PENYEMBUHAN LUKA
Disusun oleh:
1. M. Agung prayogo
2. M. Raihan
Tlp/Fax : 021-5462852
Daftar isi
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian luka
B. Klasifikasi Luka
C. Proses Penyembuhan Luka
D. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
E. Faktor yang Mempengaruhi Penanganan Luka
F. . Komplikasi
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa mempertahankan
hidupnya sendirian. Setiap hari manusia yang satu selalu berinteraksi dengan manusia
lainnya. Situasi yang timbul dari proses interaksi inipun beragam, mulai dari yang ringan,
sedang, sampai yang berat. Sehingga kadang - kadang tanpa kita sadari muncul luka.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak
ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi,
(Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta.)
B. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain
(Kozier, 1995). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di
bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau
terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan). Ketika luka timbul,
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Klasifikasi Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari
tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada
luka.
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis
dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi
tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena
4. Berdasarkan mekanismenya:
a. Luka mekanik
3) Luka lecet, terjadi karena bergesekan dengan benda yang kasar tapi tidak tajam.
4) Luka tusuk, terjadi akibat benda tajam yang berdiameter kecil dan masuk dalam tubuh
Luka Bakar, kehilangan atau kerusakan jaringan tubuh terjadi karena disebabkan oleh
dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh
apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang
mencapai normal.
2. Per Sekundem, yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
3. Per Tertiam, atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa
hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan
fungsional sama dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada
proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen
atau katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Setiap proses penyembuhan luka akan
terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung
pada tipe/jenis dan derajat luka. Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan
1. Fase inflamasi :
- Hari ke 0-5
- Pembekuan darah
2. Fase proliferasi :
- Hari 3 – 14
- Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
- Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang
- Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada
tepian luka
- Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
- Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.
4. Pembersihan Luka
nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16). Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
asing.
c. Berikan antiseptik.
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal.
5. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam
boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas
6. Penutupan Luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga
7. Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi,
mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi
dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan
hematom.
8. Pemberian Antibiotik prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada
9. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan
jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia,
atau oleh penyebab dari dalam tubuh sendri (eksogen). Penyebab endogen terpenting adalah
ganguan koagulasi yang disebut koagulopati dan ganguan sistem imun. Berikut adalah faktor
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuan darah.
2. Nutrisi
diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Pasien
kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan
3. Infeksi
besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada
orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit
menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada
orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi
atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal
tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati
dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan
nanah (pus).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan
pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada
8. Diabetes
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan
protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
1. Lama luka
Golden priod (masa emas) merupakan saat kita menggap suatu luka dapat di tangangi
dengan sempurna. Jadi luka masih dapat di jahit secara primer. Golden priod suatu luka ± 6
jam. Masa ini berlaku untuk luka kotor dan jelas terkontaminasi. Pada daerah dengan
vaskularisasi sangat baik, misalkan kepala dan wajah golden priodnya ± 8 jam. Bila luka
masih berada pada golden priod, maka dapat di peroleh Clean Surgical Wound (luka bedah
Luka-luka sederhana cukup dibersihkan dan diberi obat. Sedangkan luka- luka dengan
bentuk tak teratur harus di debridement kemudian dilakukan tindakan selanjutnya. (Balai
F. Komplikasi
a. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan
dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis
jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia
mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin
harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah
itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence
adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh
melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma,
gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko
klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi
sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus
segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien
2. Pengaruh Psikologi
a. Depresi
Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang gairah hidup, dan
tidak berdaya berhadapan dengan keadaan penyakit dengan luka yang sudah lama dan sukar
untuk disembuhkan.
b. Apati
Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, putus asa,
c. Agresi
a. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat diinspeksi
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit.
Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan temperatur tubuh
pasien biasanya meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak,
Dehiscence adalah rusaknya luka bedah. Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari
dalam luka.
d. Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di
bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau
digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat
luka. Tahapan penyembuhan luka terdiri dari fase inflamasi, fase ploriferasi dan fase
maturasi.
B. Saran
Sebisa mungkin hindari hal – hal yang dapat menyebabkan luka. Namun, bila terjadi
luka segeralah untuk di bersihkan agar terhindar dari infeksi untuk mempercepat
penyembuhan luka. Apabila luka tersebut robek karena benda tajam segera di jahit untuk
menhidari banyaknya darah yang keluar dan luka terhindar dari infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Baxter C: The normal healing process. In: New Directions in Wound Healing. Wound care manual;
February 1990. Princeton, NJ: E.R. Squlbb & Sons, Inc; 1990.
Morris PJ and Malt RA, eds: Oxford Textbook of Surgery. Sec. 1 Wound healing. New York-Oxford-
Szabo Z. et al., eds: Surgical Technology-International III. Universal Medical Press Inc.