Anda di halaman 1dari 24

IX LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN

KERJA (K3L)
9.1 Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang


mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia secara langsung. Dengan
adanya perusahaan tambang pada lingkungan masyarakat yang terletak di
kecamatan karangnunggal, maka PT. BBB yang memiliki luas wilayah IUP 116
hektar harus memperhatikan lingkungan yang meliputi tanah, air, energi, mineral,
serta flora dan fauna yang berada dilingkungan tambang tersebut.

9.1.1 Pelaksanaan Pengolahan Lingkungan

Pengolahan lingkungan bertujuan untuk dapat mengelola lingkungan sekitar


yang diubah dari adanya kegiatan penambangan dan memberikan tanah
humus/tanaman yang dapat dipergunakan juga untuk reklamasi penambangan.

9.1.1.1 Penggunaan Lahan

Lahan merupakan tempat dimana beridirinya suatu bangunan, lahan terbagi


menjadi lahan terbangun dan lahan tak terbangun. Lahan terbangun terdiri dari
permukiman, industri, komersial, jalan, tanah public, dan tanah kosong.
perdagangan, jasa dan perkantoran. Sedangkan lahan tak terbangun terbagi
menjadi lahan takterbangun untuk aktivitas kota terdiri (kuburan, rekreasi,
transportasi, ruang terbuka) dan lahan tak terbangun non aktivitas kota (pertanian,
perkebunan, area perairan, produksi dan penambangan sumber daya alam).

1. Guna lahan Industri. Keberadaan industri tidak saja dapat memberikan


kesempatan kerja namun juga memberikan nilai tambah melalui landscape
dan bangunan yang megah yang ditampilkannya. Jenis industri yang harus
dihindari dari perumahan adalah industri pengolahan minyak, industri
kimia, pabrik baja dan industri pengolahan hasil tambang.
2. Guna lahan komersial. Fungsi komersial dapat dikombinasikan dengan
perumahan melalui percampuran secara vertikal. Guna lahan komersial yang
harus dihindari dari perumahan adalah perdagangan grosir dan perusahaan
besar.

1
3. Guna lahan publik maupun semi public. Guna lahan ini meliputi guna lahan
untuk pemadam kebakaran, tempat ibadah, sekolah, area rekreasi, kuburan,
rumah sakit, terminal dan lain-lain.

9.1.1.2 Teknik dan Metode Pengelolaan Lingkungan

1. Pengelolaan Air Limpasan

Pengelolaan air limpasan bertujuan untuk mengotrol air limpasan dari area
penambangan. PT. BBB mengalirkan semua air ke kolam pengendapan untuk
kemudian akan dinetralisirkan. Adapun system pengelolaan air limpasan PT. BBB
sebagai berikut:

 Sistem Penirisan (Drainase)


Drainase merupakan pengaliran air ke kolam pengendapan yang secara
alami dan tidak melalui hasil pemompaan sehingga air buangan/limbah dari
tambang tidak mencemari lingkungan. Pola drainase di area pertambangan
PT.BBB dibuat sebagai berikut:
 Dibuat saluran disekitar tambang dan pengalihan arah aliran air hujan
yang menuju area pertambangan.
 Aliran dari area penambangan disalurkan melalui parit – parit dan
tanggul menuju kolam pengendapan.
 Kolam Pengendapan (Settling Pond)
Kolam pengendapan adalah suatu tempat atau wadah buatan untuk
mengendapkan air dan menampung air yang bertujuan memisahkan antara
air dan material, dan menetralkan air sebelum menuju badan sungai. Aliran
air (run off) dari daerah tambang dialirkan menuju kolam-kolam
pengendapan yang terletak diluar area penambangan melalui saluran
drainase yang ada disekitar tambang. Kolam pengendapan dibuat dengan
luas 27m, sedalam 2 meter. Pada PT. BBB dibuat dengan tujuan untuk
menangani air dari area penambangan dan pengolahan, telah disiapkan tiga
kolam pengendapan.

2. Pengendalian Kualitas Udara

Pengendalian debu dilakukan secara berkala dengan melakukan penyiraman


pada tepat-tempat yang berpotensi menghasilkan debu, baik dari hasil proses

2
penambangan, pengolahan, pemuatan maupun proses pengangkutan bentoite.
Pada lokasi tambang, penyiraman dilakukan dengan menggunakan mobil tangki
bekerjasama dengan kontraktor swasta di sekitar wilayah pertambangan. Adapun
perencanaan pengendalian penanganan debu pada PT. BBB adalah sebagai
berikut:

 Penyiraman jalan tambang secara berkala


Kegiatan tersebut tidak memiliki dampak yang signifikan bagi penduduk,
karena letak pemukiman jauh dari aktivitas tersebut. Sedangkan pada
kegiatan mobilisasi peralatan dampak debu hanya berlangsung dalam waktu
yang tidak terlalu lama, sehingga kadar debu akan normal kembali dan
berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan.

9.1.1.3 Perlindungan Flora dan Fauna

Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak
diburu untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat
hidupnya dirusak manusia misalnya unntuk dijadikan lahan pertanian, perumahan,
industri, dan sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat terbatas tersebut
dinyatakan sebagai flora dan fauna langka. Untuk mencegah semakin punahnya
flora dan fauna ini maka dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :

 Provinsi Jawa Barat menetapkan bahwa pohon Gandaria (Bouea


macrophylla Griffith) sebagai flora yang sangat penting bagi prpovinsi jawa
barat sedangkan fauna yan penting untuk dilestarikan yaitu surili (Presbytis
mitrata)
 Dari jenis flora dan fauna, PT. BBB bekerjasama dengan pemerintah utuk
mebuat suatu lokasi konservasi (cagar alam) tempat perlindungan bagi flora
dan fauna agar perkembang biakannya tidak terganggu. Kegiatan konservasi
dilakukan khusus untuk menagani atau memeberi tempat perlindungan bagi
flora dan fauna agar tetap bertahan hidup sebagai suaka margasatwa bagi
fauna.

3
Gambar 9.1 Pohon Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)

Gambar 9.2 Surili (Presbytis mitrata)

9.1.1.4 Pengolahan Limbah

PT. BBB mengolah limbah sisa-sisa atau bekas pemakain dari bengkel.
Maka sangat penting untuk melakukan penanganan agar tidak tercemar
kelingkunagan perusahaan. Limbah pada umumnya terbagi menjadi dua bagian

4
besar yaitu limbah padat dan limbah cair. Demikian juga pada PT. BBB limbah
dipisahkan dengan jenisnya masing-masing.

 Limbah Padat
Limbah padat merupakan semua sisa-sisa barang yang sudah tidak dapat
digunakan lagi untuk saat ini sehingga harus dibuang. Jenis barang atau
limbah padat dari bengkel dan area perumahan perusahaan. Untuk
menangani limbah padat maka perlu menyiapkan suatu tempat untuk
menyimpan atau menapung barang atau jenis limbah padat tersebut, lokasi
tersebut bersifat sementara dan selajutnya akan di buang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
 Limbah Cair
Limbah cair merupakan semua bahan berupa minyak, oli, dan pelumas, dan
air yang digunakan dibengekel atau pencucuian alat. Limbah cair ini
merupakan sisa-sisa pemakaian dari kegiatan-kegiatan tersebut. Untuk
menangani limbah cair tesebut maka pelu membuat suatu kolam atau tempat
khusus untuk menyimpan semua campuran cairan tersebut (minyak dan oli)
penyimpanan ini besifat sementara dan selajutnya akan di buang ke tempat
yang akan di olah.

9.1.1.5 Program Kemasyarakatan

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah komitmen


perusahaan atau dunia bisnis dalam memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, dan menitikberatkan pada perhatian
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Ardianto, 2011:34). Di Indonesia,
kewajiban dalam pelaksanaan CSR diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas serta dalam PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.

Untuk itu PT. BBB berkewajiban mebuat program kepada mayarakat di


kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat dengan
diagram sebagai berikut:

Corporate Social Responsibility (CSR) PT.BBB

5
Sekertaris
Bendahara

Bid.Gren Kesehatan Pendidikan Wirausaha


Village
Try Bunga Brian R.Maay Irvan B.
(Perekonomian Manurung S.T.,M.Eng Barapadang
Mandiri S.T.,M.Eng S.T.,M.Eng

Windy
Raharusun
S.T.,M.Eng

Gambar 9.3 Diagram Corporate Social Responsibility CSR

Untuk akomodasi pelaksanaan kegiatan CSR tersebut PT.BBB menyiapkan


dana utuk 1 kegiatan sebanyak Rp. 3.000,000 dengan total kegiatan yang ada
sebanyak 4 kegiatan maka total yang akan diakomodasikan untuk kegiatan CSR
tersebut sebanyak Rp. 15.000,000, Rp. 3.000,000 sebagai dana takterduga.

Pada gambar diagram diatas PT. BBB membuat empat bidang kegiatan
yang akan dilaksanakan satu kali, satu program dalam setahun yang meliputi Gren
Village (Perekonomian mandiri) meliputi, kampanye penghijauan melalui
tabungan pohon (konstribusi oksigen dunia), sosisalisasi pemanfaatan lahan tidak
terpakai, sosialisasi perilaku hemat dan kegiatan yang produktif. Kesehatan
kegiatan yang dilaksankan meliputi pengembangan makanan sehat dan organik
(pembagian makanan sehat, bubur kacang hijau), sosialisasi lingkungan dan
perilaku hidup sehat. Pendidikan meliputi peningktan modul-modul tematik dan
pelatihan, pengembangan media informasi lingkungan, lomba inovasi teknologi

6
hijau. Bidang wirausaha, pelatihan kewirausahaan (pelatihan pembuatan kue,
pelatihan kerajinan tangan dll).

9.1.2 Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan

Guna melaksanakan pemantauan lingkungan yang baik sesuai dengan tujuan


dan sasaran yang diharapkan, maka dapat dilihat landasan hukum kegiatan
pemantauan lingkungan sebagai berikut:

 Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup.
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian
Pencemaran Air.
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara dan/ atau Perusakan Laut.
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1999 Tentang AMDAL.
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

Manfaat pemantauan lingkungan dapat mengetahui keunggulan dan


kelemahan mekanisme kerja suatu sistem pengelolaan lingkungan, dapat
memonitor secara dini perubahan kualitas lingkungan, memperkecil resiko dan
potensi gugatan hukum dari pihak eksternal tehadap dampak kegiatan dan
kehandalan sistem pengelolaan lingkungan yang dijalankan, dapat menguji
ketepatan prediksi dampak kegiatan dan menyempurnakan rekomendasi mitigasi
dampak dari sistem pengelolaan lingkungan yang dijalakan menjadi alat bukti
dalam menilai ketaatan/ kepatuhan pemrakarsa/ penanggung jawab kegiatan
terhadap peraturan perundang-undang, dapat mendeteksi secara dini kerusakan/
gangguan pada sistem operasi dan dampaknya terhadap kualitas lingkungan,
meningkatkan citra baik perusahaan di kalangan pemerintah, konsumen, mitra
bisnis dan masyarakat.

9.1.2.1 Pemantauan Debu

Pemantauan atau pengendalian debu merupakan prioritas utama dalam


pengelolaan lingkungan kerja PT. BBB , debu dihasilkan dari operasi tambang

7
seperti, kegiatan pengolahan di jaw crusher, proses pemuatan material tambang
dengan alat berat dan belt conveyor. Pengendalian khusus bagi para kerja tambang
adalah masker debu umumnya juga wajib diberikan dilokasi tambang, Pihak PT.
BBB akan menyiapkan beberapa unit truck tangki air (water truck) yang memiliki
jadwal rutin penyiraman jalan sesuai dengan perintah kerja atau jadwal yang
sudah di tetapkan oleh pengawas lapangan.

9.1.2.2 Pemantauan Kebisingan

Area atau lokasi sumber kebisingan berada pada area pengolahan dimana
tempat berlangsungnya pengolahan bentonit pada jaw crusher . Untuk menangani
kebisingan tersebut PT. BBB meberikan penggunaan ear plug bagi pekerja di
sekitar tempat peremukan atau pengolahan.

9.1.2.3 Pemantauan Flora dan Fauna

Pemantauan flora dan fauna pada lokasi sumber dampak pengupasan dan
pengangkutan tanah pucuk, pengangkutan dan penggalian tanah penutup, dan
pembuatan jalan. Untuk luas wilayah yang habitatnya/ekosistemnya hilang maka
PT. BBB akan melakukan reklamasi dan vegetasi disetiap area tersebut.

9.1.2.4 Pemantauan Limbah

Limbah adalah bahan keluaran berbentuk benda padat, cair dan gas yang
dihasilkan dari suatu sistem proses produksi. Menurut jenisnya limbah
digolongkan kedalam beberapa kategori yaitu limbah organik, limbah anorganik,
limbah radioaktif. Pada umumnya limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat
menurunkan kualitas lingkungan. Jika kualitas lingkungan sudah sedemikian
buruk dapat mengancam kelangsungan hidup organisme. Oleh karena itu setiap
limbah yang akan di lepas ke alam bebas harus diolah terlebih dahulu. Untuk
menjaga kualitas lingkungan agar tetap berada dalam batas toleransi.

9.2 Rehabilitas Lahan

Rehabilitasi lahan merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan


kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara

8
optimal baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai
unsur perlindungan alam dan lingkungannya.

9.2.1 Penyiapan Lahan

Merupakan kegiatan pemilihan atau penentuan lahan, yang akan di lakukan


rehabilitas dan harus sudah bebas dari aktifitas tambang.

9.2.2 Pengelolan Lapisan Olah (top soil)

Kegiatan ini bertujuan untuk menghamparkan top soil dan mengembalikan


fungsi top soil untuk media tumbuh tanaman. Targetnya adalah luasan pengupasan
top soil dan volume top soil yang di pindahkan.

9.2.3 Revegetasi

Pada umumnya lahan bekas tambang mengandung kadar unsur hara yang
rendah. Revegetasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki
kondisi lahan pasca penambangan. Kegiatan ini meliputi penyamain atau
pembelian bibit dan penanaman. Persemain bertujuan untuk memproduksi benih/
bibit berkualitas yang siap ditanam. Dalam kegiatan revegetasi PT.BBB
menyiapkan bibit tanaman berupa kemiri, jenis ini merupakan tanaman yang
hidup ketika di tanam pada area bekas tambang. Selain itu kemiri pun memiliki
nilai ekonomis ketika sudah ada hasil/buah.

9.2.4 Pemeliharaan

Setelah revegetasi PT, BBB melakukan pemeliharaan terhadap tanaman


meliputi perawatan dan pemantauan tanaman yang telah ditanam. Kegiatan ini
dilakukan dengan melakukan penyilangan, membersikan lilitan, pemupukan
ulang, pengedalian hama dan penyakit tanaman serta pencegahan kebakaran.

9.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

9
Untuk menciptakan suatu tempat kerja yang aman dan sehat maka PT. BBB
patut memperhatikan setiap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) karyawan.
Mengingat bahwa kegiatan penambangan memiliki resiko kecelakaan kerja yang
cukup tinggi maka K3 juga merupakan salah satu aspek terpenting yang perlu di
perhitungkan dalam sebuah perusahaan pertambangan. Karena itu PT. BBB harus
menerapkan aspek K3 yang baik dan benar agar dengan melihat aspek K3
perusahaan yang baik, maka dapat di katakan resiko kecelakaan kerja kecil.

9.3.1 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara umum tingkat pengetahuan pekerja tentang kegunaan alat pelindung


diri keselamatan dan kesehatan kerja (K3) cukup tinggi, namun yang selalu
mempergunakan hanya sebagian kecil. Oleh sebab itu untuk mencegah tingginya
resiko kecelakaan kerja maka PT.BBB membuat visi, misi dan skema
keselamatan kerja sebagai berikut:

Tabel 9.1 Visi dan Misi K3


Komponen Catatan
Menjadi Perusahaan yang menciptakan budaya keselamatan
VISI dan kesehatan kerja yang baik tanpa adanya resiko kematian
 Mewujudkan kondisi tempat kerja yang aman dan sehat.
 Menerapkan sistem manajemen K3 yang benar kepada

MISI karyawan
 Mencegah kematian dengan menerapkan praktek K3
terbaik
 Nol kecelakaan, kematian
TARGET  Kurangi kecelakaan potensi kematian
 Tempat kerja yang sehat

KESELEMATAN KERJA 1. Melaksanakan pekerjaan


dengan AMDAL tanpa
harus terjadinya
CELAKA

USAHA
1. Membuat suasana di
lingkungan kerja menjadi:
Aman
Nyaman
Bebas dari bahaya resiko
10 kecelakaan
2. Alat-alat produksi tidak
SEHINGGA1. Karyawan yang
TERCAPAI HASIL
RUSAK (peralatan)
bekerja tidak
TUJUAN MENCEGAH CELAKA (Manusia)
YANG MENGUNTUNGKAN
Gambar 9.3 Skema Tujuan Keselamatan Kerja

9.3.2 Standar Operasional Prosedur (SOP)

SOP atau standar operasional prosedur merupakan dokumen petunjuk


pelaksanaan suatu kegiatan atau pekerjaan agar mencapai hasil yang optimal. SOP
dibuat untuk menertibkan dan menstandarisasi suatu kegiatan atau proses
pekerjaan.

Pada umumnya, SOP berisi informasi tentang jenis kegiatan, tujuan,


manfaat, waktu pelaksanaan, hingga langkah-langkah kerja yang harus dilakukan.
Dengan adanya SOP, sebuah kegiatan atau pekerjaan dalam berjalan lebih efektif,
efisien, dan terstandarisasi. Pembuatan sop memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menstandarisasi hasil pekerjaan.
2. Mencapai hasil pekerjaan yang efektif dan efisien.

3. Sebagai pedoman kerja seluruh karyawan, termasuk pekerja dan atasan.

4. Dapat digunakan sebagai parameter penilaian mutu.

5. Mengurangi risiko terjadinya kegagalan suatu pekerjaan.

11
6. Untuk mendeskripsikan alur, tugas, dan wewenang masing-masing pihak
terhadap pekerjaan.

7. Sebagai dokumen acuan jika terjadi kesalahan atau malpraktik.

8. Dapat digunakan sebagai bahan pelatihan pegawai baru.

Manajemen K3 memiliki target dan sasaran berupa tercapainya suatu kinerja


K3 yang optimal dan terwujudnya “ZERO ACCIDENT” dalam kegiatan proses
produksi. Berikut merupakan prosedur pelaksanaan K3:

1. Pembinaan
2. Investigasi Kecelakaan
3. Pengelolaan Kesehatan Kerja
4. Prosedur Gawat Darurat
5. Pelaksanaan Gernas K3

PT. BBB memiliki 4 devisi yang terdiri dari devisi penambangan dan
pengolahan, divisi maintenance, divisi K3 dan lingkungan serta divisi humas.
Berikut merupakan sop divisi penambangan dan pengolahan serta divisi K3.

1. Divisi Penambangan
a. Wajib menggunakan APD
b. Merancang desain pit
c. Merancang desain bench
d. Merancang target produksi pertahun,bulan dan hari
e. Merancang desain akhir tambang
f. Merancangkan desaian saluran terbuka,dan kolam pengendapan
g. Menentukan jumlah tenaga kerja berdasarkan divisi-divisi
padaperusahaan
h. Menentukan jumlah alat berdasarkan target produksi
i. Pengambilan dat-data harus sesuai dengan data yang dibutuhkan
j. Kemajuan tambang harus sesuai dengan peta kemajuan yang dibuat
k. faktor lereng harus selalu diperhatikan.
l. Merencanakan curah hujan maksimum

Divisi Pengolahan

a. Pengecekan alat penambangan dan pastikan alat dalam keadaan


aman
b. Operator wajib memanaskan alat selama 10 menit

12
c. Pada saat bekerja operator dan karyawan wajib menggunakan
APD yang disediakan leh perusahaan.
d. Pada saat alat bekerja operator harus memantau alat jika ada
kerusakan pada alat segera melaporkan kepada teknisi mesin.
e. Pemuatan bentonite menggunakan backhoe
f. Pengangkutan bentonite menggunakan dump truck
g. Setiap karyawan wajib mengembalikan APD pada tempatnya saat
selesai bekerja
h. Penggunaan alat harus sesuai dengan fungsinya
i. Pastikan pada saat selesai pengolahan alat-alat sudah dimatikan
j. Tidak diperkenankan karyawan sakit unuk bekerja
k. Ukuran pengolahan harus sesuai dengan ukuran yang ditetapkan
perusahaan
2. Divisi K3 dan Lingkungan
a. Setiap karyawan wajib menggunkan APD yang disediakan oleh
perusahaan
b. Setiap karyawan yang dalam kondisi sakit tidak di perkenankan
untuk bekerja.

MANAGEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

External & Internal Komite K3

Kepala Teknik
Tambang

Pengawas Pengawas
Teknis Operasiona
l
Manegger K3
Program K3

No Yes
Zero Accident

13
Gambar 9.4 Managemen Keselamatan Pertambangan

9.3.3 Pedoman Peraturan K3 Tambang

1. Ruang Lingkup K3 Pertambangan : Wilayah KP/KK/PKP2B/SIPD Tahap


Eksplorasi/Eksploitasi/Kontruksi UU No. 11 Tahun 1967
2. UU No. 01 Tahun 1970
3. UU No. 23 Tahun 1992
4. PP No. 19 Tahun 1970
5. Kepmen Naker No. 245/MEN/1990
6. Kepmen Naker No. 463/MEN/1993
7. Kepmen Naker No. 05/MEN/1996
8. Kepmen PE. No.2555 K/26/MPE/1994
9. Kepmen PE No. 555 K/26/MPE/1995
10. Kepmen Kesehatan No. 260/MEN/KES/1998
11. Kepmen ESDM No. 1453 K/29/MEM/2000

9.3.4 Sistem Manejeman K3 di Pertambangan

Manajemen Resiko Pertambangan merupakan suatu proses interaksi yang


digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,
dan menanggulangi bahaya ditempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti
kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang
ekstrem,dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan
secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman
bahaya di tempat kerja.

Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada Perusahaan Pertambangan


adalah sebagai berikut pada PT. BBB dilihat dari kegiatan penambangan dan
pengolahan.

 Penambangan
 Safety induction
Memeberikan perkenanalan kepada setiap karyawan yang baru.
Tenatang penyebab kecelakan pada kegeiatan penambangan.
 Pembongkaran/ penggalian, pemuatan dan pengangkutan.
Merupakan kegaitan yang di lakukan setiap hari kerja, maka efisiensi
alat/kerja alat perlu di lihat/perbaiki. Begtu pula dengan para operator
pada setiap alat berat.

14
 Kebakaran
Kebakaran pada area tambang perlu di cegah dengan menyiapkan alat
pemadam kebakaran pada setiap alat dan area khusus di tambang.
Kebakarn ini terjadi akibat panas dan kurangnya pengontrolan para
petuagas k3.
 Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan
yang terjadi didalam tambang, serta kondisi tanah yang rentan
mengalami longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya
pengaturan pembuatan terowongan untuk tambang.

 Pengolahan
 Safety induction
 Memeberikan perkenanalan kepada setiap karyawan yang baru.
Tentang penyebab kecelakan pada kegeiatan pengolahan.
 Kebakaran pada tempat pengolahaan
Kebakaran pada area pengolahan perlu di cegah dengan menyiapkan
alat pemadam kebakaran pada setiap alat dan area khusus di tambang.
Kebakarn ini terjadi akibat panas dan kurangnya pengontrolan para
petuagas k3.
 Aktifitas alat pengolahaan
Perlu ada tanda-tanda larangan/ sebagai pengingat bagi semua pekerja
di tempat pengolahan. Pengendalian resiko diperlukan untuk
mengamankan pekerja dari bahaya yang ada di tempat kerja sesuai
dengan persyaratan kerja Peran penilaian resiko dalam kegiatan
pengelolaan diterima dengan baik di banyak industri. Pendekatan ini
ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan resiko manajemen
resiko adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi resiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi
yang berpotensi menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-
kadang disebut ‘kejadian yang tidak diinginkan’)
2. Analisis resiko adalah menganalisis besarnya resiko yang mungkin
timbul dari peristiwa yang tidak diinginkan.
3. Pengendalian resiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk
mengurangi atau mengendalikan resiko yang tidak dapat diterima.
4. Menerapkan dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan
kontrol dan memastikan mereka efektif.

15
Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi
bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti
sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan
membuat Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah
analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa, tindakan
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai seberapa
besar tingkat resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau
pengendalian resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan
menyediakan alat deteksi, penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan
penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah
dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan
melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko. Secara umum
manfaat manajemen resiko pada perusahaan pertambangan adalah sebagai berikut:

 Meminimalkan kerugian yang lebih besar


 Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan
 Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan

Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada tambang bawah tanah,


terutama dalam bentuk ledakan gas perlu dilakukan tindakan pencegahan.
Tindakan pencegahan ledakan ini harus dilakukan oleh segenap pihak yang terkait
dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut. Beberapa hal yang perlu
dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan adalah :

 Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas:


 Gas-gas yang mudah terbakar/meledak
 Karakteristik gas
 Sumber pemicu kebakaran/ledakan
 Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain
 Pengontrolan sistem ventilasi tambang
 Pengaliran air
 air (sprinkling water)
 Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan
 Teknik pencegahan ledakan tambang
 Penyiraman air (water sprinkling)
 Penaburan debu batu (rock dusting)
 Pemakaian alat-alat pencegahan standar.

16
9.4 Peralatan

Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang akan disediakan di berbagai


lokasi kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan, pengolahan dan
penumpukan bentonite berguna untuk mengurangi dampak apabila terjadi
kecelakaan kerja dilingkungan tersebut.

Tabel 9.2 Alat Pelindung Diri (ADP) PT.BBB


No Nama Alat Peralatan Keselamatan dan Kegunaan
Kesehatan Kerja (K3)
Peralatan pelindung
kepala
Helm

1.

Pelindubg
2. Ear plug
Kebisingan
ear muff

Pelindung mata,
pelindung Muka

3. Kaca mata,
Kaca las

17
Sarung tangan Pelindung tangan
4.

Pelindung kaki
5. Sepatu safety

Pelindung diri agar


6. Jas hujan
tidak terkena
percikan air.

7. Masker
Penyaring udara
ketika dihirup

Tabel 9.3 Rambu-rambu PT.BBB

No Rambu Fungsi

18
1. Dilarang melintas

2. Dilarang menyalakan api

3. Dilarang memperbaiki
mesin saat masih
menyala

4. Jangan disentuh

5. Dilarang Merokok

Tabel 9.4 Simbol Warna


Warna keselamatan Fungsi
Merah Larangan & Pemadam Api
Kuning Perhatian/waspada & Potensi resiko bahaya
Hijau Zona aman & Pertolongan pertama
Biru Wajib ditaati

Tabel 9.5 Tabel Kata Bijak dan Kata Peringatan


Kata Bijak Kata Peringatan

INGAT ANAK &


ISTRI INGAT
SAFETY
19
9.5 Langkah Pelaksanaan K3

Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan keselamatan


dan kesehatan kerja (K3) pertambangan dapat dilihat pada tabel 9.3.

Tabel 9.3 Langkah-langkah Pelaksanaan K3


No Kegiatan Uraian
m. Implementasi peninjauan/pengecekan untuk
mengantisipasi kekurangan & kondisi yang
tidak aman
n. Melakukan tindakan pencegahan dengan
1. Patroli Keamana
pemberhentian dan peringatan jika terdapat hal-hal
yang bertentangan dengan peraturan K3
o. Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari
pelanggar peraturan
a. Cek kondisi dari alat pemadam api, buat inventaris
b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan dari gedung
e. Cek kondisi & penataan dari camp utama dan
2. Inspeksi
lokasi kerja
Keamanan
3. Diskusi Masalah a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja
b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan
Keselamatan
memonitor realisasi dari diskusi pagi

20
4. Kampanye a. Implementasi pengutamaan keselamatan
kerja pada setiap tingkat pekerjaan yang
Keselamatan
dilakukan dengan sistem pendekatan
pribadi, pemberian pelajaran dan slogan
yang diedarkan
b. Evaluasi kontes keselamatan
5. Pelindung a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri
b. Melengkapi kekurangan
Keamanan
c. Memonitor pemakaian
d. Cek dan lengkapi pelindungan keselamatan
pada alat-alat
e. Cek dan lengkapi rambu-rambu
6 Pemilihan Cek jenis peralatan
Operator
7. Laporan a. Laporan kecelakaan
b. Laporan bulanan
Keselamatan Kerja
c. Laporan pelatihan

9.6 Job Safety Analisys (JSA)

Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja dengan


menetapkan dan menyusun prosedur pekerjaan dan melatih semua pekerja untuk
menerapkan metode kerja yang efisien dan aman. Menyusun prosedur kerja yang
benar merupakan salah satu keuntungan dari menerapkan Job Safety Analysis
(JSA) yang meliputi mempelajari dan membuat laporan setiap langkah pekerjaan,
identifikasi bahaya pekerjaan yang sudah ada atau potensi (baik kesehatan
maupun keselamatan), dan menentukan jalan terbaik untuk mengurangi dan
mengeliminasi bahaya ini. Job Safety Analysis, adalah suatu proses identifikasi
bahaya dan resiko yang didasarkan pada tiap- tiap tahap dalam suatu proses
pekerjaan.

 Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan


yang berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius, sebelum terjadi
kecelakaan .
 Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya atau mengurangi tingkat
cedera
 Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.
Pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA), ini terdiri dari langkah- langkah
utama sebagai berikut :

21
 Memilih pekerjaan yang akan dianalisa
 Membagi pekerjaa, yaitu menguraikan urutan prosedur kerja
 Mengidentifikasi berbagai bahaya yang ada ditiap- tiap langkah pekerjaan,
serta mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang berpotensi untuk
terjadinya kecelakaan
 Memberikan rekomendasi pengendalian untuk menghindarkan terjadinya
kecelakaan yang telah diidentifikasi pada masing- masing langkah, atau
mengembangkan Solusi

Dapat dilihat pada gambar 9.4 untuk langkah-langkah penentuan


menejemen resiko.

LANGKAH-LANGKAH MANEJEM RESIKO

Mengidentifikasi dan Menaksirkan


Resiko

Memonitor Resiko Menetapkan Kebijakan

Melaksanakan Kebijakan dan


Mengatur Resiko

Memperkenalkan dan Menguji


Rencana Jika hal yang tidak
diinginkan

Gambar 9.4 Langkah-langkah Menejemen Resiko

22
Langkah awal dalam pelaksanaan manjemen resiko adalah Perencanaan
Program yang dinginkan, maka pelaksanaan program lingkungan kerja dan
keselamatan kerja di industri terdiri dari :
1. Pengenalan bahaya beresiko (Hazard regenition )
a. Idenfikasi bahaya (Hazard identification), dan
b. Menaksir resiko (Risk assessment)
2. Monitoring Resiko
a. Evaluasi bahaya (Hazard evaluation ) yaitu untuk , mengetahui besarya
tingkat pemaparan (exposure) yang diperkenankan
b. Mentukan tingkat keseringan, tingkat keparahan , dan Probabilitas dari
suatu resiko
3. Menetapkan kebijakan
4. Pengendalian Resiko (Risk control)

Setelah mengetahui besarnya resiko, yaitu menetapkan kebijakan, dan


melaksanakan kebijakan yaitu , dengan upaya pengendalihan resiko di tempat
kerja. Pengaplikasian Managemen Resiko di tempat kerja, yaitu dimulai dari , (i)
Analisa bahaya, (ii) Evaluasi resiko, dan (iii) Pengendalian resiko.

Pendekatan analisa bahaya di tempat kerja, yaitu dengan metode:

1. Cheklis atau daftar periksa


2. Job Hazard Analysis (JHA)
3. Safety Analysis (JSA)
4. Preliminary Hazards Analysis (PHA)
5. Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
6. Hazard Operability Study (HAZOP)

Tabel 9.4 Biaya Kecelekaan Kerja


Nilai Keselamatan Lingkungan/
No Deskrip Lingkung Reputasi
Untuk & Kesehatan Sosial
si an
Uang
1. Tidak <Rp. Tidak ada Polusi Tingkat Dilaporkan
penting 100rb luka ringan rendah dikoran
gangguan pinggiran
(bukan
dihalaman
utama)
2. Ringan RP.100rb- Luka ringan Kerusaka Gangguan Dilaporkan
Rp.1jt n ringan jangka dikoran

23
pendek pinggiran
3. Sedang Rp.1jt- Luka s/d Polutan Masalah Dilaporkan di
Rp10jt permanen yang social lebih Koran lokal
dikeluark panjang (bukan halaman
an cukup gangguan 1 utama dan atau
signifikan minggu penyelidikan
regional
4. Berat Rp10jt- Luka Meiliki Gangguan Dilaporkan di
RP100jt menyebabka dampak dan dampak TV lokasi dan
n cacat atau penting social sangat atau
fasilitas jangka serius penyelidikan
tunggal panjang deparetemen
5. Bencan >Rp100jt Multyple Bencana Kerusakan Dilaporkan di
a Fatality dampak tidak Tv
penting dapat,ditangg nasional(berita
pada ungi, utama)
lingkunga gangguan
n jangka operasi
panjang beberapa
bulan

24

Anda mungkin juga menyukai