PENDAHULUAN
Trauma abdomen dapat dibagi menjadi trauma tembus dan trauma tumpul.
Pada umumnya trauma abdomen disebabkan oleh trauma tumpul. Terkadang gaya
yang dianggap ringan akan menyebabkan kerusakan organ visera yang berat dan
bahkan untuk mendiagnosis atau menyingkirkan trauma intra abdomen menjadi
sangat sulit dilakukan. Akibat dari trauma tumpul dapat berupa perforasi atau
perdarahan. Kematian karena trauma abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau
perdarahan. Sebagian dapat dicegah, pasien dengan resiko cidera abdomen harus
menjalani pemeriksaan lengkap, cepat dan tepat. Perdarahan merupakan ciri utama
dan jika parah dapat terjadi syok.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), Asma (-)
E. Riwayat Alergi
Makanan : (-)
Obat : (-)
1.3 Pemeriksaan Fisik
A. Primary Survey
Airway : Clear, Pasien dapat berbicara dengan jelas (paten)
Breathing : Clear, RR 22x/menit, tidak ada deviasi trakea,
suara nafas vesikuler, gerakan dinding thoraks
simetris
Circulation : Tekanan Darah 115/74 mmHg, Nadi 108x/menit,
tidak ada tanda pendarahan yang terlihat, Capillary
refill time < 2 detik
Disability : GCS 15 (E4V5M6)
Exposure : tanda-tanda hipotermi (-)
B. Tanda Vital
Tensi : 115/74 mmHg
Nadi : 108 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 37,4o C
C. Status Generalis
Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran : Komposmentis
1. Kepala/Leher
Kepala : normosefal
Mata : anemis (+/+), pupil bulat isokor, reflek pupil (+/+),
icterus (-/-), pandangan kabur (-/-)
3
Hidung : Tidak didapatkan napas tambahan cuping hidung
Telinga : Normal
Bibir : Normal
Leher : simetris, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid
(-), deviasi trakea (-)
2. Thorax
1) Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba ICS V midclavicula sinistra 2
jari ke medial.
Perkusi : pekak dengan batas kanan jantung sterna line
dekstra. Batas kiri jantung ICS V midclavicular line sinistra
2 jari ke medial. Batas atas jantung ICS II sterna line sinistra.
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
2) Pulmo
Inspeksi : bentuk simetris, gerakan simetris.
Palpasi : pergerakan simetris, nyeri tekan (-).
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
3. Abdomen
Inspeksi : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak
tampak distensi, jejas (+)
Auskultasi : BU (+) normal.
Palpasi : nyeri tekan (+) pada seluruh regio abdomen;
hepar, lien dan renal tidak teraba.
Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen.
4. Ekstremitas
Superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada tanda edema
Inferior : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada tanda edema
D. Status Lokalis
4
Abdomen : Terdapat jejas pada perut kanan
Darah Lengkap
Hemoglobin 14,0 g/dl L : 13-18 g/dl P : 12-16 g/dl
Leukosit 15.580/mm3 4.000-11.000/mm3
Trombosit 240.000/mm3 150.000-450.000/mm3
5
Hasil Interpretasi :
6
Pancreas : Ukuran normal, echo parencym normal, tidak ada nodul/
kista
Buli-buli : Dinding baik, tidak ada batu/massa
Prostat : Ukuran normal, echo parencym normal, tidak ada
kalsifikasi
Tampak cairan bebas intra peritoneal dengan interna echo (+),
terutama di cavum retzis, paracolic gutter dextra dan peri splenic.
KESIMPULAN :
1. Hemoperitonium (+) (+) (+)
2. Tidak ditemukan garis laserasi organ solid intra
abdomen
7
Tampak dilatasi ringan loops intestine dengan retensi cairan dalam
lumen, dengan disertai penebalan dinding.
Tampak distended gaster, dengan gas content
Tampak cairan bebas intra peritoneal dengan densitas ±18 KU di
marrison’s pouch di cavum pelvis
Tampak gambaran gas bebas di intraperitoneal minimal yang
terperangkap di anterior hepar lobus dextra
KESIMPULAN :
1. ORGAN SOLID INTRAABDOMEN INTACK TIDAK ADA
LASERASI
2. SUGGESTIF PERFORASI ORGAN HOLLOW VISCUS
INTRAPERITONEAL DENGAN GAS BEBAS MINIMAL
DISERTAI GAMBARAN PERITONITIS
1.7 Diagnosis
- Puasa
- Pasang NGT
- Pasang DC
8
- Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
9
BAB III
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang anak laki-laki
berusia 11 tahun dengan diagnosa “Internal bleeding (Hemoperitonium) + Anemia
“. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang berupa foto USG dan pemeriksaan laboratorium.
Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan nyeri perut kanan post
jatuh dari sepedah, pasien mengatakan jatuh dari sepeda pada jam ± 17.00 WIB
pasien jatuh sendiri dan pasien mengatakan pasien jatuh kedepan dan dada sampai
perut terbentur stang sepedah, perut terasa sakit (+), Terdapat luka memar pada
perut kanan, pasien mengatakan dirumah muntah 2 kali sebelum dibawa ke IGD
dan pagi hari pasien muntah 2 kali, muntah berisi makanan, darah (-). Mual (-),
Pusing (-), badan lemas (+), BAK (+),BAB(-) terakhir 1 mimggu yang lalu, kentut
(+). Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tensi 115/74 mmHg, Nadi 108
x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 37,4o C
Pada pasien anak AA dicurigai terjadi ruptur atau internal bleeding post
trauma tumpul abdomen. adanya internal bleeding bisa kita ketahui dengan
dilakukannya pemeriksaan HB serial, bila di dapatkan penurunan HB secara
bertahap harus segera diwaspadai. dari kasus ini dilakukan kembali pengkajian
secara head to toe, dan observasi hemodinamik pasien setiap 15 – 30 menit bila
stabil dan membaik bisa dilanjutkan dengan observasi setiap 1 jam sekali. Dari hasil
laboratorium didapatkan HB 14,0 g/dl, leukosit 15.580, trombosit 240.000. dan
pada hasil pemeriksaan penunjang USG di dapatkan hasil Hemoperitonium (+) (+)
(+). Dan pada pasien ini dilakukan Pemasangan cateter atau DC untuk menilai
output cairan, terapi cairan yang diberikan dan tentu saja hal penting lainnya adalah
untuk melihat adanya perdarahan pada urine. Pasien dipuasakan dan dipasang NGT
(Nasogastrik tube) untuk membersihkan perdarahan saluran cerna, meminimalkan
10
resiko mual dan aspirasi, serta bila tidak ada kontra indikasi dapat dilakukan lavage.
Monitoring status mental pasien perlu dilakukan untuk menilai efektifitas terapi dan
tindakan yang dilakukan, bila tindakan yang dilakukan sudah cepat, tepat dan
cermat maka ancaman kematian dan kecacatan pada pasien dengan trauma
abdomen dapat dihindari. Ketika terjadi perdarahan dari organ padat atau pembuluh
darah besar atau terjadi peritonitis akibat organ berongga maka ciri klinis yang
penting adalah : Nyeri abdomen akut dan persistan, Nyeri tekan abdomen yang
jelas, nyeri tekan lepas, dan defans muskuler menunjukan adanya peritonitis,
Perdarahan intraabdominal (internal bleeding) terus menerus meskipun sudah
dilakukan resusitasi, Nyeri bahu akibat iritasi diafragma akibat terkena darah
ataupun isi usus. Factor predisposisi adhesi dan dinding abdomen yang tidak kaku
dapat meningkatkan resiko terjadinya trauma intra abdomen Pasien dengan
penurunan kesadaran dapat dilakukan aloanamnesa terhadap pengantar yang
mengetahui kejadian. Disamping itu hal yang penting adalah keterangan mengenai
tanda vital, cidera yang terlihat, dan respon terhadap perawatan pra masuk rumah
sakit apabila pasien mendapatkan perawatan lain setelah kejadian
trauma. Pemeriksaan harus cepat tetapi seksama, dan harus sesuai aturan dasar
dalam diagnose pasien. Penilaian terhadap system kardiiovaskuler, system syaraf
pusat, abdomen dan ekstrimitas dilakukan secara berurutan.
11
BAB IV
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13