Anda di halaman 1dari 4

Asuhan Keperawatan pada Perilaku Kekerasan (PK) dan Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)

1. Konsep PK dan RPK


 Perilaku Kekerasan (PK)
Menurut Townsend (2009), Perilaku kekerasan merupakan keadaan dimana individu
melakukan perilaku membahayakan baik pada individu itu sendiri maupun orang lain.
 Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang dapat membahayakan secara fisik baik
pada diri sendiri maupun orang lain yang mana resiko perilaku kekerasan dengan
tingkah laku yang tidak terkontrol.
 Perilaku kekerasan merupakan bagian dari respon marah. Rentang respon marah yaitu
dimulai dari adaptif menuju ke maladaptif dengan urutan pertama asertif, frustasi, pasif,
dan agresif.
 Tanda dan gejala marah yaitu emosi yang tidak stabil dan tidak adekuat, intelektual
(mendominasi, berdebat, bawel, sarkasme, meremehkan), serta fisik (muka merah,
pandangan tajam, napas pendek, keringat dan lain-lain).

2. Pengkajian PK dan RPK


a. Indentitas klien
b. Alasan masuk
c. Faktor Presipitasi
Bisa bersumber dari klien seperti kondisi kelemahan fisik, keputusasaan, kondisi tidak
berdaya serta harga diri rendah. Lingkungan yang kacau dan ribut, atau interaksi
dengan orang lain yang penuh dengan kritikan dan hujatan dapat menjadi faktor yang
memicu perilaku kekerasan.
d. Faktor Predisposisi
Faktor ini dapat terjadi dalam jangka waktu lama yang berkaitan dengan pengalaman.
Contoh faktor yang pernah dialami individu (Keliat, 1996) yaitu psikologis, perilaku,
sosial budaya, dan bioneurologis.
e. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai oleh klien marah untuk melindungi diri:
- Sublimasi yaitu dengan mengarahkan dorongan marah ke obyek yang lain.
- Proyeksi yaitu melimpahkan kesalahan kepada orang lain.
- Represi yaitu mencegah pikiran buruk/menyakitkan/membahayakan masuk ke
alam bawah sadar.
- Reaksi formasi yaitu mencegah keinginan dengan melakukan sikap berlebihan yang
berlawanan dengan keinginan sebagai rintangan.
- Displacement yaitu melepaskan perasaaan tertekan pada obyek yang tidak
berbahaya.
3. Diagnosis PK dan RPK
a. Risiko Perilaku Kekerasan terhadap orang lain
Merupakan perilaku individu yang rentan dengan menunjukkan bahwa ia dapat
membahayakan orang lain secara fisik, emosional, dan/atau seksual (Herdman, T.
Heater, 2017).
Faktor resiko menurut Herdman (2018) dalam NANDA-I yaitu:
- Akses pada senjata
- Impulsif
- Bahasa tubuh negative
- Pola kekerasan tidak langsung
- Pola kekerasan di arahkan pada orang lain
- Perilaku bunuh diri
b. Risiko Perilaku Kekerasan terhadap diri sendiri
Merupakan perilaku individu yang rentan dengan menunjukkan bahwa ia dapat
membahayakan dirinya sendiri secara fisik, emosional, dan/atau seksual (Herdman, T.
Heater, 2017).
c. Risiko mutilasi diri
Menurut Herdman (2017) dalam NANDA-I, Risiko mutilasi diri yaitu rentan berperilaku
sengaja menciderai diri yang menyebabkan kerusakan jaringan dengan maksud
menyebabkan cedera yang tidak fatal untuk meringankan/meredakan tegangan.
d. Risiko Bunuh diri
Merupakan perilaku individu yang rentan menyakiti diri sendiri dan cedera yang
mengancam jiwa (Herdman, T. Heater, 2017).
4. Intervensi:
4.1 Terapi individu (General ners)
Terapi ini digunakan untuk menjalin hubungan baik antara perawat dengan pasien
serta mengubah perilaku pasien kearah yang baik.
4.2 Terapi keluarga (General ners)
Pada terapi ini, keluarga dibantu untuk menyelesaikan konflik dengan tidak memarahi
pasien saat amuk serta membatasi konflik dengan saling mendukung dan
menghilangkan stres klien. Pada tujuan akhir terapi ini yaitu keluarga mampu
mencegah perilaku kekerasan pada klien.
4.3 Terapi modalitas:
a. terapi somatic dan psikofarmaka yaitu dengan bantuan obat-obatan untuk
menenangkan pasien dengan perilaku kekerasan, peran perawat dalam terapi
perilaku yaitu dengan memberikan contoh perilaku adaptif ketika muncul stressor
yang diaggap sebagai ancaman serta mendemonstrasikan secara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan, terapi kognitif yaitu terapi agar pasien dapat atau
mampu mengidentifikasikan secara tepat dan berpikir rasional dan positif terhadap
dirinya dan terapi aktivitas kelompok yaitu dengan memberikan stimulus pada
kelompok sehingga anggota kelompok dapat mempersepsikan stimulus sesuai
dengan kemampuan dan daya nalarnya.
5. Implementasi Keperawatan
Dari beberapa diagnosa yang sudah ditetapkan memiliki beberapa intervensi sebagai
penyelesaiannya. Oleh karena itu, implementasi keperawatan yang dilakukan harus sesuai
dengan intervensi yang benar dibutuhkan oleh pasien seperti terapi individu serta
kelompok, terapi kognitif, terapi psikofarmaka dan lain-lain.
6. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap ini yaitu mengukur dan menilai efek dari tindakan keperawatan terhadap
pasien. Evaluasi ini dilakukan sesuai dengan tindakan atau terapi yang diberikan. Evaluasi
dibagi menjadi 2 yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif.
7. Dokumentasi Keperawatan
Merupakan tahap yang selalu dilakukan di tiap proses. Dokumentasi penting digunakan
untuk

Daftar Pustaka

1. Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
2. Azizah. M. dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa-Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
3. Cawood, J. S., & Corcoran, M. H. (2019). Violence assessment and intervention: The practitioner's
handbook. Routledge.
4. Fortinash, K. M., & Worret, P. A. H. (2014). Psychiatric mental health nursing-E-book. Elsevier Health
Sciences.
5. Fortinash, K. M., & Worret, P. A. H. (2014). Psychiatric mental health nursing-E-book. Elsevier Health
Sciences.
6. Hartono, Y. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
7. Herdman, H. T., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2017). NANDA international nursing diagnoses: definitions &
classification 2018-2020. Thieme.
8. Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa: Teori dan aplikasi. Penerbit Andi.
9. Priyanto, B., & Permana, I. (2019). PENGARUH LATIHAN ASERTIF DALAM MENURUNKAN GEJALA
PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOPRENIA: A LITERATURE REVIEW. Avicenna: Journal of
Health Research, 2(2).
10. SEPTYANINGTYAS, R. A. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN (Doctoral dissertation, STIKes Kusuma Husada Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai