Anda di halaman 1dari 28

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan tentang pengaruh terapi

akupresur terhadap kualitas tidur santriwati di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum

Jombang. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret-April 2018 dengan

penentuan responden dengan Purposive Sampling, didapatkan sampel 14

responden. Dari 14 responden yang ditetapkan dibagi menjadi 2 kelompok yakni 7

kelompok perlakuan dan 7 kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan

dilakukan terapi akupresur sedangkan kelompok kontrol tidak diterapi akupresur

tetapi diberikan edukasi (pendidikan) cara mengatasi gangguan tidur.

Pemberian skor dilakukan setelah data terkumpul untuk mengetahui

pengaruh terapi akupresur terhadap kualitas tidur santriwati di Pondok Pesantren

Darul ‘Ulum Jombang. Semua data yang terkumpul diolah dengan program

Statistic Product Service Solution (SPSS) menggunakan uji statistik Wilcoxon dan

Mann-Whitney dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang.

Pesantren yang dirintis pertama kali oleh KH. Tamim Irsyad pada tahun

1885 ini dengan upaya serta kerja keras sehingga terwujudlah salah satu

lembaga pendidikan Islam yaitu Pondok Pesantren Darul ‘Ulum (Rejoso)

yang secara Bahasa Darul berarti Gudang sedangkan ‘Ulum, jamak dari

ilmu yang berarti ilmu-ilmu, sehingga secara garis besar Darul ‘Ulum

memiliki arti “Gudangnya Ilmu-ilmu”. Pondok Pesantren Darul ‘Ulum

1
2

(dahulu lebih dikenal sebagai pondok Njoso), terletak di desa Rejoso,

kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang, Jawa Timur. Lokasinya sangat

strategis dan mudah dijangkau menggunakan transportasi umum. Berada

di jalan propinsi Surabaya-Madiun/Solo, yang dilalui bus umum (Turun di

pasar Peterongan Jombang). Pondok pesantren Darul ‘Ulum juga dilalui

jalur rel kereta api nasional.

Pesantren ini memiliki 16 sekolah formal yaitu MIN, MTsN, MTs

Plus, MAN, MA Unggulan, SMP 1, SMPN 3 Unggulan, SMA DU 1

Unggulan BPP-Teknologi, SMA DU II Unggulan BPP-Teknologi

(RSNBI), SMA DU III, SMK I & II, SMK TELKOM, Sekolah Tahassus

Al-Qur’an, UNIPDU dan UNDAR. Pesantren ini juga mengembangkan

sekolah non formal diantaranya pendidikan kepramukaan, pendidikan

leadership, pengajian weton, pengajian bandongan dan sorogan,

pendidikan qiro’ah Al-Qur’an, serta pendidikan kader organisasi. Guna

menampung santri dan santriwati telah disediakan 30 gedung asrama yang

berada di dalam lingkungan pondok pesantren.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 5 Asrama yaitu Asrama 2

(Asrama Al-Khodijah), asrama 3 (Asrama Nusantara), asrama 10 (Asrama

Hurun-‘In), asrama 23 (Baitul Maqdist) dan asrama 25 (Asrama

As’adiyah). Melihat fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari pada

lokasi tersebut santriwati yang tinggal di asrama terikat dengan adanya

peraturan-peraturan, salah satunya adalah peraturan untuk jadwal tidur

pada malam hari serta bangun di pagi hari. Mereka dikondisikan untuk

tidur dari rentang waktu tertentu dan bangun sesuai jadwal yang ada

mengakibatkan mereka sering merasakan badan pegal-pegal, sering

mengantuk saat pembelajaran di kelas, badan juga kurang fit, dan sering
3

merasa lelah bahkan ada yang pusing. Memang dampak dari

ketidakpuasan kualitas tidur belum dirasakan begitu bararti, namun yang

perlu disadari bahwa kualitas tidur yang kurang baik ini berdampak pada

kesehatan mereka.

Dalam hal ini, peneliti ingin melengkapi suatu intervensi yang belum

pernah dilakukan, maka dari itu dilakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Terapi Akupresur pada Kombinasi Titik Anmian dengan Titik

Neiguan terhadap Kualitas Tidur Santriwati di Pondok Pesantren Darul

‘Ulum Jombang.

5.1.2 Data Umum

Responden yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

sebanyak 14 orang responden yaitu 7 responden kelompok perlakuan dan 7

responden kelompok kontrol. Responden yang memenuhi syarat inklusi

meliputi responden yang mengalami gangguan tidur (kesulitan memulai

tidur dan kesulitan mempertahankan tidur) selama 1 bulan. Karakteristik

responden didapat sesuai dengan data yang ada selama 1 bulan yaitu pada

bulan Maret-April di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang.

Karakteristik responden akan ditampilkan dalam bentuk tabel yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran keadaan responden yaitu: Data

umur, domisili asrama, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur siang

selama 1 bulan terakhir, keluhan yang dirasakan, kategori dikatakan

mengalami kualitas tidur buruk.


4

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Data Umum di Pondok

Pesantren Darul ‘Ulum Jombang

Tabel 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian dan Homogenitas

No Variabel Kelompok Kelompok Kontrol Nilai P


Perlakuan
N % N %
1. Umur
a. 14-17 tahun 3 42,9 0 0 0,852
b. 18-22 tahun 4 57,1 7 100
2. Domisili Asrama
a. As’adiyah 5 71,4 0 0 0,086
b. Baitul Maqdis 2 28,6 0 0
c. Hurun ‘In 0 0 2 28,6
d. Al-Khodijah 0 0 3 42,9
e. Nusantara 0 0 2 28,6
3. Kebiasaan
Sebelum Tidur
a. Nonton TV 2 28,6 0 0 0,206
b. Baca buku 1 14,3 2 28,6
c. Internetan 3 42,9 4 57,1
d. Mendengar- kan 1 14,3 1 14,3
music
e. Lain-lain 0 0 0 0
4. Kebiasaan Tidur
Siang
a. Selalu 3 42,9 4 57,1 0,000
b. 3-5 x/minggu 1 14,3 0 0
c. 1-2 x/minggu 3 42,9 3 42,9
5. Keluhan yang
dirasakan
a. Ngantuk 2 28,6 2 28,6 0,450
di siang
hari
b. Kepala 3 42,9 3 42,9
sering
sakit di
siang hari
c. Lemah, letih, 2 28,6 2 28,6
kurang tenaga

6. Kategori
dikatakan
kualitas tidur
buruk
a. Kesulitan 3 42,9 4 57,1 0,396
memulai
tidur
5

b. Kesulitan 4 57,1 3 42,9


mempertah
ankan tidur

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik umur kelompok

perlakuan hampir sebagian besar berusia 18-22 tahun sebanyak 4

responden (47,1%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian 18-22

tahun sebanyak 7 responden (100%) dengan hasil p value 0,852 ≥ 0,05

yang berarti umur pada kedua kelompok dikatakan homogen. Karakteristik

responden berdasarkan domisili asrama pada kelompok perlakuan

sebagian besar berdomisili di asrama As’adiyah sebanyak 5 responden

(71,4%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar berdomisili di

asrama Hurun ‘In sebanyak 3 responden (42,9%).

Karakteristik responden pada kedua kelompok, kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol berdasarkan kebiasaan sebelum tidur

sebagian besar internetan sebanyak 3 responden (42,9%) dan 4 responden

(51,7%). Karakteristik responden kebiasaan tidur siang pada kelompok

perlakuan hampir sebagian besar kebiasaan tidur siang selalu sebanyak 3

responden (42,9%), dan kebiasaan tidur siang selama 1-2 x/minggu

sebanyak 3 responden (42,9%), sedangkan karakteristik responden pada

kelompok kontrol berdasarkan kebiasaan tidur siang sebagian besar selalu

sebanyak 4 responden (57,1%).

Karakteristik responden berdasarkan keluhan yang dirasakan

mengantuk di siang hari pada kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan


6

dan kelompok kontrol sebagian besar keluhan yang dirasakan kepala

sering sakit di siang hari sebanyak 3 responden (42,9%).

Karakteristik responden berdasarkan kategori dikatakan kualitas

tidur buruk pada kelompok perlakuan sebagian besar kesulitan

mempertahankan tidur sebanyak 4 responden (57,1%), sedangkan

karakteristik responden pada kelompok kontrol berdasarkan kategori

dikatakan kualitas tidur buruk hampir sebagian besar kesulitan memulai

tidur sebanyak 4 responden (57,1%). Berdasarkan uji homogenitas pada

seluruh variabel didapatkan p value ≥ 0,05 yang berarti semua responden

pada kedua kelompok memiliki karakteristik subyek yang seimbang atau

dengan kata lain kedua kelompok homogen, kecuali domisili asrama dan

kebiasaan tidur siang.

5.1.2 Data Khusus

Data khusus ini menyajikan hasil yang diperoleh tentang pengaruh

terapi akupresur terhadap kualitas tidur santriwati di Pondok Pesantren

Darul ‘Ulum Jombang. Sebelum diberikan perlakuan pada kedua

kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, terlebih

dahulu lakukan pengukuran awal terhadap kualitas tidur melalui pre-test,

selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney untuk

mengetahui kualitas tidur pada kedua kelompok.

a. Kualitas Tidur Sebelum Perlakuan pada Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kualitas Tidur


Sebelum Perlakuan pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum
Jombang pada Bulan Maret-April 2018
7

No Kualitas Tidur Kelompok


Perlakuan Kontrol
F % F %
1. Baik 0 0 0 0
2. Buruk 7 100 7 100
Total 100% 100%
Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan hasil frekuensi sebelum

perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan

frekuensi 2 kali dalam 1 minggu selama 1 bulan didapatkan kualitas

tidur pada kelompok perlakuan rerata yaitu 7 responden (100%) masuk

dalam kategori kualitas tidur buruk, sedangkan pada kelompok kontrol

didapatkan responden dalam kategori kualitas tidur buruk sebanyak 7

responden (100%). Pada kedua kelompok ini sebelum perlakuan

mengalami kualitas tidur buruk pada komponen kualitas tidur

subjektif, latensi tidur, durasi tidur dan gangguan tidur di malam hari.

Komponen kualitas tidur subjektif pada kedua kelompok ini

mayoritas mengalami kualitas tidur subjektif kurang. Hasil penilaian

latensi tidur (durasi waktu mulai dari berangkat tidur hingga tertidur)

pada kedua kelompok perlakuan sebelum perlakuan mayoritas

dikategorikan kurang dengan kategori 31-60 menit sebanyak 4

responden (57,1%), dan sangat kurang dengan kategori memerlukan

waktu memulai tidur >60 menit sebanyak 3 responden (42,9%),

sedangkan pada kelompok kontrol sebelum perlakuan didapatkan

latensi tidur mayoritas reponden dikategorikan kurang jika 31-60 menit

sebanyak 5 responden (71,4%) (Lampiran 3).


