Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang adalah suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat di sebabkan oleh aktifitas otak yg abnormal seta
adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan .
Terjadinya kejang dapat disebabkan oleh malformasi otak congenital ,faktor
genetis atau adanya penyakit seperti meningitis ,ekselalitis serta demam yang tinggi
atau dapat dengan denga istilah kejang demam ,dangguan metabolisme trauma dan
lain sebagainya .apabila kejang bersifat kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi
yang terjadi secara kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi yang terjadi secara
berulang –ulang dengan sendirinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kejang neonatorum ?
2. Apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum ?
3. Apa saja factor dari kejang neonatorum ?
4. Bagaimana dan apa saja penatalaksanaan dari kejang neonatorum ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kejang neonatorum.
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari kejang neonatorum
3. Untuk mengetahui apa saja factor dari kejang neonatorum
4. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana penatalaksanaan kejang
pada neonatus.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Suatu aritmia serebra Kejang pada neonatus (bayi baru lahir ) berbeda dengan
bayi lebih besar atau anak dalam bentuk klinik , minggu.Kebanyakan kejang pada
BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami
kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering
dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan
gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan
perkembangan jangka panjang.
Kejang pada bayi baru lahir adalah
a) Kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari

b) Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan suatu
tanda adanya penyakit sistem sayarf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit
lain.

c) Sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak

d) Kejang umum tonik klonik jarang terjadi pada BBL

e) Kejang berulang menyebabkan berkurangnya oksigenisasi, ventilasi dan nutrisi


otak

Kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-
tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan
pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar).

Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf
pusat, lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda
penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat
mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut
diketahui harus segera di obati. Hal yang paling penting dari kejang pada bayi baru
lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan
memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang
tersebut dengan obat antikonvulsan.

2.2 Bentuk Klinik


1.Kejang Yang Hampir Terlihat (Subtle)
Gangguan fungsi batang otak ,gerakan seperti mengisap,mengunyah ,gerakan
bola mata /deviasi tonik bola mata (jerking) ,mata mengedip-ngedip ,kelopak mata
bergetar gerakan lidah dan gigi .dapat juga kehilangan tonus otot ekstermitas secara
tiba – tiba ,gerakan seperti berenang dan dapat terjadi apnu .
1. Kejang tonik
Khas untuk bayi kurang bulan

2. Kejang multifokal klonik


1. Sering pada neonatus ,kejang klonik pada satu ekstremitas dan berpindah –
pindah .
2. Hanya terdapat pada bayi cukup bulan (NCB )

3. Kejang mioklonik
a. Jarang pada neonatus gerakan seperti reflek moro
b. Terdapat kerusakan susunan saraf pusat yang luas

4. Kejang umum klonik


Anoksia /ensefalopati ,perdarahan intra ventrikuler ,ven trikulitis
,porensefali (kelainan otak kongenital ) kejang tonik /mioklonik atau gerakan
subtleapabila disertai kelainan EEG,multifokal,datar dan berpriodik (prognosis
buruk ).
Kejang fokal pada neonatus tidak selalu terdapat kerusakan fokal otak
,malahan sering terjadi akibat metabolik seperti .
a. Hipokalsemi
b. Hipoglikemia
c. Perdarahan sub araknoid dan asfiksia ringan .
2.3 Diagnosa Banding Kejang
a. Cara melihat /gerakan ekstraokules normal.
b. Timbul dengan provokasi rangsangan
c. Gerakan yang dominan adalah tremor ,pada kejang jerking .
d. Gerakan dapat di hentikan dengan fleksi pasif .
Dapat dilihat pada bayi normal dengan hipoglikemia,hipokalse
/hiperiritabilitas neuromuskuler.sering pada bayi KMK (kurang masa kehamilan)
Keterangan
1) Asfiksia perinatal
a. Penyebab kerjang terbanyak pada neonatal (44-60%)
b. Menimbulkan ensefalopati hipoksik-iskhemik
c. Kejang timbul biasanya 72 jam pertama ,bersifat subtie
d. Tonik atau multifokal klonik.kadang –kadang didahului apnu
e. Dapat disertai gangguan metabolisme

2) Traumalahir perdarahan intrakranial .


