Anda di halaman 1dari 26

“Aplikasi Metode Artikulasi, Make a Match (Mencari Pasangan),

Think Pair and Share, Snowball Throwing: Kelebihan dan


Kelemahannya”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Metodologi Pembelajaran Pai

DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD AUFA MUIS, MA.Pd

KELOMPOK 12
DI SUSUN OLEH:
FEBRI ANDRIAN

1811170033

PEDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


yang telah memberikan nikmat, sehat, dan kesempurnaan ketimbang makhluk-
makhluk yang lain sehingga kami bisa berbagi ilmu dengan sesama hamba Allah
SWT. Dan kami juga bisa melaksanakan aktifitas sehari-hari dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW. Sesuai dengan hadits yang disampaikan beliau yakni “ Saya
diutus ke dunia hanya untuk memperbaiki ahlak manusia” karena berkat beliaulah
kita semua bisa merasakan keindahan duniawi.
Kami yakin dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik
dari segi bahasa yang kurang sopan maupun dalam rangka penulisan makalah,
untuk itu kami mohon bimbingan untuk memberikan kritik yang membangun baik
melaui media atau pengucapan secara lansung, demi pengembangan dan
perbaikan pembuatan makalah kami selanjutnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 4
1. Metode artikulasi ................................................................................... 4
2. Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match................................... 9
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ........ 13

4. Model Pembelajaran Snowball Throwing ............................................ 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan


manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang
dimilikinya, mengubah dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan
potensinya. Sebagai perwujudan pencapaian tujuan tersebut maka belajar
merupakan suatu proses aktif memerlukan dorongan dan bimbingan ke arah
tercapainya tujuan yang dikehendaki. Salah satu model pembelajaran yang
dapat menciptakan kegiatan proses belajar mengajar menyenangkan dan
menarik yaitu model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi. Model
pembelajaran kooperatif tipe artikulasi merupakan model pembelajaran yang
prosesnya seperti pesan berantai, artinya seorang siswa wajib meneruskan
menjelaskan pada siswa lain sebagai pasangannya materi yang sudah
dijelaskan oleh guru, kemudian siswa yang menyimak berganti peran
menjelaskan kepada pasangannya.

Model pembelajaran make a match merupakan salah satu model


pembelajaran menyenangkan dengan unsur permainan yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitif maupun
psikomotor, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi dan
meningkatkan motivasi belajar. Selain aspek kognitif dan psikomotor, model
pembelajaran make a match juga melatih siswa dalam hal afektif, yaitu
melatih keberanian siswa untuk tampil berprestasi dan melatih kedisiplinan
untuk menghargai waktu (Miftahul Huda, 2013: 253-254).

Dalam model pembelajaran ini, siswa mempelajari materi yang dikemas


dalam sebuah permainan dalam bentuk kartu pertanyaan dan jawaban yang
melibatkan seluruh siswa di kelas. Siswa diajak belajar dengan suasana yang
berbeda. Karena dikemas dalam bentuk permainan, pembelajaran menjadi
tidak terasa seperti belajar pada umumnya. Diharapkan dalam proses
pembelajaran menggunakan model ini siswa berpartisipasi aktif, kreatif, lebih

1
maksimal dalam memahami materi, meningkatnya persentase ketuntasan
siswa, dan modul yang ada akan selalu dibaca karena sebelum pelaksanaan
model pembelajaran ini siswa diharuskan membaca materi terlebih dahulu.
Selain itu diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru kepada guru
tentang model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas.

Arends (dalam Komalasari, 2011: 64) menyatakan bahwa Think Pair


Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas. Sejalan dengan itu, menurut Trianto (2010: 81) mengemukakan
bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir-
berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dari pengertian tersebut
dapat dilihat bahwa dengan TPS siswa diberi kesempatan untuk berpikir
sendiri terlebih dahulu kemudian berdiskusi dengan temannya yang diperkuat
lagi dengan teori dari Ibrahim (2011) yang mengemukakan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif sederhana yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Hartina, 2008 mengemukakan
bahwaThink Pair Share (TPS) merupakan suatu model pembelajaran
kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model
pembelajaran TPS dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif
dalam pembelajaran di sekolah.

Menurut Ismail, (2008:27) Snowball Throwing berasal dari dua kata


yaitu “snowball” dan “throwing”. Kata snowball berarti bola salju, sedangkan
throwing berarti melempar, jadi Snowball Throwing adalah melempar bola
salju. Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu model dari
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Snowball Throwing merupakan model
pembelajaran yang membagi murid di dalam beberapa kelompok, yang
dimana masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan. Dalam
pembuatan kelompok, siswa dapat dipilih secara acak atau heterogen.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana motede artikulasi tersebut?
2. Bagaimana make a match (pencari pasangan) tersebut?
3. Bagaimana think pair and share tersebut?
4. Bagaimana snowball throwing tersebut?
C. Tujuan
1. Mengetahui metede artikulasi tersebut.
2. Mengetahui make a match tersebut.
3. Mengetahui think pair and share tersebut.
4. Mengetahui snowball throwing tersebut.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Metode Artikulasi
Menurut Mustain (2010: 30) artikulasi adalah apa yang kita definisikan
sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara
(area kemampuan bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area
gerak tambahan (menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif
lainnya). Artinya, artikulasi merujuk kepada apa-apa saja yang berkaitan
dengan berbicara atau melakukan sesuatu akibat dari pemprosesan hasil kerja
otak. Penerapan model artikulasi dalam pembelajaran juga melibatkan
kemampuan berbicara serta gerak ekspresi akibat kegiatan berpikir siswa.

QS. Shaad ayat 29

ِ ‫اركٌ ِليَ َّدبَّ ُروا آيَاتِ ِه َو ِليَتَذَك ََّر أُولُو ْاْل َ ْلبَا‬
‫ب‬ َ َ‫اب أ َ ْن َز ْلنَاهُ إِلَ ْيكَ ُمب‬
ٌ َ ‫ِكت‬
”Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran” (QS. Shaad
[38]: 29).

Model artikulasi berbentuk kelompok berpasangan, di mana salah satu


siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya
kemudian bergantian, presentasi di depan kelas perihal hasil diskusinya dan
guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan. Model pembelajaran
artikulasi prosesnya seperti pesan berantai. Artinya apa yang telah diberikan
guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Hal ini merupakan keunikan model pembelajaran
artikulasi. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan
sekaligus berperan sebagai penyampai pesan (Ngalimun, 2012: 174).

Karakteristik Model Artikulasi

Menurut Huda (2013: 269) perbedaan model artikulasi dengan model


pembelajaran yang lain adalah penekanannya pada komunikasi siswa kepada
teman satu kelompoknya. Pada model artikulasi ada kegiatan

4
wawancara/menyimak pada teman satu kelompoknya serta pada cara tiap
siswa menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok lain. Setiap anak
memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat kelompoknya.
Kelompok ini pun biasanya terdiri dari dua orang.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model


artikulasi adalah model pembelajaran yang menekankan pada aspek
komunikasi kelompok berpasangan dengan teman sebagai sumber belajar.
Pada model ini terjadi proses interaksi antar anggota, salah satu anggota
menjadi narasumber sementara yang lain merekam informasi, dan selanjutnya
bergantian. Kemudian hasil belajar tersebut didiskusikan dengan kelompok
lain sehingga kelompok lain juga mendapat informasi serupa. Jadi, pada
model ini terjadi pembelajaran dari siswa untuk siswa.

Tujuan Model Artikulasi

Setiap model pembelajaran memiliki maksud dan tujuan yang akan


dicapai masing-masing, begitu juga model pembelajaran artikulasi. Menurut
Bastiar, (2007) model pembelajaran artikulasi memiliki tujuan untuk
membantu siswa dalam cara mengungkapkan kata-kata dengan jelas dalam
mengembangkan pengetahuan, pemahaman serta kemampuan yang dimiliki
sehingga siswa dapat membuat suatu keterhubungan antara materi dengan
disiplin ilmu. Berdasarkan penjelasan tersebut, penerapan model artikulasi
dalam pembelajaran dimaksudkan untuk melatih siswa dalam menyampaikan
ide atau pengetahuannya, menggali informasi berdasarkan kegiatan interaktif.

Manfaat Model Artikulasi

Setiap model pembelajaran memiliki manfaat dan tujuan masing


masing sesuai karakteristik model itu sendiri. Manfaat penerapan model
artikulasi pada pembelajaran, khususnya yang berdampak pada siswa adalah
sebagai berikut. (Huda, 2013: 269).1

a. Siswa menjadi lebih mandiri.

1 Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, hal 269.

5
b. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.

c. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

d. Terjadi interaksi antarsiswa dalam kelompok kecil.

e. Terjadi interaksi antarkelompok kecil.

f. Masing masing siswa memiliki kesempatan berbicara atau tampil di


depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka.

Berdasarkan manfaat model artikulasi yang sudah diapaparkan tersebut,


dapat disimpulkan bahwa model artikulasi ini menekankan pada interaksi dan
komunikasi siswa sebagai perekam informasi dari siswa lain sebagai anggota
kelompok kecil untuk kemudian menjadi sumber pengetahuan dan kemudian
disampaikan di depan kelas. Siswa secara mandiri menggali informasi dari
temannya, kemudian mencernanya, lalu apa yang telah diperoleh tersebut
dishare di depan kelas sebagai bentuk pelaporan sekaligus sumber informasi
bagi siswa lainnya. Hal ini dapat melatih kemandirian, komunikasi,
pemahaman, serta kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran.

Langkah-langkah Model Artikulasi

Setiap model pembelajaran memiliki prosedur pelaksanaan sesuai


karakteristik dari model pembelajaran itu sendiri. Begitu juga dengan model
pembelajaran artikulasi. Huda (2013: 269) menjelaskan bahwa artikulasi
merupakan model pembelajaran dengan sistaks: penyampaian kompetensi,
sajian materi, bentuk kelompok, berpasangan sebangku, salah satu siswa
menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian
bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa
untuk menyimpulkannya.

Lebih lanjut, berikut langkah-langkah penerapan model artikulasi dalam


pembelajaran yang dikemukakan oleh Amri (2013: 213), yaitu:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.


b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok
berpasangan dua orang.

6
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan
materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya.
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya
belum dipahami siswa. Kesimpulan/penutup.

FASE-FASE KEGIATAN GURU

Fase 1: Menyampaikan Guru menyampaikan kompetensi dan materi


kompetensi dan materi yang yang akan dibahas kepada siswa.
akan dibahas.

Fase 2: Menyampaikan Guru menyampaikan materi kepada siswa.


materi.

Fase 3: Membentuk Untuk mengetahui daya serap siswa, Guru


kelompok. membentuk kelompok berpasangan dua orang.

Fase 4: Menyampaikan Guru menyuruh salah seorang dari pasangan


materi yang baru diterima untuk menceritakan materi yang baru diterima
dari guru. dari guru.

Fase 5: Menyampaikan hasil Guru menyuruh siswa secara bergiliran/diacak


wawancaranya dengan teman menyampaikan hasil wawancaranya dengan
pasangannya. teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya.

Fase 6: Menjelaskan kembali Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi


materi sekiranya belum yang sekiranya belum diketahui siswa.
dipahami siswa atau
konfirmasi.

7
Fase 7: Menyimpulkan Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.

Bahwa langkah-langkah model pembelajaran artikulasi, diawali dengan


penyampaian materi oleh guru, lalu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil (umumnya dua orang). Salah satu siswa menyampaikan materi yang
telah disampaikan guru, kemudian siswa lain menyimak dan membuat catatan
kecil, kegiatan tersebut dilakukan secara bergantian pada setiap kelompok.
Terakhir siswa menyampaikan hasil wawancara kelompoknya ke depan kelas,
siswa lain berkesempatan memberikan tanggapan. Guru bersama siswa
menyimpulkan hasil belajar yang telah dilakukan.2

Kelebihan dan Kelemahan Model Artikulasi

Model pembelajaran pasti memiliki tujuan yang akan dicapai,maka dari


itu pada pelaksanaan model pembelajaran terdapat usaha-usaha serta strategi
untuk mencapai tujuan tersebut. Terkait dengan pelaksanaan model
pembelajaran, pasti memiliki kelebihan-kelebihan dari model pembelajaran
tersebut, begitu juga pada model artikulasi. Kelebihan-kelebihan tersebut
tidak jarang dibarengi dengan adanya kelemahan-kelemahan yang muncul
ketika diterapkan pada pembelajaran.

Berikut ini adalah kelebihan maupun kekurangan dari metode artikulasi


menurut Natsir, (2012).

a. Kelebihan
1) Semua siswa terlibat (mendapat peran)
2) Melatih kesiapan siswa
3) Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
4) Cocok untuk tugas sederhana
5) Interaksi lebih mudah
6) Lebih mudah dan cepat membentuknya
7) Meningkatkan partisipasi anak
b. Kelemahan
1) Untuk mata pelajaran tertentu

2
Ibid, 270-274

8
2) Waktu yang dibutuhkan banyak
3) Materi yang didapat sedikit
4) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
5) Lebih sedikit ide yang muncul

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahawa model


pembelajaran artikulasi merupakan model yang melibatkan peran serta semua
anggota kelompok sehingga setiap siswa secara aktif berpartisipasi
mengembangakan pengetahuan individu. Interaksi antar individu dapat
melatih kepercayaan diri siswa sehingga siswa lebih siap secara mandiri
menyerap dan memahami materi yang disampaikan rekan satu kelompoknya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match

Pembelajaran Kooperatif termasuk ke dalam pembelajaran aktif


kolaboratif dimana dalam pembelajaran tersebut menekankan pada kerjasama
antarsiswa agar siswa tidak hanya pintar dan aktif secara individu tetapi juga
secara sosial. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe
dan dapat diterapkan di kelas. Namun sebelum diterapkan di kelas, guru perlu
memperhatikan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan kondisi
kelas, jumlah siswa, dan materi yang akan dipelajari agar kompetensi siswa
dapat tercapai.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, dapat


dirangkum bahwa model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan seluruh siswa yang dibentuk menjadi beberapa
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Model
pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa dan meningkatkan kemampuan sosial, seperti rasa saling memiliki,
menghargai, bertanggung jawab, menjalin komunikasi, saling menerima, dan
memberi dukungan antarsiswa. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari
berbagai macam tipe dan sebelum melaksanakannya di kelas, guru perlu

9
memperhatikan kondisi siswa dan mata pelajaran yang akan disampaikan agar
pembelajaran dapat mencapai tujuan kompetensi yang telah direncanakan.3

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match

Model pembelajaran make a match dikembangkan pertama kali pada


1994 oleh Lorna Curran (dalam Miftahul Huda, 2013: 251). Tujuan dari
strategi ini antara lain: 1) pendalaman materi; 2) penggalian materi; dan 3)
edutainment.

Edutainment sendiri menurut Moh. Sholeh Hamid (2011: 17) berasal


dari kata education dan entertainment. Education berarti pendidikan,
sedangkan entertainment berarti hiburan. Jadi, dari segi bahasa, edutainment
adalah pendidikan yang menghibur atau menyenangkan. Sementara itu, dari
segi terminologi, edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang
didesain sedemikian rupa, sehingga muatan pendidikan dan hiburan bisa
dikombinasikan secara harmonis untuk menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan.

Maksud pembelajaran yang menyenangkan menurut Moh Sholeh


Hamid (2011: 14) adalah yang membuat suasana pembelajaran di kelas akan
berubah, dari sesuatu yang menakutkan menjadi sesuatu yang menyenangkan,
dari sesuatu yang membosankan menjadi membahagiakan, atau dari sesuatu
yang dibenci menjadi sesuatu yang dirindukan oleh para siswa.

Sehingga, mereka ingin dan ingin terus belajar di kelas, karena


dipengaruhi rasa semangat dan antusiasme yang tinggi untuk mengikuti
pelajaran. Jadi dapat dirangkum bahwa model pembelajaran kooperatif make
a match adalah model pembelajaran yang menghibur dan menyenangkan,
membuat siswa tidak terasa seperti sedang belajar, dapat menjadi alternatif
untuk pemahaman dan pendalaman materi, serta membuat siswa menjadi
semangat dan antusias mengkuti pembelajaran.

3
Descchuri Cani, Kurnia Dadang, Gusyania Diah.2016. Penerapan Model Kooperatif
Teknik Make A Match Dengan Media Kartu Klop Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Kenampakan Alam Dan Buatan. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No . 1(361-370).

10
Langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Make A Match

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model make


a match cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberapa persiapan
khusus sebelum menerapkan strategi ini. Beberapa persiapan pelaksanaan
model pembelajaran make a match menurut Miftahul Huda (2013: 251)
antara lain:

1) Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang


dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian
menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan.
2) Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat
dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu
pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna.
3) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan
sanksi bagi siswa yang gagal (di sini, guru dapat membuat aturan ini
bersama-sama dengan siswa).
4) Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang
berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.

Setelah mempersiapkan kartu pertanyaan dan jawaban, aturan


pelaksanaan make a match, dan lembar untuk mencatat, guru siap
melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a
match.

Langkah-langkah model pembelajaran make a match adalah sebegai


berikut:

1) Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk


mempelajari materi di rumah.
2) Siswa dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok pertanyaan
dan kelompok jawaban.
3) Guru membagikan satu buah kartu kepada masing-masing siswa. Kartu
pertanyaan diberikan kepada kelompok pertanyaan dan kartu jawaban
diberikan kepada kelompok jawaban.

11
4) Siswa memikirkan pasangan pertanyaan atau jawaban dari kartu yang
diperolehnya.
5) Guru menginstruksikan siswa untuk mencari pasangan kartu yang
diperoleh dalam waktu yang disepakati.
6) Siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang
diperolehnya.
7) Guru memberikan tanda saat waktu mencari pasangan kartu telah habis.
8) Guru mencatat nama siswa yang telah menemukan pasangan sebelum
waktu habis.
9) Guru memanggil setiap pasangan untuk melakukan presentasi.
10) Guru bersama siswa memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan
kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangann yang memberikan
presentasi.
11) Guru memanggil pasangan berikutnya sampai semua pasangan
melakukan presentasi.
12) Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran yang telah
dilakukan.4

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Make A Match

Menurut Miftahul Huda (2013: 253), kelebihan strategi make a match


antara lain:

1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif


maupun fisik.
2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi; dan 5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu
untuk belajar.

Adapun kelemahan strategi make a match menurut Miftahul Huda


(2013:253) adalah:

4
Ibid.

12
1) Jika strategi ini tidak disiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang
terbuang.
2) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu
berpasangan dengan lawan jenisnya.
3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa
yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.
4) Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa
yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
5) Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan

kebosanan.

3. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)


Arends (dalam Komalasari, 2011: 64) menyatakan bahwa Think Pair
Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas. Sejalan dengan itu, menurut Trianto (2010: 81) mengemukakan
bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir-
berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dari pengertian tersebut
dapat dilihat bahwa dengan TPS siswa diberi kesempatan untuk berpikir
sendiri terlebih dahulu kemudian berdiskusi dengan temannya yang diperkuat
lagi dengan teori dari Ibrahim (2011) yang mengemukakan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif sederhana yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Hartina, 2008 mengemukakan bahwaThink Pair Share (TPS)
merupakan suatu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki
prosedur secara eksplisit sehingga model pembelajaran TPS dapat
disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran di
sekolah. Dengan demikian yang dimaksud dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS adalah suatu model yang dapat memberi siswa lebih
banyak kesempatan untuk berpikir dan berpendapat secara individu untuk

13
merespon pendapat yang lain kemudian saling membantu dalam
kelompoknya kemudian membagi pengetahuan kepada siswa lain.5
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS)
Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe TPS
sebelumnya, lebih jelas akan dipaparkan bagaimana prosedur atau langkah-
langkah dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Menurut Muslimin (2009) langkah-langkahThink Pair Share ada tiga,
yaitu: Thinking (berpikir), siswa diberi pertanyaan dan harus memikirkan
jawaban secara individu. Pairing (berpasangan), siswa dengan teman
sebangku mendiskusikanyang telah dipikirkan pada tahap thinking, dan
Sharing (berbagi), siswa berpasangan berbagi hasil diskusi kepada seluruh
kelas.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS pada penelitian ini menggunakan langkah-langkah seperti
tersebut di atas dengan penyesuaian pada siswa kelas V B yang menjadi kelas
penelitian. Berikut langkah-langkahnya yaitu:
1) Think, guru membimbing siswa saat mencari masukan jawaban atau
pendapat yang bersumber dari buku yang relevan secara individu atas
pertanyaan yang diberikan kepada siswa.
2) Pair, mengembangkan aktivitas berpikir siswa dalam berdiskusi jawaban
satu sama lain dengan teman sebangku, dan mengupayakan siswa aktif
dalam diskusi dengan teman sebangku di belakang/ di depannya atau
dalam kelompok (kelompok terbentuk).
3) Share, membimbing aktivitas penyajian hasil diskusi masing-masing
kelompok yang ditanggapi oleh kelompok lain.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think


Pair Share (TPS)

5 Biyarti, Tunggul dkk.(2013).Eksperimen Model Pembelajaran Think Pair Share


dengan Pendekatan Kontekstual pada Mtarei Logaritma Ditinjau dari Kecerdasan Matematis
Logis Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol 1, No. 7 hal:690-699.ISSN:
2339-1685.

14
Setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu
pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini. Hartina (2008)
memaparkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS adalah siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat
dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah. Jadi, siswa dapat meningkatkan keberaniannya untuk
berpendapat karena siswa diberi kesempatan untuk mencari pendapat masing-
masing sebelum didiskusikan dengan temannya.6

Selain itu siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan


tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompokterdiri dari 2-6 orang,
kegiatan berkelompok akan menjadikan anak lebih aktif sehingga
pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Siswa juga memperoleh
kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa
sehingga ide yang ada menyebar, jadi seluruh siswa mendapatkan informasi
yang beragam dari kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan kekurangan dari
Think Pair Share (TPS) ialah pada saat peralihan dari seluruh kelas
kekelompok kecil dapat menyita waktu pembelajaran yang berharga. Untuk
itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat
meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.

4. Model Pembelajaran Snowball Throwing

Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing

Menurut Ismail, (2008:27) Snowball Throwing berasal dari dua kata


yaitu “snowball” dan “throwing”. Kata snowball berarti bola salju, sedangkan
throwing berarti melempar, jadi Snowball Throwing adalah melempar bola
salju. Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu model dari
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Snowball Throwing merupakan model
pembelajaran yang membagi murid di dalam beberapa kelompok, yang
dimana masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan. Dalam
pembuatan kelompok, siswa dapat dipilih secara acak atau heterogen. Hal ini
diungkapkan oleh para ahli berikut ini.

