Lazlo Bock, salah satu eksekutif sumber daya manusia di Google, dalam sebuah wawancara media mengungkapkan fakta menarik.
Perusahaan raksasa teknologi informasi ini tidak lagi mempertimbangkan latar belakang pendidikan atau ijazah universitas dalam
rekrutmennya. Mereka telah mewawancarai ratusan ribu pelamar, dan menemukan tidak ada korelasi langsung antara bidang studi
yang ditekuni di perguruan tinggi dengan kemampuan si pelamar. Mereka juga tidak lagi merekrut berdasarkan kriteria indeks prestasi
akademik. GPA, tidak layak lagi dijadikan patokan.Bock juga mengungkapkan bahwa makin banyak karyawan Google yang tidak
mengenyam bangku pendidikan tinggi dari waktu ke waktu. Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.Dari sisi jenis pekerjaan,
hingga lima tahun mendatang, diperkirakan banyak pekerjaan yang tadinya eksis akan tergantikan oleh mesin. World Economics
Forum (2016) memperkirakan sampai 2020 sekitar 4,8 juta pekerjaan administrasi dan perkantoran akan hilang. Lebih dari 1,6 juta
lapangan kerja di bidang manufaktur dan produksi akan digantikan oleh mesin.
(Sumber: Yanuar Nugroho, Djakarta Creative School https://mataair.or.id/program/djakarta-creative-school/)
Dikarenakan kurangnya Inovasi, peminatan dan pengembangan bidang kreatif di era kemajuan IPTEKS dan
informasi seperti saat ini. Setelah sukses mendirikan Djakarta Creative School di Djakarta, Mata Air Foundation
akan mendirikan Medan Creative School (MCS) merupakan sebuah wadah bagi para pemuda Indonesia
khususnya pelajar, dalam mengembangkan minat, bakat serta kreatifitas pelajar. Program tersebut mewadahi
para pesertanya dalam mengembangkan potensi di bidang kreatif. Selain bidang kreatif, seperti : IT, desain
grafis, Seni rupa (tari, lukis, patung), teater, menulis kreatif, jurnalistik, fotografi maupun videografi, Medan
Creatif School juga memiliki berbagai program pengembangan softskill lainnya seperti public speaking,
modelling dan motivation training. Melalui Medan Creative School diharapkan akan muncul generasi-generasi
Indonesia yang kreatif, inovatif dan juga inspiratif. Medan Creative School memiliki berbagai macam program
untuk semua kalangan pelajar, mulai dari Sekolah Dasar. Menengah, Atas maupun Perguruan Tinggi.
Mata Air Foundation melalui Medan Creative School membuka berbagai jenis program, beberapa diantaranya,
yaitu Pelatihan IT, Robotic, Desain Grafis, Seni Rupa (tari, lukis, patung), Teater, Menulis Kreatif, Pelatihan
Jurnalistik, Fotografi, Videografi, Social Media Branding, Manajemen Media, Short Course Class, Workshop
dan Seminar. Ada juga program utamanya yaitu Student Journalist Backpacker, sebuah kegiatan traveling
backpacker yang dokumentatif dan informatif. Peserta dibekali kemampuan menulis, fotografi dan videografi
melalui pertemuan Workshop sebelum berangkat ke tempat (Negara) tujuan. Selain itu juga ada program untuk
Perlombaan, Programer, Desain Grafis, Multi Media Public Speaking Class dan juga melakukan kerjasama
produksi konten dengan lembaga lain. Program tersebut ditujukan kepada Pelajar Indonesia dan juga
menjangkau Komunitas pemuda bidang kreatif maupun Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), agar
kedepannya bisa bersinergi dan menciptakan iklim dunia kreatif yang baik di kalangan pemuda Indonesia
sebagai penerus bangsa.
Tujuan utama program Medan Creative School yaitu meningkatkan peran pemuda bagi pembangunan Indonesia
melalui bidang kreatif. Semakin berkembangnya kemajuan teknologi informasi akan mendukung dan
mempercepat revolusi mental dengan pemanfaatan bidang kreatif dan teknologi Informasi. Selain itu, ini juga
akan meningkatkan minat dan Bakat Pemuda dalam bidang kreatif dalam rangka peningkatan daya saing di era
globalisasi
Target yang akan dicapai Medan Creative School untuk para pesertanya yaitu Peserta program mampu membuat
karya yang Inovatif dan kreatif melalui : Art, programer, desain grafis, teater, features, news, video blogging,
film pendek, catatan singkat perjalanan) serta Terwujudnya peran aktif pemuda dalam kampanye positif melalui
saluran produkIPTEKs , jurnalistik dan media kreatif. Kedepan akan muncul Pemuda-pemuda yang menjadi
duta pengenalan misi kebudayaan Indonesia dikancah internasional.