a. Biasanya bersama keadaan asfiksia
b. Kelahiran traumatik / perdarahan intraventrikuler pada bayi kurang bulan
biasanya bermanifestasi hanya de bagal RDS
c. Bila disertai perdarahan di bagian susunan saraf pusat lain bayi dapat
terlihat sakit berat. Dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial (kejang
,cerebral cyr dan lain _ lain) liquor berdarah .
d. Hematoma subdural jarang pada neonatus ,biasanya terdapat
padakelahiran sungsang,bayi cukup bulan bayi besar .kejang terjadi karena
kontusio otak bersifat fokalisasi .
3) Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l.
gejalanya adalah kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih
dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya disebabkan oleh karena trombosis
vena atau adanya petekis dalam otak.
4) Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6.gejalanya adalah kejang
yang hebat dan tidak hilang dengan pemberian obat anti kejang, kalsium,
glukosa, dan lain-lain. Pengobatan dengan memberikan 50 mg pirodiksin
5) Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer
O2 dari ibu ke janin.
6) Perdarahan intrakranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia,
defisiensi vitamin K, trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub
aroknoid, intraventrikulu, intraserebral. Biasanya disertai hipoglikemia,
hipokalsemia.Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi lumbal dan
offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis.Terapi : pemberian obat
anti kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada.
7) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis.

 Penyebab lainnya yaitu :


a. Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta,
transfuse dari bayi kembar yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan
kadar hemoktrokit di atas 65%.

b. Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui
penyebabnya berikan oksigen untuk sianosisnya.

c. Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene
 Di sub bagian saraf anak bagian IKA FKUI-RSCM jakarta ,kriteria livingston
tersebut setelah dimodifikasi sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang
demam sederhana ialah
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja , tidak lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat umu
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaa EEG yg dibuat sedikit 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
g. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1tahun tidak melebih 4 kali

 Risiko yang akan di hadapi oleh seorang sesudah kejang demam tergantung
dari faktor
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
kejang demam
c. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal

Gejang klinis
Dapat dibagi dua yaitu :
A. Disetai kejang
1. Suhu yg mendadak tinggi ,biasanya 39oc atau lebih .
2. Kejang umum atau fokal yang berlangsung agak lama (lebih dari
setengah jam ) kejang fokal yg terjadi sesuai dengan
kelumpumpuhannya .
3. Kesadaran yg sangat menurun menurun (koma )
4. Setelah kesadaran agak membaik ,kelumpuhan setengah badan
terjadi mula-mula sekumpulan bersifat flasid,tetapi setelah 2
minggu timbul spastitistas .hemiplegia lebih nyata pada anggota
gerak atas dan muka dibandingkan dengan anggota gerak bawah
.makin lama dan makin hebat ke jangkan dengan makin berat
kelumpuhan yg terjadi
5. Kadang-kadang terjadi hemianopsia dan afasia
6. Gangguan perasaan terjadi bila kerusakan terdapat pada lobus
parietalis .

Tanda gejala
a. Hemiplegia terjadi mendadak tanpa didahului oleh kejang
b. Kesadaran tetapi baik atau menurun sebentar saja
c. Sifat kelumpuhan sama dengan yg disertai kejang

Komplikasi
a. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental terdapat 30- 50% pada golongan yg disertai kejang
sedangkan pada golongan tanpa kejang retardasi mental tidak begitu nyata
gangguan kelakuan beru hiperkinetik sering terdapat .
b. Epilepsi
Biasa lebih besar dari pada 50 % dari golongan yg disertai dengan
kejang kemudian akan menderita epilepsi yg terdapat sifat grand mal
,psikomotor atau fokal .
c. Gangguan berbicara
Bergantung pada waktu bayiatau anak menderita kelumpulan .pada
anak diatas umur 4 tahun biasanya didapatkan kelainan berupa disfasia
d. Gangguan saraf otak
Dapat terjadi hemianopsia homonimus, starbismu konvergen
,gangguan menelan dan sebagainya.

Obat yang di pakai untuk epilepsi


Obat Bentuk kejang Dosis mg/
kgbb/harri
Fenobarbital Semua bentuk kejang 3-8
Dilantin Semua bentu kejang 5-10
(difenilhidantoin ) kecuali bangkitan petit
mal,mioklonik atau
akinetik
Mysoline (primidon) Semua bentuk kejang 12-25
kecuali petit mal
Zarontin (etosuksimid) Petit mal 20-60
Diazepam Semua bentuk kejang 0,2-0,5
Diamox (asetasolamid ) Semua bentuk kejang 10-90
Prednison Spasme infantil 2-3
Deksametason Spasme infantil 0,2-0,3
Adrenokortikotropin Spasme intantil 2-4

Jakarta:bagian IKA FKUI Kejang pada neonatus suatu penyakit ,namun


merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit sebagai penyebab kejang
atau adanya kelaianan saraf pusat.penyebab utama kejang adalah kelainan bawaan
di otak sedangkan penyebab sekundernya adalah gangguan metabolik atau
penyakit lain seperti penyakit infeksi . di negara berkebang kejang pada neonatus
sering di sebabkan oleh tetanus neonatorum,sepsis meningitis,ensefalitis
,perdarahan otak ,cacat bawaan .
Penyebab kejang pada neonatus ,baik primer maupun sekunder umumnya
berkaitan eratdengan kondisi bayi di dalam kandungan saat proses persalinan serta
masa –masa bayi baru lahir .kejang pada bayi baru lahir baru lahir di kenali karena
bentuk berbeda dengan kejang pada orang dewasa atau anak .hal tersebut di
sebabkan karena ketidakmatangan organ korteks pada bayi baru lahir .
Beberapa hal yg mungkin merupakan faktor penyebab kejang adalah
sebagai berikut
1. Konflikasi pada saat hamilan dan melahirkan
a. Ibu tidakimunisasi tt sehingga dapat menyebab infeksi
b. Perdarahan pada saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu
,sehingga menyebab hipoksia
c. Gawat janin pada massa kehamilan dan persalinan yg
mengharuskan dilakukannya induksi persalinan .kondisi dapat
disebabkan asfiksia.
d. Alat –alat di gunakan untuk proses pertolongan persalinan tidak
steril sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi .
e. Persalinan dengan tindakan (vacuum ekstraksi ,cunam dan forcep
dapat di sebabkan tauma susunan safat pusat .
f. Trauma pada janin selama dalam kandungan atau selama
persalinan dapat menyebabkan perdarahan intrakranial .
g. Ibu hamil menderi DM

2. Kelainan metabolisme seperti hipoglikemia ,hipokalsemia ,hipomagnesemia


,hiponatremia ,hiperbilirubinemia ,ketergantungan piridoktrin dan kelainan
asam amino

Memeriksa dan mengklasifikasi kejang


a. Dilakukan pada semua bayi muda ketika kejang kunjungan rumah atau bayi
muda datang klinik .
b. Kejang adalah gejala kelainan susunan saraf pusat (SSP) dan merupakan
keadaan darurat .
c. Kejang pada umur > 2hari dikaitan dengan tetanus neonaturum infeksi dan
kelainan metaolik seperti kurangnya kadar gula darah .
d. Pada bayi kurang bulan ,kejang lebih sering disebabkan oleh perdarahan
intrakranial .
e. Di indonesia ,kejang pada bayi muda sering di sebabkan oleh tetanus
neonaturum ,sepsis ,mengitis ,ensefalitis perdarahan otak dan akibat cacat
bawaan .
f. Tanda /gejala klinis kejang pada bayi muda sangat bervariasai bahkan
kadang sulit dibedakan denga gerakan normal .
g. Meskipun demikian jika saudara menjumpai gejala /gerakan yang tidak bisa
terjadi secara berulang –ulang dan periodik ,saudara harus memikirkan
kemungkinan bayi kejang

Memeriksa kejang
1. Tanya
2. Lihat ,dengar ,raba
3. Apakah ada riwayat kejang
Adakah tanda/gejala kejang berikut :
1. Tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun
2. Mengangis melengking tiba-tiba
3. Gerakan yg tidak terkendali pada mulut ,mata ,atau anggota gerak
4. Mulut mencucu
5. Kaku seluruh badabn dengan atau tanpa rangsangan

Klasifikasi kejang
Klasifikasi kejang jika bayi mempunyai tanda/gejala berikut .pada dengan
klasifikasi kejang harus segera dilakukan tindakan / pengobatan dan di rujuk.
BAB III

KONSEP MANAJEMENT

3.1 Data Subyektif

1. Biodata
Nama : Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga
hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi
lebih akrab.

Umur : Usia di bawah 24 jam meningkatkan insiden


,persalinan lama pada nulipara, seksio sesaria,
pelahiran preterm, IUGR, anomali kromosom dan
kematian janin.

Agama : Sebagai dasar bagi bidan dalam memberikan


dukungan mental dan spiritual terhadap pasien dan
keluarga.

Pendidikan : Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan.


Informasi ini membantu klinisi memahami klien sebagai
individu dan memberi gambaran kemampuan baca
tulisnya.

Pekerjaan : Mengetahui pekerjaan pasien adalah penting untuk


mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh
dan untuk mengkaji potensi kelahiran prematur dan
pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat
merusak janin.

Alamat : Memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah serta


tahu lingkungan pasien.

3.1.2. Keluhan Utama


Pada bayi kejang, keluhan yang ibu utarakan antara lain bayinya
tubuhnya gemetar, gerakan tubuhnya lebih aktif dari biasanya, tidak
terkendali, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, bayi lemas/ tidak
bergerak, mata berkedip terus menerus, mulut mecucu, tubuh kaku

3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Merupakan perjalanan penyakit (kejang) yang di alami bayi. Waktu


permulaan kejang dan berapa lama ibu mengamati tanda-tanda bayinya
kejang sampai dibawa ke petugas kesehatan.

3.1.4 Penyakit Riwayat Dulu

Riwayat kejang sebelumnya apakah merupakan kejang berulang,


trauma kepala, radang selaput otak (meningitis), epilepsi, kelainan
metabolisme seperti: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,
hiponatremia, dan hypernatremia, hiperbilirubinemia, dan kelainan
metabolisme asam amino, perdarahan otak, dan infark serebri.

3.1.5 Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat kehamilan: bayi yang kecil untuk masa kehamilan, bayi


prematur, ibu mengalami infeksi dari bakteri dan virus seperti TORCH, ibu
yang tidak disuntik TT, ibu menderita DM.

Riwayat persalinan: persalinan dengan tindakan (ektrasi cunam/


ekstrasi vakum), persalinan presipitatus, persalinan presentasi bokong,
pemotongan tali pusat yang tidak steril, asfiksia, dan gawat janin.

Selain itu, bayi yang mengalami komplikasi perinatal seperti tetanus


neonatorum, trauma perdarahan intrakranial, dan trauma susunan saraf pusat
juga beresiko mengalami kejang.

3.1.6 Riwayat kesehatan keluarga.


Apakah ibu atau keluaraga terinfeksi TORCH, menderita penyakit
Diabetus Mellitus

3.1.7 Pola kebiasaan

Pola minum bayi sehari normalnya 8-10 kali, pada bayi yang mengalami kelainan
akan lebih malas menyusu.

3.2 Data Obyektif.

3.2.1 Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : lemah-hiperaktif

Kesadaran : normal, apatis, somnolen, sopor, koma

Suhu :normal (36,5-37°C), hipertermia (>37,5°C), hipotermia (<36,5°C).

Respirasi : apnea, hiperpnea (> 60x/mnt)

Nadi : nadi normal bayi (120-160), apakah nadi bayi teraba lemah,
ireguler, ataukah tidak teraba

3.2.2 Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

Tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung,


mikrosefali

2. Muka

Rhisus sardonicus, pucat, gerakan otot-otot muka, asimetri wajah (sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis).

3. Mata

Deviasi bola mata secara horisontal, kedipan mata proksimal, kelopak mata
berkedip-kedip, gerakan cepat dari bola mata, nystagmus, dilatasi pupil.

4. Mulut
Cyanosis, strismus, lidah menunjukan gerakan menyeringai, gerakan terkejut-kejut
pada mulut dan pipi secara tiba-tiba menghisap, mengunyah, menelan, menguap.

