KELOMPOK 12
DI SUSUN OLEH:
FEBRI ANDRIAN
1811170033
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
maksimal dalam memahami materi, meningkatnya persentase ketuntasan
siswa, dan modul yang ada akan selalu dibaca karena sebelum pelaksanaan
model pembelajaran ini siswa diharuskan membaca materi terlebih dahulu.
Selain itu diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru kepada guru
tentang model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana motede artikulasi tersebut?
2. Bagaimana make a match (pencari pasangan) tersebut?
3. Bagaimana think pair and share tersebut?
4. Bagaimana snowball throwing tersebut?
C. Tujuan
1. Mengetahui metede artikulasi tersebut.
2. Mengetahui make a match tersebut.
3. Mengetahui think pair and share tersebut.
4. Mengetahui snowball throwing tersebut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Metode Artikulasi
Menurut Mustain (2010: 30) artikulasi adalah apa yang kita definisikan
sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara
(area kemampuan bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area
gerak tambahan (menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif
lainnya). Artinya, artikulasi merujuk kepada apa-apa saja yang berkaitan
dengan berbicara atau melakukan sesuatu akibat dari pemprosesan hasil kerja
otak. Penerapan model artikulasi dalam pembelajaran juga melibatkan
kemampuan berbicara serta gerak ekspresi akibat kegiatan berpikir siswa.
ِ اركٌ ِليَ َّدبَّ ُروا آيَاتِ ِه َو ِليَتَذَك ََّر أُولُو ْاْل َ ْلبَا
ب َ َاب أ َ ْن َز ْلنَاهُ إِلَ ْيكَ ُمب
ٌ َ ِكت
”Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran” (QS. Shaad
[38]: 29).
4
wawancara/menyimak pada teman satu kelompoknya serta pada cara tiap
siswa menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok lain. Setiap anak
memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat kelompoknya.
Kelompok ini pun biasanya terdiri dari dua orang.
5
b. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.
6
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan
materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya.
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya
belum dipahami siswa. Kesimpulan/penutup.
7
Fase 7: Menyimpulkan Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
a. Kelebihan
1) Semua siswa terlibat (mendapat peran)
2) Melatih kesiapan siswa
3) Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
4) Cocok untuk tugas sederhana
5) Interaksi lebih mudah
6) Lebih mudah dan cepat membentuknya
7) Meningkatkan partisipasi anak
b. Kelemahan
1) Untuk mata pelajaran tertentu
2
Ibid, 270-274
8
2) Waktu yang dibutuhkan banyak
3) Materi yang didapat sedikit
4) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
5) Lebih sedikit ide yang muncul
9
memperhatikan kondisi siswa dan mata pelajaran yang akan disampaikan agar
pembelajaran dapat mencapai tujuan kompetensi yang telah direncanakan.3
3
Descchuri Cani, Kurnia Dadang, Gusyania Diah.2016. Penerapan Model Kooperatif
Teknik Make A Match Dengan Media Kartu Klop Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Kenampakan Alam Dan Buatan. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No . 1(361-370).
10
Langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Make A Match
11
4) Siswa memikirkan pasangan pertanyaan atau jawaban dari kartu yang
diperolehnya.
5) Guru menginstruksikan siswa untuk mencari pasangan kartu yang
diperoleh dalam waktu yang disepakati.
6) Siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang
diperolehnya.
7) Guru memberikan tanda saat waktu mencari pasangan kartu telah habis.
8) Guru mencatat nama siswa yang telah menemukan pasangan sebelum
waktu habis.
9) Guru memanggil setiap pasangan untuk melakukan presentasi.
10) Guru bersama siswa memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan
kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangann yang memberikan
presentasi.
11) Guru memanggil pasangan berikutnya sampai semua pasangan
melakukan presentasi.
12) Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran yang telah
dilakukan.4
4
Ibid.
12
1) Jika strategi ini tidak disiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang
terbuang.
2) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu
berpasangan dengan lawan jenisnya.
3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa
yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.
4) Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa
yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
5) Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan
kebosanan.
13
merespon pendapat yang lain kemudian saling membantu dalam
kelompoknya kemudian membagi pengetahuan kepada siswa lain.5
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS)
Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe TPS
sebelumnya, lebih jelas akan dipaparkan bagaimana prosedur atau langkah-
langkah dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Menurut Muslimin (2009) langkah-langkahThink Pair Share ada tiga,
yaitu: Thinking (berpikir), siswa diberi pertanyaan dan harus memikirkan
jawaban secara individu. Pairing (berpasangan), siswa dengan teman
sebangku mendiskusikanyang telah dipikirkan pada tahap thinking, dan
Sharing (berbagi), siswa berpasangan berbagi hasil diskusi kepada seluruh
kelas.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS pada penelitian ini menggunakan langkah-langkah seperti
tersebut di atas dengan penyesuaian pada siswa kelas V B yang menjadi kelas
penelitian. Berikut langkah-langkahnya yaitu:
1) Think, guru membimbing siswa saat mencari masukan jawaban atau
pendapat yang bersumber dari buku yang relevan secara individu atas
pertanyaan yang diberikan kepada siswa.
2) Pair, mengembangkan aktivitas berpikir siswa dalam berdiskusi jawaban
satu sama lain dengan teman sebangku, dan mengupayakan siswa aktif
dalam diskusi dengan teman sebangku di belakang/ di depannya atau
dalam kelompok (kelompok terbentuk).
3) Share, membimbing aktivitas penyajian hasil diskusi masing-masing
kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain.
14
Setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu
pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini. Hartina (2008)
memaparkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS adalah siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat
dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah. Jadi, siswa dapat meningkatkan keberaniannya untuk
berpendapat karena siswa diberi kesempatan untuk mencari pendapat masing-
masing sebelum didiskusikan dengan temannya.6
6
Ibid.
15
Menurut Suprijono, (2011: 8) Snowball Throwing adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok
yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua
kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing murid
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)
kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.
16
murid lain. Murid yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab
pertanyaannya.8
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
murid ke murid yang lain selama kurang lebih 5 menit.
8
Ibid.
17
6. Setelah tiap murid mendapat satu bola/satu pertanyaan, diberikan
kesempatan kepada murid untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
18
6. Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada
temanmaupun guru.
19
6. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
7. Menguasai kelas
11. Menggunakan bahasan lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Mustain (2010: 30) artikulasi adalah apa yang kita definisikan
sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara
(area kemampuan bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area
gerak tambahan (menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif
lainnya). Artinya, artikulasi merujuk kepada apa-apa saja yang berkaitan
dengan berbicara atau melakukan sesuatu akibat dari pemprosesan hasil kerja
otak.
Jadi dapat dirangkum bahwa model pembelajaran kooperatif make a
match adalah model pembelajaran yang menghibur dan menyenangkan,
membuat siswa tidak terasa seperti sedang belajar, dapat menjadi alternatif
untuk pemahaman dan pendalaman materi, serta membuat siswa menjadi
semangat dan antusias mengkuti pembelajaran.
Arends (dalam Komalasari, 2011: 64) menyatakan bahwa Think Pair
Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas. Sejalan dengan itu, menurut Trianto (2010: 81) mengemukakan
bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir-
berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dari pengertian tersebut
dapat dilihat bahwa dengan TPS siswa diberi kesempatan untuk berpikir
sendiri terlebih dahulu kemudian berdiskusi dengan temannya yang diperkuat
lagi dengan teori dari Ibrahim (2011) yang mengemukakan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif sederhana yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran
yang membagi murid dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-
masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas
dan membentuknya seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar ke murid
21
yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-
masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya.
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA