Askep Syndrom Down
Askep Syndrom Down
TENTANG
SINDROM DOWN
DOSEN PEMBIMBING
Ns.Sri Atinawati S.kep
Di susun oleh:
Syandora Putra
Ilham tri novialqi
Nini rotalia
A. Latar Belakang
Sindrom down merupakan kelainan kromosom
autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia. Angka kejadian pada tahun 1994 mencapai
1.0 - 1.2 per 1000 kelahiran dan pada 20 tahun
yang laludilaporkan 1,6 per 1000 kelahiran.
Kebanyakan anak dengan sindrom down dilahirkan oleh wanita yang berusia datas 35
tahun. Sindrom down dapat terjadi pada semua ras. Dikatakan angka kejadian pada orang kulit
putih lebih tinggi dari orang hitam (Soetjiningsih). Sumber lain mengatakan bahwa angka
kejadian 1,5 per 1000 kelahiran, ditemukan pada semua suku dan ras, terdapat pada penderita
retardasi mental sekitar 10 %, secara statistik lebih banyak di lahirkan oleh ibu yang berusia
lebih dari 30 tahun, prematur dan pada ibu yang usianya terlalu muda (Staf pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI)
B. Tujuan
Diharapkan mahasiswa memahami dan mengerti tentang ciri-ciri penyakit ini,
selain itu mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan anak dengan down sindrom.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6. Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali hanya
memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya. Tapak tangan ada hanya satu lipatan
5. Komplikasi
6. Prognosis
Sebanyak 44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68
tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang
mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukemia pada syndrom down
adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan
harapan hidup setelah umur 44 tahun (William,2002).
7. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan sindrom down, ada
beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
» Pemeriksaan fisik penderita
» Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau 46
autosom +XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom
dengan aturan XY bagi jantan, tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21
dengan bentuk trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22).
Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom
5-15%)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemukan
metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.Pada tahap
perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami
kemunduran dari sistim tubuhnya.Dengan demikian penderita harus mendapatkan support
maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang
sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik
fisik maupun mentalnya.
Hal yang dapat dilakukan antara lain :
a. Penanganan Secara Medis
1) Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada
jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan
pada jantung tersebut.
2) Pemeriksaan Dini
» Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan
pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
» Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh
dokter ahli mata
3) Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan mengalami gangguan
pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada
masa sekolah dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
4)Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan tulang yan dianggap sangat
mengganggu atau mengancam jiwa (spinaservikalis).
b. Pendidikan
1) Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah membuat desain
bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak down's
syndrome. Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu
harus disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan
mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja.
2) Taman bermain atau taman kanak
– kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang berkumpul dan bermain
bersama (outdoor) seperti :
a) Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan penyendiri.
b) Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk bermain
bersama hewan dan tanaman
3) Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang dipakai sebagai
pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan bagi anak
dengan sindrom down. Akan mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus
untuk motorik halus dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa.
Dengan demikian diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar
makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk perkembangan fisik dan
mental.
9. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk
penyakit sindrom down antara lain :
a). Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui
amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari
3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome
atau mereka yang hamil di atas usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau
perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down
syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down Syndrome
merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosm
21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
b. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat
menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau Homologous
recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu saat gen 21 yang bertanggung
jawab terhadap munculnya fenotip sindrom down dapat di non aktifkan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Lakukan pengkajian Fisik
b) Lakukan pengkajian perkembangan
c) Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau anak lain
mengalami keadaan serupa
d) Observasi adanya manifestasi Sindrom Down:
1) Karakeristik Fisik (Paling sering terlihat)
Pada saat lahir terdapat kelemahan otot dan hipotonia
Kepala pendek (brachycephaly)
Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata miring ke atas
dan keluar)
Hidung kecil dengan batang hidung tertekan kebawah (hidung sadel)
Lidah menjulur kadang berfisura
Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar)
Palatum berlengkung tinggi
Leher pendek tebal
Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus)
Sendi hiperfleksibel dan lemas
Tangan dan kaki lebar, pandek tumpul.
Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan)
2) Intelegensia
a) Bervariasi dan retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
b) Umumnya dalam rentang ringa sampai sedang
c) Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif
3) Anomaly congenital (peningkatan insiden)
a) Penyakit jantung congenital (paling umum)
b) Defek lain meliputi: Agenesis renal, atresia duodenum, penyakit hiscprung,
fistula esophagus, subluksasi pinggul. Ketidakstabilan vertebra servikal pertama
dan kedua (ketidakstabilan atlantoaksial)
3. Rencana Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi
pernapasan
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti infeksi pernafasan
Intervensi:
a) Ajarkan keluarga tentang teknik mencuci tangan yang baik.
Rasional: Untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infektif
b) Tekankan pentingya mengganti posisi anak dengan sering, terutama penggunaan postur
duduk
Rasional: Untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru
c) Dorong penggunaan vaporizer uap dingin
Rasional: Untuk mencegah krusta sekresi dan mengeringnya membrane mukosa
4) Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi terpenuhi
Intervensi:
a) Motivasi orang tua agar member kesempatan anak untuk bermain dengan teman
sebaya agar anak mudah bersosialisasi
Rasional: Pertukem anak tidak semaikin terhambat
b) Beri keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi
Rasional: Kemampuan berekspresi diharapkan dapat menggali potensi anak
4. Evaluasi
1) Diagnosa 1
Anak tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi atau distress pernafasan
2) Diagnosa 2
a) Bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah adekuat yang sesuai dengan usia dan
ukurannya
b) Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makanan
c) Bayi bertambah berat badannya sesuai dengan tabel perkembangan
d) Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis
3) Diagnosa 3
a) Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan berolahraga
b) Anak tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktivitas fisik
4) Diagnosa 4
Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin
hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder
5) Diagnosa 5
a) Keluarga mengetahui tentu perawatan pada anak dengan Sindrome Down
b) Keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MALNUTRISI
1. Pengkajian.
A. Indentitas Klien
Nama : An. M
Usia : 10 bln
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Bungo
No RM :114475
Tgl MRS : 10-1-2015
F. Pola eliminasi.
H. Genogram.
Keterangan :
= perempuan
= Laki - laki
= Ibu
= Ayah
= Anak pertama
= Anak kedua
= klien
= tinggal dalam satu rumah
I. Pemeriksaan Fisik.
1. Keadaan umum : Berat pada bayi pada umumnya kurang dari normal
2. Kepala dan leher : Kepala pendek (brachycephaly) dan leher pendek tebal
3. Dada :_
DO :
- TTV:
S= 37,5 C
RR=50 x/i
N= 120 x/i
- klien kelihatan lemas
- Klien tampak pucat
2 DS : kesulitan pemberian Perubahan nutrisi
- ibu klien mengatakan klien
makanan karena lidah kurang dari kebutuhan
tidak nafsu makan
yang menjulur dan
- Ibu klien mengatakan klien
palatum yang tinggi.
mual dan muntah
- Ibu klien mengatakan berat
badan klien menurun
DO :
- klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Distensi abdomen
DO:
- klien tampak kesulitan
menggerakan tangan dan
kakinya
- klien tampak lemas
- ekstremitas klien tampak
memar
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi
pernapasan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
3. Risiko tinggi cedera hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
EVALUASI
Diagnosa Evaluasi
1. Risiko tinggi infeksi b/d S : -Ibu klien mengatakan tidak ada infeksi pernafasn
hipotonia, peningkatan -Ibu klien mengatakan klien tenang
2. Perubahan nutrisi kurang dari S : -Ibu klien mengatakan nafsu makan klien kembali
kebutuhan berhubungan dengan membaik
P : Intervensi dihentikan
3. Risiko tinggi cedera S : -Ibu klien mengatakan klien tidak sulit lagi
hiperekstensibilitas sendi, menggerakan tangan dan kakinya
instabilitas atlantoaksial
O : - tangan dan kaki klien tidak memar lagi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik salinan
tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi
kromosom (wikipedia melayu). Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali
dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom
21 yang berlebihan (Soetjiningsih).
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35
tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi
kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.
B. Saran
Dalam melakukan perawatan pada anak dengan syndrome down, seorang perawat harus
mempu mengajak keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam
setiap kegiatan keperawatan. Hal ini ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada keluarga
karena setelah keluar dari rumah sakit maka keluargalah yang dituntut untuk bisa melakukan
perawatan home care.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatrik Edisi 4. Jakara: EGC
2.http://link.cd2000.net/cache/?s=http:// varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down- syndrom-
pada-anak/ diakses pada 04-02-2014: 21.00 WIB
3. http://h-bie2.blogspot.com/2009/02/blog- post.html. diakses pada 04-05-2010; 21.37 WIB