proses fermentasi terjadi pada
bakteri anaerob. Hasil positif jika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi
kuning pada tabung 1, dan tidak berubah warna pada tabung 2 yang menunjukkan
dan bersifat fakultatif anaerob (uji O-F positif) berdasarkan buku panduan
d. Uji Methyl Red (MR). Isolat murni bakteri uji diinokulasikan dalam
tabung berisi media MR-VP, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Setelah masa inkubasi, ditambahkan beberapa tetes reagen metil merah. Larutan
dikocok dengan hati-hati. Perubahan warna dibaca setelah 30 menit. Hasil positif
jika terjadi perubahan warna menjadi merah setelah 30 menit penambahan reagen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
e. Uji Voges Proskauer (VP). Isolat murni bakteri uji diinokulasikan dalam
tabung berisi media MR-VP, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
0,2 mL KOH 40%. Larutan dikocok dengan hati-hati, dilonggarkan tutupnya, dan
menit. Hasil positif jika terjadi perubahan warna menjadi merah setelah 30 menit
positif).
f. Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA). Isolat murni bakteri diinokulasikan
dalam tabung berisi media TSIA secara tusukan menggunakan jarum inokulasi
dan streak menggunakan jarum ose. Perubahan warna media TSIA dari merah-
(Holt, dkk., 2000), S. mutans membentuk asam dari proses fermentasi karbohidrat
variasi konsentrasi teh hijau, yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5; 7,5; dan 10 mg/mL.
Ekstrak Daun
Konsentrasi Aquadest steril Volume
No. Teh Hijau 10
(mg/mL) (mL) Akhir (mL)
mg/mL (mL)
1 0,25 0,35 13,65 14
2 0,50 0,70 13,30 14
3 0,75 1,05 12,95 14
4 1,00 1,40 12,60 14
5 2,50 3,50 8,500 14
6 5,00 7,00 7,000 14
7 7,50 10,5 3,500 14
8 10,00 14 0 14
dan diaduk di atas penangas magnetik hingga terlarut sempurna yang ditandai
dengan warna larutan menjadi jernih. Selanjutnya diautoklaf pada suhu 121°C
selama 15 menit.
dengan 1000 mL aquadest steril dalam erlenmeyer sambil diaduk dan dipanaskan
dalam tabung reaksi untuk diautoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
d. Pembuatan suspensi bakteri uji. Satu ose kultur murni S. mutans diambil
pada suhu 370C. Kekeruhan media NB dibandingkan dengan cairan standar Mc.
Farland II (6.108 CFU/mL). Apabila hasil dari kultur dalam NB tidak sama, maka
Mc. Farland II (6.108 CFU/mL). Apabila hasilnya sudah setara dengan cairan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
standar Mc. Farland II (6.108 CFU/mL), maka dapat diperkirakan terdapat sel
e. Uji potensi ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans secara difusi paper
disc.
500C dan dituang ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Setelah memadat,
inkubasi media secara terbalik pada suhu 37°C selama 24 jam. Amati ada
terbalik selama 24 jam dan pada suhu 37°C. Amati pertumbuhan bakteri uji S.
3) Kontrol positif
flakon. Encerkan dengan menggunakan aquadest steril dan buat menjadi beberapa
variasi konsentrasi, yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1,0; 2,5; 5,0; 7,5 dan 10 mg/mL dan
4) Uji potensi
mL media NA yang masih hangat, kemudian dituang ke dalam cawan petri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dibiarkan memadat. Setelah media memadat, diletakkan lima buah disc blank
dalam media cawan. Satu disc blank diisikan kontrol negatif, yaitu aquadest steril
dan empat disc blank, yang diletakkan pada empat kuadran berbeda, diisikan
variasi ekstrak (0,25 ; 0,5 ; 0,75 ; 1 ; 2,5 ; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/mL) masing-masing
sebanyak 25 µL. Kemudian diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370C. Dibuat
replikasi sebanyak enam replikasi untuk mendapatkan data analisis statistik yang
valid.
7. Uji penentuan nilai KHM dan KBM ekstrak etanol teh hijau terhadap
S.mutans dengan metode dilusi cair
variasi konsentrasi teh hijau di mana pada konsentrasi tersebut memunculkan zona
hambat yang dilihat dari hasil uji potensi antibakteri. Dibuat 14 variasi konsentrasi
ekstrak etanol teh hijau (0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2;
mungkin yang menunjukkan potensi antibakteri dari uji difusi paper disc pada
tahap 6 yang selanjutnya menjadi acuan untuk memperoleh nilai KHM dan KBM.