Ruang Administrasi
Ruang Kepala 1 ruang 18,24m2 18,24m2
Sekolah
Ruang Wakil Sekolah 3 12m2 36m2
Ruang Pelatih/Traine 3 52,8m2 52,8m2
Ruang Administrasi 1 31,2m2 31,2m2
Ruang Rapat 3 24m2 72 m2
Hall Lobby 3 131,22m2 363,66m2
Luas 5659,7m2
Parkir Outdoor 1661,24m2
LUAS TOTAL+Parkir Outdoor 7320,9m2
*) Sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/2070/7/6TA11215.pdf Asumsi
Kriteria Desain :
Rancangan MCS yang multi masa dan memiliki tinggi max 24 Meter, yang berhasil :
1. Menjawab NEED, WANT,dan DESIRE generasi Milenial. (contoh : Instagramable
spaces)
2. Mempertimbangkan CONTEXT bangunan dan kawasan Heritage, serta Potensi Site
yang ada.
3. Mewujudkan karya Arsitektur kekinian, FORM yang dapat menyandingkan Masa Lalu
dan Masa Depan (FUTURE).
4. Mempertimbangkan Bangunan yang Ramah Lingkungan, Ekologis dan
SUSTAINABLE (Sosial,Ekonomi dan Lingkungan).
PEMASUKKAN TUGAS : Sebelum jam 12.00 WIB. HARI Senin , Tgl 1 April 2019. Ruang
Tata Usaha DeAR (pak Amin).
ASISTENSI kepada pengampu masing masing MINIMAL 3 KALI!
“As our student population grows, we want to provide them with inspirational learning environments. We aim to create modern
and flexible areas with more open spaces, because we believe they provoke curiosity and creativity in students, in contrast to
traditional box-like classrooms. Students need the freedom to talk and collaborate,” said Edwards.
“Transparency is essential. Teachers learn best by watching others teach, so we ensure that we can see what is going on
inside a classroom. Wherever possible, BSJ prefers using portable partitions instead of permanent walls. Lightweight furniture
with wheels is also very convenient, as teachers can move things easily to create spaces that are as dynamic as they want
them to be,” she continued.
This trend was undoubtedly triggered in part by technology. “In this digital age, we have to be flexible about where we work,
and so do the students. To get the best of their potential, students need to feel safe and comfortable while studying, but their
environment also needs to mirror the real world. In our learning spaces, we pay attention to colours, because they influence
brain performance. We also encourage natural lighting, as daylight can increase productivity, comfort and health.”
With such a dynamic learning approach, the role of teachers is shifting. No longer the only source of knowledge or information,
today’s teachers instead take on the role of mentors who curate learning, guiding students through the materials and process.
“We can build amazing learning areas, but if teachers do not adjust and teach in different, modern ways, it would be a waste of
time. Lots of schools are investing in professional development to help their teachers adopt the latest methods. In enquiry-
based teaching, for example, learning is driven by a process of investigation that is owned by the students. They come up with
questions and then work together to find solutions and present them. It is all about collaboration and problem solving, with the
teacher as a facilitator,” Edwards continued.
Parents ought to pay close attention to learning spaces when looking for a school for their children. “As a parent myself,
reviewing a school’s learning environment is a top priority. Starting with the basics, I would make sure that the school has
proper signage, so that new students won’t get lost. I would want to know that there are social spaces and also quiet spaces,
where the children can study peacefully. And I want the environment to be bright and inviting, so that they will feel welcomed,
comfortable and confident. I believe those are some crucial things to be considered when picking a school for your child,” she
concluded.
Sumber :
https://www.google.com/search?q=children+learning+robotic&safe=strict&rlz=1C1CHMO_enID813ID825&source=lnms&tbm=isch&sa=
X&ved=0ahUKEwiwyozsxcPgAhWDeysKHTL8DpIQ_AUIDygC&biw=788&bih=472#imgrc=0QsJGRX2qgZm4M: