REPUBL.IK
INDONESIA
c. bahwa ...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 2 -
2. Undang-Undang
...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 3 -
Dengan Persetujuan
Bersama
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
18. Penerima
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 6-
18. Penerima Pelayanan Kesehatan adalah setiap
orang yang melakukan konsultasi tentang
kesehatan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada tenaga kesehatan.
19. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintah negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
20. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan
Wali Kota serta perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan.
21. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Pasal2
Pasal 3
...
PRESIDEN REPUBLIK
INOONESIA
- 7 -
Pasal 3
BAB II
TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PEMERINTAH
DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 4
Pasal 5 ...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 8-
Pasa15
Pasal 6
e. melakukan ...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 9 -
Pasal 7
BAB
III
KUALIFIKASI DAN PENGELOMPOKAN TENAGA KESEHATAN
Pasal8
b. Asisten ...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 10 -
Pasal 9
Pasal
10
Pasal
11
g. tenaga ...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 11 -
Pasal 12 ...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 13 -
Pasal
12
BAB IV
PERENCANAAN,PENGADAAN,DANPENDAYAGUNAAN
Bagian
Kesatu
Perencanaa
n
Pasal 13
Pasal 14
(1) Menteri kebijakan dan
menetapkan menyusun Kesehatan
perencanaan dalam rangka Tenaga
Tenaga memenuhi Kesehatan secara
kebutuhan nasional.
(2) Perencanaan
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 14 -
Pasal
16
Bagian
Kedua
Pengadaa
n
Pasal
17
Pasal
18
(5) Dalam
...
PRESIOEN REPIJBLIK
INDONESIA
- 16 -
Pasal
19
Pasal2
0
(3) Standar
...
PRESIOEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 17 -
Pasal
21
(6) Mahasiswa
...
PRESIDEN REPUBLJK
INDONESIA
- 18 -
(6) Mahasiswa pendidikan profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang lulus Uji Kompetensi
memperoleh Sertifikat Profesi yang diterbitkan
oleh Perguruan Tinggi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pelaksanaan Uji Kompetensi diatur dengan
Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerin tahan di bidang pendidikan.
Bagian
Ketiga
Pendayagunaa
n
Pasal 22
m m
berdasarka ketentua Peratura Perundang-
n n n
Undangan.
Pasal23
(2) Penempatan
...
PRESIDEN
REPUBLIK
INOONESIA
- 19 -
Pasal24
(2) Penempatan
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 20 -
Pasal
25
Pasal2
6
Pasal 27
...
PRESIDEN REPUBUK
INDONESIA
- 21 -
Pasal
27
Pasal
28
(2) Pemerintah
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 22 -
Pasal29
Pasal
30
(3) Dalam
...
PRES!DEN REPUBLIK
INDONESIA
- 23 -
Pasal 31
Pasal32
Pasal 33
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 24 -
Pasal33
BABY
KONSIL TENAGA KESEHATAN
INDONESIA
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESlA
- 25 -
Pasal 36
Pasal 37
c. menyusun
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 26 -
Pasal3
8
.
Dalam menjalankan tugasnya,
.
konsil masmg-
Tenaga Kesehatan mempunyai rnasmg
wewenang:
Pasal3
9
Pasal4
0
Pasal
41
Pasal4
2
Pasal
43
BAB VI
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 28 -
BAB VI
REGISTRASI DAN PERIZINAN TENAGA
KESEHATAN
Bagian
Kesatu
Registrasi
Pasal44
d. membuat
...
PRESIDEN
REPUBLIK
INOONES!A
- 29 -
Pasal
45
Bagian
Kedua
Perizina
n
Pasal
46
b. Rekomendasi
...
PRESIOEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 30 -
Pasal
47
Bagian
Ketiga
Pem binaan
Praktik
Pasal4
8
Bagian Keempat
...
PRESIDEN REPLJBLIK
INDONESIA
- 31 -
Bagian
Keempat
Penegakan Disiplin Tenaga
Kesehatan
Pasal4
9
BAB VII
ORGANISASI
PROFESI
Pasal5
0
(2) Setiap
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 32 -
Pasal
51
BAB
VIII
TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA
INDONESIA LULUSAN LUAR NEGERI
DAN
TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING
Bagian
Kesatu
Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia Lulusan Luar
Negeri
Pasal5
2
Bagian Kedua
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 34 -
Bagian
Kedua
Tenaga Kesehatan Warga Negara
Asing
Pasal5
3
Pasal5
4
( 4) Penilaian .
. .
PRESIDEN REPUBLlK
INDONESIA
- 35 -
(4) Penilaian kemampuan untuk melakukan praktik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b dinyatakan dengan surat keterangan yang
menyatakan telah mengikuti program evaluasi
kompetensi dan Sertifikat Kompetensi.
(5) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Tenaga Kesehatan warga negara asing
harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasa155
Pasal 56
BAB IX
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 36 -
BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN
Pasal57
Pasal 58
a. mem berikan
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 37 -
Pasal 59
BABX
...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 38 -
BABX
PENYELENGGARAAN
KEPROFESIAN
Bagian
Kesatu
Umum
Pasal60
Pasal61
Bagian
Kedua
Kewenanga
n
Pasal62
(2) Jenis
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 39 -
Pasal6
3
Pasal
64
Bagian
Ketiga
Pelimpahan
Tindakan
Pasal6
5
( 1) Dalam melakukan pelayanan Tenag
kesehatan, Kesehatan dapat a
menerima pelimpahan medis dari tindaka
tenaga medis. n
(2) Dalam
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 40 -
(2) melakukan pekerjaa kefarmasian,
Dala kefarmasia n dapattenaga menerima
m n pelimpahan
teknis
pekerjaan kefarmasian dari tenaga apoteker.
(3) Pelimpahan tindakan sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) dan ayat (2) dilakukan dengan keten
tuan:
a. tindakan yang dilimpahkan termasuk
dalam kemampuan dan keterampilan yang
telah dimiliki oleh penerima pelimpahan;
b. pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan
tetap di bawah pengawasan pemberi
pelimpahan;
c. pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab
atas tindakan yang dilimpahkan sepanjang
pelaksanaan tindakan sesuai dengan
pelimpahan yang diberikan; dan
d. tindakan yang dilimpahkan tidak
termasuk pengambilan keputusan sebagai
dasar pelaksanaan tindakan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan
tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (
1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Bagian
Keempat
Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi,
dan
Standar Prosedur
Operasional
Pasal6
6
(2) Standar
...
PRESlDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 41 -
Pasal6
7
Bagian Kelima .
. .
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 42 -
Bagian
Kelima
Persetujuan Tindakan Tenaga
Kesehatan
Pasal6
8
Pasal 69
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 43 -
Pasal69
Bagian
Keenam
Rekam
Medis
Pasal
70
Pasal 71
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 44 -
Pasal
71
Pasal
72
Bagian
Ketujuh
Rahasia Kesehatan Penerima Pelayanan
Kesehatan
Pasal
73
Bagian Kedelapan
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 45 -
Bagian
Kedelapan
Pelindungan bagi Tenaga Kesehatan
dan
Penerima Pelayananan
Kesehatan
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
BAB XI PENYELESAIAN
PERSELISIHAN
Pasal 77
Pasal 78
...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 46 -
Pasal
78
Pasal
79
BAB XII
PEMBINMN DAN PENGAWASAN
Pasal
80
Pasal
81
c. memberikan
...
PRE SID EN REPUBLIK
INDONESIA
- 47 -
BABXII
I
SANKS!
ADMINISTRATIF
Pasal82
d. pencabutan
...
c. denda adminstratif; dan/ atau
d. pencabutan
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 48 -
d. pencabutan izin.
(5) Tata cara pengenaan sanksi administratif
terhadap Tenaga Kesehatan dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB XIV
KETENTUAN
PIDANA Pasal83
Pasal8
4
Pasal8
5
(2) Setiap
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 49 -
Pasal8
6
BAB XV KETENTUAN
PERALIHAN
Pasal
87
Pasal 88 ...
