Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel- sel normal berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Adji, 2010). Di Indonesia
kanker payudara mendududuki tempat kedua (15,8%) dari sepuluh kanker tebanyak
setelah kanker mulut rahim ditempat pertama. Kanker payudara umumnya
menyerang wanita yang telah berusia lebih dari 40 tahun. Diperkirakan semakin
meningkat di masa yang akan datang. Hal ini mungkin disebabkan antara lain oleh
gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi lingkungan, penggunaan
insektisida, zat zat pengawet, penyedap rasa, pewarna, serta strees yang
berkepanjangan. Ditinjau dari tingkat provinsi, Jawa tengah memiliki prevalensi
kanker payudara 1,3 dari total penduduk Jawa Tengah. Dari Prevelansi kejadian
kanker payudara di jawa tengah, kabupaten Boyolali memiliki pravalensi kanker
payudara secara keseluruhan mencapai 0,9% dari jumlah penduduk (Tasripiyah,
2012).
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya
tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya
meliputi pembedahan/operasi, radioterapi/penyinaran, kemoterapi, dan terapi
hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi
dalam beberapa kombinasi. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian
atau seluruh payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama
dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat
kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara salah satunya dapat dilakukan
dengan cara Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta
benjolan disekitar ketiak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

4
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Mamae di
RSD dr. Soebandi Jember.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Ca mamae
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat
c. Mampu merumuskan rencana tindakan selama memberikan asuhan
keperawatan
d. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan
e. Mampu melakukan evaluasi dari asuhan keperawatan yang telah
diberikan.

BAB II
KONSEP TEORI
A. Defenisi
Ca mammae (Carcinoma mammae) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran

5
susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Ca mammae adalah
keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang
payudara, tidak termasuk kulit payudara (Wijaya, 2013).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak terkontrol, sel-sel
kanker bisa menyebar (bermestastase) pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya
dapat mengakibatkan kematian. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di
tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. Kanker payudara merupakan
penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak
teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh
menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005).
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan
tidak terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat
menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari
jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi, tidak
semua tumor merupakan kanker karena sifatnya yang tidak menyebar atau
mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar ke
seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas.
Teorinya, setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya
timbul pada saluran atau kelenjar susu (Mansjoer, 2000).

Menurut Wijaya (2013) kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:


1. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada
kulit dan otot pektoralis.
2. Stadium II A
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
Stadium II B

6
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
3. Stadium III A
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.
Stadium III B
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan
keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula
atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan
edema pada tangan.
Stadium III C
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis
kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau
metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
4. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau
tulang rusuk.

B. Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt
menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan
bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan kanker payudara, namun apa
yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik
ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang
menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang
dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua
hormon ovarium utama, estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker
payudara (Brunner dan Suddart, 2005)
Penyebab Ca Mammae menurut Adji (2010) :
1. Genetika

7
a. Adanya kecendrungan pada keluarga tertentulebih banyak kanker payudara
daripada keluarga yang lain.
b. Pada kembar monozygote, terdapat kanker yang sama
c. Terdapat kesamaan lateralisasi kanker buah dada pada keluarga dekat dari
penderita kanker payudara
d. Seorang dengan klinifelter akan mendapat kemungkinan 66 kali dari pria
normal atau angka kejadiannya 2%.
2. Hormon
a. Kanker payudara umumnya pada wanita, dan pada laki-laki
kemungkinannya sangat kecil.
b. Insiden akan lebih tinggi pada wanita diatas 35 tahun.
c. Saat ini pengobatan dangan menggunakan hormon hasilnya sangat
memuaskan
3. Virogen
Baru dilakukan percobaan pada manusia dan belum terbukti pada manusia
4. Makanan
Terutama makanan yang banyak mengandung lemak

5. Radiasi daerah dada


Sudah lama diketahui, radiasi dapat menyebabkan mutagen.

