Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma abdomen dapat dibagi menjadi trauma tembus dan trauma tumpul.
Pada umumnya trauma abdomen disebabkan oleh trauma tumpul. Terkadang gaya
yang dianggap ringan akan menyebabkan kerusakan organ visera yang berat dan
bahkan untuk mendiagnosis atau menyingkirkan trauma intra abdomen menjadi
sangat sulit dilakukan. Akibat dari trauma tumpul dapat berupa perforasi atau
perdarahan. Kematian karena trauma abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau
perdarahan. Sebagian dapat dicegah, pasien dengan resiko cidera abdomen harus
menjalani pemeriksaan lengkap, cepat dan tepat. Perdarahan merupakan ciri utama
dan jika parah dapat terjadi syok.

Intra abdominal bleeding (perdarahan internal pada abdomen) adalah cedera


atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum, dapat
diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi (perlambatan), atau
kompresi. Trauma tumpul kadang tidak memberkan kelainan yang jelas pada
permukaan tubuh, tetapi dapat mengakibatkan kontusio atau laserasi jaringan atau
organ di bawahnya. Benturan pada trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan
cedera pada organ berongga berupa perforasi atau pada organ padat berupa
perdarahan. Trauma tumpul abdomen paling sering mencederai organ limpa (40-
55%), hepar (35-45%), dan usus halus (5-10%). Sedangkan pada retroperitoneal,
organ yang paling sering cedera adalah ginjal. Sedangkan yang paling jarang adalah
ureter dan pankreas.
Pendarahan internal (internal yang juga disebut perdarahan ) adalah
kehilangan darah yang terjadi dari sistem vaskular ke dalam rongga atau ruang
tubuh. Hal ini berpotensi dapat menyebabkan kematian dan serangan jantung jika
pengobatan medis yang tepat tidak diterima dengan cepat.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


 Nama Pasien : An. AA
 Umur : 11 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Dsn. Tengah RT 12/03 Probolinggo
 Pekerjaan : Pelajar
 Status Perkawinan : Belum Menikah
 Agama : Islam
 Suku : Madura
 No. Rekam Medik : 651311
 Ruangan : ICU
 Tanggal Masuk RS : 14-12-2019
1.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri perut sebelah kanan post terjatuh dari sepedah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo dengan
keluhan nyeri perut kanan post terjatuh dari sepedah, pasien
mengatakan jatuh dari sepeda pada jam ± 17.00 WIB pasien jatuh
sendiri dan pasien mengatakan pasien jatuh kedepan dan dada sampai
perut terbentur stang sepedah, perut terasa sakit (+), Terdapat luka
memar pada perut kanan, pasien mengatakan dirumah muntah 2 kali
sebelum dibawa ke IGD dan pagi hari pasien muntah 2 kali, muntah
berisi makanan, darah (-). Mual (-), Pusing (-), badan lemas (+), BAK
(+),BAB(-) terakhir 1 mimggu yang lalu, kentut (+)
C. Riwayat Penyakit Dahulu

2
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), Asma (-)

E. Riwayat Alergi
Makanan : (-)
Obat : (-)
1.3 Pemeriksaan Fisik
A. Primary Survey
 Airway : Clear, Pasien dapat berbicara dengan jelas (paten)
 Breathing : Clear, RR 22x/menit, tidak ada deviasi trakea,
suara nafas vesikuler, gerakan dinding thoraks
simetris
 Circulation : Tekanan Darah 115/74 mmHg, Nadi 108x/menit,
tidak ada tanda pendarahan yang terlihat, Capillary
refill time < 2 detik
 Disability : GCS 15 (E4V5M6)
 Exposure : tanda-tanda hipotermi (-)

B. Tanda Vital
Tensi : 115/74 mmHg
Nadi : 108 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 37,4o C
C. Status Generalis
Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran : Komposmentis
1. Kepala/Leher
 Kepala : normosefal
 Mata : anemis (+/+), pupil bulat isokor, reflek pupil (+/+),
icterus (-/-), pandangan kabur (-/-)

3
 Hidung : Tidak didapatkan napas tambahan cuping hidung
 Telinga : Normal
 Bibir : Normal
 Leher : simetris, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid
(-), deviasi trakea (-)
2. Thorax
1) Cor
 Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
 Palpasi : iktus cordis teraba ICS V midclavicula sinistra 2
jari ke medial.
 Perkusi : pekak dengan batas kanan jantung sterna line
dekstra. Batas kiri jantung ICS V midclavicular line sinistra
2 jari ke medial. Batas atas jantung ICS II sterna line sinistra.
 Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
2) Pulmo
 Inspeksi : bentuk simetris, gerakan simetris.
 Palpasi : pergerakan simetris, nyeri tekan (-).
 Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru.
 Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
3. Abdomen
 Inspeksi : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak
tampak distensi, jejas (+)
 Auskultasi : BU (+) normal.
 Palpasi : nyeri tekan (+) pada seluruh regio abdomen;
hepar, lien dan renal tidak teraba.
 Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen.
4. Ekstremitas
 Superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada tanda edema
 Inferior : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada tanda edema
D. Status Lokalis

4
 Abdomen : Terdapat jejas pada perut kanan

1.4 Assesment Awal


Trauma tumpul Abdomen , Susp. Internal Bleeding + Anemia

1.5 Planning Pemeriksaan Penunjang


- DL
- Foto USG

1.6 Hasil Pemeriksaan Penunjang


A. Pemeriksaan Laboratorium di IGD
14-12-2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Darah Lengkap
Hemoglobin 14,0 g/dl L : 13-18 g/dl P : 12-16 g/dl
Leukosit 15.580/mm3 4.000-11.000/mm3
Trombosit 240.000/mm3 150.000-450.000/mm3

B. Foto USG 14-12-2019

5
Hasil Interpretasi :

 Hepar : Ukuran normal, tepi tajam, reguler,echoparencym normal,


vena porta dan vena hepatica normal
 Gall Bladder : Ukuran normal, Dinding normal, Tidak ada batu/
sludge
 Lien : Ukuran Normal, echo parencym normal, tidak adanodul/kista

6
 Pancreas : Ukuran normal, echo parencym normal, tidak ada nodul/
kista
 Buli-buli : Dinding baik, tidak ada batu/massa
 Prostat : Ukuran normal, echo parencym normal, tidak ada
kalsifikasi
 Tampak cairan bebas intra peritoneal dengan interna echo (+),
terutama di cavum retzis, paracolic gutter dextra dan peri splenic.

KESIMPULAN :
1. Hemoperitonium (+) (+) (+)
2. Tidak ditemukan garis laserasi organ solid intra
abdomen

C. Hasil Pemeriksaan CT SCAN tanggal 16 Desember 2019

 Hepar : Ukuran normal, tepi tajam, reguler,echoparencym normal,


vena porta dan vena hepatica normal,system billier normal,tidak ada
nodul/kista, pada pemberian contrast tidak ada abnormal contrast
enhancement.
 Gall Bladder : Ukuran normal, Dinding normal, Tidak ada batu/
sludge.
 Lien : Ukuran Normal, echo parencym normal, tidak ada nodul/kista
 Pancreas : Ukuran normal, echo parencym normal, tidak ada nodul/
kista.
 Ren D : Ukuran normal, echo cortex baik, batas sinus dan cortex
baik, tidak ada batu/ ectasis/ kista.
 Ren S : Ukuran normal, echo cortex baik, batas sinus dan cortex
baik, tidak ada batu/ectasis/ kista
 Buli-buli : Dinding baik, tidak ada batu/massa

7
 Tampak dilatasi ringan loops intestine dengan retensi cairan dalam
lumen, dengan disertai penebalan dinding.
 Tampak distended gaster, dengan gas content
 Tampak cairan bebas intra peritoneal dengan densitas ±18 KU di
marrison’s pouch di cavum pelvis
 Tampak gambaran gas bebas di intraperitoneal minimal yang
terperangkap di anterior hepar lobus dextra

KESIMPULAN :
1. ORGAN SOLID INTRAABDOMEN INTACK TIDAK ADA
LASERASI
2. SUGGESTIF PERFORASI ORGAN HOLLOW VISCUS
INTRAPERITONEAL DENGAN GAS BEBAS MINIMAL
DISERTAI GAMBARAN PERITONITIS

D. Hasil Pemeriksaan foto BOF 3 posisi pada tanggal 16-12-2019

1. Distended gaster dengan air fluid level

2. Ada gas bebas intraperitoneal

1.7 Diagnosis

Internal bleeding (Hemoperitonium) + Anemia

1.8 Planning Terapi

- Puasa

- Pasang NGT

- Pasang DC

- Inf. RL 1500 cc/ 24 jam

8
- Inj. Ceftriaxone 2x500 mg

- Inj. Santagesik 3x200 mg

- inj. Pantoprazole 2x6 mg

- Konsul dokter Sp.B

9
BAB III

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang anak laki-laki
berusia 11 tahun dengan diagnosa “Internal bleeding (Hemoperitonium) + Anemia
“. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang berupa foto USG dan pemeriksaan laboratorium.

Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan nyeri perut kanan post
jatuh dari sepedah, pasien mengatakan jatuh dari sepeda pada jam ± 17.00 WIB
pasien jatuh sendiri dan pasien mengatakan pasien jatuh kedepan dan dada sampai
perut terbentur stang sepedah, perut terasa sakit (+), Terdapat luka memar pada
perut kanan, pasien mengatakan dirumah muntah 2 kali sebelum dibawa ke IGD
dan pagi hari pasien muntah 2 kali, muntah berisi makanan, darah (-). Mual (-),
Pusing (-), badan lemas (+), BAK (+),BAB(-) terakhir 1 mimggu yang lalu, kentut
(+). Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tensi 115/74 mmHg, Nadi 108
x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 37,4o C

Pada pasien anak AA dicurigai terjadi ruptur atau internal bleeding post
trauma tumpul abdomen. adanya internal bleeding bisa kita ketahui dengan
dilakukannya pemeriksaan HB serial, bila di dapatkan penurunan HB secara
bertahap harus segera diwaspadai. dari kasus ini dilakukan kembali pengkajian
secara head to toe, dan observasi hemodinamik pasien setiap 15 – 30 menit bila
stabil dan membaik bisa dilanjutkan dengan observasi setiap 1 jam sekali. Dari hasil
laboratorium didapatkan HB 14,0 g/dl, leukosit 15.580, trombosit 240.000. dan
pada hasil pemeriksaan penunjang USG di dapatkan hasil Hemoperitonium (+) (+)
(+). Dan pada pasien ini dilakukan Pemasangan cateter atau DC untuk menilai
output cairan, terapi cairan yang diberikan dan tentu saja hal penting lainnya adalah
untuk melihat adanya perdarahan pada urine. Pasien dipuasakan dan dipasang NGT
(Nasogastrik tube) untuk membersihkan perdarahan saluran cerna, meminimalkan

10
resiko mual dan aspirasi, serta bila tidak ada kontra indikasi dapat dilakukan lavage.
Monitoring status mental pasien perlu dilakukan untuk menilai efektifitas terapi dan
tindakan yang dilakukan, bila tindakan yang dilakukan sudah cepat, tepat dan
cermat maka ancaman kematian dan kecacatan pada pasien dengan trauma
abdomen dapat dihindari. Ketika terjadi perdarahan dari organ padat atau pembuluh
darah besar atau terjadi peritonitis akibat organ berongga maka ciri klinis yang
penting adalah : Nyeri abdomen akut dan persistan, Nyeri tekan abdomen yang
jelas, nyeri tekan lepas, dan defans muskuler menunjukan adanya peritonitis,
Perdarahan intraabdominal (internal bleeding) terus menerus meskipun sudah
dilakukan resusitasi, Nyeri bahu akibat iritasi diafragma akibat terkena darah
ataupun isi usus. Factor predisposisi adhesi dan dinding abdomen yang tidak kaku
dapat meningkatkan resiko terjadinya trauma intra abdomen Pasien dengan
penurunan kesadaran dapat dilakukan aloanamnesa terhadap pengantar yang
mengetahui kejadian. Disamping itu hal yang penting adalah keterangan mengenai
tanda vital, cidera yang terlihat, dan respon terhadap perawatan pra masuk rumah
sakit apabila pasien mendapatkan perawatan lain setelah kejadian
trauma. Pemeriksaan harus cepat tetapi seksama, dan harus sesuai aturan dasar
dalam diagnose pasien. Penilaian terhadap system kardiiovaskuler, system syaraf
pusat, abdomen dan ekstrimitas dilakukan secara berurutan.

11
BAB IV
KESIMPULAN

Trauma abdomen merupakan kasus gawat darurat yang perlu penanganan


segera dikarenakan adanya ancaman kematian. Penanganan dari keadaan pasien
dengan trauma abdomen sebenarnya sama dengan prinsip penanganan
kegawatdaruratan, dimana yang pertama perlu dilakukan primary survey. Penilaian
keadaan penderita dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis perlukaan,
tanda-tanda vital dan mekanisme trauma pada penderita yang terluka parah terapi
diberikan berdasarkan prioritas. Pengelolaan primary survery yang cepat dan
kemudian resusitasi, secondary survey dan akhirnya terapi definitif.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. EGC. Jakarta.


2. Sjasuhidajat. R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta.
3. Faerus Soraya, (2010), Internal bleeding post taruma tumpul abdomen
Modifikasi terakhir pada Wed 06 of Oct, 2010

13

Anda mungkin juga menyukai