Anda di halaman 1dari 22

BAB V

PEMBAHASAN

Simulasi reservoar merupakan usaha untuk menirukan/memodelkan suatu


reservoar yang sesungguhnya dengan model matematis sehingga perilaku
reservoar di masa yang akan datang dapat diprediksi. Model matematis yang
digunakan dalam simulasi reservoar ini adalah persamaan-persamaan finite
difference. Persamaan finite difference ini diperoleh dari persamaan diferensial
parsial yang telah didiskritisasi dalam bentuk ruang dan waktu, sedangkan
persamaan diferensial parsial ini diturunkan dari persamaan Darcy, persamaan
keadaan dan persamaan konservasi massa. Diskritisasi dalam bentuk ruang
mempunyai arti bahwa reservoar dibagi menjadi ruang-ruang (blok-blok),
sedangkan diskritisasi dalam bentuk waktu berarti bahwa perilaku reservoar
dibagi dalam setiap selang waktu (time step). Diskritisasi dibuat untuk
mempermudah penyelesaian numerik dari suatu simulasi reservoar. Persamaan
finite difference ini menggambarkan kinerja aliran fluida dalam media berpori.
Hasil simulasi reservoar sebenarnya kurang akurat karena masih
mengandung kesalahan-kesalahan. Kesalahan yang utama adalah proses
diskritisasi, dimana reservoar dibagi menjadi ruang-ruang dan perilakunya dibagi
dalam setiap selang waktu tertentu. Diskritisasi menjadi kesalahan yang utama
karena sebenarnya suatu reservoar mempunyai satu persamaan matematis yang
berbentuk persamaan differensial parsial. Persamaan diferensial parsial ini sangat
sulit dipecahkan secara analitis maka dibuatlah persamaan finite difference yang
relatif lebih mudah dipecahkan secara numerik. Kesalahan lainnya antara lain:
• Kesalahan bawaan
Kesalahan ini dapat terjadi karena kesalahan mengambil data maupun
kesalahan memasukkan data dalam simulator
• Kesalahan pembulatan
Kesalahan ini dapat terjadi karena adanya pembulatan angka-angka di
belakang koma. Adanya pembulatan ini menjadikan hasil perhitungan menjadi
kurang akurat.
• Kesalahan Pemotongan
Kesalahan ini dapat terjadi karena adanya pemotongan suatu deret matematis.
Adanya pemotongan ini juga menjadikan hasil perhitungan menjadi kurang
akurat.
Simulasi reservoar dibagi menjadi berbagai tahap utama, yaitu: preparasi
data, input data, inisialisasi, history matching (penyelarasan) dan prediksi.
¾ Preparasi Data
Data-data yang harus disiapkan dalam suatu simulasi reservoar antara lain
adalah data geologi dan geofisika, data batuan, data sifat fisik fluida, data
produksi, data tekanan dan data penunjang. Data-data ini harus dipersiapkan
secara akurat dan tepat, karena simulasi reservoar mempunyai prinsip “Garbage
In Garbage Out”. Prinsip ini mengandung pengertian bahwa apabila data yang
salah dimasukkan ke dalam simulator maka hasil yang dikeluarkan oleh simulator
juga akan salah dan sebaliknya apabila data yang benar dimasukkan ke dalam
simulator maka hasil yang dikeluarkan oleh simulator juga akan benar. Hasil
simulator yang benar ini juga dipengaruhi oleh proses inisialisasi dan history
matching (penyelarasan) yang benar.
Data geologi yang paling utama adalah peta struktur kedalaman, peta
isopach, peta isoporositas, peta isosaturasi dan peta isopermeabilitas. Keempat
peta ini sangat penting untuk membuat suatu model geologi reservoar. Peta
struktur ini terdiri dari peta top struktur dan peta struktur dasar (bottom struktur).
Peta top struktur adalah peta yang garis-garis konturnya menunjukkan tempat-
tempat dengan kedalaman puncak lapisan yang sama, sedangkan peta bottom
struktur adalah peta yang garis-garis konturnya menunjukkan tempat-tempat
dengan kedalaman dasar lapisan yang sama. Peta top struktur dan bottom struktur
menunjukkan adanya batas kontak minyak-air (WOC) ataupun batas kontak
minyak-gas (GOC) dan dapat digunakan untuk membuat suatu peta isopach. Peta
isopach adalah peta yang mengambarkan garis-garis yang menghubungkan titik-
titik pada elevasi yang sama pada puncak lapisan suatu reservoar. Peta isopach ini
dapat mengambarkan ketebalan lapisan dari suatu reservoar.
Peta isoporositas adalah peta yang garis-garis konturnya menunjukkan
tempat-tempat dengan harga porositas yang sama. Peta isoporositas ini dapat
menggambarkan distribusi porositas dalam reservoar tersebut. Peta isosaturasi
adalah peta yang garis-garis konturnya menunjukkan tempat-tempat dengan harga
saturasi yang sama. Saturasi yang ditunjukkan dalam peta saturasi ini biasanya
merupakan saturasi air. Peta isopermeabilitas adalah peta yang garis-garis
konturnya menunjukkan tempat-tempat dengan harga permeabilitas yang sama.
Distribusi permeabilitas dari suatu reservoar dapat ditunjukkan oleh suatu peta
isopermeabilitas.
Data geofisika merupakan data yang digunakan untuk mengetahui keadaan
geologi bawah permukaan, terutama bentuk perangkap reservoar. Data geofisika
ini dibutuhkan untuk menunjang data geologi sehingga data yang ada menjadi
lebih akurat. Metode-metode yang digunakan untuk memperoleh data geofisika
ini antara lain : metode gravitasi, metode magnetik dan metode seismik. Metode
yang paling umum dan paling banyak digunakan adalah metode seismik. Data
geologi dan geofisika ini digunakan sebagai input data untuk membentuk suatu
model geologi yang akan digunakan dalam simulator.
Data batuan yang dibutuhkan antara lain : porositas (Ø), permeabilitas
relatif (Krg, Kro dan Krw), tekanan kapiler (Pc), saturasi fluida (Sg, So dan Sw) dan
kompresibilitas batuan (Cf). Data geologi yang berupa peta isoporositas dan peta
isosaturasi dapat digunakan sebagai data porositas dan saturasi fluida. Data
porositas dan saturasi fluida dapat ditentukan dari analisa logging maupun analisa
core. Permeabilitas relatif didapatkan dari data analisa core yaitu dari data
tekanan kapiler vs saturasi. Korelasi Stone dapat digunakan untuk menentukan
permeabilitas relatif apabila data analisa core tidak ada. Tekanan kapiler dan
kompresibilitas batuan dapat ditentukan melalui analisa core di laboratorium.
Data sifat fisik fluida yang dibutuhkan antara lain : densitas hidrokarbon,
faktor volume formasi hidrokarbon, viskositas hidrokarbon, kelarutan gas dalam
minyak dan kompresibilitas hidrokarbon. Kelima data sifat fisik fluida tersebut
dapat ditentukan dengan test PVT di laboratorium atau juga dapat ditentukan
dengan korelasi-korelasi tertentu sesuai dengan asumsinya masing-masing.
Data produksi yang dibutuhkan antara lain : laju produksi (qg, qo dan qw),
Gas-Oil Ratio (GOR), Water-Oil Ratio (WOR), produksi kumulatif gas (Gp),
produksi kumulatif minyak (Np), produksi kumulatif air (Wp). Data produksi ini
ditampilkan dalam hubungannya terhadap waktu. Data produksi ini sangat penting
dalam proses history matching, karena data produksi merupakan data yang aktual
dari suatu reservoar.
Data tekanan yang dibutuhkan adalah tekanan dasar sumur (bottom hole
pressure) ataupun tekanan reservoar. Data tekanan ini dapat diperoleh dari test
tekanan dengan menggunakan Amerada (Pressure Bomb). Test tekanan ini akan
mendapatkan tekanan pada kedalaman tertentu dan waktu tertentu.
Data penunjang yang dibutuhkan antara lain : tanggal awal sumur
berproduksi, perforasi, batasan (limit) produksi maupun tekanan, aquifer dan batas
akhir peramalan. Data aquifer sangat dibutuhkan apabila reservoar mempunyai
mekanisme pendorong water drive. Data aquifer yang dibutuhkan antara lain :
lokasi aquifer, ketebalan aquifer, porositas aquifer, permeabilitas aquifer dan jari-
jari aquifer.
¾ Input Data
Input data bertujuan untuk memasukkan semua data yang dibutuhkan ke
dalam suatu simulator. Cara memasukkan data ke dalam simulator dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu typing, digitizing dan importing. Typing berarti
memasukkan data ke dalam simulator dengan cara mengetik data yang
dibutuhkan. Digitizing berarti membuat data-data yang dibutuhkan menjadi suatu
file yang telah di-digitasi. Importing berarti memasukkan data ke dalam simulator
dengan cara memasukkan hasil file digitasi. Digitizing dan importing umumnya
digunakan untuk memasukkan data-data yang berupa peta, baik peta struktur, peta
isopach, peta isoporositas, peta isosaturasi dan peta isopermeabilitas ke dalam
suatu simulator.
Input data ini akan menghasilkan model geologi yang kemudian akan
menghasilkan suatu model reservoar. Model geologi ini diperoleh setelah input
data geologi dan geofisika dilakukan. Model geologi ini menunjukkan bentuk
perangkap, ketebalan lapisan perangkap, distribusi porositas pada perangkap dan
distribusi permeabilitas pada perangkap. Model reservoar diperoleh setelah model
geologi didapat dan input data batuan dan sifat fisik fluida reservoar dilakukan.
¾ Pembuatan grid
Pembuatan grid dilakukan setelah input data dan model reservoar didapat.
Pembuatan grid dimaksudkan untuk membagi model reservoar dalam cell-cell.
Grid ini dinyatakan dalam bentuk tiga dimensi, yaitu dimensi i, dimensi j dan
dimensi k. Setiap cell ini memiliki data porositas, permeabilitas dan saturasi
masing-masing. Pembuatan grid dilakukan untuk mempermudah penyelesaian
persamaan dalam simulator, dimana satu cell diwakili oleh satu persamaan.
Pembuatan cell yang semakin banyak akan semakin baik karena akan
menghasilkan perhitungan tiap cell yang lebih teliti dan dapat menggambarkan
pola aliran yang lebih halus, tetapi waktu kerja simulator akan semakin lama
karena perhitungan yang dilakukan akan semakin baik.
¾ Inisialisasi
Tahap inisialisasi bertujuan untuk mengkondisikan model reservoar sesuai
dengan kondisi awal reservoar sesungguhnya. Parameter-parameter yang
digunakan dalam proses inisialisasi antara lain Original Oil in Place (OOIP),
Initial Gas in Place (IGIP) dan tekanan mula-mula reservoar (Pi). Kondisi awal
model reservoar dalam simulator dianggap sama dengan reservoar sesungguhnya
apabila OOIP, IGIP atau Pi keluaran simulator sama dengan OOIP, IGIP atau Pi
reservoar sesungguhnya. OOIP atau IGIP reservoar sesungguhnya diperoleh
dengan menggunakan metode perhitungan volumetris, sedangkan Pi dapat
diperoleh dari hasil analisa uji sumur (test tekanan). Perbedaan OOIP, IGIP atau Pi
antara keluaran simulator dengan reservoar sesungguhnya menandakan belum
samanya kondisi awal model reservoar dalam simulator dengan reservoar
sesungguhnya. Parameter-parameter tertentu harus dimodifikasi agar tahap
inisialisasi tercapai. Parameter-parameter tertentu itu antara lain : porositas (Ø),
ketebalan (h) dan net to gross ratio (NTG).
¾ History Matching (Penyelarasan)
History matching (penyelarasan) merupakan tahap validasi akhir agar
perilaku model reservoar sama dengan perilaku reservoar sesungguhnya.
Keselarasan antara perilaku model reservoar dengan perilaku reservoar
sesungguhnya dapat dilihat dengan membandingkan data produksi keluaran
simulator dengan data produksi reservoar sesungguhnya. Data produksi biasanya
berupa grafik qo vs t, qw vs t, qg vs t, Np vs t, Gp vs t, Wp vs t, WOR vs t,
GOR vs t. Tahap history matching telah tercapai apabila data produksi keluaran