S.mutans dengan metode dilusi cair. Kontrol positif dibuat untuk 14 variasi
etanol teh hijau dengan variasi konsentrasi 0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7;
0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2; 2,5 mg/mL. Dilakukan pengukuran OD pada masing-masing
variasi konsentrasi teh hijau di jam ke-0. Pembuatan kontrol positif ini dilakukan
hijau dengan variasi konsentrasi 0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,75; 0,8;
0,9; 1,0; 2; 2,5 mg/mL yang telah dibuat sebelumnya. Tabung divortex dan
c. Penegasan hasil untuk penentuan nilai KHM dan KBM. Setelah inkubasi,
kontrol negatif. Nilai kuantitatif jumlah bakteri hidup dalam media NB diukur
sama dengan nol dilakukan uji penegasan hasil dengan inokulasi pada media NA
secara streak plate, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Setelah diinkubasi,
bila pada media tidak terdapat pertumbuhan bakteri sama sekali, maka konsentrasi
ekstrak teh hijau tersebut dinyatakan sebagai KBM. Namun, jika masih terdapat
sebagai KHM.
bermakna antara berbagai konsentrasi ekstrak etanol teh hijau dan kontrol negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(aquadest steril). Jika pada uji Kruskal Wallis menghasilkan nilai p < 0,05, maka
Data berupa nilai KHM dan KBM dianalisis secara deskriptif. Nilai
KHM dan KBM didapatkan dengan metode dilusi cair dengan mengukur
pertumbuhan bakteri pada uji penegasan. Sedangkan nilai KBM didapatkan pada
BAB IV
Daun teh yang digunakan merupakan daun teh yang diolah tanpa proses
fermentasi dan diambil dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini, Boja pada
Suseno (1977), semakin tinggi letak suatu tempat memiliki suhu yang semakin
rendah dan menghasilkan kandungan senyawa dalam teh yang lebih baik dari sisi
kualitas dan kuantitas dibandingkan teh yang ditanam di dataran rendah maupun
sedang.
digunakan benar-benar berasal dari tanaman teh (Camelia sinensis L.), sesuai
dengan surat keterangan identifikasi teh hijau yang dikeluarkan oleh PT Rumpun
penelitian ini merupakan daun teh hijau yang dibuat dari tanaman teh (Camelia
sinensis L.).
Teh hijau kering yang didapat dari PT Rumpun Sari Medini, Boja
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
ekstraksi yang diperoleh lebih banyak karena semakin banyak pelarut yang dapat
sesuai prosedur kerja dari LPPT UGM (Lampiran 3). Ekstraksi merupakan
penyarian zat-zat aktif dari simplisia yang bertujuan untuk menarik komponen
Proses filtrasi ekstrak etanol daun teh hijau dilakukan menggunakan alat
vaccum rotary evaporator. Prinsip kerja alat ini adalah pemisahan pelarut dari
sampel dengan menggunakan panas dalam bejana berputar pada tekanan rendah.
Pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol lebih selektif; kapang, khamir
dan bakteri lebih sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas; dapat bercampur dengan
air pada segala perbandingan; pengeringan dalam waktu singkat. Etanol dapat
saponin (DepKes RI, 1986). Dari proses ekstraksi dengan menggunakan 400 g
serbuk teh hijau dan 3000 mL etanol didapatkan hasil ekstrak sebesar 112,070 g
dengan kadar kandungan EGCG dalam ekstrak tersebut adalah sebesar 1,28 %
(KLT) sesuai prosedur kerja dari LPPT UGM Yogyakarta. Prinsip KLT adalah
sedangkan standar adalah sebesar 4 µL. Sampel ditotolkan lebih banyak karena
kadar EGCG dalam ekstrak tersebut belum diketahui dan dikhawatirkan jumlah
EGCG dalam ekstrak terlalu sedikit maka digunakan volume penotolan yang lebih
Jika dilihat secara visual bercak tidak menunjukkan warna apapun. Namun ketika
dideteksi kualitatif pada sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm, didapatkan
warna sampel dan standar adalah warna redam/ gelap. Dari hasil pengamatan,
berdasarkan kepekatan atau dense dengan melihat luas area di bawah kurva dari
kurva densitometri yang didapatkan dari alat KLT Densitometri. Standar EGCG
luas area di bawah kurva / Area Under Curve (AUC) untuk mendapatkan hasil
dihitung regresinya (Lampiran 5). Regresi yang telah didapatkan digunakan untuk
menghitung kadar EGCG dalam sampel dengan melihat AUC sampel (Tabel III):
bahwa kultur bakteri yang digunakan merupakan kultur murni S.mutans dan
dengan metode streak plate beberapa kali untuk mendapatkan koloni terpisah.
Koloni terpisah tersebut selanjutnya diuji identifikasi. Menurut Holt, dkk. (2000),
yaitu pengecatan Gram, uji katalase, uji oksidasi-fermentasi (OF), uji Methyl Red
(MR), uji Voges-Proskaeur (VP), dan uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA).
obyek lalu ditetesi aquadest dan difiksasi dengan melewatkan gelas obyek tersebut
di atas bunsen hingga bakteri kering. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri
tanpa mengubah bentuk dan struktur bakteri, melekatkan bakteri di atas gelas
menjadi kaku sehingga ketika diamati dengan mikroskop bakteri dapat terlihat
pada sel sehingga dapat mengetahui jenis Gram bakteri uji. Pengecatan ini
berbagai cat. Zat warna atau cat yang digunakan adalah Gram A (Kristal violet),
Kristal violet merupakan zat pewarna utama yang akan memberikan warna ungu
pada sel bakteri Gram positif. Larutan iodium berfungsi sebagai zat pewarna
sekunder yang akan memperkuat zat warna utama. Alkohol 96% berfungsi
sebagai zat peluntur dinding sel bakteri. Safranin berfungsi sebagai zat lawan
yang akan mewarnai dinding sel bakteri Gram negatif dengan warna merah.
tebal daripada dinding sel bakteri Gram negatif. Penambahan kristal violet dan
ditambahkan zat peluntur (alkohol 96%) bakteri akan mengalami dehidrasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sedangkan lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri Gram negatif sangat
Gram memiliki beberapa kelemahan, antara lain terbacanya bakteri Gram positif
sebagai Gram negatif yang disebabkan karena adanya kerusakan pada dinding sel
bakteri Gram positif (berwarna ungu), berbentuk bulat oval memanjang, berkoloni
membentuk rantai, dan tidak berspora (Lampiran 8a). Hasil ini sesuai dengan
karakteristik S.mutans yang ada dalam buku panduan determinasi bakteri (Holt,
dkk., 2000), sehingga dapat diambil kesimpulan sementara bahwa bakteri uji yang
digunakan merupakan kultur murni S.mutans. Namun tetap diperlukan uji lanjutan
menjadi O2 dan air. Hidrogen peroksida merupakan senyawa toksik yang dapat
bakteri perlu diuraikan menjadi senyawa tidak berbahaya, yaitu air dan O2.
Biasanya bakteri yang bersifat aerob dapat menghasilkan enzim katalase untuk
negatif, sesuai dengan buku panduan determinasi bakteri (Holt, dkk., 2000).
adalah media O-F yang ditambah 1% dekstrosa. Pada uji O-F ini digunakan 2
tabung reaksi media O-F yang ditutup dan tidak ditutup parafin. Tujuan penutupan
dengan parafin adalah supaya tidak terjadi kontak dengan udara luar dan
menciptakan suasana anaerob dalam tabung. Secara teoritis bakteri yang bersifat
aerob akan mengubah warna media O-F pada tabung reaksi yang tidak ditutup
parafin dari hijau menjadi kuning tetapi tidak mengubah warna media O-F pada
tabung reaksi yang ditutup parafin. Sedangkan bakteri anaerob ataupun anaerob
fakultatif akan mengubah warna kedua media O-F baik yang ditutup atau tidak
ditutup parafin dari hijau menjadi kuning. Perubahan media menjadi kuning
bakteri. Hasil yang didapatkan adalah pada kedua tabung media O-F terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi kuning. Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri uji yang digunakan merupakan bakteri anaerob atau fakultatif anaerob,
media menjadi asam karena indikator methyl red akan berwarna merah pada
lingkungan dengan pH 4,4 dan berwarna kuning pada lingkungan dengan pH 6,2.
Hasil yang didapatkan adalah terjadi perubahan warna media MR dari kuning
menjadi merah. Hal ini membuktikan bahwa bakteri uji melakukan fermentasi dan
KOH dan 5% alfa naftol dapat menentukan adanya asetoin, suatu senyawa
Berdasarkan hasil berbagai uji identifikasi di atas dan dicocokkan dengan buku
panduan determinasi bakteri (Holt, dkk., 2000) dapat disimpulkan bahwa bakteri
LPPT UGM Yogyakarta sesuai prosedur dari LPPT UGM Yogyakarta. Dari hasil
uji KLT Densitometri didapatkan kadar EGCG dalam ekstrak daun teh hijau
ekstrak daun teh hijau kemudian ditambahkan aquadest steril hingga volume 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
berbagai variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau, yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1,0;
ekstrak etanol teh hijau yang berpotensi menghambat dan membunuh bakteri
S.mutans penyebab karies gigi, sehingga dapat diketahui dosis terapi yang efektif
dari ekstrak etanol teh hijau untuk dikembangkan menjadi berbagai bentuk
sediaan farmasi baru yang dapat digunakan dengan mudah oleh masyarakat.
antibakteri ekstrak etanol teh hijau dengan metode difusi paper disc. Media agar
adalah ekstrak dari rumput laut, tersusun dari kompleks karbohidrat yang
5 g NaCl, 5 g pepton, 2 g ekstrak ragi, 1 g serbuk Lab Lemco, dan 15 g agar. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
yang menandakan bahwa media telah homogen atau tercampur sempurna dalam
pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm. Prinsip kerja autoklaf adalah sterilisasi
menggunakan panas uap bertekanan. Adanya tekanan akan membantu uap panas
untuk penetrasi ke dalam sel mikroba sehingga dinding sel mikroba akan lisis
akibat panas tinggi dari uap tersebut. Suhu 121°C dan waktu 15 menit yang
digunakan adalah berdasarkan standar sterilisasi autoklaf. Suhu 121°C dan waktu
tabung akan digunakan sebagai perlakuan 8 konsentrasi variasi ekstrak etanol teh
hijau dengan replikasi sebanyak 6 kali, 2 tabung sebagai kontrol EGCG, 1 tabung
Media Nutient Broth (NB) dalam penelitian ini digunakan dalam uji
penentuan nilai KHM dan KBM dengan metode dilusi cair. Pembuatan media NB
dengan keterangan pembuatan yang tertera pada kemasan media NB dari pabrik
hingga media menjadi jernih. Warna media yang dihasilkan adalah coklat bening
kekuningan. Media NB memiliki viskositas yang lebih rendah dari pada NA dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
lebih mudah larut homogen ketika dipanaskan dan diaduk. Selanjutnya larutan
media yang sudah homogen dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan disterilisasi
menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm.
pada media Nutrient Broth (NB) yang kemudian disetarakan dengan larutan Mac.
Farland II. Larutan Mac. Farland II merupakan larutan pembanding yang berisi
0,2 mL Barium Klorida dan 9,8 mL H2S. Kekeruhan larutan standar Mac. Farland
II setara dengan 6.108 CFU/mL jumlah bakteri (Bresson and Borges, 2004).
Tujuan penyetaraan adalah supaya jumlah bakteri yang digunakan dapat dikontrol
5. Uji potensi ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans secara difusi
paper disc
sebagai media pembanding bagi media perlakuan dan untuk mengetahui apakah
perlakuan sudah dilakukan secara steril atau belum. Pada kontrol ini media NA
cair (suhu >40°C) dituang ke dalam cawan petri dan setelah memadat media
untuk mencegah menetesnya uap air dari media NA yang dituang ke dalam cawan
petri. Adanya air pada media NA dapat memicu tumbuhnya mikroba kontaminan
seperti kapang dan khamir pada media. Kontrol kontaminasi media harus bersih
dari bakteri. Jika setelah inkubasi media tertumbuhi bakteri, maka penelitian harus
diulang karena hal ini menandakan bahwa perlakuan tidak steril. Hasil perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
terhadap kontrol media ini menandakan bahwa perlakuan dilakukan secara steril,
perlakuan dari ekstrak etanol teh hijau. Proses inokulasi suspensi bakteri S.mutans
40°C) untuk menghasilkan pertumbuhan bakteri yang merata pada seluruh bagian
media. Inkubasi dilakukan dalam inkubator yang diatur suhunya yaitu 37°C
selama 24 jam sesuai dengan waktu dan suhu tumbuh optimal S.mutans. Inkubasi
dilakukan terbalik supaya uap air yang terbentuk dari hasil respirasi bakteri
maupun dari kondensasi uap panas media NA tidak menetes ke atas media karena
spreader dan dapat juga memicu tumbuhnya mikroba lain seperti kapang dan
tumbuh secara merata pada seluruh bagian media baik di bagian permukaan,
perlakuan. Berbagai konsentrasi kontrol positif ini dibuat dari pengenceran EGCG
selama 1 jam pada suhu 80°C. Pemanasan tidak boleh mencapai 100°C karena
d. Uji potensi. Uji potensi ekstrak etanol teh hijau bertujuan untuk
mengetahui kemampuan ekstrak etanol teh hijau dalam menghambat dan atau
difusi paper disc dengan melihat zona jernih disekitar paper disc yang telah diberi
ekstrak etanol teh hijau dalam media NA yang telah diinokulasi bakteri S.mutans.
Prinsip metode difusi paper disc adalah terdifusinya senyawa uji dari paper disc
diinokulasikan adalah sejumlah 1 mL yang setara larutan Mac. Farland II. Adanya
penyetaraan dengan larutan Mac. Farland II ini bertujuan supaya jumlah bakteri
pertumbuhan bakteri tidak overlaping dan tumbuh secara merata dengan adanya
adalah 0,25; 0,5; 0,75; 1,0; 2,5; 5,0; 7,5; dan 10 mg/mL. Delapan variasi
Namun karena keterbatasan bahan maka tidak dapat dilakukan replikasi. Kontrol
negatif yang digunakan adalah aquadest. Tujuan digunakan kontrol negatif ini
adalah untuk mengetahui apakah pelarut dari ekstrak etanol teh hijau, yaitu
aquadest, memiliki daya antibakteri atau tidak. Jika pelarut memiliki daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
antiibakteri, hal ini dapat membiaskan hasil pengukuran daya antibakteri ekstrak.
dari luar atau dari lingkungan tidak dapat masuk ke dalam cawan petri terutama
pada saat inkubasi dalam inkubator. Dalam inkubator terdapat aliran udara yang
dapat membantu bakteri dari luar cawan masuk ke dalam cawan dan
Setelah inkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C, adanya
zona jernih di sekitar paper disc diamati dan diameternya diukur dengan
Tabel V. Hasil uji potensi antibakteri ekstrak etanol teh hijau dengan
berbagai variasi konsentrasi EGCG dibandingkan dengan kontrol
0,5 hingga 10 mg/mL memberikan zona hambat yang lebih besar daripada kontrol
positif dengan konsentrasi yang sama. Hal ini disebabkan karena dalam ekstrak
etanol teh hijau tidak hanya terdapat EGCG saja yang bersifat antibakteri, tetapi
perbedaan diameter zona hambat bahkan pada kontrol positif konsentrasi 7,5-10,0
mg/mL dan perlakuan konsentrasi 0,5-0,75 mg/mL dan 1,0-2,5 mg/mL terjadi
penurunan diameter zona hambat. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu
semakin tinggi konsentrasi, kandungan EGCG akan semakin besar dan diameter
zona hambat yang dihasilkan juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan ketika
kurangnya jumlah EGCG yang diambil dari stok EGCG murni konsentrasi 10
0,5-0,75 mg/mL dan konsentrasi 1,0-2,5 mg/mL dapat disebabkan karena terjadi
endapan ekstrak etanol teh hijau yang tidak dapat dihomogenkan kembali
diambil dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari konsentrasi yang
seharusnya.
ekstrak etanol teh hijau dibandingkan kontrol negatif (aquadest steril). Namun
karena data yang didapatkan tidak terdistribusi normal maka digunakan uji
alternatifnya yaitu uji Kruskal-Wallis. Nilai p pada hasil uji one-way ANOVA
maupun Kruskal-Wallis harus < 0,05 yang berarti bahwa terdapat perbedaan
bermakna antar variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau dibandingkan kontrol
negatif. Dari hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan hasil p = 0,000 (Lampiran 10).
Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
dilanjutkan dengan analisis Post Hoc. Alat untuk melakukan analisis Post Hoc
untuk uji Kruskal-Wallis adalah dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2009). Dari
yang berbeda tidak bermakna, yaitu konsentrasi 0,25 mg/mL dengan kontrol
negatif (aquadest), konsentrasi 0,5 mg/mL dengan 0,75 mg/mL, konsentrasi 0,5
dengan 1,0 mg/mL, konsentrasi 0,5 mg/mL dengan 2,5 mg/mL, konsentrasi 0,75
mg/mL dengan 2,5 mg/mL, konsentrasi 1,0 mg/mL dengan 2,5 mg/mL,
konsentrasi 1,0 mg/mL dengan 5,0 mg/mL, dan konsentrasi 7,5 mg/mL dengan 10
G. Uji Penentuan Nilai KHM dan KBM Ekstrak Etanol Teh Hijau terhadap
S.mutans dengan Metode Dilusi Cair
menunjukkan pertumbuhan bakteri pada uji penegasan secara streak plate. Nilai
yang telah mencapai 0 pada pengukuran dengan spektrofotometer dan sudah tidak
(McKane dan Kandel, 1996). Nilai KHM dan KBM digunakan untuk menentukan
dengan mudah oleh masyarakat luas dan sebagai upaya menurunkan prevalensi
yaitu 0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2; 2,5 mg/mL.
setara dengan 6.108 CFU, ke dalam tabung reaksi yang berisi 15 mL media NB.
Bakteri diambil dari bagian tengah media tumbuh bakteri. Hal ini dilakukan
tumbuh bakteri ini yang paling dominan adalah bagian tengah tabung media.
Kemudian baru ditambahkan ekstrak etanol teh hijau sebanyak 1 mL. Hal ini
pencampuran supaya homogen dan bakteri dapat tumbuh merata di seluruh bagian
tabung. Setelah tabung reaksi ditutup rata, tabung dibungkus dengan plastik
pembungkus untuk menjaga agar udara luar tidak masuk ke dalam tabung dan
ditunjukkan oleh Optical Density (OD) yang dilihat dari absorbansi yang tercatat
(jumlah cahaya yang diabsorpsi dan disebarkan) sebagai satuan hitungan, karena
suatu suspensi tidak langsung menunjukkan jumlah sel dalam suatu populasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
inkubasi atau dibuat pada saat akan dilakukan pengukuran (t=0). Hal ini dilakukan
dengan tujuan supaya dalam kontrol positif tidak tumbuh bakteri dan yang akan
positif merupakan media NB yang diberi berbagai konsentrasi ekstrak etanol yang
disesuaikan variasi konsentrasi baru pada perlakuan, yaitu 0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4;
0,5; 0,6; 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2; 2,5 mg/mL. Sedangkan blanko yang digunakan
konsentrasi teh hijau yang ditambahkan maka warna media menjadi semakin
coklat keruh. Pada beberapa konsentrasi awal warna tabung perlakuan berwarna
putih susu agak bening dan lama kelamaan, bersamaan dengan peningkatan
dan akhirnya berwarna coklat keruh, yaitu pada konsentrasi 2 dan 2,5 mg/mL
(Tabel VI):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
konsentrasi 2,0 dan 2,5 mg/mL bernilai negatif (≤ 0), maka diperlukan uji
penegasan secara streak plate untuk mengetahui nilai KHM dan KBM.
yang didapatkan benar-benar merupakan KHM dan KBM dari ekstrak etanol teh
kurang dari nol pada media cawan NA. Uji penegasan dilakukan terhadap
konsentrasi 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2,0 dan 2,5 mg/mL sedangkan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menunjukkan OD = 0 hanya konsentrasi 2,0 dan 2,5 mg/mL. Hal ini dilakukan
untuk menegaskan bahwa konsentrasi 0,7; 0,75; 0,8; 0,9 dan 1,0 mg/mL bukan
merupakan konsentrasi yang menunjukkan nilai KHM maupun KBM dari ekstrak
Dari hasil uji penegasan didapatkan bahwa konsentrasi 0,7; 0,75; 0,8;
0,9; 1,0; 2,0; dan 2,5 mg/mL ditumbuhi bakteri pada area streak, sedangkan
kontrol media bersih atau tidak ditumbuhi bakteri (Lampiran 12). Kontrol media
disini berfungsi untuk mengetahui sterilitas media. Kontrol media yang bersih
menunjukkan bahwa proses uji penegasan telah dilakukan secara aseptis. Namun
bahwa konsentrasi 2,0 mg/mL merupakan nilai KHM dari ekstrak etanol teh hijau
menunjukkan pertumbuhan bakteri pada uji penegasan secara streak plate. Nilai
KBM ekstrak etanol teh hijau dalam penelitian ini belum didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
A. Kesimpulan
1. Berbagai variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau dari Perkebunan Teh
S.mutans yang dihasilkan adalah pada konsentrasi 2,0 mg/mL dan Kadar
B. Saran
2. Perlu dilakukan uji penegasan pada ekstrak etanol teh hijau konsentrasi >
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Buku 3, 95-97, Salemba Medika,
Jakarta.
Ainiyah, U., 2006, Pola Produksi Enzim Glukosiltransferase oleh Streptococcus
mutans yang Diisolasi dari Karies Gigi Manusia, Skripsi, Universitas
Airlangga, Surabaya.
Alschuler, L., 1998, Green Tea: Healing Tonic, Am. J. Natur. Med., (5): 28-31.
Arisandi, Y., dan Andriani, Y., 2006, Khasiat Berbagai Tanaman Untuk
Pengobatan, 458-459, Eska Media, Jakarta.
Atlas, M. R., 1997, Principles of Microbiology, 2nd Ed., 68-69, 138, 171-172, 681,
1218, Wm. C. Brown Publishers, USA.
Cappuccino, G. J. and Sherman, N., 2008, Microbiology a Laboratory Manual, 8th
Ed., 431, Pearson Education Incorporation, USA.
Dahlan, M.S., 2009, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, 83-95, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, 6-7, 10-11,
16-17, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Edber, S.C., 1986, Antibiotik dan Infeksi, 15-20, Penerbit EGC, Jakarta.
Forssten, S.D., Bjorklund, M., dan Ouwehand, A.C., 2010, Streptococcus mutans,
Caries and Simulation Models, Nutrients, 2, 290-298.
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan: Sebuah Tinjauan Ilmiah,
11-15, Kanisius, Yogyakarta.
Holt, G. J., Krieg, R. N, Sneath, A. H. P, Staley, T. J, dan Williams, T. S., 2000,
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 9th Ed., 532, 554,
Lippincott Williams & Wilkins USA.
Indrawati, I., 2009, Potensi Ekstrak Air, Ekstrak Etanol dan Minyak Atsiri
Bawang Merah (Allium cepa L.) Kultivar Batu Terhadap Isolat Bakteri
Asal Karies Gigi, Jurnal Biotika, 7(1), 40-48.
Irhamsyah, 2003, Mikroorganisme Dihubungkan dengan Pembentukan Karies,
Skripsi, 1-2, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Islam, B., Khan, S.N., dan Khan, A.U., 2007, Dental Caries: From Infection to
Prevention, Med. Sci. Monit., 13(11), RA196-203.
Jawetz, Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A., 1991, Medical Microbiology, 154-155,
Appleton dan Lange, California.
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Jawetz, Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A., 2007, Mikrobiologi Kedokteran, 23,
170, Penerbit EGC, Jakarta.
Lasmayanty, M., 2007, Potensi Antibakteri Propolis Lebah Madu Trigona spp.
terhadap Bakteri Kariogenik (Streptococcus mutans), Skripsi, 1-32,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lay, W.B, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, 64, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Lucida, H., Bakhtiar, A., dan Putri, W.A., 2007, Formulasi Sediaan Antiseptik
Mulut dari Katekin Gambir, J. Sains Tek. Far., 12 (1), 1-7.
Matsunaga, T., Nakahara, A., Minnatul, K.M., Noiri, Y., Ebisu, S., Kato, A., dkk.,
2010, The Inhibitory Effects of Catechins on Biofilm Formation by the
Periodontopathogenic Bacterium, Eikenella corrodens, Biosci.,
Biotechnol., Biochem., 74 (12), 2445-2450.
McKane, L., dan Kandel, J., 1996, Microbiology: Essentials and Applications,
397-398, McGraw Hill Inc, New York.
Nasution, R.S., 2006, Imunologi Karies Gigi, Skripsi, 9, Universitas Sumatra
Utara, Medan.
Paribasa, A.W., 2007, Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dandang
Gendis [Clinacanthus mutans (Burm.f) Lindau] Terhadap Escherichia
coli, Skripsi, 8-9, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Parwata I.M.O.A., dan Dewi P.F.S., 2008, Isolasi dan Uji Aktifitas Antibakteri
Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.), Jurnal
Kimia., 2 (2): 100-104.
Petti, S., Scully, C., 2009, Polyphenols, Oral Health and Disease: A Review, J.
Dent., 37 (2009), 413-423.
Pratikno, H., 2003, Pengaruh Daya Antibakterial Teh Hijau dalam Mencegah
Karies Gigi, Skripsi, 1-32, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 110, 188, 190, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran, 40, Penerbit EGC, Jakarta.
Safitri, E., 2004, Karies Dini dan Pencegahan Karies Secara Umum, Skripsi, 6,
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Shimamura, T., Zhao, W., dan Hu, Z, 2007, Mechanism of Action and Potential
for Use of Tea Catechin as an Anti-infective Agent, Anti-Infect. Agents in
Med. Chem., (6), 57-62.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Simon, L., 2007, The Role of Streptococcus mutans And Oral Ecology in The
Formation of Dental Caries, http://www.lurj.org/article.php/vol2n2
/caries.xml, diakses tanggal 3 Februari 2012.
Sulistia, G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi, 571-
583, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Sumono, A., dan Wulan, A., 2009, Kemampuan Air Rebusan Daun Salam
(Eugenia polyantha W) dalam Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri
Streptococcus sp., Majalah Farmasi Indonesia, 20 (3), 112-117.
Susanti, E., 2011, Keajaiban Katekin Teh Hijau pada Fungsi Cardiovaskuler,
http://www.putraindonesiamalang.or.id/keajaiban-katekin-teh-hijau-
pada-fungsi-cardiovaskuler.html, diakses tanggal 3 Februari 2012.
Suseno, H., 1977, Beberapa Aspek Fisiologi Tanaman Teh, Warta Balai
Penelitian Teh dan Kina., 3 (4): 263-268.
Tahir, A., dan Moeen, R., 2011, Comparison of Antibacterial Activity of Water
and Ethanol Extracts of Camellia Sinensis (L.) Kuntze Againts Dental
Caries and Detection of Antibacterial Components, J. Med. Plant. Res.,
5(18), pp. 4504-4510.
Taylor, P.W., Hamilton-Miller, J.M.T., dan Stapleton, P.D., 2005, Antimicrobial
Properties of Green Tea Catechins, Food Sci. Technol Bull, (2), 71-81.
Volk dan Wheeler, 1988, Mikrobiologi Dasar, 249-267, Erlangga, Jakarta.
Xu, X., Zhou, X.D., dan Wu, C.D., 2011, The Tea Catechin Epigallocatechin
Gallate Suppresses Cariogenic Virulence Factors of Streptococcus
mutans, Antimicrob. Agents Chemother., 55(3), p. 1229-1236.
Zaveri, N.T., 2006, Green Tea and Its Polyphenolic Catechins: Medicinal Uses in
Cancer and Noncancer Applications, J. Life Sci., 78, 2073-2080.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Lampiran 7. Hasil uji kemurnian dan pembuatan stok kultur murni bakteri
uji S. mutans
Keterangan:
D: Stok kultur murni bakteri S. mutans dalam media Nutrien Agar miring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
a. Pengecatan Gram
A B C D
Keterangan:
A: Perlakuan uji OF tanpa parafin berwarna kuning
B: Kontrol uji OF tanpa parafin berwarna hijau
C: Perlakuan uji OF parafin berwarna kuning
D: Kontrol uji OF parafin berwarna hijau
Kesimpulan: bakteri uji S. mutans bersifat fakultatif anaerob, dan
memproduksi asam hasil fermentasi-oksidasi dekstrosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
c
c. Ujii Methyl Redd (MR)
A B
Ketterangan:
A: Perlakuuan uji Methyyl red (MR) berwarna m
merah
B: Kontrol uji Methyl rred (MR) beerwarna kuniing bening
Kessimpulan: baakteri uji S. m
mutans mem
mproduksi assam hasil ferrmentasi
glukkosa
d
d. Ujii Voges Prosskauer (VP)
A B
Ketterangan:
A: Kontrool uji VP berrwarna hijauu kehitamann
B: Perlakkuan uji VP bberwarna meerah oranye
Kessimpulan: baakteri uji S. m
mutans mem
mproduksi assam hasil ferrmentasi
glukkosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
A B
Keterangan:
A: Perlakuan uji TSIA berwarna kuning
B: Kontrol uji TSIA berwarna merah oranye
Kesimpulan: bakteri uji S. mutans memproduksi asam hasil fermentasi
laktosa, sukrosa, dan dekstrosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
a. Replikasi I
Keterangan:
F E
I : Kontrol (+) EGCG 7,5 mg/mL
K L
J : Kontrol (+) EGCG 10,0 mg/mL
b. Replikasi II
Keterangan:
c. Replikasi III
Keterangan:
d. Replikasi IV
Keterangan:
e. Replikasi V
Keterangan:
f. Replikasi VI
Keterangan:
Ranks
kelomp
ok N Mean Rank
Zone 1 6 7.00
2 6 7.00
3 6 23.25
4 6 18.92
5 6 30.75
6 6 25.92
7 6 38.17
8 6 46.75
9 6 49.75
Total 54
Test Statisticsa,b
Zone
Chi-Square 47.633
df 8
b. Grouping Variable:
kelompok
Lampiran 11. Data Uji Post Hoc (Mann-Whitney) yang Dihasilkan pada Uji
Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Teh Hijau dengan
Berbagai Variasi Konsentrasi EGCG terhadap S. Mutans
dengan Difusi Paper Disc
Konsentrasi 1 Konsentrasi 2
Nilai p Kesimpulan
(mg/mL) (mg/mL)
0,25 1,000 Berbeda tidak bermakna
0,5 0,001 Berbeda bermakna
0,75 0,002 Berbeda bermakna
1,0 0,002 Berbeda bermakna
0,00
2,5 0,007 Berbeda bermakna
5,0 0,002 Berbeda bermakna
7,5 0,002 Berbeda bermakna
10,0 0,002 Berbeda bermakna
0,0 1,000 Berbeda tidak bermakna
0,5 0,001 Berbeda bermakna
0,75 0,002 Berbeda bermakna
1,0 0,002 Berbeda bermakna
0,25
2,5 0,007 Berbeda bermakna
5,0 0,002 Berbeda bermakna
7,5 0,002 Berbeda bermakna
10,0 0,002 Berbeda bermakna
0,0 0,001 Berbeda bermakna
0,25 0,001 Berbeda bermakna
0,75 0,080 Berbeda tidak bermakna
1,0 0,070 Berbeda tidak bermakna
0,5
2,5 0,242 Berbeda tidak bermakna
5,0 0,003 Berbeda bermakna
7,5 0,003 Berbeda bermakna
10,0 0,002 Berbeda bermakna
0,0 0,002 Berbeda bermakna
0,25 0,002 Berbeda bermakna
0,5 0,080 Berbeda tidak bermakna
1,0 0,015 Berbeda bermakna
0,75
2,5 0,132 Berbeda tidak bermakna
5,0 0,003 Berbeda bermakna
7,5 0,003 Berbeda bermakna
10,0 0,003 Berbeda bermakna
0,0 0,002 Berbeda bermakna
0,25 0,002 Berbeda bermakna
1,0
0,5 0,070 Berbeda tidak bermakna
0,75 0,015 Berbeda bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Keterangan: jika nilai p < 0,05 maka terdapat perbedaan bermakna antara dua
kelompok (konsentrasi) yang dibandingkan (Dahlan, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Lampiran 12. Dokumentasi Hasil Uji Penegasan Nilai KHM dan KBM
dengan metode Streak plate
A B
C D
E F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
G H
Keterangan:
Ekstrak etanol teh hijau konsentrasi 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2,0; dan 2,5 mg/mL
ditumbuhi bakteri namun kontrol media tetap bersih menandakan bahwa
perlakuan sudah aseptis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis merupakan salah satu Mahasiswa Berprestasi Bidang Minat dan Bakat
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2011 dan pada Malam
Puncak Dies Natalis Universitas Sanata Dharma ke-56, penulis mendapatkan
penghargaan dari Universitas Sanata Dharma sebagai salah satu mahasiswa
berprestasi di bidang olah raga tahun 2011. Beberapa prestasi dalam bidang olah
raga, khususnya beladiri Kempo, telah diraih oleh penulis, antara lain Juara I
Embu (kerapihan teknik) Berpasangan Kyu II Dewasa dan Juara II Randori
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86