8

Penilaian durasi tidur pada pengkajian awal (pre-test) pada

kelompok perlakuan didapatkan sebagian besar mengalami durasi tidur

sangat kurang dengan kategori durasi tidur ≥ 5 jam sebanyak 5

responden (71,4%), sedangkan kelompok kontrol juga mengalami

durasi tidur sebagian besar mengalami durasi tidur kurang dengan

kategori durasi tidur antara 5-6 jam sebanyak 4 responden (57,1%).

Penilaian komponen gangguan tidur di malam hari memperlihatkan

bahwa pada pengkajian awal (pre-test) hampir sebagian besar

responden pada kedua kelompok memperlihatkan mengalami kualitas

tidur pada bagian komponen ini. Pada kelompok perlakuan sebanyak 6

responden (85,7%) dan kelompok kontrol sebanyak 7 responden

(100%) kedua kelompok ini masuk kategori kurang yang artinya

responden mengalami gangguan tidur 2 kali seminggu (Lampiran 3).

Sebagian besar responden mengatakan mengalami gangguan tidur di

malam hari karena mereka merasa cemas, gelisah, dan lingkungan

kamar terlalu bising.

b. Kualitas Tidur Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kualitas Tidur


Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum
Jombang pada Bulan Maret-April 2018

No Kualitas Kelompok
Tidur Perlakuan Kontrol
F % F %
1. Baik 6 85,7 1 14,3
2. Buruk 1 14,3 6 85,7
Total 100% 100%
9

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan hasil frekuensi setelah

perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol selama 1

bulan, pada kelompok perlakuan didapatkan rerata 1 responden

(14,3%) masuk kategori kualitas tidur buruk dan 6 responden (85,7%)

masuk kategori kualitas tidur baik dan ini menunjukkan ada

peningkatan yang pesat pada kelompok perlakuan, sedangkan pada

kelompok kontrol 1 responden (14,3%) masuk kategori kualitas baik

dan 6 responden (85,7%) masuk kategori kualitas tidur buruk ini

menunjukkan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sama-sama

ada peningkatan akan tetapi pada kelompok kontrol peningkatannya

rendah.

Komponen kualitas tidur subjektif pada pengkajian akhir (post-

test) kelompok perlakuan setelah diberikan terapi akupresur kombinasi

titik Anmian dengan titik Neiguan ini mayoritas mengalami kualitas

tidur subjektif baik sebanyak 7 responden (100%), sedangkan pada

kelompok kontrol ada peningkatan sebanyak 1 responden (14,3%)

masuk kategori kualitas tidur baik yang semula mayoritas mengalami

kualitas tidur subjektif kategori kurang (Lampiran 4).

Hasil penilaian latensi tidur (durasi waktu mulai dari berangkat

tidur hingga tertidur) pada kedua kelompok perlakuan (post-test) ada

peningkatan mayoritas baik dengan kategori memerlukan waktu 16-30

menit sebanyak 5 responden (71,4%), sedangkan pada kelompok

kontrol (post-test) didapatkan latensi tidur mayoritas reponden


10

dikategorikan baik jika 16-30 menit sebanyak 3 responden (42,9%)

(Lampiran 4). Peningkatan komponen latensi tidur pada kelompok

kontrol dapat terjadi bukan karena efek atau pengaruh dari terapi

akupresur akan tetapi ada berbagai faktor diantaranya lingkungan fisik,

gaya hidup yang menjadi baik.

Penilaian durasi tidur pada pengkajian akhir (post-test) pada

kelompok perlakuan didapatkan sebagian besar mengalami durasi

tidur sangat baik dengan kategori durasi tidur yang dialami ≥ 7 jam

sebanyak 2 responden (28,6%), sebanyak 4 responden (57,1%)

kategori baik yang artinya durasi yang dialami 6-7 jam, sedangkan

kelompok kontrol sebagian besar mengalami durasi tidur kurang

dengan kategori durasi tidur antara 5-6 jam sebanyak 4 responden

(57,1%) (Lampiran 4).

Penilaian komponen gangguan tidur di malam hari

memperlihatkan bahwa pada pengkajian akhir setelah diberikan terapi

akupresur (post-test) hampir sebagian besar responden pada kelompok

perlakuan memperlihatkan mengalami gangguan tidur di malam hari

kategori baik sebanyak 7 responden (100%) yang artinya responden

tidak mengalami gangguan tidur. Responden pada kelompok

perlakuan ini mengatakan bahwa setelah mendapatkan terapi

akupresur kombinasi titik Anmian dan titik Neiguan mereka merasa

sangat tenang, tidak lagi merasakan stress, cemas, gelisah dan

merekapun mengatakan ketika tidur tidak terdengar suara-suara

kebisingan karena terlalu nyenyak memasuki alam tidur.


11

Gangguan tidur dimalam hari yang dialami kelompok kontrol

mayoritas sebanyak 4 responden (57,1%) masuk kategori kurang yang

artinya responden mengalami gangguan tidur 2 kali seminggu.

