PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang adalah suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat di sebabkan oleh aktifitas otak yg abnormal seta
adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan .
Terjadinya kejang dapat disebabkan oleh malformasi otak congenital ,faktor
genetis atau adanya penyakit seperti meningitis ,ekselalitis serta demam yang tinggi
atau dapat dengan denga istilah kejang demam ,dangguan metabolisme trauma dan
lain sebagainya .apabila kejang bersifat kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi
yang terjadi secara kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi yang terjadi secara
berulang –ulang dengan sendirinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kejang neonatorum ?
2. Apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum ?
3. Apa saja factor dari kejang neonatorum ?
4. Bagaimana dan apa saja penatalaksanaan dari kejang neonatorum ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kejang neonatorum.
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum
3. Untuk mengetahui apa saja factor dari kejang neonatorum
4. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana penatalaksanaan kejang
pada neonatus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Suatu aritmia serebra Kejang pada neonatus (bayi baru lahir ) berbeda dengan
bayi lebih besar atau anak dalam bentuk klinik , minggu.Kebanyakan kejang pada
BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami
kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering
dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan
gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan
perkembangan jangka panjang.
Kejang pada bayi baru lahir adalah
a) Kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari
b) Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan suatu
tanda adanya penyakit sistem sayarf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit
lain.
Kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-
tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan
pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar).
Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf
pusat, lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda
penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat
mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut
diketahui harus segera di obati. Hal yang paling penting dari kejang pada bayi baru
lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan
memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang
tersebut dengan obat antikonvulsan.
3. Kejang mioklonik
a. Jarang pada neonatus gerakan seperti reflek moro
b. Terdapat kerusakan susunan saraf pusat yang luas
b. Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui
penyebabnya berikan oksigen untuk sianosisnya.
c. Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene
Di sub bagian saraf anak bagian IKA FKUI-RSCM jakarta ,kriteria livingston
tersebut setelah dimodifikasi sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang
demam sederhana ialah
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja , tidak lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat umu
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaa EEG yg dibuat sedikit 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
g. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1tahun tidak melebih 4 kali
Risiko yang akan di hadapi oleh seorang sesudah kejang demam tergantung
dari faktor
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
kejang demam
c. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Gejang klinis
Dapat dibagi dua yaitu :
A. Disetai kejang
1. Suhu yg mendadak tinggi ,biasanya 39oc atau lebih .
2. Kejang umum atau fokal yang berlangsung agak lama (lebih dari
setengah jam ) kejang fokal yg terjadi sesuai dengan
kelumpumpuhannya .
3. Kesadaran yg sangat menurun menurun (koma )
4. Setelah kesadaran agak membaik ,kelumpuhan setengah badan
terjadi mula-mula sekumpulan bersifat flasid,tetapi setelah 2
minggu timbul spastitistas .hemiplegia lebih nyata pada anggota
gerak atas dan muka dibandingkan dengan anggota gerak bawah
.makin lama dan makin hebat ke jangkan dengan makin berat
kelumpuhan yg terjadi
5. Kadang-kadang terjadi hemianopsia dan afasia
6. Gangguan perasaan terjadi bila kerusakan terdapat pada lobus
parietalis .
Tanda gejala
a. Hemiplegia terjadi mendadak tanpa didahului oleh kejang
b. Kesadaran tetapi baik atau menurun sebentar saja
c. Sifat kelumpuhan sama dengan yg disertai kejang
Komplikasi
a. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental terdapat 30- 50% pada golongan yg disertai kejang
sedangkan pada golongan tanpa kejang retardasi mental tidak begitu nyata
gangguan kelakuan beru hiperkinetik sering terdapat .
b. Epilepsi
Biasa lebih besar dari pada 50 % dari golongan yg disertai dengan
kejang kemudian akan menderita epilepsi yg terdapat sifat grand mal
,psikomotor atau fokal .
c. Gangguan berbicara
Bergantung pada waktu bayiatau anak menderita kelumpulan .pada
anak diatas umur 4 tahun biasanya didapatkan kelainan berupa disfasia
d. Gangguan saraf otak
Dapat terjadi hemianopsia homonimus, starbismu konvergen
,gangguan menelan dan sebagainya.
Memeriksa kejang
1. Tanya
2. Lihat ,dengar ,raba
3. Apakah ada riwayat kejang
Adakah tanda/gejala kejang berikut :
1. Tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun
2. Mengangis melengking tiba-tiba
3. Gerakan yg tidak terkendali pada mulut ,mata ,atau anggota gerak
4. Mulut mencucu
5. Kaku seluruh badabn dengan atau tanpa rangsangan
Klasifikasi kejang
Klasifikasi kejang jika bayi mempunyai tanda/gejala berikut .pada dengan
klasifikasi kejang harus segera dilakukan tindakan / pengobatan dan di rujuk.
BAB III
KONSEP MANAJEMENT
1. Biodata
Nama : Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga
hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi
lebih akrab.
Pola minum bayi sehari normalnya 8-10 kali, pada bayi yang mengalami kelainan
akan lebih malas menyusu.
Nadi : nadi normal bayi (120-160), apakah nadi bayi teraba lemah,
ireguler, ataukah tidak teraba
1. Kepala
2. Muka
Rhisus sardonicus, pucat, gerakan otot-otot muka, asimetri wajah (sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis).
3. Mata
Deviasi bola mata secara horisontal, kedipan mata proksimal, kelopak mata
berkedip-kedip, gerakan cepat dari bola mata, nystagmus, dilatasi pupil.
4. Mulut
Cyanosis, strismus, lidah menunjukan gerakan menyeringai, gerakan terkejut-kejut
pada mulut dan pipi secara tiba-tiba menghisap, mengunyah, menelan, menguap.
5. Leher
6. Abdomen
Kekakuan otot pada abdomen, tanda-tanda infeksi pada tali pusat, jika terjadi sepsis
perut tampak buncit dan hepatosplenomegali
7. Ekstremitas
Pergerakan seperti berenang, mengayuh pada anggota gerak atas dan bawah,
ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau ekstensi tungkai dan
fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikas, gerakan ekstensi dan fleksi lengan
atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat, gerakan
menyerupai refleks moro, tremor
3.3 Assasement
Diagnosa aktual : Bayi “X” usia 0-28 hari dengan kejang…… (menurut klasifikasi
kejang)
3.4 Planning
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu tentang keadaan bayinya saat ini.
4. Miringkan kepala
R/ suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kelembaban tinggi akan
mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
7. Lakukan kompres dengan air kran dan beri obat penurun panas (antipiretik) bila
suhu bayi meninggi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu tentang keadaan bayinya saat ini.
R/ Menghindari aspirasi
4. Berikan oksigen dengan alat Bag to Mouth Face Mask oksigen 2 liter/menit
pada bayi apnea
8. Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan
60ml/kgBB/hr
10. Jika kejang berulang, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi:
Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 20 mg
iv setiap 12 jam
Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium glukonas 10% 2
ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga teratasi diberi pyridoxin 25-50 mg
Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus dextrose 10%