Anda di halaman 1dari 7

Kejadian di abad kedua belas hijriah

Berikut ini adalah tulisan tentang kisah sejarah sebuah sekte untuk kita ambil hikmahnya

Firman Allah ta'ala, Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad “Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu ” (QS al Hasyr [59] : 18 )

Tulisan ini bukanlah ditujukan untuk membangkitkan rasa kebencian kepada sekte tersebut karena mereka adalah termasuk manusia yang
telah bersyahadat namun mereka terkena hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi

Salah satu penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai
Laurens Of Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpulan bahwa kekuatan umat Islam terletak
kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab) dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf. Laurens mengupah ulama-ulama yang
anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis.

Mereka terhasut untuk "meninggalkan" pemahaman Imam Mazhab yang empat, pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim pada umumnya
(Imam Mujtahid Mutlak) yang bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salafush Sholeh. Imam Mazhab yang empat mengetahui dan
mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui lisannya Salafush Sholeh. Imam Mazhab yang empat melihat sendiri penerapan, perbuatan
serta contoh nyata dari Salafush Sholeh.

Kaum Yahudi memang diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla sebagaimana yang dikehendakiNya

Kaum Yahudi dan kaum musyrik, termasuk yang terjerumus kemusyrikan, terjerumus dalam kekufuran yang disebabkan oleh berbagai
macam sebab, mereka mempunyai rasa permusuhan terhadap manusia yang telah bersyahadat

Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 )

Kalau kita telusuri hasutan-hasutan kaum Yahudi yang kita kenal pada zaman sekarang sebagai kaum Zionis Yahudi sudah berlangsung
sejak dahulu kala , sejak mereka berpaling dari kitab Taurat dan selanjutnya mereka berkeinginan untuk membunuh para Nabi, termasuk
keinginan mereka untuk membunuh Nabi Isa a.s. Dilanjutkan membunuh para pengikut para Nabi baik dengan “tangan” mereka langsung
atau melalui “tangan” seorang muslim yang mereka hasut sehingga terjadi pembunuhan di antara sesama muslim sebagaimana yang
terjadi dalam pembunuhan terhadap Sayyidina Utsman bin Affan ra, Sayyidinna Ali bin Abi Thalib ra, Sayyidina Husein bin Ali ra dll

Hal yang harus kita ingat bahwa apapun yang telah terjadi adalah atas kehendak Allah Azza wa Jalla juga. Jadi kita, kaum muslim pada
umumnya menghadapi segala kehendakNya dengan sikap dan perbuatan yang dicintaiNya.

Tujuan kita adalah meluruskan kesalahpahaman-kesalahpahaman mereka karena Allah ta'ala semata dengan mengembalikan mereka untuk
mengikuti pemahaman Imam Mazhab yang empat serta mengikuti penjelasan-penjelasan dari ulama-ulama terdahulu pengikut Imam
Mazhab yang empat sambil merujuk darimana para Imam Mazhab yang empat mengambilnya yakni Al Qur'an dan As Sunnah.
Mereka adalah sekte yang terkenal dengan perbuatan mengada-ada di dalam agama atau di dalam perkara syariat yakni mengada-ada
perkara larangan yang jika dilanggar berdosa maupun mengada-ada perkara kewajiban yang jika ditinggalkan berdosa. Padahal perkara
agama atau perkara syariat telah sempurna.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Tidak tertinggal sedikitpun yang mendekatkan kamu dari surga dan
menjauhkanmu dari neraka melainkan telah dijelaskan bagimu ” (HR Ath Thabraani dalam Al Mu’jamul Kabiir no. 1647)

“mendekatkan dari surga” = perkara kewajiban (ditinggalkan berdosa)

“menjauhkan dari neraka” = perkara larangan dan perkara pengharaman (dikerjakan berdosa)

Mereka mengada-ada dalam perkara larangan dan kewajiban hingga mereka memerangi kaum muslim pada umumnya.

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di masa kemudian akan ada peperangan di
antara orang-orang yang beriman.” Seorang Sahabat bertanya: “Mengapa kita (orang-orang yang beriman) memerangi orang yang
beriman, yang mereka itu sama berkata: ‘Kami telah beriman’.” Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Ya, karena mengada-
adakan di dalam agama (mengada-ada dalam perkara yang merupakan hak Allah ta’ala menetapkannya yakni perkara kewajiban, larangan
dan pengharaman) , apabila mereka mengerjakan agama dengan pemahaman berdasarkan akal pikiran, padahal di dalam agama itu tidak
ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-
Thabarani)

Al-Allamah Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah Al-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala'udz Dzolam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam: " Akan keluar di abad kedua belas nanti di
lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar,
pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah
kaum muslimin" (Al Hadits)

BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid Alwi
menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab.