simulator selaras dengan data produksi reservoar sesungguhnya. Parameter
tertentu harus dimodifikasi apabila data produksi keluaran simulator belum selaras
dengan data produksi reservoar sesungguhnya. Parameter yang dimaksud adalah
permeabilitas relatif (Krw, Kro atau Krg). Modifikasi permeabilitas relatif ini
tentunya akan mengubah kurva permeabilitas relatif terhadap saturasi. History
matching (penyelarasan) seperti ini sering disebut penyelarasan produktivitas.
History matching (penyelarasan) lainnya disebut dengan penyelarasan
tekanan. Keselarasan perilaku model reservoar dengan perilaku reservoar
sesungguhnya dapat dilihat dengan membandingkan data tekanan keluaran
simulator dengan data tekanan reservoar sesungguhnya. Data tekanan yang
dimaksud adalah data Bottom Hole Pressure (BHP) maupun tekanan reservoar.
Parameter tertentu yang harus dimodifikasi apabila data tekanan keluaran
simulator belum selaras dengan data tekanan reservoar sesungguhnya adalah
porositas (Ø), ketebalan (h) dan kompresibilitas batuan (Cf).
¾ Prediksi
Prediksi perilaku reservoar dilakukan setelah tahap history matching
(penyelarasan) terhadap sejarah produksi maupun tekanan tercapai. Perilaku
reservoar yang dimaksud meliputi hubungan tekanan reservoar terhadap waktu
(Pres vs t), hubungan laju produksi terhadap waktu (qo vs t, qg vs t dan qw vs t),
kumulatif produksi (Np, Gp maupun Wp) dan distribusi saturasi minyak.
Faktor perolehan juga dapat ditentukan dari prediksi perilaku reservoar
dengan simulasi reservoar. Faktor perolehan merupakan perbandingan antara
produksi kumulatif minyak (Np) dengan Original Oil in Place (OOIP). Produksi
kumulatif minyak (Np) dapat ditentukan dari prediksi dalam simulasi reservoar
yang berupa grafik Np vs t, sedangkan Original Oil in Place (OOIP) dapat
ditentukan dari hasil proses inisialisasi.
Prediksi dalam suatu simulasi reservoar juga dapat digunakan untuk
menentukan waktu suatu reservoar mencapai limit produksinya baik secara teknis
maupun secara ekonomis. Limit produksi secara teknis berarti kemampuan
maksimum reservoar untuk berproduksi secara primary recovery, baik sembur
alami maupun sembur buatan. Limit produksi secara ekonomis berarti
kemampuan maksimum reservoar untuk berproduksi dengan memperhitungkan
keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Limit produksi suatu reservoar juga
mengindikasikan bahwa di reservoar masih terdapat minyak sisa yang dikenal
dengan saturasi minyak sisa/residual oil saturation (Sor). Minyak sisa yang masih
terdapat dalam reservoar dapat diambil dengan metode produksi tahap lanjut yang
sering disebut Enhanced Oil Recovery (EOR), sehingga dapat dikatakan bahwa
simulasi reservoar dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan kapan EOR
akan dilakukan.
Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan metode perolehan minyak
tahap lanjut dengan menggunakan energi dari luar reservoar yang dapat berupa
air, gas, bahan kimia, panas maupun mikroba. EOR bertujuan untuk mengambil
minyak sisa yang tidak dapat diambil dengan cara primary recovery. Jenis-jenis
EOR ini antara lain : Injeksi Tak Tercampur, Injeksi Tercampur, Injeksi Kimiawi,
Injeksi Thermal dan Injeksi Mikroba.
Injeksi tak tercampur merupakan metode perolehan minyak tahap lanjut
dengan menggunakan energi dari fluida yang tidak bercampur dengan minyak.
Fluida yang dimaksud ini adalah air dan gas. Injeksi tak tercampur yang
menggunakan air disebut dengan injeksi air, sedangkan injeksi tak tercampur yang
menggunakan gas disebut dengan injeksi gas. Injeksi air umumnya digunakan
pada reservoar dengan mekanisme pendorong air (water drive). Air yang
diinjeksikan dimaksudkan untuk mendorong minyak sisa yang tidak terdesak oleh
gaya dorong air mula-mula di dalam reservoar. Injeksi gas umumnya digunakan
pada reservoar dengan mekanisme pendorong tudung gas (gas cap drive) ataupun
gas terlarut (solution gas drive). Gas yang diinjeksikan dimaksudkan untuk
mendorong minyak sisa yang tidak terdesak oleh gaya dorong gas mula-mula di
dalam reservoar. Injeksi gas maupun injeksi air dapat meningkatkan perolehan
minyak karena gas dan air tersebut mendesak minyak sisa yang tidak didesak pada
saat primary recovery.
Injeksi air lebih baik dibandingkan dengan injeksi gas karena batuan
umumnya bersifat water wet (basah air). Air injeksi pada batuan water wet akan
dapat mengisi dan mengalir melalui pori-pori batuan yang sempit serta menempel
pada butiran batuan tersebut sehingga pendesakan minyak menjadi lebih efektif
apabila dibandingkan dengan injeksi gas.
Injeksi tercampur merupakan metode perolehan minyak tahap lanjut
dengan menggunakan energi dari fluida yang dapat bercampur dengan minyak.
Injeksi tercampur berawal dari konsep untuk menurunkan tegangan antar muka
sehingga akan memperbesar bilangan kapiler (capillary number) dan pada
akhirnya akan menurunkan saturasi minyak sisa. Tegangan antar muka dapat
diturunkan/ditiadakan apabila terjadi percampuran antara fluida pendesak dengan
fluida yang didesak, fluida pendesak yang dimaksud merupakan fluida yang
diinjeksikan dan fluida yang didesak adalah minyak. Injeksi tercampur terdiri dari
injeksi gas CO2, injeksi gas inert, injeksi gas diperkaya dan injeksi gas kering
pada tekanan tinggi. Keempat jenis injeksi tercampur ini membutuhkan kontak
berulang kali dengan minyak sehingga terjadi percampuran antara fluida injeksi