Sebagian kecil sebanyak 3 responden (42,9%) mengalami peningkatan

katgori baik yang artinya responden mengalami gangguan tidur di

malam hari sekali dalam seminggu (Lampiran 4). Ada peningkatan

komponen gangguan tidur di malam hari pada kelompok kontrol dapat

terjadi bukan karena efek atau pengaruh dari terapi akupresur akan

tetapi ada berbagai faktor diantaranya lingkungan fisik, gaya hidup

yang menjadi baik. Hasil post kontrol dan post perlakuan bisa

dijadikan uji beda terhadap kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan.

c. Pengaruh Terapi Akupresur pada Kombinasi Titik Anmian dengan

Titik Neiguan terhadap Kualitas Tidur Santriwati menggunakan uji

Wilcoxon dan uji Mann Whitney U

Tabel 5.4 Pengaruh Terapi Akupresur pada Kombinasi Titik Anmian


dengan Titik Neiguan terhadap Kualitas Tidur Santriwati
Menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitney di
Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang pada Bulan
Maret-April 2018

No Kualitas Perlakuan Kontrol


Tidur Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
F % F % F % F %
1. Baik 0 0 6 85,7 0 0 1 14,3
2. Buruk 7 85,7 1 14,3 7 85,7 6 85,7
Uji Wilcoxon p = 0,014 p = 0,317
Uji Mann Whitney p = 0,000
Sumber : Data Primer 2018
12

Hasil analisa pengaruh terapi akupresur terhadap kualitas tidur

santriwati di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang menggunakan uji

Wilcoxon dan uji Mann-Whitney U didapatkan hasil sebagai berikut.

Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa Uji Wilcoxon pada kelompok

perlakuan ρ = 0,014 ≤ α = 0,05 hal ini menunjukkan bahwa nilai ρ ≤ α

yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang menunjukkan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan terapi

akupresur terhadap kualitas tidur santriwati, sedangkan pada kelompok

kontrol diperoleh hasil uji statistik ρ = 0,317 ≥ α = 0,05 hal ini berarti nilai

ρ ≥ α yang artinya H0 diterima dan H1 ditolak sehingga peneliti dapat

menyimpulkan bahwa tidak ada peningkatan kualitas tidur pada kelompok

kontrol secara signifikan atau tidak ada pengaruh terapi akupresur terhadap

kualitas tidur kelompok kontrol.

Selanjutnya hasil yang didapatkan berdasarkan uji Mann-Whitney U

pada post ρ = 0,000 ≤ α = 0,05 hal ini menunjukkan bahwa nilai p ≤ α

yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang menunjukkan bahwa ada

pengaruh yang signifikan terhadap Post Perlakuan dan Post Kontrol pada

Terapi Akupresur pada Kombinasi Titik Anmian dengan Titik Neiguan

terhadap Kualitas Tidur Santriwati di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum

Jombang.

5.2 Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan peneliti.


13

5.2.1 Kualitas Tidur Sebelum diberikan Terapi Akupresur

Kombinasi Titik Anmian dengan Titik Neiguan Kelompok Perlakuan

dan Kelompok Kontrol di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang

pada Bulan Maret-April 2018

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kualitas tidur sebelum

dilakukan terapi akupresur pada kelompok perlakuan dari hari pertama

sampai satu bulan ke depan selama 6 kali terapi dengan frekuensi 2 kali

dalam 1 minggu selama 1 bulan didapatkan rerata kualitas tidur mayoritas

masuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 7 responden (100%),

sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan rerata sebanyak 7 responden

(100%) masuk dalam kategori kualitas tidur buruk. Kualitas tidur pada

kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dipengaruhi oleh umur,

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol mayoritas umur ≥ 18

tahun. Pada penelitian ini didapatkan bahwa responden pada kedua

kelompok paling banyak kualitas tidurnya buruk yaitu mahasiswa. Sesuai

dengan pendapat (Asmadi, 2008) semakin tua usia, maka semakin sedikit

pula lama tidur yang dibutuhkan.

Pada santriwati membutuhkan waktu tidur rata-rata 8-9 jam/malam.

santriwati rentan mengalami kekurangan waktu tidur karena akan

menyebabkan perubahan fase sirkadian mereka yang cenderung akan

menjadi lebih lambat dalam hal keterlambatan waktu tidur dan omset

bangun, dan faktor ekstrinsik seperti masuk sekolah lebih awal, sibuk

dengan kegiatan diluar asrama dan keadaan ini akan memicu stress dan

keletihan (Agustin, 2012).


14

Selain itu yang mengganggu tidur responden salah satunya adalah

kebiasaan sebelum tidur, pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

kebiasan sebelum tidur didapatkan mayoritas sebelum tidur yaitu

internetan. Hal ini menyebabkan distribusi kualitas tidur santriwati lebih

banyak memiliki kualitas tidur buruk dibandingkan kualitas tidur yang

baik. Menurut hasil penelitian Javaheri dan Cleveland (2008) salah satu

faktor yang mempengaruhi kualitas tidur menurun adalah penggunaan

internet, selama 3-5 jam dalam sehari pengguna internet menghabiskan

waktu untuk kegiatan seperti update status di situs-situs media sosial yang

mereka miliki.

Bila seseorang dapat tidur dalam waktu yang cukup, maka ia akan

siap melakuakan aktivitas-aktivitas yang harus dikerjakannya saat ia

tersadar. Tentang waktu tidur yang cukup diungkapkan oleh Hartono

(2012) bahwa setiap orang mempunyai rekening utang tidur. Setiap orang

perlu menyimpan cukup tidur dalam rekening tersebut agar dapat menjaga

kondisi homeostatis tidur tetap stabil, suatu hal yang akan membuatnya

awas sepanjang siang.

Selain itu karakteristik responden pada kelompok perlakuan

berdasarkan kategori dikatakan kualitas tidur buruk kesulitan memulai

tidur sebanyak 3 responden (42,9%), berdasarkan kategori dikatakan

kualitas tidur buruk kesulitan mempertahankan tidur sebanyak 4 responden

(57,1%). Sedangkan karakteristik responden pada kelompok kontrol

berdasarkan kategori dikatakan kualitas tidur buruk kesulitan memulai

tidur sebanyak 4 responden (57,1%), berdasarkan kategori dikatakan

kualitas tidur buruk kesulitan mempertahankan tidur sebanyak 3 responden


15

(42,9%). Sesuai dengan pendapat (Chiu, 2014) gangguan memulai dan

mempertahankan tidur dapat berupa durasi tidur yang tidak tetap, periode

waktu untuk tertidur yang lama, sulit untuk tertidur, tidak ingin atau

enggan untuk tidur, cemas ketika ingin tidur, terbangun kembali ketika

tidur malam, dan kesulitan tertidur setelah terbangun di malam hari.

Kesulitan memulai tidur berarti latensi tidur seseorang lebih besar sekitar

20-30 menit. Kesulitan mempertahankan tidur adalah terbangunnya

seseorang setelah omset tidur lebih lama dari 20-30 menit.

Patogenesis gangguan ini kurang didefinisikan, peristiwa pertama

sering terjadi pada masa anak-anak atau remaja. Hal ini dikaitkan dengan

perubahan gaya hidup, penyelesaian pencetus tidak diatasi dengan baik,

dan lingkungan keadaan di asrama dengan peraturan dan kondisi yang

berbeda dengan di rumah bisa menjadi sumber tekanan (stressor),

kebutuhan tidur di pesantren tidak terpenuhi dari kebutuhan tidur normal

artinya santri yang tinggal di asrama memiliki durasi tidur yang singkat,

mengalami kurang tidur, atau mungkin tidur mereka tidak optimal. Pada

santriwati yang mengalami gangguan tidur jenis ini lebih sering dipicu

oleh jadwal tidur yang tidak teratur.

5.2.2 Kualitas Tidur Sesudah diberikan Terapi Akupresur

Kombinasi Titik Anmian dengan Titik Neiguan Kelompok Perlakuan

dan Kelompok Kontrol di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang

pada Bulan Maret-April 2018

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa kualitas tidur sesudah

dilakukan terapi akupresur pada kelompok perlakuan dari hari pertama


16

sampai satu bulan ke depan selama 6 kali terapi selama 6 kali terapi

dengan frekuensi 2 kali dalam 1 minggu selama 1 bulan didapatkan

kualitas tidur rerata 1 responden (14,3%) dalam kategori buruk, dan 6

responden (85,7%) dalam kategori baik, sedangkan kualitas tidur sesudah

dilakukan pendidikan/edukasi mengenai cara mengatasi gangguan tidur

pada kelompok kontrol didapatkan rerata sebanyak 1 responden (14,3%)

dalam kategori baik, dan 6 responden (85,7%) jadi dapat disimpulkan ada

peningkatan yaitu kualitas tidur dari buruk menjadi baik sebanyak 1

responden (14,3%).

Akupresur adalah pengobatan cina yang sudah dikenal sejak ribuan

tahun lalu dengan memberikan tekanan atau pemijatan dan menstimulasi

titik-titik tertentu dalam tubuh (Valente, 2015). Akupresur pada titik

Anmian merupakan terapi penanganan gangguan tidur dengan memberikan

pemijatan pada Titik EX-HN16 yang terletak diantara garis datar antara

titik fengchi (GB20) dan Yingfeng (TE17) atau terletak di sisi leher di

belakang daun telinga tepat tepi tengkorak bertemu dengan otot leher.

Sedangkan akupresur pada titik Neiguan dengan memberikan pemijatan

pada titik PC6 yang terletak dua cun proksimal lipat pergelangan tangan,

antara tendon m. parlamaris longos dan tendon m. fleksor karpi radialis.

Cara kerja kedua titik ini yaitu meningkatkan stimulasi sel saraf sensorik

yang akan diteruskan kemedula spinalis, kemudian ke mesenfalon dan

komplek pituitary hypothalamus yang ketiganya diaktifkan untuk

melepaskan hormone endorphin yang dapat memberikan rasa tenang

(Saputra & Sudirman, 2009).


17

Menurut Sukanta (2008) dengan cara pemijatan dan penekanan

(akupresur) pada titik-titik akupuntur yaitu akan menstimulus peningkatan

pengeluaran serotonin yang berperan sebagai neurotransmitter yang

membawa sinyal ke otak untuk mengaktifkan kelenjar pineal

memproduksi hormone melatonin. Kemudian hormon melatonin ini akan

mempengaruhi suprachiasmatic nucleus (SCN) di hipotalamus anterior

otak dalam pengaturan ritme sirkadian sehingga terjadi penurunan sleep

latency, nocturnal awakening, dan peningkatan total sleep time dan

kualitas tidur. Melalui terapi akupresur juga dapat merangsang

pengeluaran endorphin yang secara mental dan emosional dapat

memberikan perasaan tenang dan nyaman pada seseorang.

Hasil penelitian kualitas tidur sesudah diberikan terapi akupresur

pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan kualitas tidur yang

sangat signifikan dari hari pertama sebelum diberikan terapi akupresur,

mayoritas mengalami kualitas tidur buruk. Akan tetapi, sesudah diberikan

terapi akupresur didapatkan kulitas tidur santriwati menjadi baik.

5.2.3 Pengaruh Terapi Akupresur pada Kombinasi Titik Anmian

dengan Titik Neiguan terhadap Kualitas Tidur Santriwati di Pondok

Pesantren Darul ‘Ulum Jombang pada Bulan Maret-April 2018

Untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap kualitas tidur

santriwati di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum maka peneliti akan

melakukan uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney pada kedua kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol. Adapun pengaruh terapi akupresur

terhadap kualitas tidur pada penelitian dinilai berdasar atas total skor
18

penilaian 7 komponen, yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi

tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur yang sering dialami pada malam hari,

kebiasaan penggunaan obat-obatan untuk membantu tidur, gangguan

aktivitas yang sering dialami siang hari.

Pada Tabel 5.4 diketahui bahwa pengkajian awal kelompok

perlakuan maupun kelompok kontrol menunjukkan sebagian besar subjek

memiliki kualitas tidur buruk pada komponen kualitas tidur subjektif,

latensi tidur, durasi tidur, dan gangguan tidur di malam hari. Pada

kelompok perlakuan dengan kualitas tidur yang dilakukan terapi akupresur

mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang

tidak diberikan terapi akupresur dan hasil analisis statistik hasil uji

Wilcoxon pada kelompok perlakuan diperoleh ρ = 0,014 ≤ α = 0,05 hal ini

berarti nilai ρ ≤ α yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima, yang

menunjukkan ada pengaruh signifikan antara sebelum dan sesudah

dilakukan terapi akupresur. Terjadinya peningkatan kualitas tidur setelah

diberikan terapi akupresur dengan frekuensi 2 kali dalam 1 minggu selama

1 bulan, dapat disebabkan keluarnya hormone endorphin, serta

neurotransmitter dopamine dan serotonin dalam tubuh yang berkontribusi

memperbaiki suasana hati, menurunkan stress, serta meningkatkan kantuk

sehingga kualitas tidur meningkat.

Pada pemeriksaan akhir kelompok kontrol menunjukkan hasil

terjadi peningkatan jumlah subjek yang memiliki kualitas tidur baik,

namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna ρ = 0,317

≥ α = 0,05 hal ini berarti nilai ρ ≥ α yang artinya H0 diterima dan H1 ditolak
19

sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidak ada peningkatan

kualitas tidur pada kelompok kontrol secara signifikan. Peningkatan

jumlah subjek yang memiliki kualitas tidur baik pada kelompok kontrol

dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya lingkungan fisik,

hormone, gaya hidup yang menjadi lebih baik.

Hasil penelitian diperkuat dengan uji statistik lain yang berfungsi

untuk mengetahui uji beda post perlakuan dan post kontrol yaitu dengan

uji Mann-Whitney. Setelah dilakukan uji statistik Man-Whitney didapatkan

ρ = 0,000 ≤ α = 0,05 atau ρ ≤ α. Sehingga hasil hipotesa nya H0 ditolak dan

H1 diterima, artinya ada peningkatan kualitas tidur setelah diberikan terapi

akupresur pada santriwati yang mengalami gangguan tidur di Pondok

Pesantren Darul ‘Ulum Jombang.

Menurut TCM (Traditional Chinese Medicine), seseorang yang

mengalami gangguan tidur dan kualitas tidur buruk dapat disebabkan

kegagalan darah memberi makan jantung, sehingga terjadi defisiensi

jantung dan limpa. Diikuti kegelisahan dan mimpi-mimpi buruk

menunjukkan adanya hiperaktivitas api jantung. Kesulitan untuk tidur

dapat disebabkan rasa tidak enak pada lambung dimana terjadi gangguan

Qi lambung dalam keadaan kegelisahan mental. Pada defisiensi jantung

dan limpa akan menimbulkan tidur-tidur ayam dan lethargy dan gangguan

tidur kemudian menyebabkan penurunan kualitas tidur seseorang (Chen.,

et al. 2010).

Terdapat beberapa faktor yang berperan terhadap kebiasaan yang

mempengaruhi tidur yang buruk pada santriwati, yaitu ketidakadekuatan


20

pengaturan waktu tidur meliputi waktu tidur yang tidak teratur, terlambat

tidur siang, dan waktu tidur malam yang tidak sesuai. Seseorang yang

mengalami gangguan kebutuhan tidur pada malam hari akan merasa lelah

dan merasa mengantuk pada saat siang hari sehingga tidak konsentrasi

dalam belajar (Listiana, 2005).

Peningkatan kualitas tidur yang dialami responden dengan

pemberian akupresur pada titik Anmian merupakan titik ekstra titik-titik ini

tidak mempunyai meridian tersendiri tetapi penting sebagai titik bantu

terapi akupresur efek penekanan pada titik ini yaitu menentramkan jiwa

dan membantu penderita memasuki alam tidur, demikian akupresur pada

titik Anmian dapat meningkatkan kualitas tidur. Begitupun terapi

akupresur pada titik Neiguan dapat menurunkan stagnasi dingin dan

lembab sehingga melancarkan energi untuk merangsang pengeluaran

endorphin di hipotalamus yang dapat memberikan rasa tenang dan nyaman

(Hartono, 2012).

Hasil penelitian pengaruh terapi akupresur terhadap kualitas tidur

menunjukkan bahwa pada pengkajian awal baik pada kelompok perlakuan

ataupun kelompok kontrol sebagian besar subjek memiliki kualitas tidur

buruk. Hasil ini sesuai dengan penelitian di Fakultas Kedokteran

Universitas Hongkong yang menyebutkan bahwa sekitar 70% pelajar

memiliki kualitas tidur buruk. Hal ini dapat disebabkan pelajar mengalami

waktu belajar lebih lama, belajar sesaat sebelum tidur, dan kecemasan

berkaitan dengan ujian dan hasilnya. Selain itu pelajar memiliki beban
21

akademik meliputi banyak tugas yang harus dikerjakan, tugas yang tidak

selesai, kurangnya keterampilan manajemen waktu, ruang kelas yang tidak

nyaman. Adapun beban non akademik yang dihadapi diantaranya

mencakup masalah sosial, masalah keuangan, dan harapan orang tua yang

tinggi.

Hal ini sesuai dengan penelitian Anggraini (2016) mengenai

pengaruh Zumba fitness terhadap kualitas tidur mahasiswi tingkat II

Fakultas Kedokteran Unisba, yang menunjukkan bahwa ada peningkatan

kualitas tidur pada mahasiswi setelah melakukan Zumba fitness selama 4

minggu. Peningkatan tersebut terjadi karena Zumba fitness meningkatkan

sekresi hormone seperti endorphin, adrenalin, dopamine dan juga serotonin

yang akhirnya menyebabkan peningkatan rasa kantuk. Sesuai pula dengan

penelitian Majid (2014) mengenai pengaruh terapi akupresur terhadap

kualitas tidur lansia, yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kualitas tidur setelah dilakukan terapi akupresur. Peningkatan tersebut

disebabkan terjadinya peningkatan sirkulasi darah dan energi sehingga

meningkatkan sekresi serotonin di otak yang menimbulkan perasaan

tenang dan nyaman.

Terapi akupresur pada kombinasi titik Anmian dengan titik Neiguan

menstimulasi dengan cara menekan sehingga dapat menyebabkan

penurunan denyut jantung dan meningkatkan variabilitas jantung. Ketika

sesorang mendapatkan stimulasi atau pemijatan dapat meningkatkan

hormone serotonin yang menimbulkan rasa tenang atau dapat


22

menenangkan suasana hati, mengurangi kelelahan, membuat tubuh

menjadi santai, kondisi nyaman, tenang dan rileks dalam tubuh dan

mempengaruhi kualitas tidur, serta melatonin yang dapat mengendalikan

ritme tidur menjadi teratur sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur

santriwati di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

tentang pengaruh terapi akupresur terhadap kualitas tidur pada santriwati di

Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kualitas tidur sebelum diberikan terapi akupresur pada kombinasi

titik Anmian dengan titik Neiguan mengalami kualitas tidur buruk

mayoritas pada komponen kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi

tidur dan gangguan tidur di malam hari.

2. Kualitas tidur sesudah diberikan terapi akupresur pada kombinasi

titik Anmian dengan titik Neiguan didapatkan sebagian responden

mengalami kualitas tidur baik pada komponen kualitas tidur subjektif,

latensi tidur, durasi tidur, dan gangguan tidur di malam hari.

3. Ada pengaruh terapi akupresur terhadap peningkatan kualitas tidur

pada santriwati di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang.

1
2

6.2 Saran

1. Bagi Responden

Sebaiknya perlu memperhatikan kebutuhan fisiologis tubuh

utamanya tidur, karena melihat hasil penelitian yang menyimpulkan

sebagian besar responden memiliki kualitas tidur yang buruk.

Responden sebaiknya lebih mengenal gangguan-gangguan tidur yang

dialami terkait dengan kualitas tidur. Perlu mengatur kembali pola tidur

agar mendapatkan kualitas tidur yang baik.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi pengembangan

pelayanan terapi non farmakologi terapi akupresur kepada masyarakat

luas, khususnya santriwati di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang

melalui edukasi kesehatan dan interaksi individu terkait terapi

akupresur terhadap kualitas tidur santriwati.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini sebagai masukan dan bahan referensi penelitian

terkait dengan terapi akupresur pada kombinasi titik Anmian dengan

titik Neiguan terhadap kualitas tidur santriwati di Pondok Pesantren

Darul ‘Ulum Jombang. Peneliti berharap pada penelitian selanjutnya

bisa diaplikasikan pada titik akupresur lainnya, dan diaplikasikan di

kalangan lingkungan santri putra.


DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Destiana. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur


Pada Pekerja Shift di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon. Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan; Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Awwal, Hafidh. (2015). Prevalensi Gangguan Tidur Pada Remaja Usia 12-15
Tahun : Studi Pada Siswa SMPN 5 Semarang. Medika muda,Vol.4, No.4
Fakulltas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Buysse, DJ. (1989). The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument for
Psychiatric Practice and Research. Psychiatry Res;28(2):193-213.

Chiu, Sufan. (2014). Pediatric Sleep Disorders Journal of Medscape.


(www.emedicine.medscape.com). Diakses tanggal 13 Januari 2018 pukul
15:04 WIB.

Chen J.H, Chao Y.H., et al. (2010). The Effevtiveness of Valerian Acupressur on
the Sleep of ICU patients : A Randomized Clinical Trial. Internasional
Journal of Nursing Studies Vol 49 (8) : 913-920.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media.

Dahlan. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba
Medika.

Dewald, J. F. (2010). The Influence of Sleep Quality, Sleep Duration and


Sleepiness on School Performance in Children and Adolescents: A Meta-
Analytic Review. Journal of Sleep Medicine Reviews.14:179-189.Elsevier.

Elrin A, Sutadipura, Kharisma. (2016). Pengaruh Zumba Fitness terhadap


Kualitas Tidur Mahasiswi Tingkat II Fakutas Kedokteran Unsiba Tahun
Akademik 2016. Artikel Penelitian. Vol 1(1) : 30-35.

Everhart, J.O. (2012). Assotiation Between Subjective Sleep Quality, Depression,


and Body Mass Index in Nigerian Family Practice Setting. Sleep Disorder
and Therapy.5:32.

1
2

Fatimah, Sari., Majid, Yudi. (2015). Pengaruh Akupresur terhadap Kualitas Tidur
Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Bandung:
Naskah Publikasi.

Fengge, Antoni. (2012). Terapi Akupresur Manfaat dan Pengobatan. Yogyakarta:


Corp Circle Corp.

Gustimigo, Zelta. (2015). Kualitas Tidur Penderita Insomnia. Moajority. Vol.4,


No.8 Fakultas Ilmu Kedokteran, Universitas Lampung.

Guyton & Hall. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Revisi Berwarna
ke-12. Jakarta: EGC .

Hartono. R.I.W. (2012). Akupresure untuk Berbagai Penyakit dilengkapi dengan


terapi gizi medik dan herbal. Rapha/Andi Publishing. Yogyakarta.

Haryono, Adelina. (2009). Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15
Tahun di Sekolah Lanjutan Pertama. Sari Pediatri. Vol.11, No.3.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kedokteran Komunitas,
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia

Hidayat, A. Aziz. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Japardi, Iskandar. (2002). Gangguan Tidur. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara.

Kozier. Erb. Berman (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep,


Proses dan Praktik.. Edisi 7 Vol 2. Jakarta: EGC.

Kusmiran, Eny.(2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika.

Listiana, P. (2005). Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Iklim Sekolah Terhadap


Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMK Negeri Semarang. Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang. Diakses Tanggal 6-2017, dari
http;//digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsiimport/640.pdf.

Masyhud, Sulthon. (2014). Tipologi Pondok Pesantren. Jakarta : Putra Kencana

Mawarti, Herin. (2011). Bahan Ajar KDM II. Jombang: Tim Keperawatan Dasar

Meta, H. (2007). The Science and Benefit of Acupressure Therapy. Journal of


Research in Medical Sciences, 21: 104. Diakses tanggal 05-11-2017 pukul
17:15
3

Mumtahanah, Nurotun. (2015). Pengembangan Sistem Pendidikan Pesantren


Dalam Meningkatkan Profesionalisme Santri. AL-HIKMAH Jurnal Studi
Keislaman 5:13-21. Diakses tanggal 24-12-2017 pukul 14.03.

Nasir. (2011). Buku Ajar Metdologi Penelitian Kesehatan: Konsep Pembuatan


Kaya Tulis dan Tesis Untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Notoadmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

O’Brien & Kennedy. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik.Jakarta:


EGC.

Owens, Judith. (2014). Insufficient Sleep in Adolescent and Young Adults: An


Update on Causes and Consequences. Official Journal of the American
Academy of Pediatrics. Vol.134, No.3. Pediatric.

Priyanto, D. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik


dengan SPSS Yogyakarta: Grava Media.

Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan-Konsep, Proses


dan Praktik. Jakarta : EGC.

Reza, Kian dkk. (2010). The Effect of Acupressure on Quality of Sleep in Iranian
Elderly Nursing Home Resident. Journal Homepage.16:81-85. Diakses
tanggal 05-11-2017 pukul 17:05

Saputra, K., Sudirman, S. (2009). Akupuntur Untuk Nyeri Dengan Pendekatan


Neurosain. Jakarta : Sagung Seto.

Sarwono, Sarlito .(2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia


Press.

Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA.

Sukanta, P.O. (2008). Pijat Akupresur Untuk Kesehatan. Jakarta : Penebar Plus.

Soetjiningsih. (2016). Tumbuh Kembang Anak, edisi 2. Jakarta: EGC.


4

Valente, Sharon. (2015). Evaluating and Managing Insomnia: Non-


Pharmacological Treatments. Journal of Sleep Disorders & Therapy.4:2.
Diakses tanggal 05-11-2017 pukul 16:50

Vaughans, B. W.(2013). Keperawatan Dasar. Jakarta: KDT.

Wicaksono, D. W. (2012). Analisis faktor dominan yang berhubungan dengan


kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Scholarly Article. 4-6.

Widyastuti, Yani.(2009). Kesehatan Remaja. Yogyakarta: Fitramaya.

Yekti S, & Ari W. (2011). Cara Jitu Mengatasi Kesulitan Tidur Jakarta: Salemba
Medika.

Yudianto, A., Rajin, M., Khusniyah, Z., & Mukhoirotin. (2017). Buku Panduan
Penyusunan Proposal & Skripsi Edisi 6. Jombang: Program Studi
Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren
Tinggi Darul Ulum Jombang.

Anda mungkin juga menyukai