Anda di halaman 1dari 7

PERANCANGAN KAWASAN SITUS KOTA CINA

DI MEDAN MARELAN

(ARSITEKTUR MONUMENTAL)

Nama :

Nim :

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019
ABSTRAK

Salah satu hal yang dapat dikembangkan dalam bidang pariwisata adalah keberagaman
budaya. Kawasan situs kota cina salah satu warisan budaya yang ada di kota medan yang
sangat berpotensi menjadi pariwisata budaya. Namun terdapat permasalahan dikawasan situs
Kota Cina terkait dengan keterlibatan masyarakat dan kerjasama bersama stakeholder dan
aksebilitas maupun sarana dan prasarana pengunjung. Oleh sebab itu, dibutuhkan strategi
yang terkait dengan potensi daya tarik, amenitas, dan fasilitas pendukung dan pengembangan
destinasi situs budaya di kawasan kota cina. Hasil dari penulisan ini adalah tersusunnya
strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan destinasi pariwisata budaya di kawasan
situs Kota Cina yaitu Pengembangan Destination Image. Pengembangan promosi melalui
media cetak maupun elektronik dan mengikuti event-event nasional. Pengembangan
aksesibilitas jalan, transportasi, petunjuk arah. Pengembangan amenitas berupa pusat
informasi pariwisata dan pusat seni kerajinan. 6). Penambahan fasilitas pendukung berupa
pos keamanan pariwisata, ATM. Pembentukan badan pengelola kawasan situs Kota Cina dan
Pengembangan SDM di bidang pariwisata.
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Wisata Budaya adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh


seseorang atau kelompok dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik budaya dengan memanfaatkan
potensi budaya dari tempat yang dikunjungi tersebut.Wisata berbasis budaya adalah
salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya.
Sillberberg Damanik (2013: 118) mendefinisikan pariwisata budaya sebagai
kunjungan orang dari luar destinasi yang didorong oleh ketertarikan pada objek-objek
atau peninggalan sejarah, seni, ilmu pengetahuan dan gaya hidup yang dimiliki oleh
kelompok, masyarakat, daerah ataupun lembaga. Sedangkan Kristiningrum (2014: 47)
mendefinisikan pariwisata budaya sebagai wisata yang didalamnya terdapat
aspek/nilai budaya mengenai adat istiadat masyarakat, tradisi keagamaan, dan warisan
budaya di suatu daerah.

Kawasan Kota Cina merupakan salah satu wilayah di pesisir timur


Sumatera Utara yang terkait erat dengan jaringan perdagangan di Asia Tenggara
dari abad ke-12 hingga abad ke-14 Masehi. Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya membuktikan bahwa kawasan tersebut pernah menjadi
bandar perdagangan, pelabuhan, serta permukiman yang ramai sepanjang kurun
waktu tersebut. Dari sejarah pengelolaannya tersebut kemudian dapat dijadikan
sebagai dasar penentuan strategi pengelolaannya ke depan. Penelitian yang telah
dilakukan menghasilkan empat strategi yaitu, penetapan Kota Cina sebagai
kawasan cagar budaya, pembentukan institusi pengelolaan, pelibatan aktif
masyarakat dalam pengembangan kawasan untuk pariwisata, dan pengembangan riset.

Kondisi daerah yang memiliki potensi arkeologis tersebut saat ini relatif
terabaikan dan terancam rusak akibat perkembangan pembangunan. Banyak
bagian dari lokasi yang mengandung tinggalan masa lalu dijadikan lahan
pertanian, perikanan, dan permukiman penduduk. Situasi ini tidak lepas dari
pertumbuhan penduduk dan pemanfaatan ruang hunian di Kota Medan. Berdasarkan
uraian di atas dapat diketahui bahwasannya Kawasan Kota Cina berpotensi
menjadi medan konflik kepentingan. Konflik kepentingan yang paling jelas
tampak adalah kepentingan penggunaan lahan untuk permukiman, serta
kepentingan pelestarian dan penyelamatan kawasan itu sendiri. Secara umum,
masyarakat yang sekarang tinggal di dalam kawasan tersebut, dapat dikatakan
telah terlepas dari konteks sejarah dan sosio-kultural Kota Cina masa lalu. Relasi
masyarakat dengan Kawasan Kota Cina saat ini berupa aktivitas yang cenderung
merusak konteks masa lalunya. Sebagai contoh adalah kegiatan pencarian barang-
barang kuno atau tinggalan arkeologis di kawasan tersebut oleh masyarakat
sekitar, yang kemudian dijual kepada penadah barang-barang antik. Aktivitas
seperti itu sempat marak sebelum adanya sosialisasi tentang pentingnya Kawasan
Kota Cina ini oleh instansi-instansi pemerintah terkait dan terutama tentang
konsekuensi hukum dari aktivitas tersebut. Terlepas dari hal seperti ini situs kota cina
memiliki potensi yang besar untuk dijadikan objek wisata budaya dan sejarah. Dalam
konteks lain, pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dapat diberlakukan
juga, karena pada prinsipnya menyadari pentingnya kawasan tempat mereka
tinggal. Secara garis besar, masyarakat dari berbagai kelompok di kawasan ini
tidak memiliki ikatan sejarah dengan fungsi kawasan ini di masa lalu. Keinginan
untuk terlibat dalam pengelolaan kawasan ini karena sebagian besar memandang
kawasan tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan ekonomi
mereka. Dasar pengelolaan lahan di sana terkait erat dengan status
kepemilikannya. Sudah jelas status kepemilikan lahan di Kota Cina ada pada mereka.
Dengan segala potensinya kawasan kota Cina bisa sangat ikonik bila diterapkan
sesuatu hal yang monumental.

