PENDAHULUAN
Pengelolaan jalan nafas adalah memastikan jalan napas tetap terbuka. Hal
ini menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam suatu tindakan anestesi.
Karena beberapa efek dari obat-obatan yang dipergunakan dalam anestesi dapat
mempengaruhi keadaan jalan napas untuk berjalan dengan baik.
Salah satu komponen dari lima prinsip dasar resusitasi jantung paru adalah
pengelolaan jalan nafas (airway management). Pengetahuan dan keterampilan
pengelolaan jalan nafas amat diperlukan oleh tenaga medis khususnya dokter
dalam penatalaksanaan berbagai kasus kegawatdaruratan medis, terutama bila
terjadi sumbatan pada jalan nafas penderita. Sumbatan pada jalan nafas amat
berbahaya bila tidak segera ditatalaksana, karena dapat mengakibatkan hipoksia
terutama pada otak, dimana kerusakan akan segera terjadi bila hipoksia
berlangsung lebih dari 5 menit. Hipoksia juga dapat menyebabkan
kerusakan pada organ-organ vital tubuh.3
Pada sumbatan nafas parsial, udara yang masuk ke saluran nafas berkurang
dan ditemukan bunyi nafas tambahan. Bunyi nafas tambahan bermacam-macam.
Bunyi stridor inspirasi ditemukan pada sumbatan jalan nafas parsial pada daerah
faring atau laring. Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang
dapat membantu mempertahankan hidup seseorang untuk sementara. Beberapa
cara sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai dan membebaskan jalan
nafas, bagaimana memberikan bantuan pernafasan dan bagaimana membantu
mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh korban. Untuk
memudahkan pelaksanaannya maka digunakan akronim A-B-C yang berlaku
universal. A adalah Airway control atau penguasaan jalan nafas, B
adalah Breathing support atau bantuan pernafasan. C adalah Circulatory
support atau bantuan sirkulasi. Setiap tahap ABC pada RJP diawali dengan
penilaian respons.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung
yang menuju nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars
oralis). Kedua bagian ini di pisahkan oleh palatum pada bagian anteriornya, tapi
kemudian bergabung di bagian posterior dalam faring. Faring berbentuk U dengan
struktur fibromuskuler yang memanjang dari dasar tengkorak menuju kartilago
krikoid pada jalan masuk ke esofagus. Bagian depannya terbuka ke dalam rongga
hidung, mulut, laring, nasofaring, orofaring dan laringofaring (pars laryngeal).
Nasofaring dipisahkan dari orofaring oleh garis imaginasi mengarah ke posterior.6
Pada dasar lidah, secara fungsional epiglotis memisahkan orofaring dari
laringofaring (atau hipofaring). Epiglotis mencegah terjadinya aspirasi dengan
menutup glotis- gerbang laring- pada saat menelan. Laring adalah suatu rangka
kartilago yang diikat oleh ligamen dan otot. Laring disusun oleh 9 kartilago :
tiroid, krikoid, epiglotis, dan (sepasang) aritenoid, kornikulata dan kuneiforme.6
Pengetahuan tentang anatomi hipofaring penting untuk pengelolaan jalan
nafas. Batas superior hipofaring adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal.
Bila hipofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring indirek
atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring direk, maka struktur pertama
yang tampak dibawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah
cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glossoepiglotika medial dan
ligamnetum glossoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga “kantong
pil”, sebab pada beberapa orang kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut
di valekula. Dibawah valekula terdapat epiglotis yang berfungsi untuk melindungi
glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan.2
Daerah yang sering mengalami sumbatan jalan nafas adalah hipofaring,
2
terjadi pada pasien koma ketika otot lidah dan leher yang lemas tidak dapat
mengangkat dasar lidah dari dinding belakang faring. Ini terjadi jika kepala pada
posisi fleksi atau posisi tengah. Oleh karena itu ekstensi kepala merupakan
langkah pertama yang terpenting dalam resusitasi, karena gerakan ini akan
meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari
dinding belakang faring. Kadang-kadang sebagai tambahan diperlukan
pendorongan mandibula kedepan untuk meregangkan leher anterior, terutama bila
sumbatan hidung memerlukan pembukaan mulut. Hal ini akan mengurangi
regangan struktur leher tadi. Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula
kedepan dan pembukaan mulut merupakan ”gerak jalan nafas tripel”. 4
Pada kira-kira 1/3 pasien yang tidak sadar rongga hidung tersumbat selama
ekspirasi karena palatum mole bertindak sebagai katup. Selain itu rongga hidung
dapat tersumbat oleh kongesti, darah atau lendir Jika dagu terjatuh, maka usaha
inspirasi dapat ”menghisap” dasar lidah ke posisi yang menyumbat jalan nafas.
Sumbatan jalan nafas oleh dasar lidah bergantung kepada posisi kepala dan
mandibula serta dapat saja terjadi lateral, terlentang atau telungkup. Walaupun
gravitasi dapat menolong drainase benda asing cair, gravitasi ini tidak akan
meringankan sumbatan jaringan lunak hipofaring, sehingga gerak mengangkat
dasar lidah seperti diterangkan diatas tetap diperlukan. 2
Penyebab lain sumbatan jalan nafas adalah benda asing, seperti muntahan
atau darah dijalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan keluar oleh
pasien yang tidak sadar. Laringospasme biasanya disebabkan oleh rangsangan
jalan nafas atas pada pasien stupor atau koma dangkal. Sumbatan jalan nafas
bawah dapat disebabkan oleh bronkospasme, sekresi bronkus, edema mukosa,
inhalasi isi lambung atau benda asing.1
Sumbatan jalan nafas dapat total atau partial. Tanda-tanda obstruksi partial:
a. Stridor.
b. Retraksi otot dada kedalam di daerah supraklavikula, suprasternal, sela
iga dan epigastrium selama inspirasi.
3
c. Nafas paradoksal (pada waktu inspirasi dinding dada menjadi
cekung/datar bukannya mengembang/membesar).
d. Balon cadangan pada mesin anestesi kembang kempisnya melemah.
e. Nafas makin berat dan sulit (kerja otot-otot pernafasan meningkat).
f. Sianosis, merupakan tanda hipoksemia akibat obstruksi jalan nafas
yang lebih berat.3
B. Definisi
Airway Management ialah memastikan jalan napas tetap terbuka.
Tindakan paling penting untuk keberhasilan resusitasi adalah segera
melapangkang saluran pernapasan. yaitu dengan cara Triple airway maneuver.2
Maneuver Heimlich
Maneuver Heimlich merupakan metode yang paling efektif untuk
4
mengatasi obstruksi saluran pernafasan atas akibat makanan atau benda asing
yang terperangkap dalam faring posterior atau glotis.Korban menjadi pucat yang
diikuti dengan sianosis, anoksia dan kematian. Pada kondisi tersebut di atas,
maneuver dapat dilaksanakan dengan posisi penolong berdiri atau berbaring.2
1. Korban dalam keadaan sadar
Penolong berdiri di belakang korban dan memeluk pinggang
korban dengan kedua belah tanggan, kepalan salah satu tangan digenggam
oleh tangan yang lain. Sisi ibu jari kepalan penolong menghadap abdomen
korban diantara umbilicus dan thoraks. Kepalan tersebut ditekankan
dengan sentakan ke atas yang cepat pada abdomen korban. Penekanan
tersebut tidak boleh memantul, dan pada waktu di puncak tekanan perlu
diberi waktu untuk menahan 0.5-1 detik dan setelah itu tekanan dilepas,
perbuatan ini harus diulang-ulang beberapa kali. Naiknya diafragma secara
mendadak menekan paru-paru yang dibatasi oleh dinding rongga dada,
meningkatkan tekanan intrathorakal dan memaksa udara serta benda asing
keluar dari dalam saluran pernafasan.2
5
tersumbatnya jalan nafas pada pasien tidak sadar. Untuk menghindari hal ini
dilakukan beberapa tindakan, yaitu:
Perasat ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu tangan
penolong mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah, tangan lain
mendorong dagu dengan hati-hati tengadah, sehingga hidung menghadap
keatas dan epiglotis terbuka.2
6
Pada kasus trauma pertahankanlah kepala-leher-dada pada satu
garis lurus. Ekstensikan kepala sedang, jangan maksimum. Jangan
memutar kepala korban kesamping, jangan memfleksikan kepalanya. Jika
korban harus dimiringkan untuk membersihkan jalan nafasnya,
pertahankanlah kepala-leher-dada tetap dalam satu garis lurus, sementara
penolong lain memiringkan korban.Posisi mantap dianjurkan utnuk pasien
koma bernafas spontan.2
Oropharingeal Airway
Pemasangan oral airway kadang-kadang difasilitasi dengan penekanan
refleks jalan nafas dan kadang-kadang dengan menekan lidah dengan spatel
lidah. Oral airway dewasa umumnya berukuran kecil (80 mm/oropharyngeal
airway No 3), medium (90 mm/oropharyngeal airway no 4), dan besar (100
mm/oropharyngeal airway no 5)1
Panjang nasal airway dapat diperkirakan sebagai jarak antara lubang
hidung ke lubang telinga, dan kira-kira 2-4 cm lebih panjang dari oral
airway. Nasal airway tidak boleh digunakan pada pasien yang diberi
antikoagulan atau anak dengan adenoid karena adanya risiko epistaksis. Nasal
airway jangan digunakan pada pasien dengan fraktur basis cranii. Setiap pipa
7
yang dimasukkan melalui hidung (nasal airway, pipa nasogastrik, pipa
nasotrakeal) harus dilubrikasi.Nasal airway lebih ditoleransi daripada oral
airway pada pasien dengan anestesi ringan.5
Bila face mask dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan digunakan
untuk melakukan ventilasi dengan tekanan positif dengan memompabreathing
bag. Face mask dipasang dimuka pasien dan sedikit ditekan pada badan face mask
dengan ibu jari dan telunjuk. Jari tengah dan jari manis menarik mandibula untuk
ekstensi atlantooccipital joint. Tekanan jari-jari harus pada mandibula, jangan
pada jaringan lunak yang menopang dasar lidah karena dapat terjadi obstruksi
jalan nafas. Jari kelingking ditempatkan dibawah sudut jaw dan digunakan
untuk jaw thrust maneuver yang paling penting untuk dapat melakukan ventilasi
pasien.3
Pada situasi yang sulit, diperlukan dua tangan untuk mendapatkan jaw
8
thrust yang adekuat dan face mask yang rapat karena itu diperlukan seorang
asisten untuk memompa bag. Obstruksi selama ekspirasi dapat disebabkan karena
tekanan kuat dari face mask atau efek ball-valve dari jaw thrust. Terkadang sulit
memasang face mask rapat ke muka. Membiarkan gigi palsu pada tempatnya (tapi
tidak dianjurkan) atau memasukkan gulungan kasa ke rongga mulut mungkin
dapat menolong mengatasi kesulitan ini. Tekanan normal ventilasi jangan
melebihi 20 cmH2O untuk mencegah masuknya udara ke lambung.4
Kebanyakan jalan nafas pasien dapat dipertahankan dengan face mask dan
oral atau nasalairway. Ventilasi dengan face mask dalam jangka lama dapat
menimbulkan cedera akibat tekanan pada cabang saraf trigeminal atau fasial. Bila
face mask dan ikatan mask digunakan dalam jangka lama maka posisi harus
sering diubah untuk menghindari cedera. Hindari tekanan pada mata, dan mata
harus diplester untuk menghindari risiko aberasi kornea.3
LMA terdiri dari pipa dengan lubang yang besar, yang diakhir bagian
proksimal dihubungkan dengan sirkuit nafas dengan konektor berukuran 15 mm,
dan dibagian distal terdapat balon berbentuk elips yang dapat dikembangkan lewat
pipa. Balon dikempiskan dulu, kemudian diberi pelumas dan masukan secara
membuta ke hipofaring, sekali telah dikembangkan, balon dengan tekanan rendah
9
ada di muara laring. Pemasangannya memerlukan anestesi yang lebih dalam
dibandingkan untuk memasukan oral airway. 2
Posisi ideal dari balon adalah dasar lidah di bagian superior, sinus
pyriforme di bagian lateral, dan spincter oesopagus bagian atas di inferior. Jika
esophagus terletak di rim balon, distensi lambung atau regurgitasi masih mungkin
terjadi. Variasi anatomi mencegah fungsi LMA yang adekuat pada beberapa
pasien. Akan tetapi, jika LMA tidak berfungsi semestinya dan setelah mencoba
memperbaiki masih tidak baik, kebanyakan klinisi mencoba dengan LMA lain
yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Karena penutupan oleh epiglotis atau
ujung balon merupakan penyebab kegagalan terbanyak, maka memasukkan LMA
dengan penglihatan secara langsung dengan laringoskop atau bronkoskop
fiberoptik (FOB) menguntungkan wpada kasus yang sulit. Demikian juga,
sebagian balon dikembungkan sebelum insersi dapat sangat membantu. Pipa di
plester seperti halnya TT. 4
LMA melindungi laring dari sekresi faring (tapi tidak terhadap regurgitasi
lambung) dan LMA harus tetap dipertahankan pada tempatnya sampai reflek jalan
nafas pasien pulih kembali. Ini biasanya ditandai dengan batuk atau membuka
mulut sesuai dengan perintah. LMA yang dapat dipakai lagi dibuat dari karet
silikon, dapat di autoklaf (bebas lateks) dan tersedia dalam berbagai ukuran.2
LMA memberikan alternatif untuk ventilasi selain face mask atau TT.
Kontraindikasi untuk LMA adalah pasien dengan kelainan faring (misalnya
abses), sumbatan faring, lambung yang penuh (misalnya kehamilan, hernia hiatal),
atau compliance paru rendah (misalnya penyakit restriksi jalan nafas) yang
memerlukan tekanan inspirasi puncak lebih besar dari 30 cmH2O. Secara
tradisional, LMA dihindari pada pasien dengan bronkospasme akan tetapi, bukti-
bukti baru menunjukkan bahwa karena tidak ditempatkan dalam trakea,
penggunaan LMA mengurangi kejadian bronkospasme dari pada dengan TT.
Walaupun hal ini nyata tidak sebagai pengganti untuk trakeal intubasi, LMA
terbukti sangat membantu terutama pada pasien dengan jalan nafas yang sulit
(yang tidak dapat diventilasi atau diintubasi) karena mudah untuk memasangnya
dan angka keberhasilannya relatif besar (95 - 99%). LMA telah digunakan sebagai
10
pipa untuk jalur stylet (elastic gum, bougie), ventilasi jet stylet, fleksibel FOB,
atau TT diameter kecil (6,0 mm).
Tersedia LMA yang telah dimodifikasi untuk memfasilitasi penempatan
TT yang lebih besar dengan atau tanpa menggunakan FOB. Pemasukannya dapat
dilakukan dibawah anestesi topikal dan blok saraf laringeal bilateral jika jalan
nafas harus bebas seraya pasiennya sadar.2
11
penglihatan dan pemasangan melalui pita suara. Pipa Murphy memiliki sebuah
lubang (Murphy’s Eye) untuk mengurangi risiko sumbatan pada bagian distal tuba
bila menempel dengan karina atau trakea.
Tahanan aliran udara tergantung terutama dari diameter pipa, tapi ini juga
dipengaruhi oleh panjang pipa dan lengkungannya. Pemilihan pipa perlu
dipertimbangkan antara memaksimalkan aliran gas dengan pipa ukuran besar dan
meminimalkan trauma jalan nafas dengan ukuran pipa yang kecil.3
Ada 2 tipe balon TT yaitu balon dengan tekanan tinggi volume rendah dan
tekanan rendah volume tinggi. Balon tekanan tinggi dikaitkan dengan besarnya
iskemia mukosa trakea dan kurang nyaman untuk intubasi waktu lama. Balon
tekanan rendah dapat meningkatkan kemungkinan nyeri tenggorokan (luas area
kontak mukosa), aspirasi, ekstubasi spontan, dan pemasangan yang sulit (karena
adanya floppy cuff). Meskipun demikian, karena insidensi kerusakan mukosa
rendah, balon tekanan rendah lebih dianjurkan.2
12
TT telah dimodifikasi untuk berbagai penggunaan khusus. Pipa yang
lentur (kinking), spiral, wire – reinforced TT (armored tubes), tidak kinking
dipakai pada operasi kepala dan leher, atau pada pasien dengan posisi telungkup.
Jika pipa lapis baja menjadi kinking akibat tekanan yang ekstrim (contoh pasien
bangun dan menggigit pipa), lumen pipa akan tetutup dan pipa TT harus diganti.
Pipa khusus lainnya termasuk pipa mikrolaringeal, RAE tube, dan lubang pipa
ganda (double lumen tube). Semua TT bersifat radioopak.2
4. Rigid Laryngoscope
5. Laringoskop Khusus
Dalam 15 tahun terakhir, terdapat 2 laringoskop baru yang telah dibuat, untuk
membantu dokter anestesi menjamin jalan nafas pada pasien dengan jalan nafas
yang sulit.
Keduanya memiliki sumber cahaya fiberoptik dan blade yang melengkung
dengan ujung yang panjang, dan dirancang untuk membantu melihat muara glotis
pada pasien dengan lidah besar atau yang memiliki muara glotis sangat anterior.
Banyak dokter anestesi percaya bahwa alat ini untuk mengantisipasi pasien yang
memiliki jalan nafas sulit. Bagaimanapun juga, seperti halnya alat-alat lain yang
digunakan jalan nafas pasien, pengalaman penggunaannya harus dilakukan pada
pasien normal sebelum digunakan pada saat penting dan emergensi pada pasien
dengan jalan nafas sulit.2
13
Dalam beberapa situasi, misalnya pasien dengan tulang servikal yang tidak
stabil, pergerakan yang terbatas pada temporomandibular joint, atau dengan
kelainan kongenital atau kelainan didapat pada jalan nafas atas, laringoskopi
langsung menggunakan rigid laringoskop tidak dimungkinkan. Suatu FOB yang
fleksibel memungkinkan visualisasi tidak langsung dari laring dalam beberapa
kasus atau untuk beberapa situasi dimana direncanakan intubasi sadar (awake
intubation). FOB yang dibuat dari fibre glassini mengalirkan cahaya dan gambar
oleh refleksi internal contohnya sorotan cahaya akan terjebak dalam fiber dan
terlihat tidak berubah pada sisi yang berlawanan. Pemasangan pipa berisi 2 bundel
dari fiber, masing-masing berisi 10.000 – 15.000 fiber. Satu bundel menyalurkan
cahaya dari sumber cahaya yang terdapat diluar alat atauberada dalam handle dan
memberikan gambaran resolusi tinggi.
Manipulasi langsung untuk memasangkan pipa dilakukan dengan kawat
yang kaku. Saluran aspirasi digunakan untuk suction dari sekresi, insuflasi
oksigen atau penyemprotan anestesi lokal. Saluran aspirasi sulit untuk
dibersihkan, akan tetapi, sebagai sumber infeksi sehingga memerlukan kehati-
hatian pada pembersihan dan sterilisasi telah digunakan.2
14
anestesi yang tidak terduga. Sebaiknya kita dapat mengantisipasi kesulitan
daripada menemukan sesuatu yang tidak diharapkan. Beberapa faktor anatomi
yang membuat kontrol jalan nafas dan intubasi yang sulit:
1. Leher pendek
2. Lengkung langit-langit (palate) yang tinggi
3. Pembukaan mulut yang buruk: jarak antara gigi atas dan gigi bawah
kurang dari tiga jari
4. Mandibula yang mundur
5. Tidak dapat menggerakkan/ subluksasi rahang (penonjolan maju dari gigi
seri bawah melebihi gigi seri atas)
6. Infeksi (Ludwig Angina, epiglottitis)
7. Mobilitasleher yang tidak lengkap.
8. Fraktur Servical
9. Endokrinopati (Kegemukan, Acromegali)
10. Sindrom kongenital (Klippel-Feil)
Beberapa tes klinis digunakan dalam menilai jalan nafas. Tidak
satupun dapat diandalkan dalam memprediksi jalan nafas atau intubasi yang
sulit, dan semuanya harus digunakan dalam kombinasi sehingga penilaian
jalan nafas dapat lebih baik.3
Kelas Definisi
I Palatum mole, dinding posterior oropharing, dan uvula terlihat
Palatum mole, dinding posterior uvula dan uvula sedikit
II
ditutupi oleh dasar lidah
III Palatum mole dan dasar uvula terlihat
IV Hanyapalatum durum saja yang terlihat
15
diperhatikan bahwa sistem ini tidaklah mutlak, dan pasien dengan kelas II
terkadang juga tidak dapat diintubasi.5
(Latief, 2007):
8) Bag dan masker oksigen (biasanya satu paket dengan mesin anestesi
yang siap pakai, lengkap dengan sirkuit dan sumber gas).
B . Pelaksanaan
16
1) Mesin siap pakai
2) Cuci tangan
10) Buka mulut dengan teknik cross finger dengan tangan kanan
13) Masukkan ETT yang sebelumnya sudah diberi jelly dengan tangan
kanan
15) Kunci cuff ETT dengan udara ± 4-8 cc, sampai kebocoran tidak
terdengar
16) Cek suara nafas/ auskultasi pada seluruh lapangan paru kiri kanan
17
20) Bereskan dan rapikan kembali peralatan
H. Kompilkasi Intubasi
1. Selama Intubasi
Aspirasi
Spasme bronkus
Trauma gigi geligi
Laserasi bibir, gusi dan laring
Merangsangsarafsimpatis (hipertensi-takikardi)
Intubasi Esofagus
Intubasi bronkus
2. Setelah Intubasi
Spasme laring
Aspirasi
Gangguanfonasi
Edema glottis-subglotis
Infeksi laring, faring, trakea.2
KESIMPULAN
18
dan harus pula dikoreksi segera, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta
dapat menyebabkan henti nafas dan henti jantung sekunder.Oleh karena itu
penkajian pernafasan pada penederita gawatdarurat penting dilakukan secara
efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
19
4. Roberts F, Kestin I. Respiratory Physiology in Update in Anesthesia 12th ed.
2000
5. Stock MC. Respiratory Function in Anesthesia in Barash PG, Cullen BF,
Stelting RK, editors. Clinical Anesthesia 5th ed. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins; 2006, p. 791-811
6. Morgan GE et al. Clinical Anesthesiology. 4th edition. New York: Lange
Medical Book. 2006
20