dengan minyak. Injeksi tercampur juga membutuhkan tekanan tertentu untuk
dapat bercampur yang disebut dengan tekanan miscibilitas. Besarnya tekanan
miscibilitas ini dapat ditentukan dengan percobaan di laboratorium menggunakan
slim-tube.
Injeksi gas CO2 dapat meningkatkan perolehan minyak karena adanya gas
CO2 dalam minyak dapat menyebabkan pengembangan (swelling) minyak,
penurunan viskositas, kenaikan densitas dan ekstraksi sebagian minyak.
Pengembangan (swelling) minyak akan mempermudah pendesakan karena
volume minyak yang semakin besar akan memperbesar luas permukaan minyak
yang didesak. Penurunan viskositas minyak dapat menyebabkan kenaikan
mobilitas minyak sehingga minyak akan lebih mudah didesak. Kenaikan densitas
minyak juga dapat mempermudah pendesakan minyak. Ekstraksi sebagian minyak
akan mengubah komposisi minyak sehingga minyak terdiri dari sebagian besar
komponen ringan dan komponen menengah. Komponen berat dan komponen
menengah akan terekstraksi menjadi komponen yang lebih sederhana sehingga
minyak akan lebih mudah terdesak.
Injeksi gas inert umumnya merupakan injeksi gas nitrogen (N2). Injeksi
gas inert bertujuan untuk mendesak minyak sisa yang ada di dalam reservoar. Gas
inert (N2) dapat bercampur dengan minyak melalui kontak berulang kali.
Percampuran ini tentunya akan meningkatkan efektivitas pendesakan oleh gas
inert tersebut karena campuran minyak-gas inert akan menurunkan viskositas
minyak dan menaikkan mobilitas minyak. Proses percampuran antara minyak
dengan gas inert dapat dijelaskan oleh diagram Terner yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu : komponen C1-C6, komponen C7+ dan komponen N2.
Injeksi gas diperkaya umumnya merupakan injeksi gas yang sebagian
besar komponennya merupakan komponen C2-C6. Minyak sisa yang masih ada di
dalam reservoar dapat didesak dengan injeksi gas diperkaya. Gas diperkaya juga
mengalami percampuran dengan minyak di dalam reservoar. Percampuran ini
diperoleh akibat kontak berulang kali antara gas yang diperkaya dengan minyak.
Campuran minyak-gas diperkaya akan menurunkan viskositas minyak dan
menaikkan mobilitas minyak sehingga minyak lebih mudah untuk didesak.
Diagram Terner yang terdiri dari komponen C1, komponen C2-C6 dan komponen
C7+ dapat digunakan untuk menerangkan proses percampuran antara gas
diperkaya dengan minyak. Injeksi gas diperkaya disebut dengan condensing gas
drive karena gas yang digunakan untuk mendesak minyak sisa seolah-olah
merupakan hasil proses kondensasi dengan komponen menengah yang
mendominasi.
Injeksi gas kering pada tekanan tinggi merupakan injeksi gas yang
sebagian besar komponennya merupakan komponen C1. Injeksi gas kering dapat
mendesak minyak sisa yang masih ada di dalam reservoar. Percampuran antara
gas kering dengan minyak terjadi akibat kontak berulang kali antara gas kering
dengan minyak. Campuran minyak-gas kering dapat menurunkan viskositas
minyak dan menaikkan mobilitas minyak sehingga efisiensi pendesakan minyak
dapat meningkat. Proses percampuran ini dapat dijelaskan dengan Diagram Terner
yang terdiri dari komponen C1, komponen C2-C6 dan komponen C7+. Injeksi gas
kering pada tekanan tinggi disebut dengan vapourizing gas drive karena gas yang
digunakan untuk mendesak minyak sisa seolah-olah merupakan hasil proses
penguapan dengan komponen ringan yang mendominasi.
Injeksi kimiawi merupakan metode pengurasan minyak tahap lanjut
dengan menggunakan energi dari bahan-bahan kimia. Injeksi kimiawi terdiri dari
injeksi polimer, injeksi surfactant dan injeksi alkaline. Polimer, surfactant dan
alkaline yang diinjeksikan ke dalam reservoar bertujuan untuk merubah sifat fisik
batuan dan fluida reservoar selain untuk mendesak minyak sisa. Perubahan sifat
fisik batuan dan fluida reservoar bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
pendesakan minyak sisa.
Injeksi polimer pada dasarnya merupakan injeksi air yang disempurnakan.
Injeksi polimer menyebabkan viskositas air naik sehingga perbandingan mobilitas
air-minyak akan turun, pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi penyapuan.
Kenaikan efisiensi penyapuan tentunya akan meningkatkan perolehan minyak
yang didapat dari pendesakan minyak sisa. Polimer juga dapat mengurangi
kerugian pendesakan akibat pengaruh permeabilitas dan rekahan, sehingga
efisiensi penyapuan areal dan efisiensi penyapuan vertikal dapat ditingkatkan.
Injeksi surfactant bertujuan untuk menurunkan tegangan antar muka antara
air dan minyak agar tekanan kapiler pada daerah penyempitan pori-pori dapat
dikurangi, sehingga minyak sisa pada daerah yang dipengaruhi tekanan kapiler
tersebut dapat didesak untuk kemudian dapat diproduksikan. Injeksi surfactant ini
biasanya digunakan bersamaan dengan injeksi polimer. Injeksi polimer ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya fingering dan melindungi surfactant dari
terobosan air pendesak.
Injeksi alkaline dapat meningkatkan perolehan minyak dengan empat cara,
yaitu : menurunkan tegangan antar muka minyak-air, emulsifikasi, perubahan
kebasahan dan peleburan rigid interfacial film. Penurunan tegangan antar muka
akan menyebabkan kenaikan bilangan kapiler dan pada akhirnya akan
menurunkan saturasi minyak sisa (Sor). Penurunan Sor berarti bahwa semakin
banyak jumlah minyak yang dapat didesak dan diproduksikan ke permukaan
sehingga perolehan minyak akan semakin besar. Emulsifikasi yang dimaksud
merupakan pembentukan emulsi minyak dalam air. Emulsi minyak dalam air akan
mempermudah proses pendesakan minyak sisa karena minyak akan berada di
dalam air dan hal ini akan menyebabkan minyak dapat terproduksikan dengan
mudah ke permukaan bersamaan dengan terproduksinya air. Emulsi minyak
dalam air seolah-olah akan meningkatkan mobilitas minyak sama dengan
mobilitas air. Perubahan kebasahan yang dimaksud merupakan perubahan dari oil-
wet ke water-wet. Batuan yang bersifat water-wet dapat mengalirkan minyak sisa
yang semula melekat pada butiran batuan. Perolehan minyak mengalami
peningkatan karena minyak sisa yang semula melekat pada butiran batuan akan
ikut terdesak oleh fluida injeksi. Injeksi alkaline juga akan melebur rigid
interfacial film yang dapat menghambat mengalirnya minyak sisa. Perolehan
minyak akan meningkat karena minyak sisa yang semula dihambat oleh rigid
interfacial film dapat didesak untuk diproduksikan ke permukaan.
Injeksi thermal merupakan metode perolehan minyak tahap lanjut dengan
menggunakan energi thermal (panas). Injeksi thermal ini sebenarnya bertujuan
untuk mengubah komposisi minyak di dalam reservoar yang akan mengakibatkan
penurunan viskositas minyak. Penurunan viskositas minyak ini akan memperbesar
mobilitas minyak, sehingga minyak dapat didesak dan diproduksikan ke
permukaan. Injeksi thermal terdiri dari injeksi air panas, injeksi uap dan in-situ
combustion.
Injeksi air panas dapat meningkatkan perolehan minyak karena injeksi air
panas akan meningkatkan temperatur di reservoar. Peningkatan temperatur di
reservoar ini terjadi karena perpindahan panas dari air panas ke batuan reservoar
secara konduksi. Peningkatan temperatur ini akan menyebabkan perubahan
komposisi minyak di dalam reservoar yang akan menurunkan viskositas minyak.
Penurunan viskositas minyak ini akan memperbesar mobilitas minyak sehingga
pendesakan dengan air panas akan lebih efektif.
Injeksi uap panas akan meningkatkan perolehan minyak karena adanya
proses distilasi minyak dan penurunan viskositas minyak. Proses distilasi terjadi
pada zona uap di dalam reservoar, sedangkan penurunan viskositas minyak terjadi
pada zona air panas di dalam reservoar. Proses distilasi akan mengubah komposisi
minyak dengan cara menguapkan sebagian komponen minyak. Sebagian besar
komponen minyak yang teruapkan merupakan komponen ringan. Perubahan
komposisi minyak ini tentunya akan menjadikan pendesakan minyak menjadi
lebih efektif sehingga perolehan minyak juga meningkat. Penurunan viskositas
minyak tentunya akan meningkatkan mobilitas minyak sehingga pendesakan
minyak menjadi lebih efektif. Minyak dalam injeksi uap akan didesak oleh dua
fluida yaitu air panas dan uap panas.
In-situ combustion dapat meningkatkan perolehan minyak karena efek in-
situ combustion yang dapat meningkatkan temperatur di reservoar secara
konduksi. Peningkatan temperatur di reservoar ini akan menyebabkan proses
distilasi dan penurunan viskositas minyak. Kedua hal ini akan meningkatkan
efisiensi pendesakan sehingga minyak sisa dapat diproduksikan ke permukaan. In-
situ combustion akan menghasilkan zona pembakaran, dalam hal ini zona
pembakaran dapat bergerak dari sumur injeksi ke sumur produksi yang disebut
sebagai forward combustion atau zona pembakaran dapat bergerak dari sumur
produksi ke sumur injeksi yang disebut reverse combustion. Zona pembakaran
pada forward combustion juga berperan dalam pendesakan minyak karena
letaknya yang berada di belakang zona minyak, sedangkan zona pembakaran pada
reverse combustion akan membakar minyak yang akan diproduksikan karena
arahnya yang berlawanan dengan arah produksi. Kualitas minyak pada reverse
combustion tentunya akan lebih rendah daripada kualitas minyak pada forward
combustion.
Injeksi mikroba merupakan metode perolehan minyak tahap lanjut dengan
menggunakan energi dari mikroba. Adanya mikroba di dalam reservoar akan
menghasilkan bioproduk melalui hasil fermentasi yang dapat meningkatkan
efisiensi pendesakan minyak di dalam reservoar. Bioproduk itu antara lain
produksi asam, produksi gas, produksi surfactant, produksi polimer dan produksi
pelarut. Asam yang diproduksi dari hasil fermentasi mikroba akan menaikkan
porositas dan permeabilitas sehingga minyak sisa akan lebih mudah untuk
mengalir dan mudah didesak oleh fluida pendesak. Gas yang diproduksi dari hasil
fermentasi mikroba akan menyebabkan bertambahnya tekanan reservoar sehingga
draw-down akan meningkat dan laju produksi akan meningkat. Gas CO2 yang
dihasilkan akan menyebabkan pengembangan volume minyak, penurunan
viskositas minyak, kenaikan densitas minyak dan ekstraksi sebagian komponen
minyak. Keempat hal itu akan meningkatkan efisiensi pendesakan oleh gas CO2
tersebut. Surfactant yang diproduksi dari hasil fermentasi mikroba dapat
menurunkan tegangan antar muka minyak-air sehingga minyak sisa akan didesak
dan dapat diproduksikan ke permukaan. Polimer yang dihasilkan oleh fermentasi
mikroba dapat menaikkan viskositas fluida pendesak (air) sehingga mobilitas
fluida pendesak (air) akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan
efektivitas pendesakan minyak oleh fluida pendesak (air). Pelarut yang dihasilkan
oleh fermentasi mikroba akan bercampur dengan minyak sehingga viskositas
minyak akan turun dan mobilitasnya akan meningkat.
Injeksi mikroba juga dapat menghasilkan penyumbatan selektif dan
pembelahan hidrokarbon. Penyumbatan selektif dapat membelokkan aliran dari
permeabilitas tinggi ke permeabilitas rendah sehingga minyak dapat didesak
secara maksimal pada tempat-tempat dengan permeabilitas rendah (pori-pori
sempit). Pembelahan hidrokarbon ini dilakukan oleh bakteri aerob. Pembelahan
hidrokarbon ini akan menghasilkan molekul-molekul hidrokarbon yang lebih
rendah sehingga minyak akan lebih mudah terdesak dan lebih mudah
terproduksikan ke permukaan.
Pemilihan metode EOR yang akan digunakan tergantung dari kriteria
seleksi masing-masing metode EOR. Kriteria seleksi metode EOR ini terdiri dari
kriteria seleksi untuk batuan reservoar dan fluida reservoar. Kriteria seleksi untuk
batuan reservoar terdiri atas tekanan reservoar (Pres), transmisibilitas (kh/µ),
permeabilitas (k), ketebalan (h), saturasi minyak sisa (Sor), kedalaman (D),
temperatur (T), porositas (Ø) dan jenis batuan. Kriteria seleksi untuk fluida
reservoar terdiri dari viskositas (µ), spesific gravity minyak (oAPI) dan komposisi
minyak. Metode EOR dapat dilaksanakan pada reservoar yang sesuai dengan
kriteria seleksi metode EOR tersebut. Besaran-besaran pada reservoar tersebut
harus berada pada kisaran besaran-besaran kriteria seleksi metode EOR yang ada.
Simulator dalam suatu simulasi reservoar akan menghasilkan parameter-
parameter yang penting dari masing-masing metode produksi tahap lanjut (EOR).
Parameter-parameter ini tentunya akan berhubungan dengan kinerja pendesakan
dengan metode produksi tahap lanjut di dalam reservoar.
Parameter-parameter yang dihasilkan simulator untuk injeksi air adalah
kemajuan front dan waktu terjadinya breakthrough. Simulator dapat menunjukkan
pergerakan front fluida pendesak (air) sebagai fungsi jarak dan waktu. Pergerakan
front fluida pendesak ini diawali dari sumur injeksi dan berakhir pada sumur
produksi. Simulator juga dapat menunjukkan waktu terjadinya penerobosan air
injeksi sehingga melewati zona minyak, yang sering disebut dengan
breakthrough. Breakthrough ini ditunjukkan dengan terproduksinya air injeksi
pada sumur produksi. Parameter-parameter yang dihasilkan simulator untuk
injeksi gas pada prinsipnya sama dengan injeksi air namun perbedaannya terletak
pada fluida pendesaknya. Simulator yang dapat digunakan untuk memodelkan
injeksi air dan injeksi gas adalah simulator black oil.
Parameter-parameter yang dihasilkan simulator untuk injeksi tercampur
adalah miscibilitas dan viskositas. Miscibilitas ini berhubungan dengan proses
difusi, konveksi dan perpindahan massa secara thermodinamika. Injeksi tercampur
tentunya akan menurunkan viskositas minyak sisa sehingga minyak sisa dapat
diproduksikan ke permukaan. Simulator yang dapat digunakan untuk memodelkan
injeksi gas tercampur adalah simulator compositional atau simulator modified
black oil.
Parameter-parameter yang dihasilkan simulator untuk injeksi polimer
adalah mobility ratio, adsorbsi dan rheology. Injeksi polimer bertujuan untuk
menurunkan mobility ratio antara minyak-air sehingga pendesakan minyak
menjadi lebih efektif. Polimer yang diinjeksikan ke dalam reservoar akan
mengalami adsorbsi pada permukaan pori-pori batuan reservoar. Adanya polimer
dalam reservoar tentunya akan mengubah rheology fluida reservoar, dalam hal ini
polimer akan meningkatkan viskositas air yang merupakan fluida pendesak.
Parameter-parameter yang dihasilkan oleh simulator untuk injeksi
surfactant adalah tegangan antar muka, adsorbsi surfactant dan perpindahan massa
secara mikroskopis. Surfactant bertujuan untuk menurunkan tegangan antar muka
minyak-air sehingga minyak sisa dapat diproduksikan ke permukaan. Surfactant
juga mengalami adsorbsi pada permukaan pori-pori batuan reservoar. Surfactant
mengalami perpindahan massa secara mikroskopis yaitu difusi untuk berinteraksi
dengan fluida reservoar.
Parameter-parameter yang dihasilkan simulator untuk injeksi alkaline
adalah tegangan antar muka minyak-air, emulsifikasi, adsorbsi alkaline, derajat
kebasahan dan perpindahan massa secara difusi. Alkaline juga dapat
menyebabkan penurunan tegangan antar muka minyak-air. Emulsi minyak-air
dapat terjadi karena adanya injeksi alkaline ke dalam reservoar sehingga minyak
sisa dapat diproduksikan ke permukaan.
Parameter-parameter yang dihasilkan simulator untuk injeksi uap panas
maupun injeksi air panas adalah kehilangan panas (heat loss), perpindahan panas
(heat transfer) dan distribusi temperatur yang merupakan fungsi jarak dan waktu.
Kehilangan panas terjadi karena panas di dalam reservoar yang disebabkan oleh
fluida injeksi berpindah ke atas maupun ke bawah lapisan batuan reservoar secara
konduksi. Perpindahan panas secara konduksi maupun konveksi terjadi dari fluida
injeksi ke fluida hidrokarbon di dalam reservoar.
Parameter-parameter yang dihasilkan simulator untuk in-situ combustion
selain kehilangan panas dan perpindahan panas adalah pergerakan front
pembakaran dan profil temperatur terhadap jarak dan waktu. Front pembakaran
bergerak dari sumur injeksi ke sumur produksi untuk forward combustion,
sedangkan front pembakaran bergerak dari sumur produksi ke sumur injeksi untuk
reverse combustion.
Parameter-parameter yang dihasilkan simulator untuk berbagai metode
produksi tahap lanjut sebenarnya bertujuan akhir pada prediksi perolehan minyak.
Besarnya perolehan minyak ini ditandai dengan besarnya ultimate recovery, yang
kemudian dapat digunakan untuk menentukan recovery factor. Tingkat
keberhasilan suatu metode produksi tahap lanjut (EOR) ditentukan dengan
recovery factor-nya.
BAB VI
KESIMPULAN

1. Preparasi data harus dilakukan secara akurat dan benar sehingga data yang
dimasukkan ke dalam simulator akan menghasilkan keluaran yang akurat, hal
ini sesuai dengan prinsip “Garbage In Garbage Out” pada suatu simulasi
reservoar. Preparasi data ini meliputi data geologi, data batuan, data sifat fisik
fluida, data produksi, data tekanan dan data penunjang.

2. Input data yang dilakukan dalam suatu simulasi reservoar akan menghasilkan
suatu model geologi yang kemudian akan menjadi suatu model reservoar.
Model geologi diperoleh setelah input data geologi dan geofisika dilakukan,
sedangkan model reservoar didapatkan setelah model geologi didapat dan
input data batuan dan sifat fisik fluida dilakukan.

3. Tahap inisialisasi bertujuan untuk mengkondisikan model reservoar sesuai


dengan kondisi awal reservoar sesungguhnya, hal ini tercapai apabila Original
Oil in Place (OOIP), Initial Gas in Place (IGIP) maupun tekanan mula-mula
reservoar (Pi) antara model reservoar dengan reservoar sesungguhnya (OOIP
diperoleh dengan metode volumetrik) adalah sama. Modifikasi terhadap
porositas (Ø), ketebalan (h) atau Net to Gross Ratio (NTG) harus dilakukan
apabila tahap ini belum tercapai.

4. Tahap history matching (penyelarasan) bertujuan agar perilaku model


reservoar sesuai dengan perilaku reservoar aktual, hal ini tercapai apabila
sejarah produksi dan tekanan antara model reservoar dan reservoar sebenarnya
telah selaras. Modifikasi permeabilitas relatif (Krg, Kro maupun Krw) dapat
dilakukan untuk penyelarasan produktivitas, sedangkan modifikasi porositas
(Ø), ketebalan (h) dan kompressibilitas batuan dapat dilakukan untuk
penyelarasan tekanan.
5. Prediksi suatu simulasi reservoar dapat digunakan untuk menentukan limit
produksi suatu reservoar dan distribusi minyak sisa pada saat limit produksi
ini, sehingga metode produksi tahap lanjut (EOR) dapat direncanakan untuk
mengambil minyak sisa yang masih ada dalam reservoar tersebut.

6. Pemilihan metode produksi tahap lanjut (EOR) didasarkan pada kriteria


seleksi masing-masing metode EOR, yang terdiri dari : tekanan reservoar
(Pres), transmisibilitas (kh/µ), permeabilitas (k), ketebalan (h), saturasi minyak
sisa (Sor), kedalaman (D), temperatur (T), porositas (Ø), jenis batuan,
viskositas (µ), spesific gravity minyak (oAPI) dan komposisi hidrokarbon.

7. Parameter hasil perhitungan simulator untuk metode produksi tahap lanjut


meliputi : kemajuan front, waktu terjadinya breakthrough, perpindahan panas
dan massa, kehilangan panas serta distribusi temperatur terhadap jarak dan
waktu.
BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu perminyakan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Dua bentuk


