Anda di halaman 1dari 26

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Distribusi Pendapatan dan

Transformasi Struktur Ekonomi Indonesia Tahun 2011 – 2015

Disusun Oleh :

1. Yusuf Prabowo (01021281520209)


2. Riyadhil Mukminin (01021281520154)
3. Andra Fahreza Rustandi (01021181520019)
4. Welly Imam Patria (01021281520167)
5. M. Rovie Vanhalen (01021181520017)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Perkembangan dan Strategi Pembangunan Industrialisasi di Indonesia.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Perkembangan dan Strategi
Pembangunan Industrialisasi di Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadappembaca.

Palembang , 20 Februari 2018

penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii


BAB I .................................................................................................................................. 0
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 0
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................... 0
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI .......................................................................... 2
2.1.1 Definisi ........................................................................................................ 2
2.1.2 Ciri-ciri dan Ukuran pertumbuhan ekonomi ............................................... 4
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ......................... 5
2.1.4 Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut .................. 6
2.2 DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN ..................................... 7
2.2.1 Definisi distribusi pendapatan ..................................................................... 7
2.2.2 Ketidakmerataan distribusi pendapatan ...................................................... 9
2.3 KEMISKINAN ..................................................Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Definisi kemiskinan ...................................Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Ukuran kemiskinan ....................................Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Faktor-faktor penyebab kemiskinan ...........Error! Bookmark not defined.
2.4 PROSES TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN
INDONESIA ................................................................................................................. 10
2.4.1 Definisi ...................................................................................................... 10
2.4.2 ................................................................................................................... 12
2.4.3 ................................................................................................................... 12
2.4.4 ................................................................................................................... 12
2.4.5 ................................................................................................................... 12
BAB III............................................................................................................................. 21
PENUTUP........................................................................................................................ 21
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 21

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan
taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan
kata lain, pembangunan ekonomi merupakan upaya dari suatu negara untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya yang ada. Peningkatan
kesejahteraan antara lain dapat diukur dari kenaikan tingkat pendapatan nasional atau laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya (Sukirno, 1985). Keberhasilan
pembangunan ekonomi yang sering diukur dengan pertumbuhan ekonomi, membuat
pemerintah berusaha untuk menciptakan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Salah satu
strategi yang digunakan pemerintah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
adalah memacu sektor-sektor ekonomi yang dapat memberikan nilai tambah yang besar
dalam waktu singkat.
Seiring dengan gerak pembangunan yang dilakukan, ketimpangan dan distribusi
pendapatan dan kemiskinan menjadi lingkaran masalah yang sulit untuk diatasi.
Ketimpangan distribusi pendapatan adalah suatu kondisi dimana distribusi pendapatan yang
diterima masyarakat tidak merata. Ketimpangan dalam distribusi pendapatan
menggambarkan bahwa hanya sebagian kecil masyarakat yang menikmati sebagian besar
pendapatan negara. Sebaliknya sebagian besar masyarakat yang terdiri dari karyawan dan
buruh hanya menikmati sedikit dari pendapatan nasional (Djojohadikusumo, 1955). Adanya
ketimpangan distribusi pendapatan tersebut menyebabkan adanya kesenjangan antara
masyarakat kaya dengan masyarakat miskin sehingga yang miskin sulit keluar dari
kemiskinan.
Ketimpangan distribusi pendapatan tersebut merupakan suatu masalah yang harus
segera diatasi karena ketimpangan pendapatan berdampak bukan hanya dalam hal ekonomi
tetapi juga dalam hal sosial. Todaro (2003) menyebutkan dua alasan mengapa ketimpangan
harus diperhatikan yaitu, ketimpangan yang ekstrem dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi
serta melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas.
Karena itu, strategi pembangunan yang terlalu mengagungkan pertumbuhan ekonomi
dan kurang penekanan pemerataan pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan perlu

0
dipikir ulang. Ini karena pemerataan pendapatan adalah suatu alat yang efektif untuk
pemberantasan kemiskinan yang merupakan tujuan utama dari pembangunan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


Sektor-sektor ekonomi memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini karena
peningkatan pertumbuhan dan pendapatan tenaga kerja dalam satu sektor akan
meningkatkankonsumsi barang dan jasa dari sektor lainnya. Peningkatan konsumsi barang
dan jasa sektor lainnya dan akan memacu pertumbuhan dan pendapatan tenaga kerja sektor-
sektor tersebut, jika hal ini terus berlangsung maka tercipta pertumbuhan ekonomi yang
seimbang dan stabil yang sangat penting bagi perekonomian.

Meningkatnya produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan upah sehingga


meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, karena upah merupakan imbalan dari
produktivitas. Jumlah tenaga kerja di Indonesia yang bekerja sebagai buruh dan karyawan
sebesar 40.19 persen pada tahun 2013 (BPS). Hal ini berarti jika produktivitas tenaga kerja
atau pertumbuhan per kapita meningkat maka kesejahteraan tenaga kerja akan meningkat dan
akan memperbaiki distribusi pedapatan di Indonesia.

Dari uraian diatas, maka rumusan permasalahan yang menarik untuk di teliti adalah :

1. Apakah perubahan struktur ekonomi yang terjadi di Indonesia mempengaruhi tingkat


ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Bagaimana pengaruh masing-masing sektor ekonomi terhadap distribusi pendapatan di
Indonesia ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI

2.1.1 Definisi
Menurut Boediono : Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per
kapita yang terus-menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah proses
dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi
perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi


terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Pertumbuhan ekonomi dalam
bahasa inggris diistilahkan dengan economic growth mengandung pengertian proses
kenaikan output per kapita dalam jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan
ekonomi yang terjadi Dari tahun ke tahun.

Model pembangunan yang dilakukan Indonesia pada masa awal orde baru
diprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi. Tujuannya adalah untuk mengatrol kondisi
ekonomi yang sedang jatuh pada masa itu. Cara yang paling cepat adalah dengan cara
konglomerasi yaitu mendorong peningkatan investasi dan pembangunan dengan padat
modal. Sedangkan prioritas kedua adalah pada stabilisasi, karena tanpa adanya
stabilisasi maka pembangunan tidak akan berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya
mengapa pemerintah Indonesia pada masa itu menetapkan stabilisasi sebagai salah
prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan pemerataan
pembangunan dan hasil – hasilnya justru menjadi prioritas ketiga.

2
Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha,
2011 – 2013 (y-o-y, dalam %)

Sektor Primer : Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; dan Sektor Pertambangan dan
Penggalian
Sektor Industri: Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, dan Sektor Konstruksi
Sektor Jasa: Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa-jasa lainnya
Sumber: BPS dan CEIC (2014).

3
2.1.2 Ciri-ciri dan Ukuran pertumbuhan ekonomi
1) Kenaikan penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak.
Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan kurang
produktif dibandingkan tenaga kerja lama. Penurunan produktivitas itu disebut hasil (per unit
masukan) yang menurun (diminshing returns). Hasil (per unit masukan) yang berkurang
dapat terjadi jika stok modal suatu bangsa bertumbuh lebih lamban dari angkatan kerjanya.

2) Kenaikan modal fisik

Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh
kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja maupun
menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Adalah mudah untuk melihat bagaimana
modal menyediakan jasa secara langsung.

3) Kenaikan modal SDM

Perusahaan dapat melakukan investasi dalam modal SDM melalui pelatihan d tempat kerja
(on the job training). Pemerintah melakukan investasi dalam modal SDM dengan melakukan
program-program untuk menyediakan kesehatan dan memberikan pelatihan kerja dan
pendidikan sekolah.

4) Kenaikan produktivitas

Pertumbuhan yang tidak dapat dijelaskan oleh kenaikan kuantitas masukan dapat dijelaskan
hanya dengan kenaikan produktivitas masukan tersebut – setiap unit masukan tertentu
memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor temasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala
produksi.
Apakah ada yang menjadi alat yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya
pertumbuhan ekonomi suatu negara? Menurut M. Suparko dan Maria R. Suparko ada
beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :

1) Produk Domestik Bruto PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam
harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang
global dan tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk.

2) PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita PDB per kapita merupakan ukuran yang lebih
tepat karean telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita
dapat diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk.

4
3) Pendapatan Per jam Kerja Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara
lain bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi
daripada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi


1) Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan
ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi
yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

2) Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber
daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya
alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak
didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam
yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

3) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola
kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih
berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas
pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju
pertumbuhan perekonomian.

4) Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan


ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang
dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet
dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan
diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

5) Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat
penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang
modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Dua hal esensial harus dilakukan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama sumber-sumber yang harus digunakan

5
secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi
penggunaannya kurang efisien. Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau
elemen-elemen pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya

2.1.4 Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut


1) Sumber-sumber Alam. Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang,
iklim, dan lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-
sumber alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup
serius. Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan kapital dan
sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih serius.

2) Sumber-sumber Tenaga Kerja. Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi
oleh negara-negara sedang berkambang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah
penduduk, pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja
sangat rendah.

3) Kualitas Tenaga Kerja. Kualitas tenaga kerja yang rendah negara-negara sedang
berkembang tak mampu mengadakan investasi yang memadai untuk menaikkan kualitas
sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan masyarakat serta
untuk pendidikan dan latihan kerja.

4) Akumulasi Kapital. Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau


penyisihan konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang,
tingkat pendapatan rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha menyisihkan
tabungan sukar dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya berupa truk, pabrik baja, plastik
dan sebagainya; tetapi juga meliputi proyek-proyek infrastruktur yang merupakan
prasyarat bagi industrialisasi dan pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor
pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai elemen terpenting dalam
pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi
dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini karena, pertama, hampir
semua negara-negara berkembang mengalami kelangkaan barang-barang kapital berupa
mesi-mesin dan peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain.
Kedua, penambahan dan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting karena
keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.

6
2.2 DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN

2.2.1 Definisi distribusi pendapatan


Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang sering digunakan
dalam penelitian. Pertama, indikator distribusi pendapatan perorangan. Kedua, kurva Lorenz.
Ketiga, koefisien gini. Masing-masing indikator tersebut mempunyai relasi satu sama
lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan
distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin berimpit kurva Lorenz dengan
garis diagonal, semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini,
semakin kecil nilainya, menunjukkan distribusi yang lebih merata. Demikian juga
sebaliknya. Kuznets (1995) dalam penelitiannya di negara-negara maju berpendapat bahwa
pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun
pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian inilah yang kemudian dikenal
secara luas sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik. Sementara itu menurut Oshima (1992)
bahwa negara-negara Asia nampaknya mengikuti kurva Kuznets dalam kesejahteraan
pendapatan. Ardani (1992) mengemukakan bahwa kesenjangan/ketimpangan antar daerah
merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam
pembangunan itu sendiri.

1) Distribusi ukuran

Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang diterima masing-
masing orang. Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of income) atau
distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan indikator yang paling
sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah
penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga. Yang diperhatikan di sini
adalah seberapa banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari mana
sumbernya, entah itu bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun
warisan. Berdasarkan pendapatan tersebut, lalu dikelompokkan menjadi lima kelompok,
biasa disebut kuintil (quintiles) atau sepuluh kelompok yang disebut desil (decile) sesuai
dengan tingkat pendapatan mereka, kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh
masing-masing kelompok. Selanjutnya dihitung berapa % dari pendapatan nasional yang
diterima oleh masing-masing kelompok, dan bertolak dari perhitungan ini mereka langsung
memperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di
masyarakat atau negara yang bersangkutan.

7
2) Kurva lorenz

Sumbu horizontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam persentase


kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi atau kelompok terendah
(penduduk yang paling miskin) yang jumlahnya meliputi 20 persen dari jumlah total
penduduk. Pada titik 60 terdapat 60 persen kelompok bawah, demikian seterusnya sampai
pada sumbu yang paling ujung yang meliputi 100 persen atau seluruh populasi atau jumlah
penduduk. Sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh
masing-masing persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga
berakhir pada titik 100 persen, sehingga kedua sumbu (vertikal dan horisontal) sama
panjangnya. GAMBAR KURVA LORENZ Setiap titik yang terdapat pada garis diagonal
melambangkan persentase jumlah penerimanya (persentase penduduk yang menerima
pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi). Sebagai contoh, titik tengah garis
diagonal melambangkan 50 persen pendapatan yang tepat didistribusikan untuk 50 persen
dari jumlah penduduk. Titik yang terletak pada posisi tiga perempat garis diagonal
melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang didistribusikan kepada 75 persen dari
jumlah penduduk. Garis diagonal merupakan garis "pemerataan sempurna" (perfect equality)
dalam distribusi ukuran pendapatan. Persentase pendapatan yang ditunjukkan oleh titik-titik
di sepanjang garis diagonal tersebut persis sama dengan persentase penduduk penerimanya
terhadap total penduduk. Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif actual antara
persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk dengan
persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total pendapatan selama,
misalnya, satu tahun. Sumbu horisontal dan sumbu vertikal dibagi menjadi sepuluh bagian
yang sama; sumbu vertikal mewakili kelompok atau kategori (jumlah-jumlah) pendapatan,
sedangkan sumbu yang horisontal melambangkan kelompok-kelompok penduduk atau rumah
tangga yang menerima masing-masing dari kesepuluh kelompok pendapatan tersebut. Titik A
menunjukkan bahwa 10 persen kelompok terbawah (termiskin) dari total penduduk hanya
menerima 1,8 persen total pendapatan (pendapatan nasional). Titik B menunjukkan bahwa 20
persen kelompok terbawah yang hanya menerima 5 persen dari total pendapatan, demikian
seterusnya bagi masing-masing 8 kelompok lainnya. Perhatikanlah bahwa titik tengah,
menunjukkan 50 persen penduduk hanya menerima 19,8 persen dari total pendapatan.

3) Indeks atau rasio gini

Adalah suatu koefesien yang berkisar dari angka 0 sampai 1 menjelaskan kadar
kemertaan distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil koefesiennya, pertanda semakin

8
baik atau merata distribusi. Dipihak lain, koefesien yang kian besar mengisyaratkan yang
kian timpang atau senjang.

4) Kriteria bank dunia

Didasarkan pada porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan
penduduk yakni 40% penduduk berpendapatan terendah, 40% penduduk berpendapatan
menengah, 20% penduduk berpendapatan tertinggi. Ketimpangan dan ketidakmerataan
distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan terendah menikmati dari
12% pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang bila 40% penduduk termiskin
menikmati 12 hingga 17% pendapatan nasional. Sedangkan 40% penduduk yang
berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional, maka ketimpangan
dan kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dianggap cukup merata.

2.2.2 Ketidakmerataan distribusi pendapatan


1) Ketidakmerataan pendapatan nasional

Distribusi atau pembagian pendapatan antarlapis pendapatan masyarakat dapat


ditelaah dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio gini. Koefesien gini itu sendiri,
perlu dicatat, bukanlah merupakan indicator paling ideal tentang ketidakmerataan distribusi
pendapatan antarlapis. Namun setidak-tidaknya ia cukup memberikan gambaran mengenai
kecendrungan umum dalam pola pembagian pendapatan.

2) Ketidakmerataan pendapatan spasial.

Ketidakmerataan distribusi antarlapisan masyarakat bukan saja berlangsung secara


nasional. Akan tetapi hal itu dapat terjadi secara spasial. Di Indonesia pembagian pendapatan
relative lebih merata didaerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Dibandingkan rasio
gini antara desa dan kota untuk tahun-tahun yang sama, koefesien lebih rendah untuk daerah
pedesaan.

3) Ketidakmerataan pendapatan regional

Secara regional atau antarwilayah, berlangsung pula ketidakmerataan distribusi


pendapatan antarlaisan masyarakat. Bukan hanya itu, diantara wilayah-wilayah di Indonesia
bahkan terdapat ketidakmerataan tingkat pendapatan itu sendiri. Jadi dalam perspektif
antarwilayah, ketidakmerataan terjadi baik dalam hal tingkat pendapatan masyarakat antar
wilayah yang satu dengan yang lain, maupun dalam hal distribusi pendapatan dikalangan
penduduk masing-masing wilayah.

9
Tahun Indeks Gini

Maret 2011 0.422

September
0.396
2011

Maret 2012 0.425

September
0.425
2012

Maret 2013 0.431

September
0.424
2013

Maret 2014 0.428

September
0.433
2014

Maret 2015 0.428

September
0.419
2015

2.3 KEMISKINAN

2.3.1 Definisi kemiskinan


1) Menurut Badan Pusat Statistik (2000), kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi
yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di
daerah perkotaan.

2) Poli (1993) menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan ketidakterjaminan pendapatan,


kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset
produktif, ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan
ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan
jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan
keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan.

3) Bappenas dalam dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan juga


mendefinisikan masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga

10
masalah kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun
perempuan untuk menjadi miskin

4) Menurut Sutrisno (1993), ada dua sudut pandang dalam memahami substansi kemiskinan
di Indonesia. Pertama adalah kelompok pakar dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang mengikuti pikiran kelompok agrarian populism, bahwa kemiskinan itu
hakekatnya, adalah masalah campur tangan yang terlalu luas dari negara dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat pedesaan. Dalam pandangan ini, orang
miskin mampu membangun diri mereka sendiri apabila pemerintah memberi kebebasan
bagi kelompok itu untuk mengatur diri mereka sendiri. Kedua, kelompok para pejabat,
yang melihat inti dari masalah kemiskinan sebagai masalah budaya. Orang menjadi miskin
karena tidak memiliki etos kerja yang tinggi, tidak meiliki jiwa wiraswasta, dan
pendidikannya rendah. Disamping itu, kemiskinan juga terkait dengan kualitas
sumberdaya manusia. Berbagai sudut pandang tentang kemiskinan di Indonesia dalam
memahami kemiskinan pada dasarnya merupakan upaya orang luar untuk memahami
tentang kemiskinan. Hingga saat ini belum ada yang mengkaji masalah kemiskinan dari
sudut pandang kelompok miskin itu sendiri.

5) Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan


pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.

6) Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah


ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

7) Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup
yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan.

8) Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk


memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan,
peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai),
organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama,
jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna. Dengan beberapa pengertian
tersebut dapat diambil satu poengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang
merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi
dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.

11
9) Specker (1993) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup beberapa hal yaitu :

a) kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal.


b) gangguan dan tingginya risiko kesehatan,
c) risiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial ekonomi dan lingkungannya,
d) kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak, dan
e) kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh ketersisihan sosial,
ketersisihan dalam proses politik, dan kualitas pendidik yang rendah.

Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat


miskin untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bermartabat. Pemecahan
masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin, dan
adanya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka, yaitu hak sosial,
budaya, ekonomi dan politik.

2.3.2 Ukuran kemiskinan


1) Kemiskinan Absolut Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan
pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar ( basic need ). Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu:
a) Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.
b) Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

2) Kemiskinan Relatif
Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang kaya dan
miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin.

2.3.3 Faktor-faktor penyebab kemiskinan


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung
maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat kemiskinan cukup banyak.


2) Mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output ( produktivitas tenaga kerja ).
3) Tingkat inflasi.
4) Tinggat Investasi.
5) Alokasi serta kualitas sumber daya alam.
6) Tingkat dan jenis pendidikan.
7) Etos kerja dan motivasi pekerja.

12
Jumlah Penduduk
Tahun Miskin
Juta Orang Persen (%)
Maret 2011 30.02 12.49

September 2011 29.89 12.36

Maret 2012 29.13 11.96

September 2012 28.59 11.66

Maret 2013 28.07 11.37

September 2013 28.55 11.47

Maret 2014 28.28 11.25

September 2014 27.73 10.96

Maret 2015 28.59 11.22

September 2015 28.51 11.13

13
Proses Transformasi Struktural Ekonomi Indonesia

2.4.1 Definisi
Secara umum transformasi struktural berarti suatu proses perubahan struktur
perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa dengan relasi positif antara
pertumbuhan output dan produktivitas yang dinamis sebagai motor utama penggerak
pertumbuhan ekonomi, dimana masing-masing sektor akan mengalami proses transformasi
yang berbeda-beda. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi yang
membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan
struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain seperti SDM, bahan baku dan
teknologi tersedia untuk mendukung proses tersebut. Proses perubahan struktur ekonomi
terkadang diartikan sebagai proses industrialisasi atau modernisasi. Hal ini dapat dilihat dari
bagaimana pembangunan ekonomi itu terbentuk dalam suatu negara.

1. Pentingnya Transformasi Struktural dalam Pengentasan Kemiskinan


Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok. Yaitu
pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi struktur ekonomi,
dan keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan
pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan
pembangunan.

Hakikat pembangunan menurut Faisal Basri adalah membentuk manusia-manusia atau


individu-individu otonom, yang memungkinkan mereka mengaktualisasikan segala potensi
terbaik yang dimilikinya secara optimal. Pembangunan harus dapat menghasilkan perubahan
struktural yang seimbang yang tidak menimbulkan ketimpangan antar sektor perekonomian
dan membentuk perekonomian yang sehat yang mampu menjaga kesinambungan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.

Dari awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses
perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat.Akan tetapi pada kenyataannya,
pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang.

14
Hal ini yang dikuatirkan akan mengakibatkan terjadinya proses pemiskinan dan
eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer.

Perkembangan Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia, 2011-2015


Angka kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia meningkat

Jumlah Penduduk Miskin Indeks


Tahun
Juta Orang Persen (%) Gini
Maret 2011 30.02 12.49 0.422
September
29.89 12.36 0.396
2011
Maret 2012 29.13 11.96 0.425
September
28.59 11.66 0.425
2012
Maret 2013 28.07 11.37 0.431
September
28.55 11.47 0.424
2013
Maret 2014 28.28 11.25 0.428
September
27.73 10.96 0.433
2014
Maret 2015 28.59 11.22 0.428
September
28.51 11.13 0.419
2015
Sumber: BPS (data diolah)

Proses pembangunan ekonomi yang cukup lama dan telah menghasilkan suatu
pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya disusul dengan suatu perubahan mendasar dalam
struktur ekonominya. Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi merupakan suatu struktur
yang transisional. Dimana kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial,
sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis.

Proses perubahan struktur perekonomian di Indonesia ditandai dengan :

1. Merosotnya pangsa sektor primer ( Pertanian )


2. Meningkatnya pangsa sektor sekunder ( Industri )

15
3. Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat
seiring dengan pertumbuhan ekonomi

Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan


perekonomian wilayah. Jika terjadi proses transformasi maka dapat dinyatakan bahwa telah
terjadi pembangunan ekonomi dan perlu pengembangan lebih lanjut, akan tetapi jika tidak
terjadi maka pemerintah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan
wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah agar
tujuan pembangunan dapat tercapai.

Faktor-faktor Penyebab Perubahan Struktur Ekonomi

1. Faktor Internal
 Dari sisi permintaan agregat, faktor yang sangat dominan adalah peningkatan tingkat
pendapatan rata-rata masyarakat yang perubahannya mengakibatkan perubahan dalam
selera dan komposisi barang-barang yang dikonsumsi.
 Dari sisi penawaran agregat, faktor utamanya adalah perubahan teknologi dan
penemuan bahan baku atau material baru untuk berproduksi, yang memungkinkan
untuk membuat barang-barang baru dan akibat realokasi dana investasi serta sumber
daya utama lainnya.
2. Faktor Eksternal
 Kemajuan teknologi yang mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi.
 Perubahan struktur perdagangan global yang antara lain disebabkan oleh peningkatan
pendapatan dunia dan dampak dari kebijakan mengenai perdagangan regional dan
internasional.
3. Faktor lain-lain
 Peningkatan dalam taraf pendapatan dan taraf hidup penduduk
 Intervensi pemerintah. Kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap perubahan
struktur ekonomi adalah kebijakan pemberian insentif bagi sektor industri atau tidak
langsung lewat kegiatan infrastrukstur.
 Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi). Suatu negara yang
awal pembangunan ekonominya sudah memiliki industri-industri dasar yang relatif
kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat.

16
6. Perbedaan Transformasi Struktural Negara Maju dan Negara Berkembang
Transformasi Struktural di Negara Maju

Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas
hidup yang tinggi. Contoh negara maju yaitu : Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Korea
Selatan, dll. Negara-negara maju ini mengalami proses pertumbuhan yang panjang dalam
perekonomiannya terutama terkait dengan pertumbuhan PDB-nya.

Ciri-ciri Negara Maju :

 Aktivitas perekonomian menggunakan sarana dan prasarana modern.


 Perkembangan IPTEK yang menunjang industrialisasi berkembang cepat.
 Pendapatan per kapita penduduk tinggi dan pertumbuhan pendapatannya cepat.
 Pemerataan pendapatan.
 Pendidikan dan keterampilan penduduk cukup tinggi
 Tingkat pertumbuhan penduduk rendah.
 Angka harapan hidup tinggi.

Kuznets (1975) menemukan bahwa proses transformasi struktural negara maju


cenderung seragam antara satu negara dengan negara lain, dimana proses tersebut terdiri dari
2 tahap :

1. Pada awalnya sumber-sumber daya ekonomi sebagian besar dialokasikan pada


sektor pertanian, yang kemudian seiring dengan pertumbuhan ekonomi alokasi
ekonomi bertransformasi ke sektor industri dan jasa.
2. Alokasi sumber-sumber daya ekonomi kembali bertransformasi dari sektor
pertanian dan industri ke sektor jasa.

Transformasi Struktural di Negara Berkembang

Negara berkembang adalah negara yang rakyatnya memiliki tingkat kesejahteraan


atau kualitas hidup taraf sedang atau dalam perkembangan.

Ciri-ciri Negara Berkembang :

17
 Pada umumnya aktivitas masyarakat menggunakan sarana dan prasarana
tradisional.
 Perkembangan IPTEK berdasarkan pengalaman dan berjalan lamban.
 Pendapatan relatif rendah dan pertumbuhannya berlangsung lamban.
 Kurangnya pemerataan pendapatan.
 Pendidikan penduduknya rata-rata rendah.
 Tingkat pertumbuhan penduduk tinggi.
 Angka harapan hidup rendah.

Hill (1996) menguraikan transformasi struktural Indonesia pada periode 1966-1992


menunjukkan bahwa proses transformasi struktural di Indonesia pada saat itu berlangsung
sangat cepat. Hal ini ditandai dengan sumbangan sektor pertanian terhadap PDB telah
menyusut hingga kurang dari setengahnya sejak tahun 1966 dan pada tahun 1992
sumbangannya hanya tinggal 36%. Penurunan ini ternyata diikuti dengan kenaikan
sumbangan sektor industri. Terjadinya perubahan struktural ekonomi tersebut karena
didukung oleh kebijakan pemerintah yang langsung atau tidak langsung mendorong sektor
industri manufaktur yang tercermin pada GBHN 1993.

Saluran Transformasi Struktural Indonesia

1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu motor penggerak utama dalam proses transformasi
struktural ekonomi di Indonesia. Orang yang berpendidikan tinggi, memungkinkan untuk
mendapatkan pendapatan yang lebih baik. Selain itu pemerintah juga harus mampu
menutup kekurangan keterampilan di Indonesia yang akan meningkatkan mutu
pendidikan di semua tingkatan, serta memperluas dan meningkatkan mutu pusat-pusat
pelatihan. Para lulusan lembaga pendidikan dan tenaga kerja perlu dibekali dengan
keterampilan teknis dan perilaku yang tepat (disiplin, kehandalan, kerjasama, dan
kepemimpinan). Semua program peningkatan taraf pendidikan yang dicanangkan
pemerintah merupakan prioritas utama dari pembangunan pendidikan di Indonesia.
2. Migrasi Pekerjaan

18
Supply tenaga kerja di sektor pertanian meningkat menyebabkan tingkat upah yang
rendah. Untuk itu peralihan tenaga kerja di sektor pertanian ke sektor industri
manufaktur/jasa akan membuat tingkat upah lebih tinggi.
3. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan Orde Baru yang memiliki sistem pola pikir totaliter dengan adanya
transformasi struktural ekonomi berubah menjadi pemerintahan yang demokrasi. Dimana
hal ini dapat kita lihat dalam implementasinya bahwa kepala daerah dipilih langsung oleh
rakyat.

KESIMPULAN

Pemerintah Indonesia sedang mengusahakan percepatan proses transformasi


struktural, meskipun banyak kendala yang menyebabkan lambannya proses ini terwujud. Hal
ini dapat dilihat dari proses pembangunan ekonomi Indonesia di semua sektor. Yaitu dari
aspek pendidikan, kesehatan, migrasi tenaga kerja, teknologi, pembangunan infrastruktur, dan
kelembagaan. Hal ini juga ditandai dengan terciptanya pertumbuhan ekonomi. Namun tentu
saja pertumbuhan ekonomi bukan merupakan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Tetapi
pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan pemerataan pembangunan sehingga tidak terjadi
ketimpangan pendapatan atau kesenjangan sosial.

Perubahan struktur bagi negara berkembang seperti Indonesia memasuki tahap awal
pembangunan yang harus mengalami proses yang lebih lanjut dan terus-menerus.
Transformasi struktural dari sektor tradisional ke sektor modern harus lebih ditingkatkan
yaitu dengan pengembangan teknologi untuk pembangunan daerah dan infrastruktur serta
pemberdayaan SDA dan produktivitas SDM. Dengan terciptanya pembangunan ekonomi
yang berkesinambungan maka akan mendorong terciptanya stabilitas ekonomi sehingga
Indonesia kelak bisa jadi negara yang mandiri dan mampu berdiri sejajar dengan negara-
negara maju.

19
2.4 UPAYA MENGATASI KEMISKINAN

2.4.1 Upaya Mengatasi Kemiskinan


a. Pembangunan Sektor Pertanian : Sektor pertanian memiliki peranan penting di
dalam pembangunan karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi pendapatan masyarakat di pedesaan berarti akan mengurangi jumlah
masyarakat miskin.

b. Pembangunan Sumber Daya manusia : Sumberdaya manusia merupakan investasi


insani yang memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan untuk mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari
itu peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langkah yang
baik untuk diterapkan oleh pemerintah.

c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat : Mengingat LSM memiliki fleksibilitas


yang baik dilingkungan masyarakat sehingga mampu memahami komunitas
masyarakat dalam menerapkan rancangan dan program pengentasan kemiskinan.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1) Pembangunan itu harus berarti pembangunan manusia seutuhnya, bukan pembangunan
dalam arti fisik saja (bangunan, jalan, bendungan dan lain sebagainya). Pembangunan
harus dapat dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.

2) Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana pendidikan dan kesehatan harus dapat
dipertanggungjawabkan. Pemerintah harus tegas menindak penyelewengan yang terjadi.
Penggunaan dana yang efisien dan efektif akan semakin meningkatkan kualitas
pendidikan dan kesehatan masyarakat sehingga mampu menciptakan sumber daya
manusia yang produktif. Sumber daya manusia yang produktif menghantarkan negara
pada keunggulan komparatif sehingga mampu bersaing di dunia internasional.
3) Kunci dari pembangunan adalah kemakmuran bersama. Pemerataan hasil pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan pembangunan yang ingin
dicapai. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa disertai pemerataan pembangunan
hanyalah menciptakan perekonomian yang lemah dan eksploitasi sumber daya manusia.

4) Dapat dipastikan bahwa ternyata pengangguran berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.


Karena pengangguran memberikan dampak negatif langsung bagi perekonomian,
sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan nasional yang akibat jangka panjang
adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Namun tidak menutup
kemungkinan untuk mengurangi pengangguran, jika kita serius dan terus berusaha untuk
mengatasi pengangguran dengan melihat penyebab terjadinya pengangguran tersebut.

21

Anda mungkin juga menyukai