PRE SID EN REPUBLIK
INDONESIA
- 50 -
Pasal88
Pasal 89
Pasal 90
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 91
Pasal92
Pasal 93
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 52 -
Pasal93
Pasal 94
Pasal95
Pasal 96
Agar
...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 53 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA, ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA,
ttd.
AMIR
SYAMSUDIN
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 36 TAHUN
2014
TENTANG TENAGA
KESEHATAN
I. UMUM
Undang Undang tentang Tenaga Kesehatan ini
didasarkan pada pemikiran bahwa Pembukaan UUD 1945
mencantumkan cita• cita bangsa Indonesia yang sekaligus
merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu wujud
memajukan kesejahteraan umum adalah Pembangunan
Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya,
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau juga
merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka
melakukan upaya kesehatan tersebut perlu didukung dengan
sumber daya kesehatan, khususnya Tenaga Kesehatan yang
memadai, baik dari segi kualitas, kuantitas,
maupun penyebarannya.
Upaya ...
PRESIOEN REPUBLIK
INDONESIA
- 2 -
Perencanaan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 3 -
Pasal 1
Cukup
jelas. Pasal2
Huruf
a
Yang dimaksud dengan "asas perikernanusiaan"
adalah bahwa pengaturan Tenaga Kesehatan
harus dilandasi atas perikemanusiaan yang
berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan tidak membedakan suku, bangsa, agarna,
status sosial, dan ras serta tidak membedakan
perlakuan terhadap perempuan dan laki-Iaki.
Huruf
b
Yang dimaksud dengan "asas manfaat" adalah
bahwa pengaturan Tenaga Kesehatan harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemanausiaan dan perikehidupan yang sehat bagi
setiap orang.
Huruf
c
Yang dimaksud dengan "asas pernerataan" adalah
bahwa pengaturan Tenaga Kesehatan
dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Huruf
d
Yang dimaksud dengan "asas etika dan
profesionalitas" adalah bahwa pengaturan tenaga
kesehatan harus dapat mencapai dan
meningkatkan profesionalisme Tenaga Kesehatan
dalam menjalankan praktik serta memiliki etika
profesi dan sikap profesional.
Huruf e ...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 5 -
Huruf e
Yang dimaksud dengan "asas penghormatan
terhadap hak dan kewajiban" adalah bahwa
pengaturan Tenaga Kesehatan harus bertujuan untuk
menghormati hak dan kewajiban masyarakat
sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "asas keadilan" adalah bahwa
pengaturan Tenaga Kesehatan harus dapat
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada
semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang
terjangkau.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "asas pengabdian" adalah
bahwa pengaturan Tenaga Kesehatan diarahkan agar
Tenaga Kesehatan lebih mengutamakan kepentingan
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat
daripada kepentingan pribadi.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "asas norma agama"
adalah bahwa pengaturan Tenaga Kesehatan
harus memperhatikan . dan menghormati serta
tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.
Huruf i
Yang dimaksud dengan "asas pelindungan" adalah
bahwa pengaturan Tenaga Kesehatan harus
memberikan pelindungan yang sebesar-besarnya
bagi tenaga kesehatan dan masyarakat.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4 ...
PRESIDEN REPLIBLIK
INDONESIA
- 6 -
Pasal4
Cukup
jelas. Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup
jelas. Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Huruf a
Cukup
jelas. Huruf b
Yang dimaksud dengan "Asisten Tenaga
Kesehatan" adalah tenaga yang memiliki
kualifikasi di bawah Diploma Tiga bidang kesehatan
dan bekerja di bidang kesehatan.
Pasal9
Cukup
jelas. Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat(l)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b ...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 7 -
Huruf b
Cukup
jelas. Huruf c
Cukup
jelas.
Huruf d
Cukup
jelas. Huruf e
Cukup
jelas. Huruf f
Cukup
jelas.
Huruf g
Cukup
jelas. Huruf h
Cukup
jelas.
Huruf i
Cukup
jelas. Huruf j
Cukup
jelas.
Huruf k
Cukup
jelas. Huruf 1
Tenaga kesehatan tradisional yang termasuk
ke dalam Tenaga Kesehatan adalah yang telah
memiliki body of knowledge, pendidikan formal
yang setara minimum Diploma Tiga dan
bekerja di bidang kesehatan tradisional.
Huruf m
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 8 -
Huruf m
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup
jelas. Ayat (3)
Cukup
jelas. Ayat (4)
Jenis perawat antara lain perawat kesehatan
masyarakat,
perawat kesehatan anak, perawat maternitas,
perawat
medikal bedah, perawat geriatri, dan perawat
kesehatan
jrwa,
Ayat (5)
Cukup
jelas. Ayat (6)
Tenaga teknis kefarmasian meliputi sarjana
farmasi, ahli madya farrnasi, dan analis farmasi.
Ayat (7)
Cukup j
elas. Ayat (8)
Cukup
jelas. Ayat (9)
Cukup
jelas. Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat(ll)
Cukup jelas.
Ayat (12)
...
PRESIOEN REPUBLIK
INOONESIA
- 9-
Ayat (12)
Cukup
jelas. Ayat(13)
Cukup
jelas. Ayat (14)
Cukup
jelas. Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup
jelas. Pasal 14
Ayat (1)
Cukup
jelas. Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "disusun secara
berjenjang" adalah perencanaan yang dimulai
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Pemerintah
daerah kabupaten/kota, Pemerintah daerah provinsi,
sampai dengan Pemerintah secara nasional.
Ayat (3)
Pemetaan Tenaga Kesehatan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang dapat
dilakukan dengan cara pendataan, pengkajian, atau
cara lain.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 10 -
Pasal 16
Cukup
jelas. Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Izin meliputi izin pembentukan institusi pendidikan
baru, penambahan jurusan, clan program studi
baru.
Ayat (2)
Cukup
jelas. Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pembinaan teknis"
adalah pembinaan teknis keprofesian untuk
mencapai standar profesi atau standar
Kompetensi berdasarkan kurikulum dalam
proses pendidikan.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "pernbinaan akademik"
antara lain berupa pemberian izin penyelenggaraan,
kurikulum, sistem penjaminan mutu internal, dan
akreditasi.
Ayat (5)
Koordinasi dalam penyusunan kurikulum
pendidikan Tenaga Kesehatan dimaksudkan agar
Tenaga Kesehatan dapat menjalankan
kewenangannya sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dibutuhkan.
Ayat (6)
Cukup
jelas.
Pasal 19
...
PRESIDEN REPUBLIK
JNOONESIA
- 11 -
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup
jelas. Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat(l)
Cukup
jelas. Ayat (2)
Cukup
jelas. Ayat (3)
Aspek pemerataan merupakan upaya distribusi
Tenaga Kesehatan sesuai dengan kebutuhan
melalui proses rekrutrnen, seleksi, dan
penempatan.
Aspek pemanfaatan merupakan proses
pemberdayaan Tenaga Kesehatan sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
Aspek pengembangan merupakan proses
pengembangan Tenaga Kesehatan yang bersifat
multidisiplin dan lintas sektor serta lintas
program untuk meratakan dan meningkatkan
kualitas Tenaga Kesehatan.
Pasal 23
Ayat (1)
Penempatan Tenaga Kesehatan dimaksudkan
untuk mendayagunakan Tenaga Kesehatan pada
daerah yang dibutuhkan, terutama daerah
terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan,
serta daerah bermasalah kesehatan.
Ayat (2)
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 12 -
Ayat (2)
Huruf a
Cukup
jelas. Huruf b
Cukup
jelas.