Faktor resiko untuk kanker payudara menurut Tasripiyah (2012) yaitu


sebagai berikut:
1. Usia di atas 40 tahun.
2. Ada riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga.
3. Menstruasi pada usia yang muda/ usia dini.
4. Manopause pada usia lanjut.
5. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pertama pada usia lanjut.
6. Penggunaan esterogen eksogen dengan jangka panjang.
7. Riwayat penyakit fibrokistik.
8. Kanker endometrial, ovarium atau kanker kolon.
Akan tetapi hanya 25 % wanita yang mengalami kanker payudara
mempunyai beberapa faktor resiko ini. Karena itu salah satu faktor resiko yang
paling penting adalah sangat sederhana yaitu wanita. Beberapa penelitian telah
menunjukkan hubungan diet di antara masukan tinggi lemak, kegemukan dan
terjadinya kanker payudara, tetapi hubungan ini belum di ciptakan secara pasti
(Tasripiyah, 2012).

8
C. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasi sel-sel dengan perkembangan sel-
sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal
sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter1
cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari carsinoma mammae telah
bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastase dengan penyebran langsung ke
jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Wijaya, 2013).
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker
yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan
anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara
biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel
di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel
ganas di antar sel-sel normal (Wijaya, 2013).
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Wijaya, 2013):
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

9
D. Tanda dan Gejala
Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa ada tanda dan gejala). Tanda
awal yang paling umum terjadi adalah adanya benjolan atau penebalan pada
payudara. Kebanyakan 90 % ditemukan oleh wanita itu sendiri, akan tetapi di
temukan secara kebetulan, tidak dengan menggunakan pemeriksaan payudara
sendiri (sadari), karena itu yayasan kanker menekankan pentingnya melakukan
sadari (Tasripiyah, 2012).
Tanda dan gejal lanjut dari kanker payudara meliputi kulit sekung (lesung),
retraksi atau deviasi putting susu, dan nyeri, nyeri tekan atau rabas khususnya
berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang
menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya
merupakan tanda lanjut dari penyakit (Tasripiyah, 2012).
Menurut Tasripiyah (2012) Tanda dan gejala ca mamae antara lain yaitu
sebagai berikut:
1. Ada benjolan yang keras di payudara
2. Bentuk puting berubah (bisa masuk kedalam atau terasa sakit terus-menerus),
mengeluarkan cairan / darah
3. Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut, iritasi, seperti kulit
jeruk
4. Adanya benjolan-benjolan kecil
5. Ada luka dipayudara yang sulit sembuh
6. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak
7. Terasa sakit / nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tapi tetap harus
diwaspadai)
8. Terasa sangat gatal didaerah sekitar putting.
Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi). dan biasanya pada awal-
awalnya tidak terasa sakit. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya
pada 1 payudara.

E. Penatalaksanaan
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya
tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya
meliputi pembedahan/operasi, radioterapi/penyinaran, kemoterapi, dan terapi
hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi
dalam beberapa kombinasi (Tasripiyah, 2012).
1. Pembedahan/operasi

10
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh
payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan
pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif
(menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu:
a. Masektomi Radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian terapi.
Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya
kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
b. Masektomi Total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.
c. Modified Radikal Mastektomi, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta
benjolan disekitar ketiak.
Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan onkologis
pada keganasan payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan
payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan
puting susu serta kulit diatas tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila ipsilateral level I, II/III secara en bloc tanpa mengangkat m.pektoralis
major dan minor.
1) Anatomi Payudara
a) Batas – batas payudara
(1) Superior : iga II/III sub-clavicula
(2) Inferior : lipatan infra mamari
(3) Medial : garis parasternal
(4) Lateral : garis aksila anterior / medius
b) Jaringan penyusun payudara
(1) Parenkhim
15-20 lobus kelenjar payudara yang berasal dari tubulus dan
alveolus.
(2) Stroma
Terdiri dari jaringan ikat, saraf dan lemak.
c) Vaskularisasi
Berasal dari :
(1) Arteri mammaria interna cabang dari arteri subklavia
(2) Arteri aksillaris dengan cabangnya : arteri thorakoakromialis,
arteri thorakalis lateralis dan arteri subskapularis yang bercabang
menjadi arteri thorakalis dorsalis

11
(3) Arteri interkostalis III, IV, V, yang merupakan cabang dari aorta
d) Pembuluh lymphe
(1) KGB aksila : terdiri dari 3 grup yaitu :
Level I : lateral m.pektoralis minor
Level II : posterior m.pektoralis minor
Level III : medial m.pektoralis minor
(2) KGB interpektoral (Rotter)
(3) KGB mammaria interna dan mediastinum anterior
(4) KGB supraklavikula
(5) Mamma dan regional kontralateral
(6) Infra diafragmatika
2) Indikasi Modified Radical Mastectomy
a) Ca mamae yang terbatas pada payudara dan aksila tanpa invasi pada
otot pektoralis mayor
b) Ca mamae stadium dini yang tidak memenuhi syarat BCS (Breast
Conserving Surgery)
c) Ca mamae stadium lokal lanjut dengan syarat tertentu
d) Ca mamae yang mengalami rekurensi setelah BCS (Breast
Conserving Surgery)
3) Kontraindikasi Modified Radical Mastectomy
a) Edema luas kulit payudara
b) Edema lengan
c) Satelit nodul pada kulit
d) Nodul para sternal
e) Metastase supraclavicular
f) Metastase jauh
g) Inflammatory carcinoma

4) Komplikasi
a) Cidera nervus thorakalis longus (motoris) menyebabkan kelumpuhan
otot serratus anterior (winged scapula)
b) Cidera nervus thorakodorsalis menyebabkan kelumpuhan otot
latissimus dorsi
c) Cidera nervus interkostobrakialis (sensoris) menyebabkan rasa
hipoestesia / anestesi pada sisi medial lengan atas
d) Perdarahan dan hematoma

2. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini
mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan

12
berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit
cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan
bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel
kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang
kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
4. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen,
oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat
laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti
estrogen karena system kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan
hormone estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada
payudara

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan
yang meliputi:
1. Identitas Klien
Nama: Ny. N
Umur: 47 th
Jenis kelamin: Perempuan
Pekerjaan: ibu rumah tangga
Suku bangsa: Jawa
Agama: Islam
Status perkawinan: Menikah
Alamat: Krajan, Patemon, Tanggul
Nomor MR: 271252

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

13
Klien mengatakan takut akan tindakan operasi, saya hanya bisa berusaha dan
berdoa. Agar operasi ini bisa berjalan dengan lancar
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak dan nyeri.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada kelainan pada payudaranya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami seperti
dirinya .

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan Umum
TTV
TD: 120/90 mmHg, N: 78, RR: 22, Suhu: 36.0 °C
Kesadaran: Composmentis 456
b. Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
c. Rambut: pendek sebahu, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.
d. Mata: tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. tidak ikterik, tidak ada
nyeri tekan.
e. Telinga: normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi
dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
f. Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
g. Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
h. Leher: tidak ada kelainan
i. Dada: adanya kelainan kulit ulserasi, tanda-tanda radang.
j. Hepar: tidak ada pembesaran hepar.
k. Ekstremitas: tidak ada gangguan pada ektremitas.

4. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen
Klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya
kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Nutrisi – Metabolik
Klien mengalami anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan,
klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
c. Eliminasi
Klien tidak mengalami masalah pada BAB dan BAK
d. Aktivitas dan Latihan

14
Klien mengalami hambatan saat beraktifitas dikarenakan terasa nyeri di area
payudara

e. Kognitif dan Persepsi


Klien mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada komplikasi
pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri
Klien mengatakan tidak masalah tidak memiliki payudara lagi yang
terpenting saya bisa sehat kembali.
h. Peran dan Hubungan
Klien mengalami gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi
social karena penyakitnya.
i. Reproduksi dan Seksual
Ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Klien mengatakan cemas akan tindakan operasi ini.
k. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan sudah menerima takdir yang diberikan oleh allah SWT
dan saya hanya bisa berusaha dan berdoa.

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Cemas berhubungan dengan ancaman pada status terkini: prosedur pembedahan
Intra Operasi
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (trauma
jaringan, kulit tidak utuh)
2. Risiko kehilangan cairan (perdarahan) berhubungan dengan tindakan operasi
(MRM)
3. Risiko hipotermia berhubungan dengan paparan lingkungan (pendingin ruangan)
Post Operasi
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

15
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan

Pre Operasi
1 Cemas NOC : Kontrol Cemas Kriteria hasil : NIC : Enhancement Coping 1. Memberikan informasi
berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan a. Monitor intensitas 1. Sediakan informasi yang selama perawatan yang
dengan ancaman tindakan keperawatan kecemasan sesungguhnya meliputi didapatkan pasien
pada status diharapkan kecemasan b. Rencanakan strategi diagnosis, treatment dan 2. Memberikan rasa
terkini: prosedur hilang atau berkurang. koping untuk prognosis nyaman
pembedahan mengurangi stress 2. Tetap dampingi kien 3. Memberikan rasa
c. Gunakan teknik relaksasi untuk menjaga nyaman pada pasien
untuk mengurangi keselamatan pasien dan 4. Mengurangi ansietas
kecemasan mengurangi
d. Kondisikan lingkungan 3. Instruksikan pasien
nyaman untuk melakukan ternik
relaksasi
4. Bantu pasien
mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan
ansietas.
Intra Operasi
1 Resiko infeksi NOC : Pengenalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
berhubungan Tujuan : Pasien tidak Tidak menunjukkan tanda- 1. Pantau tanda / gejala infeksi
pertahan tubuh mengalami infeksi atau tanda infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
primer tidak tidak terdapat tanda-tanda 2. Rawat luka operasi mikroorganisme
adekuat infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Ganti peralatan
perawatan pasien sesuai
16
dengan protap
2 Resiko NOC : Fluid balance Kriteria hasil : NIC : Manajemen cairan 1. Mengetahui balance
kekurangan Tujuan : Pasien tidak a. Kulit dan membran 1. Catat intake dan output cairan
volume cairan mengalami dehidrasi atau mukosa lembab 2. Monitor status hidrasi 2. Antisipasi tanda
berhubungan cairan tubuh pasien adekuat. b. Tidak terjadi demam, seperti membran dehidrasi
dengan TTV normal mukosa, nadi, tekanan 3. Mengatur balance
kehilangan darah dengan cepat. cairan
cairan 3. Beri cairan yang sesuai
dengan terapi
4. Bila perlu berikan
tranfusi darah (PRC)
3 Resiko NOC: suhu tubuh terkontrol Kriteria hasil : NIC:
hipotermi Tujuan: setelah dilakukan a. Suhu tubuh normal 1. Catat suhu tubuh 1. Untuk mengetahui
berhubungan tindaka 1x20 menit (36,5) pasien suhu tubuh pasien
dengan paparan diharapkan suhu tubuh b. Kulit hangat 2. Berikan selimut 2. Untuk
lingkunga(pendi pasien kembali normal c. Pasien tidak menggigil untuk menghangatkan
ngin ruangan) (36,5) menghangatkan tubuh pasien dari
tubuh pasien paparan suhu
3. Matikan atau ruangan yang
tambahkan suhu dinign
ruangan pada AC 3. Agar suhu ruangan
yang ada dikamar dikamar operasi
operasi bisa naik
4. Kolaborasi 4. Agar organ dalam
pemberian cairan pasien bisa hangat
infus hangat, jika dengan pemberian
perlu infus hangat

Post Operasi
1 Nyeri NOC : Tingkat Nyeri Kriteria hasil : NIC : Menejemen Nyeri 1. Mengurangi stressor
17
berhubungan Tujuan : Pasien tidak a. Tidak menunjukkan Intervensi : yang dapat
dengan prosedur mengalami nyeri, antara lain tanda-tanda nyeri 1. Berikan pereda nyeri memperparah nyeri
bedah penurunan nyeri pada b. Nyeri menurun sampai dengan manipulasi 2. Mengurangi nyeri
tingkat yang dapat diterima tingkat yang dapat lingkungan (misal 3. Meminimalkan nyeri
diterima ruangan tenang, batasi 4. Mengurangi rasa nyeri
pengunjung). yang dirasakan pasien
2. Berikan analgesia sesuai
ketentuan
3. Cegah adanya gerakan
yang mengejutkan
seperti membentur
tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK
2 Resiko aspirasi NOC : Pernapasan adekuat Kriteria hasil : NIC : 1. Menerikan posisi yang
berhubungan Tujuan : Pernapasan pasien a. RR: 18-26 x/menit 1. Memberikan posisi yang tepat sehingga pasien
dengan bisa kembali normal setelah b. Pasien dapat melakukan senyaman mungkin tidak mengalami
penurunan tindakan operasi pernapasan secara untuk pasien (semi kesulitan bernapas
tingkat spontan fowler/supine) 2. Agar pasien bisa cepat
kesadaran c. Tidak ada gangguan 2. Tempatkan pasien pada sadar
pernapasan akibat dari ruangan yang sesuai agar
obat anastesi obat anastesi yang
diberikan bisa berkurang
dan hilang
3. berikan bantuan Oksigen 3. Agar pasien dapat
pada pasien secara bernapas dengan
langsung bantuan oksigen
4. jika pasien sudah sadar, 4. Agar pasien bisa
ajarkan pasien untuk bernapas secara
latihan napas secara spontan
langsung

3 Resiko infeksi NOC : Pengenalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
18
berhubungan Tujuan : Pasien tidak Tidak menunjukkan tanda- 1. Pantau tanda / gejala infeksi
dengan luka post mengalami infeksi atau tanda infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
operasi tidak terdapat tanda-tanda 2. Rawat luka operasi mikroorganisme
infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Ganti peralatan
perawatan pasien sesuai
dengan protap

D. Implementasi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan

Pre Operasi
1 Cemas NOC : Kontrol Cemas Kriteria hasil : NIC : Enhancement Coping 1. Memberikan informasi
berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan a. Memonitor intensitas 1. Menyediakan informasi selama perawatan yang
dengan ancaman tindakan keperawatan kecemasan yang sesungguhnya didapatkan pasien
pada status diharapkan kecemasan b. Merencanakan strategi meliputi diagnosis, 2. Memberikan rasa
terkini: prosedur hilang atau berkurang. koping untuk mengurangi treatment dan prognosis nyaman
pembedahan stress 2. Tetap mendampingi kien 3. Memberikan rasa
c. Menggunakan teknik untuk menjaga nyaman pada pasien
relaksasi untuk keselamatan pasien dan 4. Mengurangi ansietas
mengurangi kecemasan mengurangi
d. Mengkondisikan 3. Menginstruksikan pasien
lingkungan nyaman untuk melakukan ternik
relaksasi
4. Membantu pasien
mengidentifikasi situasi
19
yang menimbulkan
ansietas.

Intra Operasi
1 Resiko infeksi NOC : Pengendalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
berhubungan Tujuan : Pasien tidak Tidak menunjukkan tanda- 1. Memantau tanda / gejala infeksi
pertahan tubuh mengalami infeksi atau tanda infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
primer tidak tidak terdapat tanda-tanda 2. Merawat luka operasi mikroorganisme
adekuat infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Menganti peralatan
perawatan pasien sesuai
dengan protap
2 Resiko NOC : Fluid balance Kriteria hasil : NIC : Manajemen cairan 1. Mengetahui balance
kekurangan Tujuan : Pasien tidak a. Kulit dan membran 1. Mencatat intake dan cairan
volume cairan mengalami dehidrasi atau mukosa lembab output 2. Antisipasi tanda
berhubungan cairan tubuh pasien adekuat. b. Tidak terjadi demam, 2. Memonitor status hidrasi dehidrasi
dengan TTV normal seperti membran mukosa, 3. Mengatur balance
kehilangan nadi, tekanan darah cairan
cairan dengan cepat.
3. Memberi cairan yang
sesuai dengan terapi

Post Operasi
1 Nyeri NOC : Tingkat Nyeri Kriteria hasil : NIC : Menejemen Nyeri 1. Mengurangi stressor
berhubungan Tujuan : Pasien tidak a. Tidak menunjukkan Intervensi : yang dapat
dengan prosedur mengalami nyeri, antara lain tanda-tanda nyeri 1. Memberikan pereda nyeri memperparah nyeri
bedah penurunan nyeri pada b. Nyeri menurun sampai dengan manipulasi 2. Mengurangi nyeri
20
tingkat yang dapat diterima tingkat yang dapat lingkungan (misal 3. Meminimalkan nyeri
diterima ruangan tenang, batasi 4. Mengurangi rasa nyeri
pengunjung). yang dirasakan pasien
2. Memberikan analgesia
sesuai ketentuan

3. Mencegah adanya
gerakan yang
mengejutkan seperti
membentur tempat tidur
4. Mencegah peningkatan
TIK
2 Resiko NOC: suhu tubuh terkontrol Kriteria hasil : NIC:
hipotermi Tujuan: setelah dilakukan a. Suhu tubuh normal 1. Catat suhu tubuh pasien 1. Untuk mengetahui
berhubungan tindaka 1x20 menit (36,5) 2. Berikan selimut untuk suhu tubuh pasien
dengan paparan diharapkan suhu tubuh b. Kulit hangat menghangatkan tubuh 2. Untuk menghangatkan
lingkunga(pendi pasien kembali normal c. Pasien tidak menggigil pasien tubuh pasien dari
ngin ruangan) (36,5) 3. Matikan atau paparan suhu ruangan
tambahkan suhu yang dinign
ruangan pada AC yang 3. Agar suhu ruangan
ada dikamar operasi dikamar operasi bisa
4. Kolaborasi pemberian naik
cairan infus hangat, jika 4. Agar organ dalam
perlu pasien bisa hangat
dengan pemberian
infus hangat
3 Resiko infeksi NOC : Pengenalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
berhubungan Tujuan : Pasien tidak Tidak menunjukkan tanda- 1. Memantau tanda / gejala infeksi
dengan luka post mengalami infeksi atau tanda infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
operasi tidak terdapat tanda-tanda 2. Merawat luka operasi mikroorganisme
infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
21
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Mengganti peralatan
perawatan pasien sesuai
dengan protap

22
E. Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan hilang atau
berkurang.
2. Pasien tidak mengalami infeksi atau tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada
pasien.
3. Pasien tidak mengalami dehidrasi atau cairan tubuh pasien adekuat.
4. Pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang
dapat diterima
5. Pasien mengalami stress minimal pada sisi operasi

F. Instrumen Teknik MRM (Modified Radical Mastectomy)


1. Persiapan Pembedahan
a. Persiapan Pasien :
1) Persiapan mental pasien
2) Kebersihan pasien
3) Kelengkapan status pasien meliputi hasil lab, foto RO, BOF/ IVP, dan
USG
4) Pasien puasa
5) Baju pasien
6) Profilaksis sudah dimasukkan/ belum

b. Persiapan Ruangan :
1) Kebersihan kamar operasi
2) Persiapan lampu baca foto
3) Meja operasi lengkap dengan lampu operasi
4) Meja mayo dan meja instrument besar
5) Mesin cauter
6) Mesin suction pump
7) Tempat sampah medis dan non medis

c. Persiapan Bahan Habis Pakai :


1) Handscoon steril 6,5/7/7/5 : 2/2/2 buah
2) Blades no. 10 : 1 buah
3) NaCl 500 ml : 3 buah
4) Alcohol 70% : 40 cc
5) Water sterile : 25 cc
6) Cateter no 16 : 1 buah
7) Urobag : 1 buah
8) Spuit 10 cc : 2 buah
9) Cairan antiseptik : 100 cc
10) Absorbable, syntethic, cutting 2.0 : 1 buah

23
11) Absorbable, syntethic, braided 3.0 : 1 buah
12) Non absorbable,syntethic : 1 buah
13) Kassa : 50 buah
14) Supratule : 2 buah
15) Disposible absorbent pad on : 1 buah
16) Drain no14 : 1 buah
17) Plaster luka : 12x30 cm

d. Persiapan Alat Steril :


1) Scalp blade handle no 3 : 1 buah
2) Metzenboum scissor curve : 1 buah
3) Surgical scissor : 1 buah
4) Tissue forceps : 2 buah
5) Dissecting forceps : 2 buah
6) Washing and dressing forceps : 1 buah
7) Towel forceps : 5 buah
8) Delicate hemostatic forcep pean curve : 8 buah
9) Delicate hemostatic forcep cocher curve : 2 buah
10) Needle holder : 2 buah
11) Gunting benang : 1 buah
12) Langeenbeck retractor : 2 buah
13) Volkmann retraktor : 2 buah
14) Allies clamp : 1 buah

e. Persiapan Instrumen :
1) Duk besar : 2 buah
2) Duk kecil : 4 buah
3) Gaun steril : 4 buah
4) Handuk steril : 4 buah
5) Sarung meja mayo : 1 buah
6) Baskom besar : 2 buah
7) Bengkok : 1 buah
8) Cucing / kom : 2 buah
9) Selang/kanule suction : 1 buah
10) Electro surgical pen : 1 buah

2. Teknik Instrumentasi

1. Tim bedah melakukan sign in

24
2. Perawat instrument melakukan scrubing, gowning, gloving.
3. Setelah pembiusan general, perawat sirkuler & team mengatur posisi
pasien (supine, dengan tangan sebelah kanan diangkat ke atas kepala 90°),
sambil meletakkan disposible absorbent pad on on dibawah payudara
memanjang sampai dibawah kepala.
4. Perawat sirkuler memasang cateter (16), & kemudian mencuci area
operasi.
5. Perawat instrument memberikan kassa kering (2) pada perawat sirkuler
untuk mengeringkan area operasi.
6. Perawat instrument membantu team memberi handuk steril, gown dan
handscoon steril
7. Berikan washing and dressing forceps (1) dan kom berisi deppers cairan
antiseptik pada asisten operator.
8. Perawat instrumen di bantu asisiten operator melakukan drapping:
a. Pasang kertas dibawah payudara pasien
b. Berikan duk besar pada asisten operator untuk diletakkan di bawah
payudara
c. Berikan duk besar pada asisten operator untuk diletakkan di atas
payudara sampai melewati screen anastesi
d. Berikan duk kecil (2) untuk menutup bagian kanan dan kiri, lalu duk
klem (4) untuk fiksasi
e. Pasang dan atur selang suction dan electro surgical pen, fiksasi dengan
kasa dan towel forceps
f. Dekatkan meja mayo ke lapangan operasi
g. Cek terlebih dahulu bahwa suction dan mesin cauter bisa digunakan
9. Tim bedah melakukan Time Out
10. Berikan pada operator kasa alkohol 70% (1) untuk bersihkan sisa p.iodine
10%. Berikan metilene blue & tissue forceps pada operator untuk marking
11. Berikan scalp blade handle no 3 ( blade no10) untuk insisi kulit. Berikan
delicate hemostatic forcep pean curve & kasa pada asisten untuk rawat
perdarahan.
12. Berikan volkmann retraktor tajam untuk memperlebar area operasi.
13. Berikan dissecting forceps & electro surgical pen pada operator untuk
insisi kulit sampai dengan fat.
14. Berikan dissecting forceps, delicate hemostatic forcep pean curve, kassa
untuk merawat perdarahan.
15. Berikan volkmann retraktor (2) untuk menarik tepi insisi dan
memperlebar pada irisan payudara. Operator melakukan insisi sampai fat
diatas otot. Dilakukan insisi (macam –macam insisi adalah Stewart, Orr,

25
Willy Meyer, Halsted, insisi S) dimana garis insisi paling tidak berjarak 2
cm dari tepi tumor, kemudian dibuat flap. Flap atas sampai dibawah
klavikula, flap medial sampai parasternal ipsilateral, flap bawah
sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m. Latissimus
dorsi dan mengidentifikasi vasa dan. N. Thoracalis dorsalis
16. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat
perdarahan, terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah
parasternal. Pada saat sampai pada tepi lateral m.pektoralis mayor dengan
bantuan haak jaringan maamma dilepaskan dari m. Pektoralis minor dan
serratus anterior (mastektomi simpel). Pada mastektomi radikal otot
pektoralis sudah mulai
17. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila
Level I (lateral m. pektoralis minor), Level II (di belakang m. Pektoralis
minor) dan level III ( medial m. pektoralis minor). Diseksi jangan lebih
tinggi pada daerah vasa aksilaris, karena dapat mengakibatkan edema
lengan. Vena-vena yang menuju ke jaringan mamma diligasi. Selanjutnya
mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis longus, dan thoracalis dorsalis,
interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya didiseksi dan akhirnya
jaringan mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)
18. Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.
19. Evaluasi ulang sumber perdarahan
20. Berikan 2 buah drain, 1 drain no. 14 diletakkan dibawah vasa aksilaris, dan
1 drain no. 14 diarahkan ke medial.
21. Tim operasi melakukan Sign Out
22. Berikan non absorbable, syntetic, cutting 2.0 untuk fiksasi drain.
23. Berikan krom klem untuk membantu mempermudah menjahit. Berikan
nald voeder dan absorbable, syntetic, braided 3.0 untuk menjahit fat.
24. Berikan nald voeder & non absorbable, syntetic, monofilamen menjahit
kulit.
25. Setelah luka tertutup, bersihkan luka dengan kasa basah, lalu keringkan
dengan kassa kering. Berikan supratule sesuai panjang luka, fiksasi dengan
plaster luka.
26. Perawat instrument menginventarisasi alat-alat dan bahan habis pakai pada
depo farmasi, kemudian mencuci dan menata kembali alat-alat pada
instrument set (yang akan disterilkan), serta merapikan kembali ruangan

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak terkontrol, sel-sel
kanker bisa menyebar (bermestastase) pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya
dapat mengakibatkan kematian. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di
tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. Kanker payudara merupakan
penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak
teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh
menjadi benjolan sel tumor (kanker).
Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan onkologis
pada keganasan payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang
terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta
kulit diatas tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I,
II/III secara en bloc tanpa mengangkat m.pektoralis major dan minor. Terdapat
prosedur yang disebut Modified Radical Mastectomy. Modified Radical
Mastectomy memberikan trauma yang lebih ringan daripada mastektomi radikal,
dan saat ini banyak dilakukan. Dengan Modified Radical Mastectomy, seluruh
payudara akan diangkat beserta simpul limfe di bawah ketiak, tetapi otot pectoral
(mayor dan minor) – otot penggantung payudara – masih tetap dipertahankan. Kulit
dada dapat diangkat dapat pula dipertahankan.

B. Saran

27
Dengan memahami pembahasan Modified Radical Mastektomy kita dapat
memberikan asuhan keperawatan yang benar dan berfikir kritis dalam
menghadapi kasus Ca Mammae. Dan bagi Instansi Rumah Sakit diharapkan
mampu memberikan asuhan keperawatan perioperatif yang optimal bagi klien.

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Suwandono. 2010. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Kusuma, Wayan. 2011. Ca Mammae atau Kanker Payudara Skenario Kasus D (Online)
(http://sumber93.co.id/02/01/2020/ca-mammae-atau-kanker-payudara-
skenario.html).Diakses tanggal 02 Januari 2020.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Tasripiyah, Anis S., 2012. Hubungan Koping Dan Dukungan Sosial Dengan Body
Image Pasien Kanker Payudara Post Mastektomi Di Poli Bedah Onkologi Rshs
Bandung. Students E-Journals Vol. 1 No.1 Universitas Padjadjaran.

Wijaya, Andra S, 2013. KMB 2, Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Dewasa


Dilengkapi Contoh Askep.Yogyakarta: Nuha Medika.
HIPKABI. 2016. Buku Pedoman Pelatihan Perawat Instrumentator Kamar Bedah.
Jakarta.
RSSA. 2015. Buku Pedoman Pelatihan Perawat Instrumentator Kamar Operasi.
Malang : Rumah sakit Dr. Saiful Anwar Malang.

28

Anda mungkin juga menyukai