Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

“ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN KASAR (PK) DAN


SERAT KASAR KOMBINASI RUMPUT GAJAH
(PANNISETUM PURPUREUM) DAN TUMPI JAGUNG YANG
TERFERMENTASI”
(Ramlah Udding, Budiman Nohong, Munir)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Analisis Zat Gizi dengan Dosen
Pengajar Risma Rahmatunisa, S.TP, M.Si

Oleh:
Stephanie Victoria Ester NPM. 1810631220052
Kelas IV-B

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2019
REVIEW JURNAL

A. IDENTITAS JURNAL
Judul : Analisis Kandungan Protein Kasar (PK) dan
Serat Kasar Kombinasi Rumput Gajah
(Pannisetun Purpureum) dan Tumpi Jagung yang
Terfermentasi
Penulis : Ramlah Udding, Budiman Nohong, Munir
Penerbit : Galung Tropika
Tanggal publikasi : 03 September 2014

B. LATAR BELAKANG
Pakan adalah sumber gizi bagi ternak yang merupakan kebutuhan
pada ternak. Pakan ini berguna untuk pertumbuhan serta produksi.
Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak terutama
kontinitas tidak tetap sepanjang tahun. Fermentasi merupakan salah satu
upaya dalam peningkatan kualitas bahan pakan yang telah banyak
dilakukan. Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan starter
mikroorganisme (jamur) yang sesuai dengan substrat dan tujuan proses
fermentasi.
Keunggulan rumput gajah antara lain, mampu beradaptasi
diberbagai macam tanah, merupakan tumbuhan parenial, produksinya
tinggi, nilai gizinya tinggi dan tingkat pertumbuhannya tinggi. Kendala
utama dari pemanfaatan tumpi jagung sebagai salah satu bahan pakan
ternak adalah kandungan serat kasar tinggi dan protein serta kecernaan
rendah.
Penggunaan tumpi jagung sebagai pakan tunggal tidak dapat
memenuhi pasokan nutrisi yang dibutuhkan ternak. Tumpi jagung
merupakan bahan penyusunan pakan lengkap dan dapat digunakan sebagai
pakan konsentrat, sehingga pemberian pakan tumpi jagung di
kombinasikan dengan rumput gajah yang difermentasi dengan
Trichoderma sp.
Dari hal tersebut maka dirumuskan masalah yaitu apakah
kombinasi rumput gajah dan tumpi jagung yang difermentasi dengan
Trichoderma sp. dapat meningkatkan nilai protein kasar dan menurunkan
serat kasar dan kegunaan penelitian ini adalah agar dapat memberikan
informasi kepada masyarakat khususnya petani peternak mengenai
pemberian kombinasi rumput gajah dan tumpi jagung yang difermentasi
dengan Trichoderma sp.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
fermentasi kombinasi rumput gajah dan tumpi jagung dengan Trichoderma
sp. terhadap kandungan protein kasar (PK) dan serat kasar (SK). Dan
penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu teknologi pakan tepat
guna yang dilakukan dalam pengolahan bahan pakan ternak melalui
fermentasi yang dapat meningkatkan protein kasar dan menurunkan serat
kasar bahan pakan ternak.

D. METODE PENELITIAN
Waktu penelitian : Juni-Juli 2013
Lokasi penelitian : 1. Gudang penampungan dan
pembuatan pakan, Desa Kanie,
Kecamatan Maritengngae,
Kabupaten Sidenreng Rappang,
Sulawesi Selatan.
2. Laboratorium Kimia dan Makanan
Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin Makassar,
Sulawesi Selatan.
Analisis data yang digunakan : Rancangan Acak Lengkap (RAL)

E. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan
menggunakan Perlakuan Acak Lengkap (RAL) dan jika perlakuan
berpengaruh nyata dilakukan uji beda nyata terkecil (BNJ).
Hasil analisis ragam kadar protein kasar rumput gajah dengan
tumpi jagung yang terfermentasi memperlihatkan tidak berpengaruh nyata.
Kandungan protein kasar rumput gajah dan tumpi jagung yang
terfermentasi menggunakan perlakuan yang berbeda memperlihatkan
pengaruh yang tidak nyata sedangkan kandungan serat kasar
memperlihatkan hasil yang sangat berpengaruh nyata.
Berdasarkan hasil penelitian kombinasi rumput gajah dan tumpi
jagung yang terfermentasi menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada
kandungan protein kasar sedangkan pada kandungan serat kasar
menunjukkan pengaruh yang sangat nyata. Trichoderma sp. dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi zat makanan terutama
protein kasar dan serat kasar. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini
menunjukkan bahwa fermentasi pada perlakuan R2 dapat meningkatkan
kandungan protein kasar yaitu 10,00% dan menurunkan kandungan serat
kasar yaitu 24,48%. Peningkatan protein kasar ini disebabkan karena
adanya proses fermentasi dengan fungi Trichoderma sp. dimana
fermentasi tersebut mampu meningkatkan atau memperbaiki nilai gizi
kandungan protein. Penggunaan Trichoderma sp. karena memiliki
kemampuan untuk menghasilkan enzim, khususnya selulase yang dapat
mendegradasi. Fermentasi dedak padi dengan kapang Trichoderma sp.
mampu meningkatkan kandungan protein dari 8, 74 % menjadi 14,66 %
dan menurunkan serat kasar dari 18,90 % menjadi 12,81 %. Penggunaan
kombinasi rumput gajah dan tumpi jagung yang terfermentasi
menghasilkan perubahan komposisi zat makanan yang baik, protein kasar
meningkat dan serat kasarnya pun turun sehingga dapat direkomendasikan
sebagai pakan ternak.
Pada penelitian lain ditemukan hasil dengan Protein kasar
cenderung meningkat karena populasi awal pada perlakuan dan
mikroorganisme meningkat. Tingginya kadar protein pada pakan
fermentasi karena sumbansi dari mikroorganisme. Protein dari rumput
silase mengalami degradasi (proteolisis) baik oleh enzim protease tanaman
maupun mikroba menjadi senyawa NPN (non-protein nitrogen) terutama
asam amino dan amonia. Meningkatnya jumlah mikroba maka kadar
protein kasar pakan fermentasi akan mengalami peningkatan, karena
mikroba merupakan sumber proteinsel tunggal. Peningkaian kadar protein
kasar akibat fermentasi cukup tinggi. Akan tetapi , sabagian protein kasar
tersebut terdiri dari nitrogen (protein) terlarut yang mungkin berasal dari
urea yang ditambahkan sebelum proses fermentasi, disamping itu
peningkatan protein juga terdiri atas asam amino non essensial dan NPN
seperti khitin dan asam nukleat.
Peningkatan serat pada menghasilkan serat kasar yang semakin
tinggi. Lebih lanjut dalam proses fermentasi, mikroba cenderung
memanfaatkan BETN untuk pertumbuhan mikroba. Mikroba cenderung
memanfaatkan BETN yang tersedia dibandingkan serat kasar yang sulit
dicerna. Nilai BETN tergantung pada nilai nutrisi seperti PK, LK, abu, SK,
semakin nilai PK, LK, abu, SK semakin tinggi maka nilai BETN semakin
rendah. Penurunan kandungan BETN ini bisa terjadi karena dalam proses
fermentasi akan terjadi proses degradasi bahan (substrat) oleh mikroba.
Adanya peningkatan aktivitas mikroba dalam mendegradasi substrat, maka
akan mempengaruhi juga pemakaian energi (BETN) yang semakin banyak
pula, sehingga dalam aktivitas mikroba yang tinggi dapat menurunkan
kandungan BETN. Serat kasar menunjukkan bahwa mikroorganisme yang
ada pada EM-4 mampu menggunakan serat sebagai summber karbon.
Penurunannya diakibatkan terjadi aktivitas mikroba menghasilkan selulase
dan enzim lainnya yang mampu memecah ikatan kompleks serat kasar
menjadi lebih sederhana.
Pada penelitan lainnya juga ditemukan hasil bahwa analisis ragam
menunjukkan kandungan protein kasar tongkol jagung dengan lama waktu
fermentasi yang berbeda menggunakan Aspergillus niger, tidak
berpengaruh nyata terhadap kandungan protein. Berdasarkan rata-rata
kandungan protein kasar tongkol jagung yang terfermentasi terlihat bahwa
pada perlakuan T2 (8 hari) merupakan perlakuan yang tertinggi yaitu
4,95%, kandungan menurun pada perlakuan T3 (12 hari) yaitu 4,93 %. Hal
ini disebabkan pada perlakuan T2, aktivitas Aspergillus niger yang paling
optimum, sehingga saat diperpanjang waktu fermentasinya maka
aktivitasnya menurun. Pada awal fermentasi, aktifitas enzim masih sangat
rendah. Aktivitas enzim akan meningkat sejalan dengan bertambahnya
waktu fermentasi dan menurun pada hari ke-10. Hal ini mengikuti pola
pertumbuhan mikroorganisme yang mengalami beberapa fase
pertumbuhan yaitu fase adaptasi, fase eksponensial, fase stasioner dan fase
kematian.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa kandungan serat
kasar tongkol jagung dengan lama waktu fermentasi yang berbeda
menggunakan Aspergillus niger, tidak berpengaruh nyata (P≥0,05)
terhadap kandungan serat kasar. Jika dilihat dari persentase penurunan
kandungan serat kasar (%) tongkol jagung dengan lama waktu fermentasi
yang berbeda menggunakan Aspergillus niger yang cukup baik dimana
kandungan serat kasar dari yang tertinggi ke terendah.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa kandungan protein kasar rumput gajah dan tumpi jagung yang
terfermentasi yang tertinggi adalah 80% rumput gajah + 20% tumpi jagung
dan kandungan serat kasar rumput gajah dan tumpi jagung yang
terfermentasi yang terendah adalah 90% rumput gajah + 10% tumpi
jagung.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka dapat
dikemukakan saran yaitu perlu ada penelitian lebih lanjut tentang dosis
pemberian Trichoderma sp. pada pakan yang dapat meningkatkan protein
pakan dan menurunkan serat kasar pakan dan perlu ada penelitian lebih
lanjut tentang lama fermentasi pada pakan yang dapat meningkatkan
protein kasar dan menurunkan serat kasar

G. DAFTAR PUSTAKA

Udding, R, et al. (2014). Analisis Kandungan Protein Kasar (PK) dan


Serat Kasar (SK) Kombinasi Rumput Gajah (Pannisetum Purpureum) dan
Tumpi Jagung yang Terfermentasi. Galung Tropika, 1-7.
Santi. (2018). Kadar Protein Kasar dan Serat Kasar Jagung Kuning Giling
pada Difermentasi dengan EM-4 Pada Level yang Berbeda . Ilmu
Pertanian Universitas Al Asyariah, 1-2.
Semaun, R, et al. (2016). Analisis Kandungan Protein Kasar dan Serat
Kasar Tongkol Jagung sebagai Pakan Ternak Alternatif dengan lama
Fermentasi yang berbeda. Galung Tropika, 5-6.

Anda mungkin juga menyukai