DISUSUN OLEH:
SRI YUNIATI, S.Psi.
IKA PRASETYARINI, S.Si.
SILVI PRESTIAWATI G., S.Si.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan pembahasaan makalah ini adalah :
1. Awal munculnya dinasti Bani Umayyah dan Abbasiyah
2. Sistem pergantian Kholifah
3. Prestasi yang dicapai
4. Sebab kemunduran
C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan agar :
1. Mengetahui Awal munculnya dinasti Bani Umayyah dan Abbasiyah
2. Mengetahui Sistem pergantian Kholifah
3. Mengetahui Prestasi yang dicapai
4. Mengetahui Sebab kemunduran
BAB II
PEMBAHASAN
b) Bidang Immaterial
1. Mendirikan pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang akhirnya memunculkan
nama- nama besar seperti Hasan al-Basri, Ibn Shihabal-Zuhri dan Washil bin Atha.
Bidang yang menjadi perhatian adalah tafsir, hadits, fikih, dan kalam.
2. Penyair-penyair Arab baru bermunculan setelah perhatian mereka terhadap syair Arab
Jahiliyah dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Ibn AbiRabiah (w. 719 m.), Jamil al-
Udhri (w. 701 M.), Qays Ibn al-Mulawwah (w. 699 M.) yang lebih dikenal dengan nama
Majnun Laila, al-Farazdaq (w 732M.), Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal (w. 710 M.).
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sastra-Seni
Waktu dinasti ini telah mulai dirintis jalan ilmu naqli ; berupa filsafat dan eksakta. Dan
ilmu pengetahun berkembang dalam tiga bidang, yaitu bidang diniyah, tarikh, dan filsafat.
Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan selama pemerintahan dinasti Umayah,
antara lain kota Kairawan, Kordoba, Granda dan lain sebagainya. Sehingga secara perlahan
ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu : pertama, Al-Adaabul Hadits (ilmu-
ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumul Islamiyah (ilmu al-Qur’an, Hadist, Fiqh, al-Ulumul
Lisaniyah, At-Tarikh dan al-Jughrafi), Al-Ulumul Dkhiliyah (ilmu yang diperlukan untuk
kemajuan Islam), yang meliputi : ilmu thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya yang
disalin dari Persia dan Romawi. Kedua : Al-Adaabul Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang
telah ada pasa zaman Jahiliyah dan ilmu di zaman khalifah yang empat, seperti ilmu lughah,
syair, khitabah dan amtsal.
Pada masa ini pula sudah mulai dirancang tentang undang-undang yang bersumber dari
al-Qur’an, sehingga menuntut masyarakat mempelajari tentang tafsir al-Qur’an. Salah
seorang ahli tafsir pertama dan termashur pada masa tersebut adalah Ibnu Abbas. Pada waktu
itu beliau telah menafsirkan al-Qur’an dengan riwayat dan isnad, kemudian kesulitan-
kesulitan dalam mengartikan al-Qur’an dicari dalam al-hadist, yang pada gilirannya
melahirkan ilmu hadist. Dan akhirnya kitab tentang ilmu hadist sudah mulai dikarang oleh
para ulama muslim. Beberapa ulama hadist yang terkenal pada masa itu, antara lain : Abu
Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidilah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri, Ibnu Abi
Malikah (Abdullah bin Abi Malikah at-Tayammami al-Makky, Al-Auza’i Abdurrahman bin
Amr, Hasan Basri as-Sya’bi. Dalambidanghadistini, Umar bin Abd Aziz
secarakhususmemerintahkanIbnSyihabaz-Zuhriuntukmengumpulkanhadist. Oeh karena itu,
Ibnu Syihab telah dianggap sanat berjasa dalam menyebarkan hadist hingga menembus
berbagai zaman. Sejak saat itulah perkembangan kitab-kitab hadist mulai dilakukan.