nyata perkembangannya adalah simulasi reservoar dan Enhanced Oil Recovery
(EOR). Perkembangan simulasi reservoar berawal dari keinginan untuk
mengetahui perilaku reservoar di masa yang akan datang, sedangkan
perkembangan EOR didasarkan pada keinginan untuk meningkatkan perolehan
minyak. Simulasi reservoar bertujuan untuk memprediksi perilaku reservoar di
masa yang akan datang. EOR bertujuan untuk mendesak minyak sisa yang masih
ada di dalam reservoar sehingga perolehan minyak dapat ditingkatkan. Tujuan
dari simulasi reservoar tersebut tentunya akan berhubungan dengan penentuan
dimulainya metode produksi tahap lanjut (EOR).
Simulasi reservoar merupakan usaha untuk menirukan/memodelkan
reservoar yang sesungguhnya dengan model matematis sehingga perilaku
reservoar di masa yang akan datang dapat diprediksi. Model matematis yang
digunakan dalam reservoar adalah persamaan finite difference. Simulasi reservoar
terdiri atas berbagai tahapan, yaitu : persiapan data, input data, pembuatan grid,
inisialisasi, history matching (penyelarasan) dan prediksi. Data-data yang
dibutuhkan dalam suatu simulasi reservoar yaitu data geologi dan geofisika, data
batuan, data sifat fisik fluida, data produksi, data tekanan dan data penunjang.
Data-data tersebut dapat dimasukkan ke dalam simulator dengan cara typing,
digitizing dan importing. Input data ini dalam prosesnya akan menghasilkan suatu
model reservoar. Pembuatan grid dilakukan untuk membagi model reservoar ke
dalam cell-cell. Inisialisasi merupakan tahap validasi awal untuk mengkondisikan
model reservoar sesuai dengan kondisi awal reservoar sesungguhnya. History
matching merupakan tahap validasi selanjutnya agar perilaku model reservoar
ssuai dengan perilaku reservoar sesungguhnya. Prediksi dalam simulasi reservoar
digunakan untuk mengetahui perilaku reservoar di masa yang akan datang.
Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan metode pengurasan tahap lanjut
dengan menggunakan energi dari luar reservoar, seperti energi air, gas, bahan-
bahan kimia, panas maupun mikroba. EOR terdiri atas injeksi tak tercampur,
injeksi tercampur, injeksi kimiawi, injeksi thermal dan injeksi mikroba. Injeksi
tercampur terdiri atas injeksi air dan injeksi gas. Keduanya berfungsi untuk
meningkatkan efisiensi pendesakan minyak sisa di dalam reservoar. Injeksi
tercampur tercampur terdiri atas injeksi gas CO2, injeksi gas inert, injeksi gas
diperkaya dan injeksi gas kering dengan tekanan tinggi. Injeksi CO2 akan
mengakibatkan pengembangan volume minyak, penurunan viskositas minyak,
kenaikan densitas minyak dan ekstraksi sebagian komponen minyak sehingga
pendesakan minyak sisa lebih mudah. Gas inert, gas diperkaya dan gas kering
pada tekanan tinggi akan bercampur dengan minyak melalui kontak berulang kali.
Percampuran ini akan menurunkan viskositas minyak dan menaikkan mobilitas
minyak sehingga minyak sisa mudah didesak dan dapat diproduksikan ke
permukaan. Injeksi kimiawi terdiri dari injeksi polimer, injeksi alkaline dan
injeksi surfactant. Injeksi polimer berfungsi untuk menaikkan viskositas air
sebagai fluida pendesak dan menurunkan mobilitas air sebagai fluida pendesak
sehingga pendesakan minyak sisa menjadi lebih efektif. Injeksi surfactant
berfungsi untuk menurunkan tegangan antar-muka minyak-air. Injeksi alkaline
berfungsi untuk menurunkan tegangan antar-muka minyak-air, merubah
kebasahan batuan, membentuk emulsi minyak dalam air dan melebur rigid
interfacial film. Injeksi thermal terdiri atas injeksi air panas, injeksi uap dan in-
situ combustion. Ketiga injeksi thermal itu berfungi untuk menurunkan viskositas
minyak dan meningkatkan mobilitas minyak sehingga minyak lebih mudah untuk
didesak dan diproduksikan ke permukaan. Injeksi mikroba dapat meningkatkan
perolehan minyak karena adanya bioproduk yang dihasilkan oleh fermentasi
mikroba di dalam reservoar. Bioproduk itu antara lain asam, polimer, pelarut, gas
dan surfactant. Mikroba juga dapat menyebabkan pembelahan hidrokarbon dan
penyumbatan selektif.
Simulasi reservoar dapat meramalkan limit produksi suatu reservoar baik
secara teknis maupun ekonomis dalam tahap prediksi. Limit produksi secara
teknis berarti kemampuan maksimum reservoar untuk berproduksi secara primary
recovery, baik sembur alami maupun sembur buatan. Limit produksi secara
ekonomis berarti kemampuan maksimum reservoar untuk berproduksi dengan
memperhitungkan keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Limit produksi
suatu reservoar juga mengindikasikan bahwa di reservoar masih terdapat minyak
sisa yang dikenal dengan saturasi minyak sisa/residual oil saturation (Sor).
Minyak sisa yang masih terdapat dalam reservoar dapat diambil dengan metode
produksi tahap lanjut yang sering disebut Enhanced Oil Recovery (EOR),
sehingga dapat dikatakan bahwa simulasi reservoar dapat digunakan sebagai
acuan dalam penentuan kapan EOR akan dilakukan.
Pemilihan metode EOR didasarkan pada kriteria seleksi masing-masing
metode EOR. Kriteria seleksi ini terdiri dari kriteria seleksi batuan reservoar dan
kriteria seleksi fluida reservoar. Kriteria seleksi untuk batuan reservoar terdiri atas
tekanan reservoar (Pres), transmisibilitas (kh/µ), permeabilitas (k), ketebalan (h),
saturasi minyak sisa (Sor), kedalaman (D), temperatur (T), porositas (Ø) dan jenis
batuan. Kriteria seleksi untuk fluida reservoar terdiri dari viskositas (µ), spesific
gravity minyak (oAPI) dan komposisi minyak. Metode EOR dapat dilaksanakan
pada reservoar yang sesuai dengan kriteria seleksi metode EOR tersebut. Besaran-
besaran pada reservoar tersebut harus berada pada kisaran besaran-besaran kriteria
seleksi metode EOR yang ada.
Simulator dalam suatu simulasi reservoar akan menghasilkan parameter-
parameter yang penting dari masing-masing metode produksi tahap lanjut (EOR).
Parameter-parameter itu antara lain : kemajuan front dan waktu terjadinya
breakthrough (untuk injeksi tak tercampur); miscibilitas dan viskositas (untuk
injeksi tercampur); mobility ratio, adsorbsi dan rheology (untuk injeksi polimer);
tegangan antar muka, adsorbsi surfactant dan perpindahan massa secara
mikroskopis (untuk injeksi surfactant); kehilangan panas, perpindahan panas dan
distribusi temperatur yang merupakan fungsi jarak dan waktu (untuk injeksi uap
dan injeksi air panas); kehilangan panas perpindahan panas, pergerakan front
pembakaran dan profil temperatur terhadap jarak dan waktu (untuk in-situ
combustion)
Komprehensif yang berjudul “Peranan Simulasi Reservoar Dalam
Kaitannya Dengan Metode Produksi Tahap Lanjut” ini terdiri dari enam bab.
¾ Bab I merupakan pendahuluan
¾ Bab II menerangkan dasar-dasar teknik reservoar yang penting diketahui
dalam menunjang suatu simulasi reservoar
¾ Bab III menerangkan dasar-dasar simulasi reservoar yang berisi tentang
pengertian dasar simulasi reservoar, persamaan dasar simulasi reservoar dan
berbagai tahapan dalam simulasi reservoar.
¾ Bab IV menerangkan dasar-dasar Enhanced Oil Recovery yang berisi tentang
macam-macam metode EOR, mekanisme kerjanya dan kriteria seleksi untuk
masing-masing metode EOR.
¾ Bab V merupakan pembahasan antara simulasi reservoar, Enhanced Oil
Recovery (EOR) dan kaitan antara keduanya.
¾ Bab VI merupakan kesimpulan yang berisi pernyataan-pernyataan yang
dihasilkan dari Bab V Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai