Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

CIDERA KEPALA RINGAN DI RUANGAN SYARAF RSUD


ABDUL AZIZ SINGKAWANG 2020

DISUSUN OLEH

SYAHRONI I4051191008

TEGUH AYATULLAH I4051191009

TRI MUTIARA DAYANI I4051191010

ANNISA NUR MEDINAWATI I4051191039

ENGGAR SEPTHY ARSITHA I4051191040

NADA ELIZA NURLATIFAH I4051191041

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala Ringan Di
Ruang Syaraf RSUD Abdul Aziz Singkawang 2020”. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam rangkaian menyelesaikan tugas kelompok ini tidak akan
berjalan sesuai rencana apabila tidak didukung oleh semua pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ns. Sukarni, S. Kep., M. Kep. Selaku Dosen Koordinator Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah
2. Ns. Herman, S. Kep., M. Kep. Selaku dosen Pembimbing Akademik Profesi
Ners Keperawatan Medikal Bedah
3. Perawat yang bertugas di Ruang Mawar RSUD Abdul Aziz Singkawang yang
telah membantu dan membimbing kami dalam proses pembelajaran Profesi
Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
4. Rekan-rekan kelompok 10 gelombang ke-8 Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah yang telah membantu dan bekerja sama
sehingga proyek inovasi ini dapat selesai tepat waktu.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala
bantuan, dukungan semangat perhatian, dorongan, doa, kerjasama dan
masukan yang telah diberikan kepada kami.
Akhir kata, semoga proposal ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya dan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pontianak, Januari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008). Cedera kepala biasanya
diakibatkan salah satunya benturan atau kecelakaan. Sedangkan akibat dari
terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah kematian. Akibat trauma
kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik maupun psikologis,
asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala memegang peranan penting
terutama dalam pencegahan komplikasi. Komplikasi dari cedera kepala adalah
infeksi, perdarahan.
Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian
akibat trauma-trauma. Cedera kepala merupakan keadaan yang serius. Oleh
karena itu, diharapkan dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat
menekan morbiditas dan mortilitas penanganan yang tidak optimal dan
terlambatnya rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin
memburuk dan berkurangnya pemilihan fungsi (Tarwoto, 2007). Sedangkan
berdasarkan Mansjoer (2002), kualifikasi cedera kepala berdasarkan berat
ringannya, dibagi menjadi 3 yakni cedera kepala ringan, cedera kepala sedang
dan cedera kepala berat. Adapun penilaian klinis untuk menentukkan
klasifikasi klinis dan tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala
menggunakan metode skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale)
(Wahjoepramono, 2005). Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di
lapangan. Di dunia kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus dari jumlah di atas 10% penderita meninggal sebelum
tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita menderita berbagai tingkat
kecacatan akibat cedera kepala tersebut (Depkes, 2012).
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera
kepala, dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang
memerlukan perawatan di rumah sakit. Dua per tiga dari kasus ini berusia di
bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita. Lebih dari
setengah dari semua pasien cedera kepala berat mempunyai signifikasi
terhadap cedera bagian tubuh lainnya (Smeltzer, 2002). Oleh karena banyaknya
kasus cedera kepala tersebut, maka kelompok tertarik untuk mengetahui lebih
jauh tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan cidera kepala ringan di
bangsal syaraf RSUD Abdul Aziz Singkawang.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
yang akan dikaji lebih lanjut dalam studi kasus adalah “bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan cedera kepala ringan di RSUD Abdul Aziz
Singkawang”.
1.3 Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala ringan
di RSUD Abdul Aziz Singkawang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan cedera kepala ringan di
RSUD Abdul Aziz Singkawang.
b. Membuat analisa data pada pasien dengan cedera kepala ringan di RSUD
Abdul Aziz Singkawang.
c. Membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan cedera
kepala ringan di RSUD Abdul Aziz Singkawang.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan dengan
cedera kepala ringan di RSUD Abdul Aziz Singkawang.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala
ringan di RSUD Abdul Aziz Singkawang.
f. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dengan praktek di
lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat serta mampu
memberikan alternatif pemecahannya.
1.1 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Studi kasus ini dapat membantu memberikan informasi mengenai
asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan
cedera kepala ringan di RSUD Abdul Aziz Singkawang.
b. Bagi Instansi Kesehatan
Studi kasus ini dapat digunakan untuk penyebaran informasi terkait
asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan
cedera kepala ringan di RSUD Abdul Aziz Singkawang.
c. Bagi Tim Penulis
Sebagai aplikasi teori yang diperoleh selama pembelajaran serta
menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang berharga
yang dapat menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan data dasar
dalam penelitian selanjutnya terkait dengan kejadian cedera kepala
ringan pada usia muda dan dewasa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak
dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius diantara
penyakit neurologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan
jalan raya (Smeltzer & Bare 2010).
Resiko utama pasien yang mengalami cidera kepala adalah kerusakan otak
akibat atau pembekakan otak sebagai respons terhadap cidera dan menyebabkan
peningkatan tekanan inbakranial, berdasarkan standar asuhan keperawatan penyakit
bedah, cidera kepala sendiri didefinisikan dengan suatu gangguan traumatic dari
fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai pendarahan interslities dalam rubstansi
otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008).
Cedera kepala merupakan sebuah proses dimana terjadi cedera langsung
atau deselerasi terhadap kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan tengkorak dan
otak (Pierce dan Neil, 2014). Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari
fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi
otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008).

2.2 Etiologi
Menurut Tarwoto (2007), penyebab dari Cedera Kepala adalah :
a. Kecelakaan lalu lintas.
b. Terjatuh
c. Pukulan atau trauma tumpul pada kepala.
d. Olah raga
e. Benturan langsung pada kepala
f. Kecelakaan industri.

Menurut Hickey (2012) penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera


primer yaitu cedera yang terjadi akibat benturan langsung maupun tidak langsung,
dan cedera sekunder yaitu cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson
meluas, hipertensi 6 intrakranial, hipoksia, hiperkapnea / hipotensi sistemik. Cedera
sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang
timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan,
edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan
intrakranial dan perubahan neurokimiawi (Hickey, 2012).

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi Cedera Kepala antara lain Nurarif & Huda (2015):

Kategori Penentuan Keparahan Cedera Kepala berdasarkan Nilai


Penentuan Deskripsi
Keparahan
Minor/ Ringan GCS 13 – 15
Sadar penuh, membuka mata bila dipanggil. Dapat terjadi
kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit dan
disorientasi. Tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusia
cerebral, hematoma.
Sedang GCS 9 – 12
Kehilangan kesadaran, namun masih menuruti perintah yang
sederhana atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.
Dapat mengalami fraktur tengkorak.
Berat GCS 3 – 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
Juga meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma intracranial.
Dengan perhitungan GCS sebagai berikut:
 Eye : nilai 2 atau 1
 Motorik: nilai 5 atau <5
 Verbal : nilai 2 atau 1

Glasgow Coma Scale (GCS)


1. Membuka Mata
Spontan 4
Terhadap rangsang suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
2. Respon Verbal
Orientasi baik 5
Orientasi terganggu 4
Kata-kata tidak jelas 3
Suara Tidak jelas 2
Tidak ada respon 1
3. Respon Motorik
Mampu bergerak 6
Melokalisasi nyeri 5
Fleksi menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak ada respon 1
Total 3 - 15
2.4 Manifestasi klinis

Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain:
a. Skull Fracture
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan hidung
(othorrea, rhinorhea), darah dibelakang membran timphani, periobital ecimos
(brill haematoma), memar didaerah mastoid (battle sign), perubahan
penglihatan, hilang pendengaran, hilang indra penciuman, pupil dilatasi,
berkurangnya gerakan mata, dan vertigo.
b. Concussion
Tanda yang didapat adalah menurunnya tingkat kesadaran kurang dari 5 menit,
amnesia retrograde, pusing, sakit kepala, mual dan muntah. Contusins dibagi
menjadi 2 yaitu cerebral contusion, brainsteam contusion. Tanda yang terdapat:
1) Pernafasan mungkin normal, hilang keseimbangan secara perlahan atau
cepat.
2) Pupil biasanya mengecil, equal, dan reaktif jika kerusakan sampai batang
otak bagian atas (saraf kranial ke III) dapat menyebabkan keabnormalan
pupil

2.5 Tekanan intrakranial

Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan

secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam

posisi terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu

4 – 10 mmHg. Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau

memperberat iskemia. Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih

dari 20 mmHg, terutama bila menetap. Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti

gumpalan darah dapat terus bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal.

Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK
secara cepat akan meningkat. Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang

dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu

konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin Monro- Kellie.

Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16%

dari cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran darah

otak (ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram

jaringan otak per menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya.

ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama sejak cedera pada keadaan cedera

otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada

penderita yang tetap koma ADO tetap di bawah normal sampai beberapa hari atau

minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada

level 60-70 mmHg sangat rirekomendasikan untuk meningkatkan ADO.

2.6 Tanda Dan Gejala PTIK

Peningkatan tekanan intrakranial adalah adanya cedera pada kepala, akibat pukulan
atau benturan yang mengenai kepala. kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan
tekanan pada cairan serebrospinal, yaitu cairan yang mengelilingi otak dan sumsum
tulang belakang.
Tanda dan gejala yang dapat dilihat yaitu :
a. Sakit kepala, akibat kompresi saraf kranialis, arteri dan vena, biasanya
memburuk pada pagi hari dan diperberat oleh aktivitas.
b. Muntah yang tidak didahului mual dan mungkin projektil
c. Perubahan tingkat kesadaran
d. Paling sensitif dan indikator penting, tahap awal mungkin tidak spesifik seperti
gelisah, iritabilitas, letargi.
e. Perubahan tanda-tanda vital. Cushing’s triad: peninggian tekanan darah sistolik,
bradikardi (muncul belakangan), pola nafas iregular (late sign); peningkatan
suhu; ocular signs seperti pelebaran pupil akibat tekanan pada N III dan refleks
pupil melambat dan anisokor.
f. Penurunan fungsi motorik: hemiparesis atau hemiplegia; dekortikasi – gangguan
pada traktus motorik; deserebrasi – kerusakan berat pada mesensefalon dan
batang otak.

2.7 Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial

Beberapa hal yang berperan besar dalam menjaga agar TIK tidak meninggi antara
lain (Arifin, 2013):
a. Mengatur posisi kepala lebih tinggi 15 – 300, dengan tujuan
memperbaiki venous return.
b. Mengusahakan tekanan darah yang optimal.
c. Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan edema serebral,
sebaliknya tekanan darah terlalu rendah akan mengakibatkan iskemia otak dan
akhirnya juga akan menyebabkan edema dan peninggian TIK.
d. Mengatasi kejang.
e. Menghilangkan rasa cemas.
f. Mengatasi rasa nyeri.
g. Menjaga suhu tubuh normal < 37,50 C.
h. Kejang, gelisah, nyeri dan demam akan menyebabkan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan akan substrat metabolism. Di satu sisi terjadi
peningkatan metabolisme serebral, dipihak lain suplai oksigen dan glukosa
berkurang, sehingga akan terjadi kerusakan jaringan otak dan edema. Hal ini
pada akhirnya akan mengakibatkan peninggian TIK.
i. Koreksi kelainan metabolik dan elektrolit.
j. Hiponatremia akan menyebabkan penurunan osmolalitas plasma sehingga akan
terjadi edema sitotoksik, sedangkan hipernatremia akan menyebabkan lisisnya
sel-sel neuron.
k. Atasi hipoksia.
l. Kekurangan oksigen akan menyebabkan terjadinya metabolisme anarob,
sehingga akan terjadi metabolisme tidak lengkap yang akan menghasilkan asam
laktat sebagai sisa metabolisme. Peninggian asam laktat di otak akan
menyebabkan terjadinya asidosis laktat, selanjutnya akan terjadi edema otak dan
peninggian TIK.
m. Hindari beberapa hal yang menyebabkan peninggian tekanan abdominal seperti
batuk, mengedan dan penyedotan lendir pernafasan berlebihan

2.8 Patofisiologi
Cedera kepala atau trauma kapitis lebih sering terjadi daripada trauma
tulang belakang. Trauma dapat timbul akibat gaya mekanik maupun non mekanik.
Kepala dapat dipukul, ditampar, atau bahkan terkena sesuatu yang keras. Tempat
yang langsung terkena pukulan atau penyebab tersebut dinamakan dampak atau
impact. Pada impact dapat terjadi (1) indentasi, (2) fraktur linear, (3) fraktur
stelatum, (4) fraktur impresi, atau bahkan (5) hanya edema atau perdarahan
subkutan saja. Fraktur yang paling ringan ialah fraktur linear. Jika gaya
destruktifnya lebih kuat, dapat timbul fraktur stelatum atau fraktur impresi
(Mardjono & Sidharta, 2010).
Selain hal-hal tersebut, saraf-saraf otak dapat terkena oleh trauma kapitis
karena (1) trauma langsung, (2) hematom yang menekan pada saraf otak, (3) traksi
terhadap saraf otak ketika otak tergeser karena akselerasi, atau kompresi serebral
traumatik akut yang secara sekunder menekan pada batang otak. Pada trauma
kapitis dapat terjadi komosio, yaitu pingsan sejenak dengan atau tanpa amnesia
retrograd. Tanda-tanda kelainan neurologik apapun tidak terdapat pada penderita
tersebut. Sedangkan kemungkinan lain yang terjadi adalah penurunan kesadaran
untuk waktu yang lama. Derajat kesadaran tersebut ditentukan oleh integirtas
diffuse ascending reticular system. Lintasan tersebut bisa tidak berfungsi sementara
tanpa mengalami kerusakan yang irreversibel. Batang otak yang pada ujung rostral
bersambung dengan medula spinalis mudah terbentang dan teregang waktu kepala
bergerak secara cepat dan mendadak. Gerakan cepat dan mendadak itu disebut
akselerasi. Peregangan menurut poros batak otak ini dapat menimbulkan blokade
reversibel pada lintasan retikularis asendens difus, sehingga selama itu otak tidak
mendapat input aferen, yang berarti bahwa kesadaran menurun sampai derajat yang
terendah (Mardjono & Sidharta, 2010).
Trauma kapitis yang menimbulkan kelainan neurologik disebabkan oleh
(1) kontusio serebri, (2) laserasio serebri, (3) perdarahan subdural, (4) perdarahan
epidural, atau (5) perdarahan intraserebral. Lesi-lesi tersebut terjadi karena
berbagai gaya destruktif trauma. Pada mekanisme terjadinya trauma kapitis, seperti
telah disebutkan sebelumnya, terjadi gerakan cepat yang mendadak (akselerasi).
Selain itu, terdapat penghentian akselerasi secara mendadak (deakselerasi). Pada
waktu akselerasi berlangsung, terjadi akselerasi tengkorang ke arah impact dan
penggeseran otak ke arah yang berlawanan dengan arah impact. Adanya akselerasi
tersebut menimbulkan penggeseran otak serta pengembangan gaya kompresi
yang destruktif, yang akhirnya akan menimbulkan terjadinya lesi kontusio. Lesi
kontusio dapat berupa perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-tik
besar dan kecil tanpa kerusakan duramater. Lesi kontusio di bawah impact disebut
lesi kontusio coup, sedangkan lesi di seberang impact disebut lesi kontusio
countrecoup. Ada pula lesi intermediate, yaitu lesi yang berada di antara lesi
kontusio coup dan countrecoup (Mardjono & Sidharta, 2010).

2.9 Pathway
Sumber : Nurarif &Huda (2015)
Trauma Kepala

Ekstrakranial Tulang kranial Intrakranial

Terputusnya kontinuitas Terputusnya kontinuitas Kontusio laserasi


jaringan kulit, otot dan jaringan tulang
vaskuler

Perubahan autoregulasi
- Edema serebral
Resiko perdarahan Nyeri akut
2.10 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan penunjang menurut Batticaca (2011) :
a. CT Scan (Computed Tomography Scanning)
Mengidentifikasikan adanya hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak, pemeriksaan penunjang di
perlukan untuk iskemia atau infrak mungkin tak terdeteksi dalam 24-27
jam paska trauma.
b. Angiografi serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan
efek akibat edema, perdarahan, trauma.
c. EEG (Elektro Ensefalo Grafik)
Untuk memperlihatkan keberadaan perkembangan gelombang patologis.
d. Sinar X
Mendeteksi adanya perubahan stuktur tulang (fraktur), pergeseran stuktur
dari garis tengah (karena perdarahan edema), adanya fragmen tulang.

e. AGD (analisa gas darah)


Mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan TIK /
perubahan mental.

2. Pemantauan kesadaran
Klasifikasi yang mendekati keadaan klinis adalah berdasarkan nilai GCS yang
di keluarkan oleh The traumatik Coma Data Bank ; (Smeltzer & Bare, 2010)
.Kategori penentuan keparahan cedera kepala berdasarkan nilai skala koma
gaslow :
a. Ringan (GCS = 13 – 15 )
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit. Tidak ada fraktur tengkorak, disorientasi ringan.
b. Sedang (GCS =9 - 12 )
Kehilangan kesadaran dan / amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang
dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan

c. Berat (GCS =3 – 8 )
Hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai kontusio,
laserasi atau adanya hematom.

2.11 Penatalaksanan Keperawatan


Penatalaksanaan keperawatan menurut Arifin (2013) :
a. Pemasangan infus dengan cairan Nacl 0,9% atau RL lebih efektif cairan
isotoner dalam mengganti volume intravaskuler dari pada cairan hipotonis
dan larutan ini tidak menambah edema serebri.
b. Pada klien dengan koma (skor GCS <8) atau pada kllien dengan tanda
herniasi lakukan tindakan berikut:
c. Elevasi kepala 30
d. Hiperventilasi : intubasi dan berikan ventilasi mardatorik intermiten
dengan kecepatan 16 -20x /mnt dengan volume tidal 10 – 12ml /kg BB.
e. Pemberian manitol 20% IV dalam 20 -30 menit. Dari ulangan dapat
diberikan 4 -6 jam sampai maksimal 48 jam .
f. Konsul bedah syaraf bila terdapat indikasi (hematoma epidural besar,
hematoma subdural, cedera kepala terbuka dan fraktur impresi).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 IDENTITAS KLIEN


Nama Klien : Tn. J Jenis kelamin : L
No.RM : 5044xx
Usia : 56 tahun
Tgl. MRS : 26 Januari 2020
Tgl. Pengkajian : 27 Januari 2020
Alamat/ telp. : Dsn. Lestari Mensera Tebas, Sambas
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam

Suku : Melayu
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Swasta
Lama Bekerja : ± 30 tahun
Sumber Informasi : Anak klien
Kontak Keluarga : 08525242xxxx

3.2 PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Saat MRS : Klien datang ke RS Abdul Aziz pada tanggal 26 Januari 2020
pada pukul 09:00 dengan keluhan penurunan kesadaran/pingsan
:
, muntah menyembur, adanya keluar darah dari hidung dan
telinga.

Saat Pengkajian : klien mengatakan nyeri dibagian kepala karena jatuh dari
tangga. P : klien mengatakan nyeri dibagian keplaa karena jatuh
dari tangga, Q : klien mengatakan seperti di tusuk-tusuk, R :
klien mengatakannteri pada daerah kepala terutama kepala
bagian belaknag, S : skala 6, T : hilang timbul. Klien tampak
meringis menahan nyeri.
Klien juga mengatakan pusing ketika membuka mata terlalu
lama dan pandangan terasa kabur serta bergelombang

2. Riwayat Penyakit Sekarang (perjalanan penyakit)


Anak klien mengatakan klien terjatuh dari ketinggian ± 2 meter saat sedang
mengganti lampu dengan menaiki tangga dan klien pingsan dengan
keluarnya darah dari hidung dan telinga .
Upaya pasien/anggota keluarga dalam mengatasinya, sebutkan : anak klien
mengatakan klien langsung dibawa ke puskesmas terdekat langsung dirujuk
ke RS Abdul Aziz Singkawang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu (Penyakit yang pernah dialami) sebutkan.
Anak klien mengatakan klien tidak pernah dirawat dirumah sakit dan tidak
mempunyai penyakit yang sama seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat yang lain :
a. Kecelakaan : Anak klien mengatakan klien pernah jatuh dari
tangga .
b. Operasi : Tidak
c. Alergi Obat : Tidak
d. Alergi makanan : Tidak
e. Alergi lain-lain : Tidak
f. Merokok : Ya, Klien mengatakan klien hanya menghabiskan
2 batang rokok
g. Alkohol : Tidak
h. Kopi : Ya, Klien mengatakan klien minum kopi pahit 1
gelas 1 hari.
i. Lain-lain : Tidak
j. Obat-obatan yang pernah digunakan –
5. Riwayat Keluarga :
Keterangan Genogram :
: Laki-laki : Meninggal Dunia

: Perempuan : Tinggal serumah

: Klien
Genogram

56th

6. Pola Aktivitas dan Latihan


NO AKTIVITAS SMRS (SKOR) MRS (SKOR)
1 Makan/Minum 0 2
2 Mandi 0 2
3 Berpakaian/berdandan 0 2
4 Toileting 0 1
5 Berpindah 0 2
6 Berjalan 0 4
7 Naik tangga 0 2

Keterangan:
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain
4 = tidak mampu
Alat bantu: tongkat/splint/brace/kursi roda/pispot/walker/kacamata/dan
lain-lain: -

7. Pola Nutrisi dan Metabolik


a. Jenis Makanan/Diet
- SMRS
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien seperti biasa
makan makanan cair, lunak.
- MRS
Klien mengatakan, semenjak masuk rumah sakit, klien hanya dapat
diberi makanan cair saja lewat selang makan (NGT). BB = 52 Kg,
TB = 155 cm. BMI = 52/(1,55)2=52/2,4=21,67 (normal).
b. Frekuensi
- SMRS
Klien mengatakan, klien di sebelum masuk rumah sakit, makan 3
kali sehari secara teratur.
- MRS
Klien mengatakan, klien semenjak dirumah sakit diberikan makan 2
kali sehari secara teratur.
c. Porsi yang dihabiskan
- SMRS
Klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit, klien dapat
menghabiskan makanan dalam porsi 1 piring setiap kali makan.
- MRS
Klien mengatakan, klien diberi makan 1/4 porsi piring setiap kali
makan
d. Komposisi Menu
- SMRS
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, menu makan klien
seperti biasa yakni nasi dan lauk pauk seperti ikan, sayur, tempe,
tahu dan lain-lain ditambah air mineral.
- MRS
Klien mengatakan semenjak masuk rumah sakit, klien diberi nasi
dan terkadang bubur dengan lauk seperti sayur wortel dan ikan
e. Pantangan
- SMRS
Klien mengatakan, klien tidak ada pantanagn makan
- MRS
Anak klien mengatakan, klien tidak ada pantangan makan di RS
f. Nafsu Makan
- SMRS
Klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit, klien makan
dirumah secara normal, nafsu makan baik.
- MRS
Klien mengatakan semenjak masuk rumah sakit nafsu makan klien
menurun.
g. Fluktuasi BB dalam 6 Bulan
- SMRS
Klien mengatakan tidak ada penurunan berat badan klien yang
drastic dalam 6 bulan terakhir. Anak klien mengatakan, badan
ayanhnya terlihat stabil saja 6 bulan terakhir.
- MRS
Klien mengatakan selama di rumah sakit, klien tidak dapat
ditimbang berat badannya. Namun klien melihat secara kasat mata,
belum ada tanda-tanda penurunan berat badan yang drastic.
h. Sukar Menelan
- SMRS
Klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit, tidak ada tanda-
tanda sukar menelan dari klien.
- MRS
Klien mengatakan, tidak ada sukar menelan pada klien
i. Riwayat Penyembuhan Luka
- SMRS
Klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit, klien tidak
mengetahui lukanya cepat sembuh atau tidak.
- MRS
Klien mengatakan tidak mengetahui lukanya cepat sembuh atau
tidak

8. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar (BAB)
1) Frekuensi
- SMRS
Klien mengatakan, klien sebelum masuk rumah sakit BAB
kurang lebih 1 kali sehari.
- MRS
Klien mengatakan, semenjak masuk rumah sakit klien sudah 2
kali BAB
2) Konsistensi Feces
- SMRS
Klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit konsistensi feces
klien lunak.
- MRS
Klien mengatakan, setelah masuk rumah sakit, konsitensi feces
klien juga tetap lunak.
3) Warna
- SMRS
Klien mengatakan, warna feces klien sebelum masuk rumah
sakit adalah kuning kecoklatan.
- MRS
Klien mengatakan, setelah masuk rumah sakit, warna feces klien
tetap terlihat berwarna kuning kecoklatan.
4) Bau
- SMRS
Klien mengatakan, bau feces klien sebelum rumah sakit seperti
bau feces pada umumnya (menyengat).
- MRS
Klien mengatakan, setelah masuk rumah sakit, bau feces klien
tetap seperti bau feces pada umumnya (menyengat).
5) Kesulitan BAB
- SMRS
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, tidak ada tanda
kesulitan BAB dari klien.
- MRS
Klien mengatakan setelah masuk rumah sakit, tidak ada tanda
kesulitan BAB dari klien
6) Upaya Mengatasi
- SMRS
Tidak ada
- MRS
Tidak ada
b. Buang Air Kecil (BAK)
1) Frekuensi
- SMRS
Klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit, klien BAK
sekitar 3-4 kali/hari.
- MRS
Klien mengatakan, semenjak masuk rumah sakit, klien sudah
terpasang selang kateter.
2) Jumlah
- SMRS
Anak klien mengatakan tidak mengetahui jumlah air kencing
klien sebelum masuk rumah sakit.
- MRS
Anak klien mengatakan, semenjak masuk rumah sakit, jumlah
air kencing klien kurang lebih 1500cc/hari.
3) Warna
- SMRS
Anak klien mengatakan, air kencing klien selama dirumah
berwarna kuning jernih.
- MRS
Anak klien mengatakan, semenjak dirumah sakit, air kencing
klien terlihat berwarna kuning tua.
Terlihat warna air kencing klien di urine bag berwarna kuning
tua.
4) Bau
- SMRS
Anak klien mengatakan, air kencing klien di rumah seperti bau
air kencing pada umumnya yakni berbau amonia (salah satu zat
yang membuat kencing berbau).
- MRS
Saat membuang air kencing klien yang telah penuh di urine bag,
tercium bau air kencing berbau amonia (salah satu zat yang
membuat kencing berbau).
5) Kesulitan BAK
- SMRS
Klien mengatakan, selama di rumah, klien tidak pernah
menunjukkan tanda kesulitan kencing.
- MRS
Klien mengatakan, selama di rumah, klien tidak pernah
menunjukkan tanda kesulitan kencing

6) Upaya Mengatasi
- SMRS
Tidak ada
- MRS
Dipasang selang kateter yang tersambung ke urine bag.

9. Pola Tidur dan Istrirahat


a. Tidur Siang
- SMRS
Anak klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien sering
terlihat tidur siang dari pukul 13.00 hingga kurang lebih pukul 14.00,
dan terlihat nyaman saat bangun tidur.
- MRS
Anak klien mengatakan setelah masuk rumah sakit, klien tidur siang
lebih lama yakni sekitar pukul 13.00 hingga 15.00, dan terlihat
nyaman setelah tidur (tidak ada keluhan).
klien tampak tertidur dipagi hari dan mata klien tampak cekung
b. Tidur Malam
- SMRS
Anak klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit, klien sering
tidur pukul 20.00 hingga pukul 05.00, dan terlihat nyaman setelah
bangun tidur.
- MRS
Klien mengatakan sulit untuk tidur nyenyak karena nyeri timbul
Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena nyeri
kepala
c. Kebiasaan Sebelum Tidur
- SMRS
Klien mengatakan, tidak pernah ada kebiasaan yang dilakukan
sebelum tidur dari klien.
- MRS
Klien mengatakan, tidak ada kebiasaan saat sebelum tidur .
d. Kesulitan Tidur
- SMRS
Klien mengatakan, tidak pernah ada kesulitan tidur yang dialami
klien selama sebelum masuk rumah sakit.
- MRS
Klien mengatakan, klien di rumah sakit tidak pernah menunjukkan
tanda-tanda kesulitan tidur.
e. Upaya Mengatasi
- SMRS
Tidak ada
- MRS
Tidak ada
Masalah keperawatan : gangguan pola tidur

10. Pola Kebersihan Diri


a. Mandi
- SMRS
Anak klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien mandi 2
kali sehari dengan menggunakan sabun.
- MRS
Anak klien mengatakan semenjak masuk rumah sakit klien mandi
lap lap badan dengan dibantu oleh keluarga
b. Handuk
- SMRS dan MRS
Anak klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit dan setelah
masuk rumah sakit, jika klien mandi selalu menggunakan handuk
pribadi.
c. Keramas
- SMRS
Anak klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit, klien selalu
keramas 2 kali dalam seminggu menggunakan shampoo.
- MRS
Anak klien mengatakan, setelah masuk rumah sakit klien tidak ada
keramas
d. Gosok Gigi
- SMRS
Anak klien mengatakan, sebelum masuk rumah sakit, klien termasuk
orang yang rajin gosok gigi, sehari dapat 3 kali sehari menggunakan
pasta gigi dan sikat gigi pribadi.
- MRS
Anak klien mengatakan, selama masuk rumah sakit, klien tidak
menyikat gigi diatas tempat tidur dengan bantuan keluarga
e. Kesulitan
- SMRS
Anak klien mengatakan, klien selama sebelum masuk rumah sakit,
tidak pernah ada kesulitan apapun dalam menjaga kebersihan diri.
- MRS
Anak klien mengatakan, semenjak masuk rumah sakit aktivitas klien
untuk menjaga kebersihan dibantu oleh keluarga.
f. Upaya Mengatasi
- SMRS
Tidak ada
- MRS
Memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri di
tempat tidur.

11. Pola Toleransi dan Koping Stres


a. Pengambil keputusan : dibantu orang lain yaitu anak dan keponakannya
b. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS / penyakit : tidak ada
c. Hal yang biasa dilakukan jika mengalami stress/ masalah : klien
menceritakan masalah yang dialami dengan keluarga
d. Harapan setelah menjalani perawatan : Klien berharap dapat sembuh dan
beraktivitas lagi
e. Perubahan yang dirasakan setelah sakit : sebagian besar aktivitas klien
dibantu oleh keluarga

12. Pola Hubungan Peran


a. Peran dalam keluarga : kepala keluarga
b. Sistem pendukung : anak dan saudara
c. Masalah peran/ hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS : tidak
ada
d. Upaya untuk mengatasi : -

13. Pola Komunikasi


a. Bahasa utama : Indonesia dan daerah.
Ket : klien menggunakan bahasa melayu
b. Bicara : normal
c. Afek : sesuai
d. Tempat tinggal : bersama anak-anak
e. Penghasilan keluarga : Rp. 1 juta – 1,5 juta

14. Pola Seksualitas


a. Masalah hubungan seksual selama sakit : Tidak
ada
b. Upaya mengatasi : -

15. Pola Nilai dan Kepercayaan


a. Apakah Tuhan, agama penting untuk anda : ya, anak klien mengatakan
ayahnya orang yang taat dengan agama
b. Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS : klien berdoa di tempat
tidur dan berzikir dengan tasbih
16. Pengkajian Sistem
a. ROS
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
GCS : E (4) ; M (6) ; V ;(5)
Tanda Vital :
S: 37,0o C N: 101 x/ menit TD: 110/70 mmHg RR: 21x/menit
Masalah keperawatan: -
b. Sistem Pernapasan
1. Keluhan : tidak ada keluhan
2. Bentuk dada : simetris
3. Sekresi batuk :tidak ada batuk, dan tidak ada sputum, serta tidak
nyeri saat bernafas
4. Pola nafas : frekuensi nafas 20 x/menit (reguler)
5. Bunyi nafas : normal, vesikuler di kedua lapang paru
6. Retraksi otot bantu nafas : Tidak ada
7. Tektil fremitus/fremitus vokal:
Menurun : diatas diafragma (lapang paru bawah)
8. Alat bantu pernafasan :-
Masalah keperawatan: -
c. Sistem Kardiovaskuler
1. Riwayat Nyeri dada : tidak ada
2. Suara Jantung : S1S2 tunggal
3. Irama Jantung : reguler
4. CRT : < 3 detik
Masalah keperawatan: -
d. Sistem Persarafan
a) Tingkat kesadaran : compos mentis
b) GCS
Eye : 4 (spontan)
Verbal : sesuai
Motorik : 6 (Berekasi terhadap perintah)
c) Reflek fisiologis : bisep, trisep, patella, dan achilles pada ekstremitas kiri
d) Reflek patologis dan rangsal meningeal : pada ekstremitas kanan dan kiri
tidak terjadi reflek patologis (kaku kuduk, bruzinski I dan II, dan
babinski) dan tidak merespon terhadap rangsangan meningeal
e) Kejang : Tidak ada
f) Mata/penglihatan
1. Bentuk : normal
2. Pupil : isokor (diameter kanan: 3 mm dan diameter kiri: 3 mm)
3. Refleks cahaya: terjadi refleks cahaya pada mata kanan dan kiri
4. Gangguan penglihatan: klien mengatakan ketika membuka mata
terlalu lama pandangan terasa kabur serta bergelombang.
g) Kekuatan otot (skala lovett 0-5)
4 4
dekstra sinistra
4 4
Ket: 4 yaitu pergerakan aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan
h) Hidung/penciuman
1. Bentuk : normal
2. Gangguan penciuman : tidak
i) Telinga/pendengaran
1. Bentuk : normal
2. Gangguan pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran
j) Pemeriksaan nervus 1-12
1. Nervus I Olfaktorius : tidak ada gangguan
2. Nervus II Optikus : lapang pandang terbatas, penglihatan klien seperti
bergelombang
3. Nervus III Okulomotorius : pupil isokor, diameter 3 mm ka/ki
4. Nervus IV Trokhlearis : tidak ada gangguan
5. Nervus V Trigeminus : klien dapat menunjukkan pergerakan
rahang/menggigit
6. Nervus VI Abducens : respon pergerakan mata ke kanan dan kekiri
ada
7. Nervus VII Fasialis : klien dapat tersenyum, mengangkat alis, dan
mengerutkan dahi
8. Nervus VIII Vestibulokoklearis : tidak ada gangguan
9. Nervus IX Glasofaringeus : tidak ada gangguan
10. Nervus X Vagus : reflek menelan ada
11. Nervus XI Aksesorius : klien dapat menggerakkan bahu
12. Nervus XII Hipoglosus : klien dapat menggerakkan lidah
Masalah keperawatan:

e. Sistem perkemihan
a. Masalah kandung kemih : klien terpasang kateter
b. Produksi urin : ±1500 ml/24jam
c. Warna : kuning, berbau amoniak (suatu zat yang membuat kencing
berbau)
d. Bentuk alat kelamin : normal
e. Uretra : normal
Masalah keperawatan: -
f. Sistem pencernaan
1. Mulut dan tenggorokan
1) Bibir : Bentuk bibir normal.
2) Mulut/selaput lendir mulut : Membran mukosa mulut lembab.
3) Lidah : berwarna pink dan terdapat nodul-nodul kecil (papil Analisa
4) Kebersihan rongga mulut : bersih
5) Tenggorokan : tidak ada kesulitan menelan
6) Abdomen : supel, tidak terdapat nyeri tekan, bising usus 8x/menit
7) Lubang anus: terdapat lubang anus
8) Pembesan hepar : tidak ada
9) Pembesaran lien: tidak ada
10) Asites : tidak ada
11) Mual : tidak ada
12) Muntah : tidak ada
13) Terpasang NGT : tidak
14) Terpasang kolostomy : klien tidak terpasang kolostomy
2. Peristaltik usus : 15x/menit
BAB : 2x selama 5 hari di RS
Karakteristik feces: lunak
3. Pola makan: frekuensi 2x/hari
Jumlah : ¼ porsi
Masalah keperawatan:
g. Sistem otot, tulang dan integumen
1. Otot dan tulang
1) ROM : terbatas
4 4
dekstra sinistra
4 4
Ket : 4 yaitu pergerakan aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan
2) Fraktur : tidak ada
3) Dislokasi : tidak ada
4) Hematoma : tidak ada
2. Integumen
1) Warna kulit : normal
2) Akral : hangat
3) Turgor kulit : normal
4) Tulang belakang : normal
5) Oedema : tidak ada
6) Luka : tidak ada
Masalah keperawatan:
h. Sistem endokrin
1. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
2. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
3. Hiperglikemia : tidak ada
4. Hipoglikemia : tidak ada
Masalah keperawatan: -
17. Psikososial
a. Dampak hospitalisasi pada klien : klien terlihat murung/diam
b. Respon klien saat tindakan : kooperatif
c. Hubugan dengan pasien lain : kurang
d. Dampak hospitalisasi terhadap anggota keluarga lainnya: Dengan penuh
secara bergantian keluarga membantu klien memenuhi kebutuhan sehari-
hari termasuk ADL (Activity Daily Living)
18. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (26/01/2020)
Hasil Satuan Rujukan
Hemoglobin 15,6 g/dL 13,2-17,3
Leukosit 13.020 /uL 3800-10.600
Trombosit 204.000 dL 150.000-
440.000
Eritrosit 4,79 10/dL 4,4-5,9

Gol. darah A
HbsAg Non reaktif
HIV Non reaktif

Ureum 29 10-50
Kreatinin 0,86 0,62-1,10

Pemeriksaan CT-scan kepala tanpa kontras (26/01/2020)


Klinis : otorea
a. Tak tampak lesi hiperdens di cerebri maupun cereblum
b. Ulkus kuartikalis dan gyrus tampak normal
c. Ventrikel lateral 3 dan 4 tidak tampak menyempit
d. Pons dan cereblum baik
e. Tidak tampak midline shitting
f. Pada bone window tak tampak dikontinuitas
g. Tampak lesi di sinus sphenoid kanan dan ethmoid kanan kiri
h. Hematositus sphenoid kanan dan ethmoid kanan kiri
Kesan: Hematosinus sphenoid kanan dan ethmoid kanan kiri

Pemeriksaan X-Poto Thorax (26/01/2020)


x-poto thorax x-foto lumbosakral x-poto elvis

Cor: apek ke laterokaudal Tampak wedging Tidak tampak lesi otak


Pulmo : tampak opasitas pada kurpus VC pada kaum peluit
pulmo kanan Tampak osteotit pada Sendi sakroiliaks
Kedua sinus dan diafragma baik lateral dan anterior Point kanan kiri baik
Kesan : lumbal Tiap soint kanan kiri baik
i. kardiomegali (IV) Tidak tampak listhesit Kesan : tidak tampak
j. Pulmo Pedikel lunak fraktur peluis
brokopneumonia Kesan : kompresi VC
I, spondilosis lumbalis

CT Scan kepela tanpa kontras + Bone Window: Klinis: Otorea (26.01.2020)


Kesan: Hematosinus sphenoid kanan dan ethmoid kanan kiri
X Foto Thorak AP (26.01.2020):
Kesan: • Kardiomegali (LV)
• Pulmobkhopneumonia
X Foto Lumbosakral AP LAT (26.01.2020):
Kesan: • Kompresi LV 1
• Spondilosis Lumbalis
X Foto Pelvis AP (26.01.2020):
Kesan: • Tidak tampak fraktur pelvis

19. Diagnosa Medis


Cedera Kepala Ringan + oedema serebri
20. Terapi/pengobatan
a. Infus RL 20 tpm IV
Fungsi : Ringer laktat merupakan jenis cairan kristaloid yang mengandung
kalsium, kalium, laktat, natrium, klorida, dan air. Cairan ringer laktat
umumnya diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat
mengalami luka, cedera, atau menjalani operasi yang menyebabkan
kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah yang banyak. Selain itu, cairan
ini juga sering digunakan sebagai cairan pemeliharan ketika sedang
menjalani perawatan di rumah sakit.
b. Injeksi ceftizoxime 2x1 gr. IV
Fungsi : Ceftizoxime adalah kelompok obat yang disebut cephalosporin
antibiotics. Ceftizoxime bekerja dengan cara mematikan bakteri dalam
tubuh. Ceftizoxime digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi
bakteri, termasuk keadaan parah atau yang mengancam nyawa.
c. Injeksi tramadol 2x1 amp. IV
Fungsi : Obat tramadol adalah obat digunakan untuk membantu mengurangi
rasa sakit yang sedang hingga cukup parah. Obat tramadol adalah obat yang
mirip dengan analgesik narkotika.
d. Injeksi omeprazole 2x40 mg. IV
Fungsi: Untuk meredakan gejala nyeri ulu hati akibat refluks asam dari
lambung, serta mencegah tukak lambung dan membantu memperbaiki
kerusakan di dalam lambung akibat kondisi tersebut. Obat ini bekerja
dengan cara menghentikan produksi asam berlebihan oleh sel-sel yang
terdapat di dalam lapisan lambung.
e. Mersitopril/ Piracetam infus 2 x 12 gr IV
Fungsi : Piracetam adalah obat yang berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan kognitif tanpa menimbulkan rangsangan pada otak dan tidak
menyebabkan rasa kantuk (nootropik). Piracetam merupakan obat nootropik
yang pertama ditemukan dan saat ini disetujui di beberapa negara untuk
mengobati mioklonus kortikal dan gejala penurunan kognitif
pada demensia. Piracetam juga diduga dapat diberikan untuk mengobati
pasien disleksia, vertigo, dan cedera kepala
f. Mecobalamin 2 x 500 mg IV
Fungsi : Methylcobalamin adalah salah satu bentuk kimia dari vitamin
B12 yang memiliki peran penting terhadap pembentukan sel darah merah,
metabolisme sel tubuh, sel saraf, dan produksi DNA. Suplemen
methylcobalamin digunakan untuk menangani gangguan yang muncul
akibat kekurangan vitamin B12, seperti neuropati perifer dan anemia.
g. Infus manitol 4x125 CC. IV
Manitol adalah obat diuretik yang digunakan untuk mengurangi tekanan
dalam kepala (intrakranial) akibat pembengkakan otak.

21. Persepsi Klien Tentang Penyakitnya


Klien mengatakan penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Allah agar
dirinya lebih dekat lagi dengan Allah
22. Perencanaan Pulang
a. Tujuan pulang : ke rumah
b. Transportasi pulang : mobil
c. Dukungan keluarga : klien mendapatkan dukungan dari anak dan saudara
d. Antisipasi biaya setelah pulang : ada, klien ditanggung oleh BPJS dan klien
memiliki tabungan
e. Antisipasi perawatan setelah pulang : ya
f. Rawat jalan ke: 1 Frekuensi: 1
g. Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah:
1. Kontrol lingkungan : menjaga keamanan dan kenyamanan klien dan
dampingi klien dalam proses pemulihan.

3.3 Analisa Masalah


Data Fokus Etiologi Masalah Kepeawatan
DS: Trauma kepala Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebri
- Klien mengatakan pusing
ketika membuka mata
terlalu lama dan
pandangan terasa kabur
serta bergelombang.
DO:

- Keadaan umum lemah


- Kelemahan motorik = 4

TD: 110/70 mmHg

N: 101 x/menit

RR: 21 x/menit

T: 37˚ C

DS: Agen cidera fisik Nyeri akut

- Klien mengatakan nyeri


dibagian kepala
P: klien mengatakan
nyeri dibagian keplaa
karena jatuh dari tangga.
Q: klien mengatakan
seperti di tusuk-tusuk
R: klien mengatakan
nyeri pada daerah kepala
terutama kepala bagian
belakang
S: skala 6
T: hilang timbul
DO:

- Klien tampak meringis


menahan nyeri

- Keadaan umum lemah

- TTV
TD: 110/70 mmhg
N: 101 x/ menit
RR: 21 x/menit
T: 37˚ C
DS: Nyeri Gangguan pola tidur

- Klien mengatakan sulit


untuk tidur nyenyak karena
nyeri timbul

- Klien mengatakan sering


terbangun pada malam hari
karena nyeri kepala

DO:

- Klien tampak tertidur di


pagi hari

- Mata klien tampak


cekung

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa NOC NIC Rasional
Ketidakefek Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Mengetahui
tifan perfusi intervensi selama 1 x 2 2. Monitor adanya perubahan TTV
jaringan jam, diharapkan nyeri kepala dan klien
serebri b/d perfusi jaringan tanda peningkatan 2. Mengetahui adanya
trauma serebri kembali efektif TIK peningkatan TIK
kepala dengan kriteria hasil : 3. Monitor level 3. Memantau tingkat
- TTV dalam batas kebingungan dan kesadaran klien
normal orientasi 4. Menjaga
- Tidak ada tanda 4. Monitor status kesimbangan intake
PTIK cairan dan output
- Klien mampu 5. Berikan posisi 5. Agar klien merasa
berkomunikasi nyaman lebih nyaman
dengan jelas
- Konsentrasi dan
orientasi klien baik
- Tingkat kesadaran
membaik
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik 1. Tanda vital akan
b/d agen intervensi selama 1 x 2 nyeri secara berubah jika terjadi
cidera fisik jam, diharapkan klien komprehensif perdarahan
dapat mengontrol 2. Ajarkan klien 2. Agar resiko
nyeri dengan kriteria relaksasi nafas perdarahan
hasil : dalam dan distraksi terkontrol
- Klien dapat setiap nyeri datang 3. Untuk
menerapkan relaksasi 3. Kolaborasi memperlambat
non-farmakologi pemberian perdarahan
- Klien melaporkan analgetik 4. Vasopressin adalah
nyeri terkontrol 4. Kaji TTV klien obat yang dapat
menghentikan
perdarahan
Gangguan Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Klien mengetahui
pola tidur tidakan keperawatan pentingnya tidur pentingnya cukup
b/d nyeri selama 3x24jam yang adekuat tidur
diharapkan pola tidur 2. Ciptakan 2. Lingkungan yang
kembali normal lingkungan yang nyaman
dengan kriteria hasil: nyaman memudahkan klien
- Jumlah jam tidur 3. Diskusikan untuk tidur
dalam batas normal mengenai teknik 3. Memudahkan klien
(6-8 jam perhari) tidur pasien untuk tidur sesuai
- Kualitas dan pola 4. Monitor kebiasaan
tidur dalam batas kebutuhan tidur 4. Memantau
normal pasien per hari kebutuhan tidur
- Perasaan segar 5. Ajarkan teknik pasien setiap hari
sesudah tidur atau relaksasi napas 5. Membantu klien
istirahat dalam dapat tidur akibat
- Mampu nyeri
mengidentifikasi hal
hal yang dapat
meningkatkan tidur
BAB VI

A. Kesimpulan.
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008). Cedera kepala
biasanya diakibatkan salah satunya benturan atau kecelakaan. Sedangkan
akibat dari terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah kematian.
Akibat trauma kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik
maupun psikologis, asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala
memegang peranan penting terutama dalam pencegahan komplikasi.
B. Saran
Sebagai tenaga keperawatan yang profesional sebaiknya harus lebih
memperhatikan kebutuhan rasa nyaman klien. Perawat tidak hanya dengan
memberikan penatalaksanaan farmakologi tetapi dapat juga memberikan
penatalaksanaan berupa intervensi menajemen peningkatan TIK untuk
menghindari edema serebri yang lebih parah.

Anda mungkin juga menyukai