Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No.

1, Maret 2016
 

HUBUNGAN JENIS METODE KONTRASEPSI DENGAN KEHAMILAN


TIDAK DIINGINKAN (KTD) PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

(Correlation between Contraceptive Method and Unwanted Pregnancy


in Fertile Age Couple)

Pertiwi Perwiraningtyas*, Nugroho Aji Prasetiyo*


*Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Jl. Telaga Warna, Tlogomas, Malang
email: perwiraningtyas@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Program KB di Indonesia masih belum mencapai target yang
diinginkan. Penggunaan metode kontrasepsi yang kurang tepat dapat
meningkatkan AKI. Salah satu faktor penyebabnya adalah PUS yang mengalami
KTD. Wanita yang mengalami KTD memiliki resiko tinggi jika tetap
mempertahankan maupun mengakhiri kehamilannya. Metode: Studi analitik
observasional menggunakan case control design dengan pendekatan
retrospective. Diperoleh 30 sampel Ibu hamil di Puskesmas Dinoyo Malang pada
bulan Mei tahun 2016 dengan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi adalah
PUS yang pernah menggunakan alat kontrasepsi, usia 15-49 tahun. Menggunakan
instrument kuesioner dan kohort dari Puskesmas Dinoyo Malang. Hasil: Uji
statistik dengan Odds Ratio didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara
jenis metode kontrasepsi terhadap KTD pada PUS dengan nilai signifikansi
sebesar 0.016 <α (0.05). Nilai OR sebesar 7.312 yang berarti bahwa PUS yang
menggunakan Non MKJP memiliki resiko 7.3 kali lebih besar mengalami KTD
daripada PUS yang menggunakan MKJP. Diskusi dan Kesimpulan: Mayoritas
subyek penelitian lebih memilih alat kontrasepsi Non MKJP dengan beberapa
alasan seperti faktor kurangnya pengetahuan, kurangnya akses informasi
mengenai alat kontrasepsi, serta faktor gender. Resiko KTD antara wanita yang
menggunakan Non MKJP lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan MKJP.
Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan dan riwayat KTD.
Kata Kunci: kehamilan tidak diinginkan, metode kontrasepsi, pasangan usia
subur

ABSTRACT
Introduction: Family planning program in Indonesia has yet to reach the desired
target. The use of less precise contraceptive methods may increase mother
mortality rate. One of the contributing factors is fertile age couple experiencing
unwanted pregnancy. Women who experience unwanted pregnancy have a higher
risk if retaining or terminate her pregnancy. Method: An observational analytic
study using case control design with a retrospective approach applied in this
study. 30 samples of pregnant women obtained from the health center of Dinoyo
Malang in May 2016 by purposive sampling technique. The inclusion criteria
were fertile age couple ever used contraception and ages range between 15-49
years old. Data collection used a questionnaire and a cohort in health center of
Dinoyo Malang. Result: Odds Ratio (OR) showed that there is a correlation
between the type of contraceptive methods and unwanted pregnancy in fertile age

15
 
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

couple with a significance value of p = 0.016. OR value of 7312 means that the
fertile age couple uses Non-MKJP contraceptive method has a risk 7.3 times
greater than the one using MKJP. Discussion and Conclusion: The majority of
subjects prefer to use Non-MKJP contraceptive method because of some factors,
such as gender, lack of knowledge and lack of access to information about
contraception. The risk of unwanted pregnancy among women using Non-MKJP
contraceptive method is higher than the one using MKJP method. This is
influenced by age, educational level and history of unwanted pregnancy.
Keywords: unwanted pregnancy, contraceptive method, fertile age couple

PENDAHULUAN metode kontrasepsi (Winner, et al.,


Salah satu tujuan program 2012).
Keluarga Berencana (KB) yang Imbas utama dari kegagalan
diterapkan di Indonesia adalah untuk KB adalah terjadinya kehamilan
menekan laju pertumbuhan yang tidak diinginkan (KTD), yaitu
penduduk. Program KB memiliki sekitar 50% dari KTD (Winner, et
upaya yaitu: mengatur kelahiran al., 2012). Berdasarkan data dari Safe
anak, jarak dan usia ideal untuk Motherhood, tercatat bahwa setiap
melahirkan serta mengatur tahunnya terdapat lebih dari 200 juta
kehamilan. Undang-undang No.52 kehamilan di seluruh dunia dan 75
Tahun 2009 mendukung Program juta diantaranya merupakan KTD
KB sebagai salah satu upaya untuk (Wijayarini, 2001 dalam Sabatini,
mewujudkan keluarga yang sehat dan 2012). Di Indonesia, menurut data
berkualitas (INFODATIN, 2014). SDKI 2007, sebanyak 56% dari
Hal ini dimaksudkan, dengan 1187 total KTD dilaporkan karena
memiliki anggota keluarga yang kegagalan kontrasepsi (Prihyugiarto
terbatas maka kesejahteraan hidup & Mujianto, 2009). Penggunaan
keluarga akan lebih baik. Untuk metode kontrasepsi yang gagal
mewujudkan Program KB ini, alat berpengaruh terhadap KTD
kontrasepsi merupakan metode yang (Sabatini, 2012). Meskipun metode
digunakan sebagai upaya pengaturan kontrasepsi yang digunakan paling
kehamilan (INFODATIN, 2014). efektif untuk mencegah kehamilan,
Namun, metode kontrasepsi ini kemungkinan gagal dapat terjadi
ternyata tidak sepenuhnya dapat karena berbagai alasan yang
mewujudkan tujuan Program KB. berhubungan dengan teknologi dan
Hal ini dikarenakan beberapa metode cara penggunaan kontrasepsi itu
kontrasepsi memiliki kelebihan dan sendiri (WHO, 2003 dalam Sabatini,
kelemahan yang berbeda. Sebagian 2012).
diantaranya kurang efektif dalam
menghambat terjadinya kehamilan.
Selain itu, penggunaan yang tidak
tepat dan tidak konsisten juga
berpengaruh terhadap gagalnya

16
 
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

peringkat ketiga sebanyak 23 kasus


(Marsudi, 2014).
KTD yang merupakan
dampak utama dari kegagalan
kontrasepsi ini menjadi masalah
utama masalah di Amerika Serikat,
yaitu sekitar 3 juta kehamilan per
Gambar 1. Pemakaian MKJP dan tahun (50% dari seluruh kehamilan)
Non MKJP Tahun 1991-2012 (Finer & Zolna, 2011). KTD di
(SDKI, 2012 dalam Primadi, 2013) Amerika Serikat menghasilkan 1,2
Menurut data SDKI tahun juta aborsi per tahun (Ventura, et al.,
2012, penggunaan MKJP (Metode 2009). Data WHO mencatat lebih
Kontrasepsi Jangka Panjang) lebih dari 32 ribu perempuan di Indonesia
rendah dibandingkan dengan Non- mengalami KTD dalam rentang
MKJP. Padahal Couple Years waktu 2010-2014. Prevalensi
Protection (CYP) Non-MKJP hanya tersebut menempati peringkat
berkisar 1-3 bulan yang berarti tertinggi KTD di kawasan ASEAN
memberi peluang besar untuk (Agustina, 2015). KTD di Jawa
terputusnya penggunaan kontrasepsi Timur menempati posisi kedua
(20-40%). Sedangkan CYP dari tertinggi setelah Jawa Barat, yaitu
MKJP berkisar 3-5 tahun memberi sebesar 12,2%. Sedangkan untuk
peluang untuk kelangsungan yang upaya mengakhiri kehamilan di Jawa
lebih tinggi. Namun pengguna MKJP Timur menempati peringkat ketiga
lebih sedikit dikarenakan sebesar 9,1% (Pranata & Sadewo,
penggunaan metode ini 2013 dalam Qurniyawati, 2015).
membutuhkan tindakan dan KTD memiliki efek negatif pada
keterampilan profesional tenaga kesehatan ibu maupun bayi (Brown
kesehatan yang lebih kompleks. & Eisenberg, 1995). Selain itu, juga
(Primadi, 2013). berkontribusi terhadap angka
Di Indonesia selama bulan kematian ibu (AKI) sebesar 11%
Januari tahun 2014, berdasarkan data (Sabatini, 2012). Dampak negatif
BKKBN tahun 2014 terdapat 284 lainnya adalah menjadi beban
kasus kegagalan dalam penggunaan keuangan pada keluarga dan
KB, serta 225 kasus komplikasi masyarakat (Winner, et al., 2012).
berat. Jumlah terbesar pada Penelitian khusus mengenai
penggunaan IUD dengan kegagalan KTD yang dihubungkan dengan
sebanyak 46.48%, serta 58.22% penggunaan jenis metode kontrasepsi
untuk komplikasi berat. Jawa Timur belum pernah dilakukan sebelumnya.
menempati posisi kedua dalam Peneliti merasa penelitian ini
kegagalan kontrasepsi tertinggi di diperlukan mengingat dampak dari
Indonesia, yaitu sebanyak 45kasus KTD akibat kegagalan kontrasepsi
dengan komplikasi berat pada memilliki pengaruh yang besar

17
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

terhadap pencapaian keluarga yang Instrumen penelitian untuk


sehat dan berkualitas serta variabel independen (metode
peningkatan AKI di Indonesia. Hal kontrasepsi) adalah sumber primer
tersebut berhubungan langsung (kuesioner) dan sekunder (kohort
dengan pelayanan publik dalam KB) dari Puskesmas Dinoyo Malang.
program KB oleh pemerintah serta Sedangkan untuk variabel dependen
tim kesehatan. Dengan peningkatan (KTD pada PUS) adalah sumber
pelayanan publik khususnya primer (kuesioner) dan sekunder
mengenai metode kontrasepsi yang (kohort kunjungan kehamilan) dari
sesuai untuk PUS, diharapkan dapat Puskesmas Dinoyo Malang.
tercapainya peningkatan program KB Penelitian dilakukan di
serta menekan AKI di Indonesia. Puskesmas Dinoyo Malang.
Sehingga peneliti ingin melakukan Pelaksanaan penelitian dilakukan
penelitian lebih dalam mengenai selama pertengahan Bulan Mei-Juni
“Hubungan jenis metode kontrasepsi 2016. Proses pengumpulan data
dengan kehamilan tidak diinginkan diawali dengan mencari data-data di
(KTD) pada pasangan usia subur Puskesmas Dinoyo Malang
(PUS)”. mengenai kunjungan Ibu hamil serta
penggunaan alat kontrasepsi. Setelah
BAHAN DAN METODE itu, memberikan kuesioner kepada
Penelitian ini menggunakan subyek penelitian mengenai
studi analitik observasional yaitu kehamilan dan penggunaan alat
case control design kontrasepsi.
dengan pendekatan retrospective. Statistik deskriptif digunakan
Populasi dalam penelitian ini untuk mengetahui identitas dan data
adalah seluruh Ibu hamil di demografi dari subyek penelitian.
Puskesmas Dinoyo Malang. Sampel Sedangkan untuk analisis hasil
dalam penelitian ini adalah Ibu hamil penelitian dengan menggunakan
di Puskesmas Dinoyo Malang pada penentuan ratio odds (RO).
pertengahan bulan Mei-Juni 2016
yang memenuhi kriteria inklusi. HASIL
Teknik sampling yang digunakan Analisis dalam penelitian ini
non probability yaitu purposive menggunakan sampel wanita hamil
sampling. pada Pasangan Usia Subur (PUS)
Kriteria inklusi pada penelitian ini: yang berada di Puskesmas Dinoyo
a. PUS yang pernah menggunakan Malang selama bulan Mei 2016 serta
alat kontrasepsi. memenuhi kriteria inklusi. Selain
b. Berusia 15-49 tahun. data primer yaitu pengisian kuesioner
Sedangkan yang menjadi kriteria oleh responden, data juga diperoleh
eksklusi adalah PUS yang drop out dari sumber sekunder yaitu kohort
saat penelitian berlangsung. KB dan kunjungan kehamilan
Puskesmas Dinoyo Malang.

18
 
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

Dari hasil penelitian, Tabel 2. Distribusi frekuensi kedua


sebanyak 30 ibu hamil di Puskesmas variabel
Dinoyo Malang telah memenuhi
kriteria inklusi dan bersedia dengan
sukarela menjadi subyek penelitian.
Ke-30 ibu hamil tersebut kemudian
dibagi atas kelompok kasus dan
kelompok kontrol. Data frekuensi
karakteristik subyek penelitian
didistribusikan dalam tabel sebagai
berikut: Berdasarkan tabel 2, distribusi
Tabel 1. Distribusi frekuensi frekuensi terbanyak pada
karakteristik subyek penelitian penggunaan kontrasepsi oleh subyek
penelitian adalah Non MKJP yaitu
sebesar 56.7%, dengan jenis
kontrasepsi yang paling banyak
digunakan adalah suntik 1 bulan
sebesar 30%. Sedangkan pada MKJP
jenis kontrasepsi yang paling banyak
digunakan adalah IUD sebesar 30%.
Dalam tabel tersebut juga
menyebutkan bahwa sebanyak 56.7%
subyek penelitian mengalami KTD.
Pada tabel 1. rentang usia
Tabel 3. Tabulasi silang analisis
subyek penelitian terbanyak adalah
hubungan jenis metode KB dengan
15-35 tahun yaitu sebanyak 73.3%
KTD pada PUS
dan didominasi oleh pemakaian
MKJP sebesar 12 subyek. Sebanyak
53.3% merupakan kehamilan yang
kedua dan didominasi penggunaan
Non MKJP sebanyak 10 subyek,
dengan jarak kehamilan terbesar
Berdasarkan tabel 3, dari
yaitu <5 tahun sebanyak 53.3%
100% subyek penelitian yang
didominasi oleh 9 subyek yang
menggunakan Non MKJP, 76%
menggunakan MKJP.
diantaranya mengalami KTD.
Sedangkan dari 100% subyek
penelitian yang menggunakan MKJP
sebanyak 69% tidak mengalami
KTD. Dari uji statistik dengan Odds
Ratio didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan antara jenis
metode kontrasepsi terhadap KTD

19
 
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

pada PUS dengan nilai signifikansi atas adalah pemilihan metode KB


sebesar 0.016 < α (0.05). Nilai OR yang kurang tepat jika ditinjau dari
sebesar 7.312 yang berarti bahwa faktor usia subyek yang berusia 36-
PUS yang menggunakan Non MKJP 49 tahun. Jika subyek terlalu tua dan
memiliki resiko 7.3 kali lebih besar lebih banyak menggunakan Non
mengalami KTD daripada PUS yang MKJP sehingga berisiko 7,3 kali
menggunakan MKJP. lebih besar mengalami KTD dari
yang menggunakan MKJP. Keadaan
PEMBAHASAN ini akan menjadi kehamilan yang
Pada tabel 1. rentang usia berisiko terhadap terjadinya
subyek penelitian terbanyak adalah komplikasi dalam kehamilan,
15-35 tahun yaitu 73.3%. Sebanyak persalinan serta nifas yang
12 dari 22 subyek berumur 36-49 berdampak pada kematian ibu dan
tahun memilih MKJP sebagai alat bayi. Sedangkan jika kehamilan
kontrasepsi. Keadaan tersebut diakhiri (aborsi) akan beresiko
dipengaruhi oleh beberapa faktor terjadinya komplikasi aborsi yang
seperti faktor sosial budaya, faktor juga dapat mengakibatkan kematian
penyampaian informasi ke ibu (BKKBN, 2009).
masyarakat pemakai KB atau faktor Menurut data SDKI tahun
pemahaman dari masyarakat sendiri 2012 mengenai pengetahuan KB cara
(Budijanto, 2010 dalam Primadi, modern berdasarkan usia, bahwa
2013). Sedangkan pada usia diatas 35 suntik dan pil adalah cara KB
tahun lebih didominasi penggunaan modern yang paling diketahui oleh
Non MKJP yaitu 7 dari 8 subyek masyarakat di semua golongan usia,
penelitian. Menurut penelitian yang termasuk usia risiko tinggi di atas 35
dilakukan oleh Budijanto (2010) tahun. Tujuh dari delapan subyek
dalam Primadi (2013) mengenai penelitian yang berusia 36-49 tahun
pemilihan alat KB oleh perempuan menggunakan alat kontrasepsi Non
yang pernah kawin di Indonesia, MKJP (tabel 5.1). Hal ini sesuai
bahwa pada rentang usia 20-34 tahun dengan hasil penelitian, berdasarkan
didominasi oleh penggunaan KB tabel 5.2, distribusi frekuensi
Non MKJP sebanyak 61.3%, MKJP terbanyak pada penggunaan
8.1% dan sisanya memilih tidak kontrasepsi oleh subyek penelitian
menggunakan KB. Sedangkan pada adalah Non MKJP yaitu sebesar
rentang usia diatas 35 tahun, memilih 56.7%, dengan jenis kontrasepsi
Non MKJP sebesar 47.5%, MKJP yang paling banyak digunakan
sebesar 12.3% dan sisanya tidak adalah suntik 1 bulan sebesar 30%.
mengggunakan KB. Jenis kontrasepsi tersebut
Jika dihubungkan dengan dinilai kurang efektif untuk
komponen “4 terlalu” (terlalu tua, mencegah kehamilan. Jenis
muda, dekat, banyak), fenomena kontrasepsi yang efektif untuk
yang muncul dari hasil analisis di mencegah kehamilan bagi wanita

20
 
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

risiko tinggi adalah MKJP seperti Dua dari tiga wanita di


IUD, sterilisasi wanita dan sterilisasi Indonesia, memiliki tiga anak atau
pria (Primadi, 2013). Jika dilihat dari kurang, sedangkan sepertiga lainnya
hasil penelitian berdasarkan tabel 2, masih menginginkan jumlah anak
distribusi frekuensi penggunaan lebih dari tiga orang. Hal ini
MKJP yang paling banyak digunakan menunjukkan bahwa sebagian besar
adalah IUD sebesar 30%. Sedangkan wanita menyadari pentingnya
untuk sterilisasi pria maupun wanita keluarga kecil sesuai anjuran
tidak ada yang menggunakan. pemerintah dalam program KB.
Pada tabel 1. sebanyak 53.3% Namun, diperlukan perhatian karena
merupakan kehamilan yang kedua, cukup banyak (sepertiga) wanita
dengan jarak kehamilan terbesar yang masih menginginkan lebih dari
yaitu <5 tahun sebanyak 53.3%. tiga anak. Pola yang sama terlihat
Sebanyak 7 subyek dengan jarak berdasarkan pemakaian MKJP
kehamilan <5 tahun menggunakan maupun non MKJP (BKKBN, 2009).
Non MKJP, hal tersebut masuk ke Menurut BKKBN (2009), wanita
dalam faktor resiko “4 terlalu” usia subur (WUS) pasca persalinan
(terlalu dekat jarak kelahirannya). sebaiknya menggunakan MKJP
Sedangkan pada jarak kehamilan >10 untuk menjaga kematangan usia
tahun, 4 dari 5 subyek menggunakan kehamilan berikutnya dan sekaligus
Non MKJP. Dari hasil wawancara, 4 menjaga jarak kelahiran yang aman
subyek yang berusia >35 tahun dan sehat.
tersebut mengatakan bahwa Berdasarkan tabel 3, dari
kehamilan tersebut merupakan KTD, 100% subyek penelitian yang
dimana seluruh subyek tersebut menggunakan Non MKJP, 76%
menggunakan Non MKJP. Menurut diantaranya mengalami KTD.
penelitian yang dilakukan oleh Sedangkan dari 100% subyek
Budijanto (2010) dalam Primadi penelitian yang menggunakan MKJP
(2013) mengenai pemilihan alat sebanyak 69% tidak mengalami
kontrasepsi oleh perempuan yang KTD. Dari uji statistik dengan Odds
pernah kawin di Indonesia, bahwa Ratio didapatkan hasil bahwa
pada jarak kelahiran <2 tahun, terdapat hubungan antara jenis
memilih Non MKJP sebesar 50.8%, metode kontrasepsi terhadap KTD
MKJP sebesar 12.4% dan sisanya pada PUS dengan nilai signifikansi
tidak mengggunakan alat sebesar 0.016 < α (0.05). Nilai OR
kontrasepsi. Sedangkan pada jarak sebesar 7.312 yang berarti bahwa
kelahiran >2 tahun didominasi oleh PUS yang menggunakan Non MKJP
penggunaan Non MKJP sebanyak memiliki resiko 7.3 kali lebih besar
61.9%, MKJP 5.9% dan sisanya mengalami KTD daripada PUS yang
memilih tidak menggunakan alat menggunakan MKJP. Menurut hasil
kontrasepsi. penelitian Winner et al., (2012),
wanita yang berusia kurang dari 21

21
 
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

tahun dan menggunakan pil patch kesehatan yang lebih kompleks.


atau cincin (Non MKJP) memiliki (Primadi, 2013). Sedangkan di
risiko KTD 2 kali lipat dibandingkan negara maju lainnya seperti Inggris,
dengan wanita yang berusia diatas 21 Amerika Raya dan Perancis, MKJP
tahun. Resiko KTD antara wanita digunakan lebih sering. Menurut
yang menggunakan pil, patch atau Bajos (2003), pada negara-negara
cincin lebih tinggi dibandingkan maju tersebut memiliki tingkat KTD
yang menggunakan IUD dan implan lebih rendah dibandingkan di
(MKJP). Hal tersebut juga Amerika Serikat.
dipengaruhi oleh usia, tingkat Penggunaan MKJP lebih
pendidikan dan riwayat KTD. efektif jika digunakan oleh PUS yang
(Winner, et al., Effectiveness of sudah tidak menginginkan anak lagi
Long-Acting Reversible atau ingin membatasi/menjarangkan
Contraception, 2012) kelahiran dalam rentang waktu yang
Metode kontrasepsi yang cukup lama dan disesuaikan dengan
paling umum digunakan di Amerika usia ibu serta jumlah anak yang
Serikat adalah kontrasepsi oral (pil) dimiliki (BKKBN, 2009). Menurut
(Mosher, 2010). Hal ini dikarenakan penelitian Haimovich (2009) bahwa
bahwa pil membutuhkan kepatuhan terdapat peningkatan penggunaan
harian, tingkat kegagalan dihitung metode kontrasepsi LARCS
berdasarkan "penggunaan yang (kontrasepsi jangka panjang yang
sempurna". Tingkat kegagalan bersifat reversible) oleh 11.490
tahunan dalam penggunaan wanita berusia 15-49 tahun di 14
kontrasepsi oral diperkirakan sebesar negara Eropa, yaitu dari 18% (2003-
9%-30% (Fu, 1999 dan Kost et al., 2004) menjadi 20% (2005-2006).
2008). Dari metode tersebut, yang paling
Sedangkan pada IUD dan sering digunakan oleh wanita adalah
implan yang merupakan jenis dari IUD jenis LNG-IUS dan Cu-IUD.
MKJP memiliki tingkat kegagalan Metode tersebut umumnya
yang sangat rendah (kurang dari 1%) digunakan oleh wanita yang berusia
(Trussel, 2007). Meskipun MKJP lebih dari 30 tahun, sudah memiliki
terbukti aman pada wanita dan anak dan tidak ingin menambah anak
remaja pada semua usia (ACOG, lagi. Sebaliknya di Indonesia sendiri,
2007 dan Peipert et al., 2011), IUD pemakaian MKJP cenderung
digunakan oleh hanya 5,5% dari menurun.
perempuan yang menggunakan Menurut data SDKI pada
kontrasepsi di Amerika Serikat tahun 1991, proporsi pemakaian
(Mosher, 2010). Salah satu faktor MKJP 19,7%; tahun 1994 menjadi
penyebab kurangnya penggunaan 19%, tahun 1997 menjadi 17,5%,
MKJP adalah penggunaan metode tahun 2002 menjadi 14,6% dan pada
tersebut membutuhkan tindakan dan tahun 2007 turun menjadi 10,9%.
keterampilan profesional tenaga Data terakhir dari SDKI tahun 2007

22
 
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

memperlihatkan prevalensi alat kontrasepsi adalah penggunaan


pemakaian untuk suatu cara yang tidak tepat (WHO, 2003 &
kontrasepsi diantaranya adalah Kusmiran, 2011), seperti konsumsi
pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), pil KB yang tidak rutin serta
implant (2,8 %), MOW (3 %) dan keterlambatan pemberian suntik KB
MOP (0,2 %). Faktanya, akseptor pada masa mestruasi. Meskipun
KB lebih menyukai pemakaian non- metode kontrasepsi yang digunakan
MKJP dan yang terbanyak adalah oleh PUS merupakan metode yang
suntikan (31,9%) dan pil (13,2%) paling efektif untuk mencegah
(BKKBN, 2009). Dari hasil kehamilan, kemungkinan gagal dapat
wawancara dengan subyek penelitian terjadi disebabkan oleh berbagai
yang memilih Non MKJP seperti pil faktor yang berhubungan dengan
dan suntik 1 bulan maupun 3 bulan teknologi dan cara penggunaan
beranggapan bahwa jenis tersebut metode kontrasepsi itu sendiri
lebih mudah dan terjangkau. Subyek (WHO, 2003).
lainnya mengatakan bahwa tidak
perlu takut terjadi pendarahan akibat SIMPULAN DAN SARAN
dari pemakaian IUD. Selain itu, Simpulan
subyek juga kurang mengetahui Berdasarkan hasil penelitian,
jenis-jenis alat kontrasepsi lainnya dapat disimpulkan bahwa mayoritas
beserta efek samping dan subyek penelitian lebih memilih alat
manfaatnya. Sebagian dari subyek kontrasepsi Non MKJP dengan
menyatakan bahwa hanya beberapa alasan seperti faktor
mengetahui kontrasepsi pil dan kurangnya pengetahuan, kurangnya
suntik. akses informasi mengenai alat
Faktor agama dan gender kontrasepsi, serta faktor gender.
juga turut mempengaruhi Pemilihan alat kontrasepsi Non
penggunaan alat kontrasepsi (WHO, MKJP seperti pil, suntik 1 bulan dan
2003 & Kusmiran, 2011). Salah satu 3 bulan tersebut berhubungan
subyek penelitian mengatakan bahwa terhadap KTD pada PUS dengan
dirinya diminta untuk berhenti nilai signifikansi sebesar 0.016 < α
menggunakan alat kontrasepsi oleh (0.05). Nilai OR sebesar 7.312 yang
suaminya dikarenakan menurut sang berarti bahwa PUS yang
suami bahwa alat kontrasepsi menggunakan Non MKJP memiliki
tersebut berpengaruh terhadap resiko 7.3 kali lebih besar mengalami
penurunan gairah seksual. KTD daripada PUS yang
Selain faktor agama, gender, menggunakan MKJP.
kurangnya pengetahuan dan Keterbatasan
kurangnya akses informasi mengenai Keterbatasan dalam
jenis metode kontrasepsi, faktor penelitian ini adalah jumlah sampel
lainnya yang mendukung terjadinya yang digunakan terbatas, sehingga
KTD pada PUS yang menggunakan diperlukan penelitian selanjutnya

23
 
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

dengan memperbanyak sampel Site: http://www.tribunnews.com/


penelitian agar hasil yang dicapai regional/2015/12/05/32-ribu-
lebih dapat digeneralisasikan. Selain perempuan-indonesia-alami-
kehamilan-tidak-diinginkan
itu, terdapat beberapa pertanyaan
dalam kuesioner yang membuat Bajos N, Leridon H, Goulard H,
subyek penelitian kebingunan untuk Oustry P, Job-Spira N. (2003).
memberikan jawaban. Sehingga Contraception: from accessibility to
jawaban yang diharapkan oleh efficiency. Hum Reprod. 18:994-9.
peneliti, tidak tercapai. Oleh karena
itu diperlukan metode wawancara BKKBN. (2008). Kehamilan Tidak
Diinginkan (KTD) di Kalangan PUS
selain mengisi kuesioner dalam
di Bali.
melengkapi data penelitian.
Saran BKKBN. (2009). Faktor yang
Saran untuk mengurangi mempengaruhi pemakaian
angka kejadian KTD pada PUS kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
adalah dengan pemilihan serta Jakarta: BKKBN.
penggunaan metode kontrasepsi
Brown S, Eisenberg L. (1995). The
seharusnya disesuaikan dengan
best intentions:unintended pregnancy
tujuan dari akseptor KB. Terdapat and the wellbeing of children and
beberapa fase sebagai tujuan dari families. Washington,DC: National
akseptor KB yaitu fase menunda Academy Press.
kehamilan, menjarangkan kehamilan
serta tidak lagi menginginkan Finer LB, Zolna MR.(2011)
Unintended pregnancy in the United
kehamilan. Selain itu, pemerintah
States: incidence and disparities,
sebaiknya memberikan sosialisasi 2006. Contraception; 84:478-85.
mengenai segala bentuk informasi
metode kontrasepsi baik MKJP Fu H, Darroch JE, Haas T, Ranjit
maupun Non MKJP yang N.(1999). Contraceptive failure rates:
dihubungkan dengan komponen “4 new estimates from the 1995
terlalu” khususnya di media massa National Survey of Family Growth.
Fam Plann Perspect. 31:56-63.
seperti televisi serta media sosial
yang saat ini sedang hangat Haimovich, S. (2009). Profile of
digunakan oleh masyarakat. long-acting reversible contraception
users in Europe. Eur J Contracept
KEPUSTAKAAN Reprod Health Care. 14(3):187-95.

ACOG Committee opinion (200): INFODATIN. (2014). Situasi dan


intrauterine device and adolescents. Analisis Keluarga Berencana.
Obstet Gynecol;110:1493-5. Jakarta Selatan: Kementrian
Kesehatan RI.
Agustina, D. (2015, Desember 5).
Tribun Regional. Dipetik Februari Kost K, Singh S, Vaughan B,
24, 2016, dari Tribun Regional Web Trussell J, Bankole A. (2008).

24
 
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016
 

Estimates of contraceptive failure Hariningrum, Kota Madiun. Thesis.


from the 2002 National Survey of Universitas Sebelas Maret.
Family Growth. Contraception. 77:
10-21. Sabatini, Krsitina. (2012). Hubungan
Antara Pengetahuan Alat
Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan Kontrasepsi Modern dengan
Reproduksi Wanita dan Remaja. Kehamilan Tidak Diinginkan pada
Jakarta: Salemba Medika. Wanita Hamil dan Pasangan Usia
Subur di Indonesia. Tesis.
Marsudi, B. (2014). Pelayanan Universitas Indonesia.
Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.
Trussell J. (2007). Contraceptive
Mosher WD, Jones J.(2010). Use of efficacy. In: Hatcher RA, Nelson TJ,
contraception in the United States: Guest F, Kowal D, eds.
1982-2008.Vital Health Stat. 29:1- Contraceptive technology. 19th ed.
44. New York: Ardent Media. 747-826

Peipert JF, Zhao Q, Allsworth JE. Ventura SJ, Abma JC, Mosher WD,
(2011). Continuation and satisfaction Henshaw SK (2009). Estimated
of reversible contraception. Obstet pregnancy rates for the United States,
Gynecol.117:1105-13. 1990-2005: an update. Natl Vital Stat
Rep;58(4):1-14.
Prihyugiarto, & Mujianto. (2009).
Kelangsungan Pemakaian WHO. (2003). Country Profile on
Kontrasepsi. Jakarta: Penerbit KB Reproductive Health in Bangladesh.
dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN. Dipetik Februari 24, 2016, dari Web
Site:http://www.searo.who.int/linkfil
Primadi, O. (2013). Situasi Keluarga es/Reproductive Health Profile Chp-
Berencana di Indonesia. Jakarta: Bangladesh.pdf
Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan. Winner, B., Peipert, J. F., Zhao, Q.,
Buckel, C., Madden, T., Allsworth, J.
Qurniyawati, E. (2015). Hubungan E. (2012). Effectiveness of Long-
Usia Ibu Hamil, Jumlah Anak dan Acting Reversible Contraception.
Jarak Kehamilan dengan Kejadian The new england journal of medicine
Kehamilan Tidak Diinginkan (Ktd) , 1998-2007.
di Bidan Praktek Mandiri Titik

25
 

Anda mungkin juga menyukai