1.2. Permasalahan Perancangan

1. Bagaimana melestarikan Situs kota Cina di Medan Marelan ?

2. Bagaimana agar masyarakat tertarik untuk datang ke museum situs kota cina?

3. Bagaimana mensiasati kawasan kota cina yang panas dari paparan sinar matahari?

1.3. Tujuan Perancangan

1. Menjadikan situs kota Cina di Medan Marelan sebagai wisata budaya bersejarah.

2. Menciptakan gedung museum yang ikonik dan berciri khas sebagai landmark di
lingkungannya.

3. Membuat kawasan dan bagunan museum yang memperhitungkan pengaturan


penghawaan dan pencahayaan dengan baik agar pengunjung merasa nyaman

1.4. Sistematika Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi Latar Belakang, Permasalahan Perancangan, Tujuan Perancangan, dan
Sistematika Pembahasan.

BAB 2 STUDI PUSTAKA


Beris Tinjauan Fungsi, dan Tinjauan Tema

BAB 3 METODOLOGI
Beris Metode Pemilihan Lokasi, dan Metode Pendekatan Penyelesaian Masalah
Perancangan/Tahapan Perancangan
BAB 2 STUDI PUSTAKA

2.1. Tinjauan Fungsi

Istilah kepariwisataan sebenarnya merupakan gabungan atau cakupan dari beberapa


istilah sebelumnya yakni istilah wisata, pariwisata dan kepariwisataan. Kepariwisataan ini
berarti keseluruhan kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan dengan dilengkapi oleh
fasilitas dan infrastuktur pendukung yang disediakan oleh para stakeholders pariwisata.
Namun unsur yang paling utama dalam suatu pengembangan kepariwisataan adalah unsur
daya tarik wisata. Obyek daya tarik wisata (ODTW) dijelaskan oleh Hadiwijoyo (2012: 49)
sebagai suatu bentukan dan fasilitas yang saling berhubungan dan menjadi alasan/sebab
wisatawan mengunjungi suatu daerah atau tempat tertentu. Obyek daya tarik wisata dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: obyek wisata alam atau lingkungan (ekowisata), obyek
wisata sosial budaya dan obyek wisata minat khusus (Special Interest). Salah satu jenis wisata
budaya adalah wisata sejarah. Dengan melakukan wisata sejarah, tentu wisatawan akan bisa
mempelajari sejarah bangsa secara lebih langsung. Misalnya dengan mengunjungi museum,
maka wisatawan bisa menelusuri kisah sejarah serta menemui bukti-bukti otentik yang ada di
dalam museum tersebut. Hal ini akan membuat wisatawan mampu memahami mengenai
sejarah sebuah lokasi. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati sejarahnya. Dan
cara untuk menghormati sejarah salah satunya bisa dilakukan dengan wisata budaya. Untuk
wisatawan lokal pun, wisata budaya akan mampu memupuk rasa cinta kepada tanah air. Ada
ungkapan yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Demikian juga dengan budaya
bangsa. Jika tidak kenal, mana mungkin rasa cinta pada budaya bisa meningkat. Sebaliknya,
jika mengenal budaya bangsa, maka rasa cinta pada tanah air itu akan meningkat. Dan salah
satu cara untuk mengenal budaya atau tanah air adalah dengan berwisata dan melihat secara
langsung bagaimana budaya yang ada di masing-masing daerah.

2.2. Tinjauan Tema

Monumental dalam arsitektur ada dua pengertian yang dapat dihubungkan dengan
monumen, yaitu Relik Sejarah danBangunan Peringatan.Monumen sebagai relik sejarah
dapat berupa benda-benda bergerak atau tidak bergerak yang memiliki nilai sejarah bagi umat
manusia. Dalam pengertian ini situs sering pula disebut sebagai monumen. Adapun monumen
sebagai bangunan peringatan ialah bangunan-bangunan baru yang dibuat untuk memperingati
suatu peristiwa sejarah. Bangunan tersebut bisa berupa tugu, batu berukuran besar, tembok,
atau bentuk-bentuk lainnya. Jadi, pengertian dasar monumen harus dikaitkan dengan nilai
kesejarahannya. Monumen jenis bangunan dibuat untuk memperingati seseorang atau
peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian dari peringatan
kejadian pada masa lalu. Seringkali monumen berfungsi sebagai suatu upaya untuk
memperindah penampilan suatu kota atau lokasi tertentu. Monumen juga seringkali dirancang
untuk memuat informasi politik bersejarah, sebagai bangunan untuk memperkuat citra
keunggulan kekuatan politik.
Arsitektur monumental mengadopsi berbagai perkembangan arsitektur dari zaman
yunani sampai dengan sekarang. Dengan demikian arsitektur monumental memiliki ruang
lingkup yang cukup luas, sehingga perkembangannya selalu mengikuti perkembangan zaman.
Arsitektur monumental memberikan suatu citra atau identitas yang mencerminkan suatu
keadaan atau suatu gagasan dari keinginan si perancang dalam menuangkan gagasan atau
ide.
Arsitektur monumental memiliki bentukan yang khas. Ada yang berupa sculpture, dan ada
juga berupa bangunan yang unik. T.W.A. Kennedy Airport adalah salah satu bangunan yang
mengadopsi bentukan sculpture yang diaplikasikan kebentuk bangunan.
Dalam arsitektur monumental, ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan.Unsur-unsur
tersebut tidak hanya berupa unsur fungsi, tetapi ada unsur pendukung lainnya seperti aspek
arsitektural (tata letak, lingkungan, teknologi, bahan dan elemen-elemen lainnya), sehingga
didapatkan sebuah hasil yang tidak hanya sebuah massa, tetapi juga memiliki pilosofi tertentu
yang ingin disampaikan perancang. Perancangan desain arsitektur monumental tidak terlepas
dari berbagai aspek ilmu pengetahuan yang kelak mendukung berhasilnya suatu karya
arsitektur .untuk itu perlu pembelajaran baik otodidak maupun formil. selain itu juga teknik
pembelajaran preseden dari berbagai sampel bisa dijadikan salah satu proses pembelajaran
yang cukup epektif.
BAB 3 METODOLOGI

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Tahapan kajian dalam pemilihan lokasi dan gagasan ide pada proyek Perancangan
Kawasan Situs Kota Cina Sebagai Wisata Budaya di Medan Marelan dapat diuraikan ke
beberapa tahap, yaitu :

 Pemilihan lokasi mengacu pada situs sejarah kota medan yang tidak terlalu dikenal
oleh masyarakat untuk mengembangkan nya menjadi salah satu objek wisata
 Pemantapan gagasan perancangan dengan menggali informasi dan data-data yang
mendukung secara arsitektural maupun non arsitektural melalui berbagai media
sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah perancangan
 Menganalisa dan sintesis gagasan agar dapat terus di kembangkan menjadi
perencanaan yang matang dan menghasilkan perancangan yang tepat.

3.2. Metode Pendekatan Penyelesaian Masalah Perancangan/Tahapan Perancangan

Metode pendekatan penyelesaian masalah perancangan/ tahapan perancangan yang


digunakan pada “Perancangan Kawasan Situs Kota Cina sebagai Wisata Budaya di Medan
Marelan” dalam penyusunan laporan ini adalah metode deskriptif yaitu memaparkan data-
data, menguraikan, menjelaskan, baik data primer maupun data sekunder berdasarkan fakta
yang ada, kemudian di analisa untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

Data Primer

 Merupakan data yang didapat secara langsung mengenai objek yang akan
dituju
 Melakukan dokumentasi yang bertujuan untuk memperjelas data-data yang
digunakan dalam menganalisa,dan data ini bersifat nyata sebagai bukti
pendukung metode tersebut.
Data Sekunder
 Merupakan data dari studi literature yang berhubungan dengan perancangan
baik secara arsitektural maupun non- arsitektural yang diperoleh melalui buku-
buku dan literature pendukung yang berkaitan dengan perancangan.
 Refrensi yang diperoleh melalui pengumpulan data, peta dan peraturan-
peraturan dari instansti yang terkait.

Selanjutnya analisa data dilakukan secara kulaitatif yaitu dengan menganalisa aspek kegiata,
kebutuhan ruang, sirkulasi, dll, kemudian akan dianalisa secara kuantitatif dengan
menganailisa kapasitas ruang dan besaran ruang serta pendekatan mengenai lokasi.

Anda mungkin juga menyukai