1085 2115 1 SM PDF
1085 2115 1 SM PDF
2, Mf,I2004
Abstracl
In light water reaclor (LWR) systems, water coolant passes through reactor core to remove
heat generated byfission processes. Therefore, the temperature of water coolant raise and the
water coolant is irradialed by neulrons from reactor core. The research was directed to explore
the influences of both of them to the contents of Dissolved Oxygen (DO), Biological Orygen
Dentand (BOD) and Chemical Oxygen Demand (COD).
The research wss done by chemical titration nethod to measure the content of DO, BOD5,
and COD in lhe water coolant in which the reactor was operated at critical condition and
constant power. water samplingwere done after 45',90', l3s', IB0',225', and 270', reactor
operation.
The results of this research are: (l) the temperature of the coolant is increasing as
operating time function, (2) the content of DO is also increasing, while BOD5 and COD tends to
be constant, and (3)in general the reactor water coolant is safe to be released to the
environment.
Keywords: water coolant, heat, irradiation, chemical titration, DO.
sehingga air pendingin primernya tidak terbuang Pada reaktor nuklir berpendingin air, fluida
ke lingkungan, namun dalam kondisi darurat, tidak pendingin akan bersinggungan langsung dengan
terlepas kemungkinan air pendingin primer dapat kelongsong bahan bakar dan struktur material
terlepas ke lingkungan. Karena pembuangan air reaktor. Akibatnya ketika reaktor beroperasi, maka
pendingin reaktor termasuk kategori pembuangan suhu air pendingin akan naik dan air akan
limbah industri, maka pelepasannya ke lingkungan mengalami irradiasi. Salah satu bentuk irradiasi
terikat dengan ketentuan baku mutu effIuent. Oleh adalah terjadinya interaksi antara neutron cepat
2. Setelah reaktor mencapai kondisi kritis pada Untuk mendapatkan gambaran pengaruh lama
daya tetap (100 kW), dilakukan lagi pen goperasian reaktor terhadap temperatur rerata,
pengukuran temperatur dan pengambilan DO, BOD5, dan COD air pendingin primer, maka
sampel air dengan interval waktu sebagai hasil pengukurannya dibandingkan dengan hasil
berikut: sesaat setelah kristis pada daya 100 pengukuran parameter yang sama terhadap
kW (menit ke 0); kemudian menit ke 45,90, cadangan air pasokan Reaktor Kartini maupun
135, 180, 225 dan270. Baku Mutu Lingkungan yang berlaku.
Tabel 1. Data temperatur, DO, BODs, dan COD sebagai fungsi lama operasi reactor
BODs, mg/l 0,066 0,036 0,036 0,035 0,036 0,036 0,034 0,037 Maks.20
COD, mg/l 30,08 13,28 13,24 13,21 13,22 13,3 13,24 13,25 Maks.40
Cannn datadi atas adalah data setelah dianalisis dengan metode Chouvenet dan Anova,
f-- -- "1
I
i
I
I
33 I
I i
oo 32t 1
.5
(! 31 i __..,1
30, il
a!
-+-- An.-Scefe ji
o I- -- --,-^- --'i
o
E
o
l-
"i
28t
27:
90 135 180 270
Gambar l. Grafik pengaruh lama operasi reaktor terhadap temperatur air pendingin
Pengaruh lama operasi terhadap temperatur 2. Sirkulasi sistem pendingin primer maupun
sistem pendingin sekunder terjadi secara
Dari Tabel I dan Gambar I di atas nampak
alamiah maupun secara paksa. Sirkulasi
bahwa temperatur air pendingin meningkat sebagai
alamiah terjadi karena temperatur air di dekat
fungsi lama operasi reaktor. Kenaikan temperatur
teras reaktor lebih tinggi dari temperatur air di
air pendingin tersebut disebabkan karena air
atas tangki reaktor, sehingga rapat jenis air di
pendingin bersentuhan langsung dengan
dekat teras lebih rendah dibandingkan rapat
kelongsong bahan bakar dalam teras reaktor yang
jenis air di atas tangki reaktor; akibatnya secara
temperaturnya naik sebagai fungsi lamanya reaktor
alamiah air di dekat teras akan naik, dan
beroperasi. Kenaikan temperatur air pendingin
sebaliknya air di atas teras/di permukaan tangki
relatif kecil, bahkan hasil analisis statistik ,Sce/e
reaktor akan turun. Di samping itu sirkulasi air
Temperatur menunjukkan bahwa temperatur air
sistem pendingin primer dan sekunder juga
setelah menit ke 45 dibandingkan temperarur
digerakkan oleh pompa, sehingga temperatur
setelah menit ke 90 dan menit ki 135 relatif sama;
air pendingin akan merata pada aras tertentu.
demikian pula dengan temperatur air setelah menit
ke 180 dibandingkan temperarur setelah menit ke 3. Reaktor Kartini merupakan reaktor tipe tangki
225 dan menit ke 270 juga relatif sama. Fenomena terbuka, sehingga memungkinkan terjadinya
ini dapat terjadi karena: konveksi kalor dari air di tangki teras reaktor
ke udara di sekitarnya.
l. Penelitian dilakukan pada kondisi dimana
Reaktor Kartini dioperasikan pada kondisi
kritis pada 100 kW. Pada kondisi ini jumlah Pengaruh lama operasi terhadap DO
neutron dari satu generasi ke generasi Secara teoritis, kadar DO akan menurun
berikutnya adalah tetap, atau dengan kata lain sebagai fungsi temperatur, namun dari hasil
proses fissi setiap detiknya adalah sama, penelitian sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel
sehingga kalor (heat) yang dibangkitkan dalam L dan Gambar 2. menunjukkan bahwa kadar DO
teras reaktor tiap waktu juga relatif sama. tidak menurun tetapi cenderung naik; peristiwa ini
dapat terjadi karena:
CD 5J
E
6eoj
S rur
8*'
'F 15 1
t+
+DO
temp.
-,i I
tl
li
_ _, __,ir
E tol
I
I
8.
Ei
si I
l
e si '
45 90
' !
L Disain teras/sistem pendingin primer Reaktor berubah sebagai fungsi lama reaktor beroperasi.
Kartini menggunakan sistem kolam terbuka, Fenomena ini menunjukkan bahwa jumlah
sehingga ketika reaktor beroperasi kandungan zat organik dalam air pendingin primer
memungkinkan terjadinya difusi oksigen dari relatif tetap/ tidak berubah, meskipun reaktor telah
udara di sekitar kolam reaktor ke dalam air beroperasi cukup lama. Kondisi seperti itu dapat
pendingin primer reaktor. terjadi karena sistem pendingin primer Reaktor
beroperasi, air pendingin dalam
Kartini dilengkapi dengan sistem pemurnian air
2. Ketika reaktor
yang dilengkapi dengan skimmer, filter maupun
teras reaktor berada dalam pengaruh medan
demineraliser, sehingga kemurnian air pendingin
radiasi y. lnteraksi radiasi 1 dengan air
primer selalu terjaga.
pendingin mengakibatkan terjadinya radiolisis
molekul air pendingin dengan menghasilkan
radikal-radikal bebas yang pada akhirnya dapat Kadar DO, BODs, dan COD ditinjau dari baku
menghasilkan oksigen. Namun karena interaksi mutu.
antara air dan radiasi y bersifat stokastik, maka Dari Tabel l. juga nampak bahwa kadat DO
perhitungan seberapa besar pengaruh radiasi 7 dalam air pendingin reaktor mencapai 7,88 mg/I,
terhadap kadar oksigen terlarut dalam air lebih besar dari batas minimal Baku Mutu yang
sangat kompleks. berlaku. Bahkan cenderung meningkat sebanding
3. Karena perubahan temperatur air pendingin dengan lamanya reaktor beroperasi. Sementara itu
sebagai fungsi lama pengoperasian reaktor kadar BOD5 dan COD relatif tetap, hampir tidak
ternyata relatif kecil, maka perubahan kadar terpengaruh lamanya reaktor beroperasi, dengan
oksigen terlarut dalam air pendingin yang nilai rerata masing-masing adalah 0,0357 mg/l dan
disebabkan oleh perubahan temperatur juga 13,249 mg/|. Jika nilai BODs dan COD tersebut
sangat kecil. dibandingkan dengan batas maksimum .BODs dan
COD limbah cair yang diperkenankan, yakni 20
Pengaruh lama operasi terhadap BOD5 dan mg/l dan 40 mgll, maka nilai BOD; dan COD air
coD pendingin Reaktor Kartini jauh di bawah batas
ambang maksimum yang diperkenankan.
Dari Tabel L dan Gambar 3. nampak bahwa
kadar BODs dan COD air pendingin relatif tidak
l I
o
l
' O \r!t
ca.. -'
i
()
c30t a- -- ""o" ""'o"" "'a" ""'o"" "'? " "' l
i--
€zs, "'o"' lemD','
I nzor
Hrsi
_r_66pu1
O70 l
---# COD',
te-51
i E 0i
e 0 45 90 135 180 225 270
Waldu Pengoperasian
Gambar 3. Grafik pengaruh lama operasi reaktor terhadap kadar BOD5 dan COD