4. Gerakan Penerjemahan dan Arabisasi
Gerakan penerjemahan ke dalam bahasa Arab (Arabisasi buku), juga dilakukan,
terutama pada masa khalifah Marwan. Pada saat itu, ia memerintahkan penerjemahan sebuah
buku kedokteran karya Aaron, seorang dokter dari iskandariyah, ke dalam bahasa Siriani,
kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Arab. Demikian pula, Khalifah
memerintahkan menerjemahkan buku dongeng dalam bahasa sansakerta yang dikenal
dengan Kalilah wa Dimnah, karya Bidpai. Buku ini diterjemahkan oleh Abdullah ibnu Al-
Muqaffa. Ia juga telah banyak menerjemahkan banyak buku lain, seperti filsafat dan logika,
termasuk karya Aristoteles :Categoris, Hermeneutica, Analityca Posterior serta karya
Porphyrius :Isagoge.
B. DINASTI ABBASIYAH
a. Asal-usul Dinasti Bani Abbasiyah
Khilafah Bani Abbasyiyah adalah penerus tongkat estafet perjuangan Islam dari
khilafah bani Umayyah yang berhasil mereka gulingkan pada tahun 750 M. Akar munculnya
khilafah ini dimulai dari tindakan propaganda Abbasiyah yang dimotori oleh Ibrahim (orang
Bani Abbas/saudara Saffah) yang mendapat dukungan dari pemuka khurasan bernama Abu
Muslim. Ditambah lagi kekuatan oposisi yang semakin solid serta pemegang kursi
pemerintahan bani Umayyah semakin melemah. Dari tindakan propaganda ini akhirnya
memunculkan perselisihan seru antara bani Umayyah dan bani Abbasiyah yang diakhiri
dengan jatuhnya kekuasaan Bani Umayyah.
Dinasti Abbasiyah muncul juga tidak bisa dilepaskan dari bantuan orang-orang Persia
yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam sosial, politik dan administrasi. Orang-
orang Persia percaya kepada hak agung raja-raja (yang berasal dari Tuhan). Kekhalifahan
menurut mereka merupakan kekuasaan dari Allah. Hal ini nampak jelas dalam ucapan al-
Manshur yang menyatakan:“InnamaaAnaaSulthaanullahfiiArdlihii” (sesungguhnya saya
adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya). Dengan demikian, konsep khilafah dalam
pandangannya merupakan mandat langsung dari Allah bukan dari rakyat. Sistem
kekhalifahan semacam ini sangat berbeda dengan sistem kekhalifahan pada
masa KhulafaurRasyidundimanakekhalifahan mereka berasal dari rakyat.
Dinamakan khilafahAbbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah dari
keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad S.A.W.
Dalam perkembangannya, di bawah khalifah Saffah, ibu kota negara berada di kota
Anbar dekat kufah dengan istana yang diberi nama al-Hasyimiyah. Namun demi menjaga
stabilitas negara yang baru berdiri itu akhirnya pada tahun 762 M al-Manshur memindahkan
ibu kota negara ke Baghdad dengan istana al-Hasyimiyah II. Dengan demikian, pusat
pemerintahan daulah Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.
Diantara langkah-langkah yang diambil al-Manshur dalam menertibkan
pemerintahannya antara lain :
1. Mengangkat pejabat di lembaga ekskutif dan yudikatif.
2. Mengangkat wazir (menteri) sebagai koordinator departemen. Dan wazir pertama yang
diangkatnya adalah Khalid ibnBarmak berasal dari kota Balkh Persia
3. Mengangkat sekretaris negara dan kepolisian negara dan membenahi angkatan bersenjata
4. Memaksimalkan peranan kantor pos. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan
tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
5. Berdamai dengan kaisar Constantine V, dan selama gencatan senjata, Bizantium
membayar upeti tahunan.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan oleh Shaffah dan al-
Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada beberapa khalifah sesudahnya.
Popularitas daulah Abbasiyah mencapai klimaks kesuksesan adalah pada masa pemerintahan
khalifah Harun al-Rasyid dan puteranyaal-Ma’mun.
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan
politik yang ada, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi
lima periode dengan karakteristik yang berbeda-beda pula :
1. Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
pertama
2. Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama
3. Periode ketiga, (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode keempat, (447 H/1055 M – 590 H/1194 M) masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua.
5. Periode kelima, (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.