Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Istilah “pre-eklamsi” telah menggantikan istilah “toksemia”. Terdapat 5 % pada semua
kehamilan sebagai komplikasi, 20% pada kehamilan nullipara, 40% pada wanita dengan
penyakit ginjal kronik. Keterlambatan diagnosis dan ketidakpastian pengobatan bisa berakhir
dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang signifikan.
Kelainan hipertensi pada kehamilan merupakan peyumbang utama terhadap morbiditas dan
mortalitas ibu dan prenatal. Komplikasi akibat kelainan hipertensi pada kehamilan secara
konsisten dicantumkan di antara tiga penyebab yang terlazim pada kematian ibu di semua
negara-negara maju. Insiden yang dilaporkan bergantung pada kriteria diagnosis, dan
terdapat kekurangan yang berbeda dari keseragaman.
Preeklampsi merupakan penyulit dalam proses kehamilan yang kejadiannya senantiasa
tetap tinggi. Dimana faktor ketidaktahuan tentang gejala awal oleh masyarakat merupakan
penyebab keterlambatan mengambil tindakan yang dapat berakibat buruk bagi ibu maupun
janin.
Dari kasus kehamilan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus preeklampsi
atau eklampsi (Manuba,1998). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada semua kehamilan, 12 %
terjadi pada primigravida (Muthar,1997). Masih tingginya angka kejadian dapat dijadikan
sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu hamil dan tingkat kesehatan masyarakat pada
umumnya.
Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap tingginya tingkat
kematian bumil dan janin , sudah selayaknya dilakukan suatu upaya untuk mencegah dan
menangani kasus preeklampsi . Keperawatan bumil dengan preeklampsi merupakan salah
satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat
lanjut dari preeklampsi tersebut.

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
1. Untuk mengetahui pengertian pre-eklamsi klasifikasi, etiologi, tanda dan gejala
pre-eklamsi, pencegahan pre-eklamsi.
2. Memberi gambaran dalam penerapan asuhan keperawatan yang komprehensip
pada bumil dengan pre-eklampsi

1.2.2 TUJUAN KHUSUS


Mampu mengkaji, menganalisa, merencanakan , melaksanakan , dan
mengevaluasi, serta mampu memecahkan masalah yang timbul.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PENYAKIT

2.1.1 PENGERTIAN
Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan. Ini biasanya terjadi pada trimester
ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua. Preeklamsia mungkin
terjadi pada setiap ibu hamil. Beberapa kondisi yang memiliki kemungkinan
mengalami preeklamsia, yaitu kehamilan pertama, kehamilan bayi kembar, ibu hamil
pengidap diabetes, ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi, memiliki masalah
dengan ginjal, dan juga wanita yang hamil pertama pada usia 20 tahun di atas 35
tahun.
Preeklamsia adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada ibu hamil dan
masih merupakan salah satu penyebab kematian besar di dunia. Di Amerika Serikat,
1/3 dari kematian ibu disebabkan oleh preeklamsia. Begitu pula di Indonesia.
Preeklampsia adalah berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau edema atau
keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang
sekarang. Biasanya keadaan ini timbul setelah umur kehamilan 20 minggu tetapi
dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik. Preeklamsia
merupakan gangguan yang terutama terjadi pada primigravida. (Ben-zion Taber,
M.D)
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana hipertensi
terjadi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan
darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan
banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. (Bobak,
2005)
Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria.Menurut Prawiroharjo 2008 hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg.
Pengukuran darah dilakukan sebanyak 2 kali pada selang waktu 4 jam-6
jam.
2) Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau
sama dengan ≥1+ dipstic.
3) Edema, sebelumnya edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda pre
eklamsi tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema
generalisata. Selain itu bila di dapatkan kenaikan berat badan
>0,57kg/minggu.
Preeklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel, proteinuria adalah tanda penting preeklamsi,
terdapatnya proteinuria 300 mg/1+ (Cunningham, 2006).
2.1.2 TANDA DAN GEJALA
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau
lebih, dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Atau sistol 140 - 160 mmHg dan diastole 90 -110 mmHg.
b. Proteinuria secara kuantitatif lebih dari 0,3 gram/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif (++).
c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral dan wajah atau lengan.
d. Terjadinya gejala subjektif:
a) Sakit Kepala
b) Penglihatan kabur
c) Nyeri pada epigastrum
d) Sesak napas
e) Berkurangnya urin
e. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
f. Terjadinya kejang
g. Penurunan angiostensin, renin, dan aldosteron, tetapi juga dijumpai edema,
hipertensi dan proteinuria.

2.1.3 ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara pasti. Namun
banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan
tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap benar-benar mutlak.Beberapa
faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi:
a. Paritas
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas
2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan
risiko meningkat lagi pada grandemulti gravida (Bobak, 2005). Selain itu
primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul
preeklamsi (Rochjati, 2003)
b. Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 20
tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap lebih rentan
terhadap terjadinya preeklamsi (Cunningham, 2006). Selain itu ibu hamil
yang berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk
terjadi preeklamsi (Rochjati, 2003).
c. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi
sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang
mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi,
serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal lebih
tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan berdasarkan peningkatan tekanan
darah yang disertai dengan proteinuria atau edema anasarka (Cunningham,
2006)
d. Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial
ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara
umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang
baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan pengetahuan
yang kurang seperti di negara berkembang seperti Indonesia insiden
preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi (Cunningham, 2006)
e. Hiperplasentosis /kelainan trofoblast
Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor
predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan dapat
menurunkan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi
aktivasi endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan
vasospasme adalah dasar patofisiologi preeklamsi/eklamsi.
Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus,
bayi besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008;
Cunningham, 2006).
f. Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah
terbukti pada ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya
akan mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8% anak menantunya
mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan genetik juga dapat
mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya
mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya
vasospasme yang merupakan dasar patofisiologi terjadinya
preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008; Cunningham, 2008).
g. Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di
dalam tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori,
biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan
garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis
penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung
koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan
kesehatan lain.Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko preeklamsia
bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks massa
tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk
mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2006; Mansjoer, 2008)
2.1.4 PATOFLOW

2.1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

2.1.6 PENATALAKSANAAN

Anda mungkin juga menyukai