Anda di halaman 1dari 7

l14 FORUM TEKNIK VOL.28, NO.

2, Mf,I2004

Pengaruh Pengoperasian Reaktor Kartini terhadap


Kadar DO, BOD, dan COD Air Pendingin primer
Agus Budhie wijatnat), Tri wulan Tjiptono2), dan Tony Dwi susanto3)
t)Jurusan
Teknik Fisika Fakultas Teknik UCM, Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta
2)Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju - BATAN, Jln. Babar#i, yogyakarta
*
')Fakultas Teknik Industri, UpN Viteran, Jln. Babarsari, yogyakart a

Abstracl

In light water reaclor (LWR) systems, water coolant passes through reactor core to remove
heat generated byfission processes. Therefore, the temperature of water coolant raise and the
water coolant is irradialed by neulrons from reactor core. The research was directed to explore
the influences of both of them to the contents of Dissolved Oxygen (DO), Biological Orygen
Dentand (BOD) and Chemical Oxygen Demand (COD).
The research wss done by chemical titration nethod to measure the content of DO, BOD5,
and COD in lhe water coolant in which the reactor was operated at critical condition and
constant power. water samplingwere done after 45',90', l3s', IB0',225', and 270', reactor
operation.
The results of this research are: (l) the temperature of the coolant is increasing as
operating time function, (2) the content of DO is also increasing, while BOD5 and COD tends to
be constant, and (3)in general the reactor water coolant is safe to be released to the
environment.
Keywords: water coolant, heat, irradiation, chemical titration, DO.

l. Pendahuluan karena itu sebelum dibuang ke lingkungan,


Filosofi keselamatan reaktor nuklir kualitas air pendingin primer harus diketahui;
selalu
menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan apakah memenuhi baku mutu eflluent yang
deterministik dan pendekatan probabilistik. Pende- diperkenankan atau tidak. Parameter-parameter
katan deterministik diimplementasikan dalam utama yang digunakan untuk mengukur kualitas
angka-angka keselamatan yang bersifat opti m i stik, air adalah (a) parameter fisik, (b) parameter kimia,
sedangkan pada pendekatan probabilistik, konsep
(c) parameter bakteriologis, dan (d) parameter
keamanan diwujudkan dalam angka-angka radioaktivitas. Kadar Dissolved Orygen (DO),
probabilistik yang bersifat pesimistik guna Biological Oxygen Demand (BOD), dan Chemical
memperhitungkan kemungkinan terjadinya kece- Oxygen Demand (COD) merupakan tiga dari
lakaan yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, sejumlah parameter kimia air yang harus diketahui
meskipun sistem pendingin primer Reaktor Kartini nilainya sebelum air pendingin primer dilepas ke
merupakan sistem kalang tertutup (closed loop) badan air.

sehingga air pendingin primernya tidak terbuang Pada reaktor nuklir berpendingin air, fluida
ke lingkungan, namun dalam kondisi darurat, tidak pendingin akan bersinggungan langsung dengan
terlepas kemungkinan air pendingin primer dapat kelongsong bahan bakar dan struktur material
terlepas ke lingkungan. Karena pembuangan air reaktor. Akibatnya ketika reaktor beroperasi, maka
pendingin reaktor termasuk kategori pembuangan suhu air pendingin akan naik dan air akan
limbah industri, maka pelepasannya ke lingkungan mengalami irradiasi. Salah satu bentuk irradiasi
terikat dengan ketentuan baku mutu effIuent. Oleh adalah terjadinya interaksi antara neutron cepat

ISSN:0216-7565 Terakreditasi BAN DIKTI NO: 4giDIKTVKEP/2003


FORUM TEKNIK VOL. 28, NO. 2, MEI 2OO4 115

dengan oksigen yang terkandung dalam air H*aq+OH-aq ) H2O +aq


pendingin reaktor melalui reaksi'6O1n,p;'t{.
Radioisotop '61\{ merupakan sumber' radiasi Hzo ) 'oH+'H
pemancar p- dengan tenaga maksimum 4,26 MeY
Segera setelah terbentuk radikal bebas 'OH dan
yang dalam proses peluruhannya selalu diikuti 'H, kedua radikal bebas tersebut akan terdistribusi
emisi radiasi y dengan tenaga 6,13 MeV dan 7,13
dalam pendingin primer; radikal satu akan
MeV. Emisi radiasiy di samping sangat berbahaya
bereaksi dengan yang lain dan menghasilkan gas
juga dapat menyebabkan terjadinya proses hidrogen (H2), hidrogen peroksida (HzO) dan air
radiolisis molekul air pendingin. Namun karena (H2o):
umur paronya (half life) pendelc yakni 7,35 detik,
maka proses radiolisis ini hanya berlangsung
ketika reaktor beroperasi; dan proses tersebut akan
'H +'H )Hz
berhenti dengan sendirinya ketika reaktor berhenti
'oH + 'oH ) HzOz
'H + 'oH ) HzO
operasi (shutdown). Sedangkan pengaruh radiasi y
terhadap airberupa perubahan kadar oksigen
Dengan demikian reaksi-reaksi yang terjadi akibat
terlarut maupun terbentuknya radikal-radikal irradiasi terhadap air adalah:
bebas di dalam air pendingin akan terus berlanjut,
meskipun reaktor telah berhenti beroperasi.
2H2o1 ) H2O2 + H2
Perubahan kadar oksigen terlarut dan terben-
HzO )'H+'oH
tuknya radikal bebas dalam air pendingin dapat
mempengaruhi: (a) laju korosi bahan bakar dan Reaksi pembentukan H2O2 dan Hz di atas
struktur material reaktor; (b) aras radioaktivitas merupakan komponen utama reaksi maju, yang
(radioactivity level) air pendingin reaktor; (c) selanjutnya di ikuti reaksi :

kualitas air pendingin reaktor; dan (d) menjadi


indikator aman-tidaknya air pendingin reaktor bagi 'H +H2O2 )'911 +H2O
kehidupan biota akuatik jika dibuang ke
'oH+Hz )'H*Hzo
lingkungan.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian Sehingga reaksi nettonya adalah:
perubahan kadar oksigen terlarut dalam air
pendingin baik yang disebabkan oleh pengaruh H2+H2O2 ) ZHzO
kenaikan suhu air pendingin, maupun pengaruh
iradiasi bahan-bahan radioaktif terhadap air Karena air pendingin reaktor mengandung 02 ,
pendingin ketika reaktor sedang beroperasi maka juga akan terbentuk radikal 'HO2 melalui
maupun setelah di-shutdown. reaksi :

2. Fundamental 'H +oz )'Ho2;


Pengaruh irradiasi
atau melalui reaksi
Irradiasi terhadap air akan menyebabkan
terjadinya radiolisis molekul air melalui reaksi e'aq + 02 ) O-2 +'H ) 'HOz
(Cember H., 1969):
Radikal 'HO, di dalam airdapat menyebabkan
Radiasiy terbentuknya hidrogen peroksida (HzOz) dan
\ oksigen (O2), melalui reaksi-reaksi sebagai berikut;
HzO ) HzO* 4€,
H2O* + aq ) H*aq +'OH ;

H2O+ e-+ag ) 'H + OH-aq

ISSN:0216-7565 Terakreditasi BAN DIKTI NO: 49|DIKTI/KEP/2003


ll6 FORUM TEKNIK VOL.28, NO.2, MEI2OO4

I ).Reaksi yang menghasilkan 02 exchanger, HE), semakin lama akan semakin


menebal, sehingga akan menurunkan kemampuan
'H O, + H2O2 t H2O + 'OH + Oz HE memindah kalor.

'Ho, +'oH ) Hzo + 02 Pengaruh temperatur

2'HO, + H2O2) 2H2O2 + Oz Kadar oksigen terlarut dalam keadaan jenuh


bervariasi tergantung pada temperatur dan tekanan
2'HO2) H2O2+9, atmosfir. Menurut Srikandi (1992), pada
0C
temperatur 20 dengan tekanan satu atmofir,
'HOr+'gg, t H2O2 + It kadar oksigen terlarut dalam keadaanjenuh adalah
9,2 ppm, sedangkan pada temperatur 30 oC dengan
2). Reaksi yang menghasilkan HzOz tekanan yang sama kadar jenuhnya hanya 7,6 ppm.
Semakin tinggi temperatur air semakin rendah
) Hzor
'H o, + '11 pula tingkat kejenuhan oksigen terlarut.
'Hor+'gg, ) o2+H2oz Menurut Herkwanto (1985), ketika Reaktor
2'HOz ) Oz+H:or Kartini beroperasi pada kondisi kristis dengan
2'HOz + H2O2) 02 + 2H2O2 daya tetap 100 kW, temperatur air pendingin
0C
berkisar antara 30 - 35 0C. Meskipun kisaran
Reaksi pembentukan yang berlangsung sangat temperaturnya relatif kecil namun perubahan
cepat (dalam orde piko detik) tersebut di atas dapat temperatur ini akan berpengaruh terhadap kadar
terjadi karena oksigen terlarut dalam air pendingin oksigen terlarut dalam air pendingin,
reaktor terirradiasi oleh photon y. Proses yang Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah
berlangsung secara tidak terkendali ini menyebab- dalam air akan menyebabkan biota-biota akuatik
kan konsentrasi oksigen terlarut dalam air tidak mampu melangsungkan kehidupannya di
pendingin reaktor mengalami perubahan. Produk- dalam media air tersebut. Sebaliknya jika kadar
produk radiolisis tersebut di samping sangat oksigen terlarut dalam air terlalu tinggi, maka
reaktif terhadap bahan-bahan pengotor yang proses pengikatan oksigen terhadap hidrogen yang
terlarut dalam air pendingin, juga menjadi bersifat melapisi logam-logam yang berada dalam media
korosif terhadap kelongsong bahan bakar dan air akan semakin kuat, akibatnya proses korosi
bahan struktur reaktor. Radikal 'HO, hasil akan semakin cepat.
radiolisis air dengan oksigen terlarut merupakan
oksidator yang sangat kuat dalam mengoksidasi
3. Metodologi
ion-ion logam yang terlarut menjadi bentuk lain
dengan valensi yang lebih tinggi dan sukar larut Karena pendingin primer Reaktor Kartini
dalam air; misalnya Fe2* menjadi Fe3* melalui menggunakan sistem kalang tertutup, maka dapat
reaksi: digunakan asumsi bahwa parameter fisika, kimia,
bateriologis, dan radioaktivitas air pendingin
'Ho, +H* +3Fe2* ) 3Fe3* + 2o'H bersifat homogen; sehingga hasil analisis sampel
air yang diambil dari tangki teras reaktor dianggap
dapat merepresentasikan nilai parameter-parameter
Akibatnya akan terbentuk kerak pada permukaan
bagian dalam pipa pendingin. Selain menyebabkan
air pendingin secara keseluruhan. Untuk
mengetahui pengaruh temperatur/lama operasi
korosi, pengendapan produk-produk korosi dan
reaktor terhadap DO, BOD;, dan COD maka
pengendapan bahan-bahan teraktivasi dapat
tahapan penelitian dilaksanakan sebagai berikut:
mengkontaminasi pipa sistem pendingin primer
reaktor. Demikian pula jika oksida tersebut l. Pengukuran temperatur dan pengambilan
terbentuk pada dinding alat penukar kalor (heat sampel air sebelum reaktor beroperasi.

ISSN:0216-7565 Terakreditasi BAN DIKTI NO: 49|DIKTVKEP/2003


FORUM TEKNIKVOL.28, NO.2, MEI2004 tt1

2. Setelah reaktor mencapai kondisi kritis pada Untuk mendapatkan gambaran pengaruh lama
daya tetap (100 kW), dilakukan lagi pen goperasian reaktor terhadap temperatur rerata,

pengukuran temperatur dan pengambilan DO, BOD5, dan COD air pendingin primer, maka
sampel air dengan interval waktu sebagai hasil pengukurannya dibandingkan dengan hasil
berikut: sesaat setelah kristis pada daya 100 pengukuran parameter yang sama terhadap
kW (menit ke 0); kemudian menit ke 45,90, cadangan air pasokan Reaktor Kartini maupun
135, 180, 225 dan270. Baku Mutu Lingkungan yang berlaku.

3. Sampel air dianalisis menggunakan metode


titrasi kimia, meliputi tes BOD lima hari 4. Hasil dan Pembahasan
(BOD;'),tes COD, dan tes DO di Laboratorium Data pengukuran laboratorium
kemudian
Instalasi Pengolah Akhir Limbah (IPAL) dianalisis menggunakan metoda Chowenet dan
Yogyakarta. Anova, sehingga diperoleh hasil seperti yang
ditunjukkan pada Tabel I dan Gambar l. di bawah
ini:

Tabel 1. Data temperatur, DO, BODs, dan COD sebagai fungsi lama operasi reactor

Air Air pendingin primer Baku

Umpan 0' 45' g0' 135' 180' 225' 270' Mutu


oC 29 29,83 30 30 31,35 31,93 32,4
Temp,
DO, mg/l 7,5 7,88 7,867 8,32 7,93 8,28 8,35 8,68 Min.3

BODs, mg/l 0,066 0,036 0,036 0,035 0,036 0,036 0,034 0,037 Maks.20

COD, mg/l 30,08 13,28 13,24 13,21 13,22 13,3 13,24 13,25 Maks.40

Cannn datadi atas adalah data setelah dianalisis dengan metode Chouvenet dan Anova,

f-- -- "1
I

i
I
I
33 I

I i

oo 32t 1

.5
(! 31 i __..,1

l 1--> Eksperimen l,l

30, il
a!
-+-- An.-Scefe ji
o I- -- --,-^- --'i
o
E
o
l-
"i
28t
27:
90 135 180 270

V\hkU Pengoperasian (menit)

Gambar l. Grafik pengaruh lama operasi reaktor terhadap temperatur air pendingin

ISSN:0216-7565 Terakreditasi BAN DIKTI NO: 49/DIKTUKEP2003


ll8 FORUM TEKNIK VOL.28, NO.2, MEI2OO4

Pengaruh lama operasi terhadap temperatur 2. Sirkulasi sistem pendingin primer maupun
sistem pendingin sekunder terjadi secara
Dari Tabel I dan Gambar I di atas nampak
alamiah maupun secara paksa. Sirkulasi
bahwa temperatur air pendingin meningkat sebagai
alamiah terjadi karena temperatur air di dekat
fungsi lama operasi reaktor. Kenaikan temperatur
teras reaktor lebih tinggi dari temperatur air di
air pendingin tersebut disebabkan karena air
atas tangki reaktor, sehingga rapat jenis air di
pendingin bersentuhan langsung dengan
dekat teras lebih rendah dibandingkan rapat
kelongsong bahan bakar dalam teras reaktor yang
jenis air di atas tangki reaktor; akibatnya secara
temperaturnya naik sebagai fungsi lamanya reaktor
alamiah air di dekat teras akan naik, dan
beroperasi. Kenaikan temperatur air pendingin
sebaliknya air di atas teras/di permukaan tangki
relatif kecil, bahkan hasil analisis statistik ,Sce/e
reaktor akan turun. Di samping itu sirkulasi air
Temperatur menunjukkan bahwa temperatur air
sistem pendingin primer dan sekunder juga
setelah menit ke 45 dibandingkan temperarur
digerakkan oleh pompa, sehingga temperatur
setelah menit ke 90 dan menit ki 135 relatif sama;
air pendingin akan merata pada aras tertentu.
demikian pula dengan temperatur air setelah menit
ke 180 dibandingkan temperarur setelah menit ke 3. Reaktor Kartini merupakan reaktor tipe tangki
225 dan menit ke 270 juga relatif sama. Fenomena terbuka, sehingga memungkinkan terjadinya
ini dapat terjadi karena: konveksi kalor dari air di tangki teras reaktor
ke udara di sekitarnya.
l. Penelitian dilakukan pada kondisi dimana
Reaktor Kartini dioperasikan pada kondisi
kritis pada 100 kW. Pada kondisi ini jumlah Pengaruh lama operasi terhadap DO
neutron dari satu generasi ke generasi Secara teoritis, kadar DO akan menurun
berikutnya adalah tetap, atau dengan kata lain sebagai fungsi temperatur, namun dari hasil
proses fissi setiap detiknya adalah sama, penelitian sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel
sehingga kalor (heat) yang dibangkitkan dalam L dan Gambar 2. menunjukkan bahwa kadar DO
teras reaktor tiap waktu juga relatif sama. tidak menurun tetapi cenderung naik; peristiwa ini
dapat terjadi karena:

t-- --- -- --' --

CD 5J
E
6eoj
S rur
8*'
'F 15 1
t+
+DO
temp.
-,i I

tl
li
_ _, __,ir
E tol
I
I

8.
Ei
si I
l

e si '
45 90
' !

135 180 225 270

Waklu Pengoperasian (menit)

Gambar 2. Grafik pengaruh lama operasi reaktor terhadap kadar DO

ISSN:0216-7565 Terakreditasi BAN DIKTI NO: 49IDIKTUKEP/2003


FORUM TEKNIK VOL. 28, NO. 2, MEI 2OO4 u9

L Disain teras/sistem pendingin primer Reaktor berubah sebagai fungsi lama reaktor beroperasi.
Kartini menggunakan sistem kolam terbuka, Fenomena ini menunjukkan bahwa jumlah
sehingga ketika reaktor beroperasi kandungan zat organik dalam air pendingin primer
memungkinkan terjadinya difusi oksigen dari relatif tetap/ tidak berubah, meskipun reaktor telah
udara di sekitar kolam reaktor ke dalam air beroperasi cukup lama. Kondisi seperti itu dapat
pendingin primer reaktor. terjadi karena sistem pendingin primer Reaktor
beroperasi, air pendingin dalam
Kartini dilengkapi dengan sistem pemurnian air
2. Ketika reaktor
yang dilengkapi dengan skimmer, filter maupun
teras reaktor berada dalam pengaruh medan
demineraliser, sehingga kemurnian air pendingin
radiasi y. lnteraksi radiasi 1 dengan air
primer selalu terjaga.
pendingin mengakibatkan terjadinya radiolisis
molekul air pendingin dengan menghasilkan
radikal-radikal bebas yang pada akhirnya dapat Kadar DO, BODs, dan COD ditinjau dari baku
menghasilkan oksigen. Namun karena interaksi mutu.
antara air dan radiasi y bersifat stokastik, maka Dari Tabel l. juga nampak bahwa kadat DO
perhitungan seberapa besar pengaruh radiasi 7 dalam air pendingin reaktor mencapai 7,88 mg/I,
terhadap kadar oksigen terlarut dalam air lebih besar dari batas minimal Baku Mutu yang
sangat kompleks. berlaku. Bahkan cenderung meningkat sebanding
3. Karena perubahan temperatur air pendingin dengan lamanya reaktor beroperasi. Sementara itu
sebagai fungsi lama pengoperasian reaktor kadar BOD5 dan COD relatif tetap, hampir tidak
ternyata relatif kecil, maka perubahan kadar terpengaruh lamanya reaktor beroperasi, dengan
oksigen terlarut dalam air pendingin yang nilai rerata masing-masing adalah 0,0357 mg/l dan
disebabkan oleh perubahan temperatur juga 13,249 mg/|. Jika nilai BODs dan COD tersebut
sangat kecil. dibandingkan dengan batas maksimum .BODs dan
COD limbah cair yang diperkenankan, yakni 20
Pengaruh lama operasi terhadap BOD5 dan mg/l dan 40 mgll, maka nilai BOD; dan COD air
coD pendingin Reaktor Kartini jauh di bawah batas
ambang maksimum yang diperkenankan.
Dari Tabel L dan Gambar 3. nampak bahwa
kadar BODs dan COD air pendingin relatif tidak

l I

o
l

' O \r!t
ca.. -'
i

()
c30t a- -- ""o" ""'o"" "'a" ""'o"" "'? " "' l

i--
€zs, "'o"' lemD','
I nzor
Hrsi
_r_66pu1
O70 l
---# COD',
te-51
i E 0i
e 0 45 90 135 180 225 270
Waldu Pengoperasian

Gambar 3. Grafik pengaruh lama operasi reaktor terhadap kadar BOD5 dan COD

ISSN:0216-7565 Terakreditasi BAN DIKTI NO: 49/DIKTI/KEP/2003


t20 FORUM Tf,KNIK VOL.2E, NO.2, MEI2OO4

5. Kesimpulan Unit Instalasi Pengolah Akhir Limbah Yogyakarta


atas segala bantuan dan fasilitas yang diberikan
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan
sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
sebagai berikut:

L Kadar oksigen terlarut (DO) dalam air Daftar Pustaka


pendingin Reaktor Kartini meningkat sebagai
fungsi lama operasi reaktor. Cember H., 1969., Introduction to Health Physics,
I'ted. Pergamon Press Ltd.,UK.
2, Kenaikan temperatur air pendingin dari 290C
menjadi = 320C yang secara teoritis Herkwanto, 1985., Harga Air Reaktor Kartini.,
menurunkan kadar DO, ternyata tidak terjadi Slcripsi FMIPA-UGM
dalam sistem reaktor nuklir, karena pada saat Lamarsh JR., 1972., Introduction to Nuclear
yang bersamaan proses radiolisis akibat radiasi Reactor Theory., New York University.
meningkatkan kadar oksigen terlarut; dan
Shapiro J., 1990.,Radiation Protection 3'ded.
faktor radiolisis lebih dominan daripada Havard Univ. Press, Cambridge, UK
perubahan temperatur.
Srikandi, F., 1992., Polusi Air dan Udara.
3. Pengaruh lama pengoperasian reaktor terhadap
Kanisius. Yoryakarta.
nilai rerata BODs dan COD relatif kecil (0,0357
mg/l dan 13,249 mdD,jauh di bawah ambang Sunaryo, 1995., Aspek Penelitian dan
Pengembangan Kimia Air Pendingin Reaktor.,
batas yang diperkenankan.
Prosiding Seminar ke-3 Teknologi dan
4. Ditinjau dari kadar DO, BODs;, dan COD nya,
Keselamatanm PLTN serta Fasilitas Nuklir.,
maka air pendingin Reaktor Kartini aman
PPTKR-PRSG, Serpong.
dibuang/terlepas ke lingkungan.
Taftazani A., 1981., Kimia Air., Slripsr, Jurusan
Teknik Nuklir FT-UGM.
Ucapan Terimakasih
Wisnu S., 1984., Kimiawi Zat Pendingin, Buku
Penulis mengucapkan terimaksih yang
Petunjuk Supervisor Rcaktor, BATAN.
sebesar-besarnya kepada Kepala Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Maju (P3TM)
BATAN Yogyakarta dan Kepala Laboratorium

ISSN:0216-7565 Terakreditasi BAN DI KTI NO: 49|DIKTI/KEP/2003

Anda mungkin juga menyukai