Dikatakan tertipu karena penguasa Muhammad bin Saud dapat "memperalat" ulama Muhammad bin Abdul Wahhab

Penguasa Muhammad bin Saud membutuhkan seorang ulama yang dapat mengisi rakyatnya dengan ideologi yang keras, demi untuk
memperkokoh pemerintahan dan kekuasaannya.

Padahal ulama dilarang mendatangi pintu penguasa karena mereka akan sukar menegakkan kebenaran. Fatwanya bisa jadi merupakan
pembenaran terhadap keinginan/hawa nafsu penguasa.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “ barangsiapa mendatangi pintu penguasa maka ia akan
terfitnah” ( HR Abu Dawud [2859]).
‫‪Diriwayatkan dari Abu Anwar as-Sulami r.a, ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Jauhilah pintu-pintu penguasa,‬‬
‫”‪karena akan menyebabkan kesulitan dan kehinaan‘ ,‬‬

‫‪Pendiri ajaran wahabiyah, ulama Muhammad bin Abdul Wahhab meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama mencatat tahunnya‬‬
‫)‪dengan hitungan Abjad: Ba daa halaakul khobiits (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji‬‬

‫‪Berikut adalah informasi dari ulama-ulama bermazhab tentang keadaan di abad kedua belas hijriah‬‬

‫‪Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki, al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa‬‬
‫‪dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalain sebagai berikut:‬‬

‫م ففررقق ة‬
‫ة‬ ‫ه ر‬
‫م قو ه‬
‫ه ر‬ ‫ي نق ق‬
‫ظاَئففر ف‬ ‫هةد رال ق ق‬
‫ن فف ر‬ ‫شاَ ق‬
‫هقو هم ق‬
‫ماَ ه‬ ‫ن قوأقرمقوالقهه ر‬
‫م قك ق‬ ‫مري ق‬‫سفل ف‬
‫م ر‬‫ك فدقماَقء ارل ه‬ ‫حل لرو ق‬
‫ن بفقذلف ق‬ ‫سقت ف‬
‫ة قويق ر‬‫سنن ف‬‫ب قوال ل‬ ‫كقتاَ ف‬ ‫ن تقرأفوري ق‬
‫ل ارل ف‬ ‫حرفرهفرو ق‬‫ن هي ق‬‫خقوافرجف ال نفذري ق‬ ‫هفذفه رال قيقهة نققزلق ر‬
‫ت ففي ارل ق‬ ‫ق‬
‫ن‪) .‬حاَشية الصاَوي على تفسير الجللين‪(٣/٣٠٧ ،‬‬ ‫و‬ ‫ب‬‫ذ‬
‫فه ر ق‬ ‫ق‬
‫كاَ‬ ‫ر‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫م‬ ‫ه‬
‫فن ه ر ه ه‬‫ن‬‫إ‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫ق‬ ‫أ‬ ‫ء‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫ى‬ ‫عل‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫ق‬
‫م ارل ق ن ف ن ه ق ر ق ه ر ق ن ه ر ق ق ق ر ء‬
‫أ‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫ة‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫هاَ‬ ‫و‬ ‫ل لقهه ه‬‫جاَفز هيققاَ ه‬
‫ح ق‬‫ض ارل ف‬ ‫‪.‬بفأقرر ف‬

‫‪“Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu‬‬
‫‪mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok‬‬
‫‪di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal‬‬
‫‪merekalah orang-orang pendusta.” (Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307).‬‬

‫‪Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam‬‬
‫‪kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar sebagai berikut:‬‬

‫ن“‬‫حقرقمري ف‬‫جءد قوتققغل نهبروا قعقلى ارل ق‬


‫ن نق ر‬
‫جروا فم ر‬ ‫خقر ه‬‫ن ق‬ ‫ب ال نفذري ق‬
‫هاَ ف‬ ‫ن قعربفد ارلقو ن‬ ‫ي أقرتقباَعف ارب ف‬ ‫ي قزقماَنفقناَفف ر‬
‫ع فف ر‬ ‫ماَ قوقق ق‬ ‫ي قزقماَنفقناَ ‪:‬قك ق‬‫خقوافرجف فف ر‬ ‫ب ارل ق‬ ‫هاَ ف‬ ‫ن قعربفد ارلقو ن‬ ‫مفد رب ف‬ ‫ح ن‬ ‫ب ففي أقرتقباَعف هم ق‬ ‫طل ق ة‬‫قم ر‬
‫حقتى‬ ‫م ق‬ ‫ه ر‬ ‫ل هعلق ق‬
‫ماَئف ف‬ ‫ة قوققرت ق‬
‫سنن ف‬
‫ل ال ل‬ ‫ه ف‬‫ل أق ر‬
‫ك ققرت ق‬‫حروا بفقذلف ق‬ ‫سقتقباَ ه‬
‫ن قوا ر‬ ‫شفرهكرو ق‬ ‫م هم ر‬ ‫ه ر‬ ‫خاَلققفاَرعفتققاَقد ه‬‫ن ق‬ ‫ن قم ر‬ ‫ن قوأق ن‬ ‫مرو ق‬
‫سفل ه‬ ‫م ر‬ ‫م ارل ه‬‫ه ه‬‫م ه‬ ‫م افرعقتققهدروا أقن نهه ر‬ ‫ة لق ف‬
‫كننهه ر‬ ‫حقناَبفلق ف‬
‫ب ارل ق‬
‫ه ق‬ ‫ن قمرذ ق‬ ‫قوقكاَهنروايقرنقت ف‬
‫حهلرو ق‬
‫ف‪ ”.‬اهـ )ابن عاَبدين‪ ،‬حاَشية رد المحتاَر‪(٤/٢٦٢ ،‬‬ ‫ن قوفماَئققتريفنقوأقرل ء‬ ‫ث قوثقل قثفري ق‬ ‫م ثقل ق ء‬ ‫ن قعاَ ق‬ ‫مري ق‬‫سفل ف‬ ‫م ر‬ ‫ساَفكهر ارل ه‬ ‫م قع ق‬ ‫م قوظقففقر بف ف‬
‫ه ر‬ ‫ه ر‬ ‫ب بفل ققد ه‬ ‫خقر ق‬‫م قو ق‬ ‫شروقكقتهه ر‬ ‫سقر اللهه ق‬ ‫‪.‬قك ق‬

‫‪“Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada‬‬
‫‪pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah.‬‬
‫‪Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-‬‬
‫‪orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah‬‬
‫‪kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-‬‬
‫‪Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar, juz 4, hal. 262).‬‬

‫‪Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah‬‬
‫‪‘ala Dharaih al-Hanabilah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut:‬‬

‫هرر فباَلندرعقوفة إفل ن‬ ‫م يققت ق‬


‫ظاَ ق‬ ‫مددا لق ر‬ ‫ح ن‬ ‫ن هم ق‬ ‫ع أق ن‬‫ن قم ق‬ ‫ماَ تققباَهي ة‬ ‫ن بقريقنهه ق‬ ‫ك ر‬ ‫ق لق ف‬ ‫هاَ ففي رال ققفاَ ف‬ ‫شقرهر ق‬ ‫شقر ق‬ ‫ي ارنقت ق‬ ‫ب الندرعقوفة ال نفت ر‬ ‫ح ف‬ ‫صاَ ف‬ ‫هقو قوالفهد ق‬ ‫ي قو ه‬ ‫جفد ل‬ ‫ي النن ر‬ ‫م ل‬ ‫مري ف‬ ‫ن النت ف‬ ‫ماَ ق‬ ‫سلقري ق‬ ‫ن ه‬ ‫ب رب ه‬ ‫هاَ ف‬ ‫قعربهد ارلقو ن‬
‫ل‬ ‫غ‬ ‫ت‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ق‬
‫ى قولقفدفه هم ق ن ء ف ر ف ف ر ق ر ق ر ق ر ق ف ق‬
‫أ‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ك‬‫ق‬ ‫ل‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ضدباَ قعل ق‬ ‫ن قغاَ ف‬ ‫هقذا أقن نهه قكاَ ق‬ ‫ب ق‬ ‫هاَ ف‬ ‫خ قعربقدارلقو ن‬ ‫شري ق‬ ‫صقر ال ن‬ ‫ن قعاَ ق‬ ‫م ر‬ ‫م قع ن‬ ‫ل ارلفعرل ف‬ ‫ه ف‬ ‫ض أق ر‬ ‫ن بقرع ف‬ ‫ن لقفقريهتهه قع ر‬ ‫ض قم ر‬ ‫ي بقرع ه‬ ‫خبققرنف ر‬ ‫ت قوالففدفه قوأق ر‬ ‫بقرعقدقمرو ف‬
‫ن‬‫ماَ ه‬‫سلقري ق‬‫ك اربهنهه ه‬ ‫صاَقر قوقكقذلف ق‬ ‫صاَقر قماَ ق‬ ‫ا أقرن ق‬ ‫ه‬ ‫ر‬
‫ق‬ ‫د‬
‫ن‬ ‫ق‬
‫ق‬ ‫ق‬
‫ف‬ ‫ر‬
‫فر‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ن‬‫ق‬ ‫م‬
‫ف‬ ‫د‬
‫ء‬ ‫م‬
‫ن‬ ‫ح‬
‫ق‬ ‫م‬
‫ه‬ ‫ن‬‫ر‬ ‫م‬
‫ف‬ ‫ن‬‫ق‬ ‫و‬
‫ر‬ ‫ر‬
‫ق‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ماَ‬ ‫ق‬ ‫ياَ‬
‫ق‬ ‫س‪:‬‬ ‫ف‬ ‫ناَ‬ ‫ن‬ ‫لل‬‫ف‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫و‬
‫ر‬ ‫ق‬
‫ه‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ن‬
‫ق‬ ‫كاَ‬‫ق‬ ‫ق‬
‫ف‬ ‫‪.‬‬ ‫ر‬‫ة‬ ‫م‬‫ر‬ ‫ق‬ ‫أ‬ ‫ه‬
‫ه‬ ‫ن‬
‫ر‬ ‫م‬
‫ف‬ ‫ث‬
‫ه‬ ‫د‬
‫ه‬ ‫ح‬‫ر‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ه‬
‫ه‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ق‬ ‫أ‬ ‫يه‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ف‬ ‫س‬
‫ه‬ ‫ر‬
‫ن‬ ‫ف‬‫ق‬ ‫ت‬ ‫ق‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫و‬
‫ق‬ ‫ه‬ ‫ف‬ ‫ت‬
‫ف‬ ‫ه‬ ‫ق‬ ‫ج‬
‫ف‬ ‫ل‬‫ف‬ ‫ه‬
‫ر‬ ‫ق‬ ‫أ‬ ‫و‬
‫ق‬ ‫ه‬‫ف‬ ‫ف‬ ‫ف‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫س‬
‫ر‬ ‫ق‬ ‫ه ق‬
‫كأ‬ ‫فباَرلففرق ف‬
‫ب(‬ ‫هاَ ف‬ ‫ن قعربفد ارلقو ن‬ ‫مفد رب ف‬ ‫ح ن‬ ‫م ق‬ ‫ب ففي النر فدر قعلقى ه‬ ‫طاَ ف‬ ‫خ ق‬ ‫ل ارل ف‬ ‫ص ه‬ ‫ه ) قف ر‬ ‫ن قرندهه قعلقري ف‬ ‫ماَ ه‬‫سلقري ق‬ ‫خ ه‬ ‫شري ه‬ ‫مى ال ن‬ ‫س ن‬ ‫لثاَقفر قو ق‬ ‫ت قورا ق‬ ‫لياَق ف‬ ‫جفريدادبفراَ ق‬ ‫ه قردردا ق‬ ‫ه قوقرند قعلقري ف‬ ‫ي قدرعقوتف ف‬ ‫ن همقناَففدياَ لقهه فف ر‬ ‫مءد قكاَ ق‬ ‫ح ن‬ ‫خرو هم ق‬ ‫أق ه‬
‫ي‬ ‫ن يقرغقتاَهلهه فف ر‬ ‫ه قم ر‬ ‫ل إفلقري ف‬ ‫س‬‫ف‬ ‫ر‬‫ي‬ ‫د‬
‫ة‬ ‫ر‬ ‫ه‬
‫ق‬ ‫جاَ‬
‫ق‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ف‬ ‫ل‬
‫ف‬ ‫ت‬‫ر‬ ‫ق‬
‫ق‬ ‫لى‬ ‫ق‬ ‫ع‬‫ق‬ ‫ر‬ ‫د‬
‫ف‬ ‫ق‬
‫ر‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫و‬
‫ق‬ ‫ه‬
‫ف‬ ‫ي‬
‫ر‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫ق‬ ‫د‬
‫ة ق ن‬‫ر‬ ‫و‬
‫ق‬ ‫د‬ ‫ح‬
‫ق‬ ‫ق‬ ‫أ‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ن‬
‫ق‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫باَ‬
‫ق‬ ‫ذا‬‫ق‬ ‫إ‬ ‫ن‬
‫ق‬ ‫كاَ‬‫ق‬ ‫ه‬ ‫ن‬
‫ف ه‬ ‫ن‬ ‫إ‬‫ف‬‫ق‬ ‫د‬
‫ق‬ ‫ع‬
‫ف‬ ‫باَ‬
‫ق‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ر‬
‫ا‬ ‫ت‬
‫ف‬ ‫ب‬ ‫ع‬‫ق‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫أ‬‫ي‬‫ر‬ ‫ت‬
‫ف‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ة‬
‫ف‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫ئ‬ ‫هاَ‬
‫ق‬ ‫ر‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ة‬
‫ف‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫و‬
‫ر‬ ‫ص‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ك‬‫ق‬ ‫ر‬
‫ل‬ ‫ف‬ ‫ت‬ ‫ع‬
‫ق‬ ‫م‬
‫ق‬ ‫ه‬‫ف‬ ‫ر‬ ‫ك‬‫ر‬ ‫م‬
‫ق‬ ‫و‬
‫ق‬ ‫ه‬
‫ف‬ ‫ر‬ ‫ش‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫م‬‫ف‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫م‬
‫ق‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫س‬
‫ق‬ ‫قو‬
‫ه‬ ‫ق هر‬ ‫ه‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ر ق‬ ‫ف‬ ‫فر‬ ‫ه ه‬
‫ل ققرتفل فه‪ .‬اهـ )ابن حميد النجدي‪ ،‬السحب الوابلة على ضرائح الحناَبلة‪(٢٧٥ ،‬‬ ‫حل ق ف‬ ‫سفت ر‬ ‫خاَلققفههقوا ر‬ ‫ن ق‬ ‫ه بفقتركففريفر قم ر‬ ‫ق لقريل د لفققرولف ف‬ ‫سرو ف‬ ‫ه أقرو ففي ال ل‬ ‫ش ف‬ ‫‪.‬ففقرا ف‬
“Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di
berbagai penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak terang-terangan
berdakwah kecuali setelah meninggalnya sang ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang yang
semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para
pendahulu dan orang-orang di daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau
selalu berkata kepada masyarakat, “Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya takdir Allah benar-
benar terjadi. Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya
dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh
Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamatkan
Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-
orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara
terang-terangan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena
pendapatnya yang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ‘ala
Dharaih al-Hanabilah, hal. 275).

Inilah berita sedih dan memprihatinkan bagi peradaban Islam dan sejarah peradaban umat manusia secara umum.

Pemerintahan Wahabi Arab Saudi telah menghancurkan ratusan situs/tempat sejarah Islam yang telah berusia 14 abad. Semua ini
dilakukan semata-mata demi uang dan modernisasi walaupun dibungkus dengan ‘dalil-dalil agama’ versi mereka, bukan dalil-dalil agama
yang difatwakan oleh jumhur ulama umat Islam dunia.

Bagaimana bisa dibiarkan begitu saja sepak terjang kaum Wahabi yang merupakan kelompok sangat minoritas dari umat Islam secara
keseluruhan ini untuk mengobok-obok warisan peradaban Islam tanpa izin atau musyawarah dulu dengan mayoritas umat Islam dunia ?

Inilah yang akhirnya terjadi ketika orang-orang Arab Badui Nejed menguasai tanah suci Mekah-Madinah setelah berhasil memberontak dari
Kekhilafahan Usmani (Ottoman Empire). Pemberontakan yang disokong Inggris ini akhirnya berujung pembentukan negara baru yang
bernama Kerajaan Saudi Arabia yang wilayahnya meliputi kawasan Hijaz dan sekitarnya, termasuk dua tanah suci Mekah dan Madinah.
Kaum Quraisy yang penduduk asli Mekah pun lama-kelamaan kian tersingkir. Bahkan bani Hasyim juga telah dipaksa bermigrasi ke
Yordania (dengan skenario Inggris).

Kini Mekah dan Madinah sudah tak sama lagi dengan Mekah dan Madinah yang kita baca di buku-buku sejarah Islam. Suasana sakralnya
makin tergerus oleh suasana hedonisme ala Amerika.

Dulu ketika kaum pemberontak Wahabi Nejed ini berhasil menguasai kota suci Mekah dan Madinah setelah mengalahkan pasukan
pemerintah Khilafah Usmani, maka para ulama di Nusantara ini pun segera merespons dengan pembentukan ‘Komisi Hijaz’. Respons ini
karena para pemberontak Wahabi tersebut telah mulai melakukan perusakan dan penghancuran situs-situs sejarah Islam yang mereka
temui di kedua kota suci tersebut.

Namun lama-kelamaan karena kerajaan Wahabi Saudi Arabia ini makin eksis (apalagi dengan dukungan penuh dari Amerika dan Inggris)
maka respons tersebut kian kendur. Dan tak terasa sudah sekitar 300 situs sejarah peradaban Islam yang mereka hancurkan.

Berikut kami kutip dari berbagai sumber tentang sekte Wahabi dan perkembangannya

************ awal kutipan **********


Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-
Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari
daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin.

Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa
sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama besar
sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.

Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan dalih pemurnian akidah, dia juga
membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata: “Tongkatku ini masih lebih
baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa
manfaatnya sama sekali.

Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan
wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab,
seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya.

Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802,
mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Husein bin Ali bin Abi
Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang
Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.

Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang
terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus
menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka
juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum salihin tersebut.

Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang
bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali.
Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia
berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I.
Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi.

Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi
Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu
menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang sudah mapan.

Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan
mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dilahirkan, yaitu di Suq al Leil
diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin
International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati
nilai-nilai luhur Islam.

Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dimakamkan juga akan dihancurkan dan
diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Begitu
pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang
menentangnya maka diurungkan.

Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan
yang menjadi saksi sejarah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan
tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat
parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di
tempat itu juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.

Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan Wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs
sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah
tersebut mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun Itu
akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.

“Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat
parkir,” katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50
tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut
berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis,
“Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.” (Mirip Masonic bukan?)

Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam
sejak masa Ar-Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya
mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali
peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan
bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan
pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.

Gerakan Wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh
keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan
ahli bid’ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun
kecuali kelompok mereka sendiri.

Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan
penduduk negeri ini.

Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90
% penduduk negeri ini. Mampukah Wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman
orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang
yang dengan nyata bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo
untuk berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum Wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme,
penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).

Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua
omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah
serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari
para ulama yang shaleh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar
tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid’ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama
bid’ah” Karena nama negeri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi
yaitu As-Sa’ud.

******* akhir kutipan ******

Berikut kisah yang disampaikan turun temurun dari keturunan Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani, bersumber
dari :http://www.facebook.com/photo.php?fbid=220630637981571&set=a.220630511314917.56251.100001039095629

****** awal kutipan *****

Pada zaman dahulu di kota Mekkah keluarga Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani (pujangga Indonesia dan makamnya di Ma'la Mekkah
Saudi Arabia) pun tidak luput dari sasaran pembantaian Wahabi. Ketika salah seorang keluarga beliau bernama Syeikh Ahmad Hadi asal
Jaha Cilegon Banten sedang duduk memangku cucunya, tiba-tiba gerombolan Wahabi datang memasuki rumahnya tanpa diundang dan
dengan kejamnya mereka langsung membantai dengan cara menyembelihnya hingga tewas. Dalam pembantaian (penyembelihan) itu
darah Syeikh Ahmad Hadi mengalir membasahi tubuh cucunya yang masih kecil yang sedang berada dalam pangkuannya.

Sedangkan keluarga Syeikh Nawawi Al-Bantany yang lainnya dari golongan laki-laki dikejar-kejar oleh gerombolan Wahabi untuk dihabisi
dan dibunuh. Alhamdulillah Allah swt masih melindungi mereka, sehingga mereka selamat sampai ke tanah air Indonesia dengan cara
menyamar sebagai perempuan.

******* akhir kutipan ******

Wassalam

Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

Anda mungkin juga menyukai