Huruf c
Penugasan khusus adalah pendayagunaan secara
khusus tenaga kesehatan dalam kurun
waktu tertentu guna meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan pada fasilitas
pelayanan kesehatan pada daerah tertinggal,
perbatasan dan kepulauan, daerah bermasalah
kesehatan, serta rumah sakit kelas C atau kelas
D di kabupaten/kota yang memerlukan pelayanan
medis spesialistis serta memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan lain oleh tenaga kesehatan.
Ayat (3)
Cukup
jelas. Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup
jelas. Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 13 -
Ayat (2)
Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat ini
dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor
sehingga Tenaga Kesehatan tersebut dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat dan
dapat berkembang sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
a. kondisi geografis, meliputi daerah terpencil,
sangat terpencil, daerah tertinggal, tidak
diminati, serta perbatasan dan kepulauan;
b. masalah kesehatan/pola
penyakit;
c. sarana, prasarana, dan infrastruktur yang
tersedia;
d. rasio Tenaga Kesehatan dengan luas
wilayah;
e. daerah rawan konflik atau
bencana;
f. indeks pembangunan kesehatan masyarakat
daerah;
g. kemampuan fiskal daerah;
dan
h. lama pengabdian di daerah
penempatan.
Pasal 25
Cukup
jelas. Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal27
Ayat ( 1)
Cukup
jelas.
Ayat (2)
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 14 -
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "pelindungan dalam
pelaksanaan tugas" adalah pelindungan terhadap
tenaga kesehatan berupa keamanan,
keselamatan, dan kesehatan kerja dalam
menjalankan tugasnya.
Ayat (3)
Cukup
jelas. Ayat (4)
Cukup
jelas.
Pasal 28
Cukup
jelas. Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat ( 1)
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
swasta mengembangkan dan menerapkan pola
karier Tenaga Kesehatan yang dilakukan
secara transparan dan terbuka.
Ayat (2)
Cukup
jelas. Ayat (3)
Cukup
jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup
jelas.
Ayat (2)
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 15 -
Ayat (2)
Dalam suatu pelatihan terdapat komponen kurikulum,
pelatih, peserta, dan penyelenggara yang masing-
masing harus memenuhi standar tertentu.
Ayat (3)
Cukup
jelas. Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal33
Cukup
jelas. Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup
jelas. Pasal36
Cukup jelas.
Pasal37
Ayat ( 1)
Fungsi pengaturan merupakan pengaturan dalam
bidang teknis keprofesian.
Ayat (2)
Cukup
jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 16
-
Pasal39
Cukup
jelas. Pasal 40
Ayat ( 1)
Cukup
jelas. Ayat (2)
Huruf a
Cukup
jelas. Huruf b
Cukup
jelas. Huruf c
Cukup
jelas.
Huruf d
Cukup
jelas. Huruf e
Cukup
jelas.
Huruf f
Yang dimaksud tokoh masyarakat adalah
setiap orang yang mernpunyai reputasi dan
kepedulian terhadap kesehatan.
Pasal 41
Cukup
jelas. Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 17 -
Pasal 43
Cukup
jelas. Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup
jelas. Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal47
Cukup
jelas. Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal49
Cukup
jelas. PasalSO
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup
jelas. Pasal52
Cukup jelas.
Pasal53
Cukup jelas.
Pasal 54 ...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 18 -
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup
jelas. Ayat (2)
Cukup
jelas.
Ayat (3)
Cukup
jelas. Ayat (4)
Cukup
jelas. Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "ketentuan peraturan
perundang• undangan" antara lain berupa
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang ketenagakerjaan dan keimigrasian.
PasalSS
Cukup
jelas. Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal57
Cukup
jelas. Pasal58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
...
PRE SID EN
REPUBLIK
INDONESIA
- 19 -
Pasal 60
Cukup
jelas. Pasal61
Praktik Tenaga Kesehatan dilaksanakan dengan
kesepakatan
berdasarkan hubungan kepercayaan antara Tenaga
Kesehatan
dan Penerima Pelayanan Kesehatan dalam bentuk
upaya
maksimal ( inspanningsverbintenis) pemeliharaan
kesehatan,
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
Standar
Pelayanan Profesi, Standar Profesi, Standar
Prosedur
Operasional, dan kebutuhan kesehatan Penerima
Pelayanan
Kesehatan.
Pasal 62
Ayat ( 1)
Yang dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan
Kornpetensi" adalah kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan secara mandiri sesuai
dengan lingkup dan tingkat kompetensinya, antara
lain:
a. apoteker memiliki kewenangan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian;
b. perawat memiliki untuk
kewenangan asuhan melakukan
keperawatan secara mandiri
dan
komprehensif serta tindakan kolaborasi
keperawatan dengan Tenaga Kesehatan lain sesuai
dengan kualifikasinya; atau
Ayat (2)
...
c. bidan memiliki kewenangan untuk
melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Ayat (2)
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 20 -
Ayat (2)
Cukup
jelas. Ayat (3)
Cukup
jelas. Pasal 63
Ayat (I)
Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" adalah
suatu kondisi tidak adanya Tenaga Kesehatan yang
memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan serta tidak
dimungkinkan untuk dirujuk.
Tenaga Kesehatan yang dapat memberikan
pelayanan di luar kewenangannya, antara lain
adalah:
a. perawat atau bidan yang memberikan pelayanan
kedokteran dan/ atau kefarmasian dalam
batas tertentu; atau
b. tenaga teknis kefarmasian yang
memberikan pelayanan kefarmasian yang menjadi
kewenangan apoteker dalam batas tertentu.
Ayat (2)
Cukup
jelas. Pasal64
Cukup jelas.
Pasal 65 ·
Ayat(l)
Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan dalam
ketentuan ini, antara lain adalah perawat, bidan,
penata anestesi, tenaga keterapian fisik, dan
keteknisian medis.
Ayat (2)
...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 21 -
Ayat (2)
Cukup
jelas. Ayat (3)
Cukup
jelas. Ayat (4)
Cukup
jelas.
Pasal66
Cukup jelas.
Pasal67
Cukup jelas.
Pasal68
Ayat(l)
Pada prinsipnya yang berhak memberikan
persetujuan adalah penenma pelayanan
kesehatan yang bersangkutan. Apabila
penerima pelayanan kesehatan tidak kompeten
atau berada di bawah pengampuan (under
curatele), persetujuan atau penolakan tindakan
pelayanan kesehatan dapat diberikan oleh
keluarga terdekat, antara lain suami/istri,
ayah/ibu kandung, anak kandung, atau
saudara kandung yang telah dewasa.
Dalam keadaan gawat darurat, untuk
menyelamatkan nyawa Penerima Pelayanan
Kesehatan, tidak diperlukan persetujuan.
Namun, setelah Penerima Pelayanan Kesehatan
sadar atau dalam kondisi yang sudah
memungkinkan segera diberi penjelasan.
Dalam hal Penerima Pelayanan Kesehatan adalah
anak• anak atau orang yang tidak sadar,
penjelasan diberikan kepada keluarganya atau
yang mengantar.
Apabila ...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 22 -
Pasal69
Ayat ( 1)
Cukup
jelas. Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "program Pernerintah" adalah
program yang merupakan keharusan untuk
dilaksanakan, antara lain imunisasi dan upaya
lain dalam rangka pengendalian penyakit menular,
serta penanganan bencana, termasuk wabah dan
kejadian luar biasa serta kegiatan surveilans.
Ayat (3)
Cukup
jelas.
Pasal 70
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 23 -
Pasal 70
Cukup
jelas. Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup
jelas. Pasal 73
Cukup jelas ..
Pasal 74
Cukup
jelas. Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup
jelas. Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup
jelas. Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
...
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
- 24
-
Pasal81
Cukup
jelas. Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal83
Cukup
jelas. Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal85
Cukup
jelas. Pasal86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup
jelas. Pasal88
Cukup jelas.
Pasal89
Cukup
jelas. Pasal90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cuku p j elas.
Pasal 92 ...
PRESIDEN
REPUBLIK
INDONESIA
- 25 -
Pasal 92
Cukup
jelas. Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup
jelas. Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.