6
Ibid.

15
Menurut Suprijono, (2011: 8) Snowball Throwing adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok
yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua
kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing murid
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)
kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball


Throwing adalah suatu model pembelajaran yang membagi murid dalam
beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing anggota kelompok
membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya seperti
bola, kemudian bola tersebut dilempar ke murid yang lain selama durasi
waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing murid menjawab
pertanyaan dari bola yang diperolehnya.

Tujuan Pembelajaran Model Snowball Throwing

Menurut Asrori (2010), tujuan pembelajaran Snowball Throwing yaitu


melatih murid untuk mendengarkan pendapat orang lain, melatih kreatifitas
dan imajinasi murid dalam membuat pertanyaan, serta memacu murid untuk
bekerjasama, saling membantu, serta aktif dalam pembelajaran.7

Sedangkan menurut Devi (2011:12) model pembelajaran Snowball


Throwing melatih murid untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain,
dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.
Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model
pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan
yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada

7 Ratmiyati. 2008. Pembelajaran Model Snowball Throwing Dan Student Team


Achievement Division (STAD) Ditinjau Dari Sikap Sosial Dan Aktivitas Belajar Siswa.
http/www.uns.ac.id/?p=282. (10 Desember 2011): 10.30 WIB.

16
murid lain. Murid yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab
pertanyaannya.8

Manfaat Pembelajaran Model Snowball Throwing

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dam model


pembelajaran Snowball Throwing diantaranya ada unsur permainan yang
menyebabkan metode ini lebih menarik perhatian murid. Sementara menurut
Asrori (2010: 3) dalam model pembelajaran Snowball Throwing terdapat
beberapa manfaat yaitu:

1) Dapat meningkatkan keaktifan belajar murid.

2) Dapat menumbuh kembangkan potensi intelektual sosial, dan


emosional yang ada di dalam diri murid.

3) Dapat melatih murid mengemukakakn gagasan dan perasaan.

Langkah-Langkah Pembelajaran Model Snowball Throwing

Langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh dalam melaksanakan


Model Snowball Throwing sebagaimana dikemukakan Suprijono (Hizbullah,
2011: 10) adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-


masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi pembelajaran.

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-


masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada teman kelompoknya.

4. Kemudian masing-masing murid diberi satu lembar kerja untuk


menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
murid ke murid yang lain selama kurang lebih 5 menit.

8
Ibid.

17
6. Setelah tiap murid mendapat satu bola/satu pertanyaan, diberikan
kesempatan kepada murid untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Guru bersama dengan murid memberikan kesimpulan atas meteri


pembelajaran yang diberikan.

8. Guru memberikan evaluasi sebagai bahan penilaian pemahaman


muridakan materi pembelajaran.

9. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan pesan-pesan


moral dan tugas di rumah.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Model Snowball Throwing

Model Snowball Throwing memiliki kelebihan dan kelemahan.


Kelebihan yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran model Snowball
Throwing menurut Suprijono ( Hizbullah, 2011: 9 ) diantaranya: “(1) Melatih
kedisiplinan murid; dan (2) Saling memberi pengetahuan”. Sedangkan
menurut Safitri (2011: 19) kelebihan model Snowball Throwing antara lain :

1. Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan


bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan
pengetahuan.

2. Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang


materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena murid
mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus
disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran,
menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam
kelompok.

3. Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan


pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

4. Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya


dengan baik.

5. Merangsang murid mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik


yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.

18
6. Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada
temanmaupun guru.

7. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan


pemecahan suatu masalah.

8. Murid akan memahami makna tanggung jawab.

9. Murid akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas


suku, sosial,budaya, bakat dan intelegensia.

10. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

Selain itu, model ini juga memiliki kelemahan sebagaimana yang


dirumuskan oleh Suprijono (Hizbullah, 2011: 9) diantaranya :

1. Pengetahuan tidak luas hanya terkuat pada pengetahuan sekitar


murid.

2. Kurang efektif digunakan untuk semua materi pelajaran”.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tentang model pembelajaran


Snowball Throwing di atas, maka sintesis dari model pembelajaran Snowball
Throwing adalah teknik diskusi yang membentuk kelompok yang diwakili
ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing
murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)
lalu dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan
dari bola yang diperoleh.

Dengan demikian semua murid mendapat kesempatan untuk bertanya


dan menyampaikan pendapat sesuai dengan pertanyaan yang mereka dapat.
Sedangakan pada kinerja guru diamati melalui indikator sebagai berikut:

1. Mempersiapkan siswa untuk belajar

2. Melakukan kegiatan apersepsi

3. Menunjukan penguasaan materi

4. Mengaitkan materi dengan hal-hal yang relevan

5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan


dicapai

19
6. Melaksanakan pembelajaran secara runtut

7. Menguasai kelas

8. Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu

9. Menumbuhkan keceriaan siswa dalam belajar

10. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan

11. Menggunakan bahasan lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar

12. Melakukan refleksi dan tindak lanjut.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Mustain (2010: 30) artikulasi adalah apa yang kita definisikan
sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara
(area kemampuan bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area
gerak tambahan (menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif
lainnya). Artinya, artikulasi merujuk kepada apa-apa saja yang berkaitan
dengan berbicara atau melakukan sesuatu akibat dari pemprosesan hasil kerja
otak.
Jadi dapat dirangkum bahwa model pembelajaran kooperatif make a
match adalah model pembelajaran yang menghibur dan menyenangkan,
membuat siswa tidak terasa seperti sedang belajar, dapat menjadi alternatif
untuk pemahaman dan pendalaman materi, serta membuat siswa menjadi
semangat dan antusias mengkuti pembelajaran.
Arends (dalam Komalasari, 2011: 64) menyatakan bahwa Think Pair
Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas. Sejalan dengan itu, menurut Trianto (2010: 81) mengemukakan
bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir-
berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dari pengertian tersebut
dapat dilihat bahwa dengan TPS siswa diberi kesempatan untuk berpikir
sendiri terlebih dahulu kemudian berdiskusi dengan temannya yang diperkuat
lagi dengan teori dari Ibrahim (2011) yang mengemukakan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif sederhana yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran
yang membagi murid dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-
masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas
dan membentuknya seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar ke murid

21
yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-
masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya.

B. Saran

Dalam metodologi pembelajaran PAI huruslah memahami metode-


metode yang sudah di paparkan diatas, karena hal ini sangat penting bagi
pendidik untuk mengajar peserta didik agar suatu pembelajaran tersebut
tecapai.

22
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Biyarti, Tunggul dkk.(2013).Eksperimen Model Pembelajaran Think Pair


Share dengan Pendekatan Kontekstual pada Mtarei Logaritma Ditinjau
dari Kecerdasan Matematis Logis Siswa. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika. Vol 1, No. 7 hal:690-699.ISSN: 2339-1685.

Mufidah, Lailatul. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


TPS untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Matriks.Jurnal Pendidikan Matematik. Vol 1 No 1.

Ratmiyati. 2008. Pembelajaran Model Snowball Throwing Dan Student Team


Achievement Division (STAD) Ditinjau Dari Sikap Sosial Dan
Aktivitas Belajar Siswa. http/www.uns.ac.id/?p=282. (10 Desember
2011): 10.30 WIB.

Apriyani Diah Kartikasari, Sulistiowati(2015) Pengaruh Penerapan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar
Siswa Materi Pokok Gaya Mata Pelajaran Fisika Kelas VIII SMP
Negeri 7 Blitar. Jurnal Teknologi Pendidikan, V(2) hal 1 -8.

Descchuri Cani, Kurnia Dadang, Gusyania Diah.2016. Penerapan Model


Kooperatif Teknik Make A Match Dengan Media Kartu Klop Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan
Buatan. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No . 1(361-370).

Anda mungkin juga menyukai