5. Leher

Tanda-tanda kaku kuduk

6. Abdomen

Kekakuan otot pada abdomen, tanda-tanda infeksi pada tali pusat, jika terjadi sepsis
perut tampak buncit dan hepatosplenomegali

7. Ekstremitas

Pergerakan seperti berenang, mengayuh pada anggota gerak atas dan bawah,
ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau ekstensi tungkai dan
fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikas, gerakan ekstensi dan fleksi lengan
atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat, gerakan
menyerupai refleks moro, tremor

3.2.3 Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan darah dapat berupa: gula darah, elektrolit darah (terutama


kalsium dan magnesium), darah tepi, punksi lumbal, punksi subdural, kultur darah,
dan titer TORCH

2. EKG dan EEC

3. Foto rotgen dan USG kepala

3.3 Assasement

Diagnosa aktual : Bayi “X” usia 0-28 hari dengan kejang…… (menurut klasifikasi
kejang)

Masalah : Gangguan rasa nyaman bayi akibat kejang

Gangguan pemenuhan nutrisi akibat kejang


Diagnosa potensial: Epilepsi, hipoksia serebral progresif, edema cerebral dan
asidosis laktat.

Identifikasi kebutuhan tindakan segera: rujukan, kolaborasi dengan dokter spesialis


anak.

3.4 Planning

3.4.1 Planning di BPM:

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu tentang keadaan bayinya saat ini.

R/ informasi yang tepat dapat mengurangi kecemasan ibu.

2. Lakukan informed consent untuk setiap tindakan.

R/ informed consent mempermudah petugas kesehatan untuk melakukan


intervensi kepada pasien

3. Bebaskan jalan nafas

R/ oksigenasi terjamin, agar tidak terjadi hipoksia sel-sel otak.

4. Miringkan kepala

R/ untuk menghindari aspirasi isi lambung.

5. Berikan benda yang dapat digigit

R/ mencegah tergigitnya lidah atau tertutupnya jalan napas

6. Pertahankan suhu normal bayi

R/ suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kelembaban tinggi akan
mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.

7. Lakukan kompres dengan air kran dan beri obat penurun panas (antipiretik) bila
suhu bayi meninggi

R/ Perpindahan panas secara konduksi dan menurunkan panas pada pusat


hipotalamus
8. Pasang infus cairan elektrolit

R/ Mencukupi kebutuhan cairan dan memperbaiki metabolisme tubuh bayi.

9. Rujuk ke rumah sakit terutama yang memiliki fasilitas NICU

R/ Untuk mendapatkan penganan lebih lanjut.

3.4.2 Planning Di Rumah sakit

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu tentang keadaan bayinya saat ini.

R/ informasi yang tepat dapat mengurangi kecemasan ibu.

2. Lakukan informed consent untuk setiap tindakan.

R/ informed consent mempermudah petugas kesehatan untuk melakukan


intervensi kepada pasien

3. Bersihkan jalan nafas dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut,


hidung dan nasofaring

R/ Menghindari aspirasi

4. Berikan oksigen dengan alat Bag to Mouth Face Mask oksigen 2 liter/menit
pada bayi apnea

R/ Membantu oksigenasi agar tidak terjadi hipoksia sel-sel otak

5. Pasang infus sesuai advice dokter

R/ Mencukupi kebutuhan cairan dan memperbaiki metabolisme tubuh bayi.

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antispasmodik/anti kejang :


diazepam 0,5 mg/kg/supp/im setiap 2 menit sampai kejang teratasi dan luminal 30
mg im/iv

R/ Untuk mengurangi, mengatasi da mencegah kejang berulang

7. Nilai kondisi bayi tiap 15 menit


R/ Pemantauan kondisi bayi yang teratur dapat menentukan perkembangan
asuhan yang selanjutnya.

8. Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan
60ml/kgBB/hr

R/ Mencukupi kebutuhan cairan dan memperbaiki metabolisme tubuh bayi.


Glukosa merupakan sumber karbohirat yang mudah dicerna sehingga kebutuhan
energi lebih cepat terpenuhi.

9. Jika kejang sudah teratasi, ambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium,


misalnya : darah tepi, elektrolit darah, gula darah, kimia darah, kultur darah,
pemeriksaan TORCH

R/ mencari factor penyebab

10. Jika kejang berulang, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi:

diazepam dapat diberikan sampai 2 kali

Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 20 mg
iv setiap 12 jam

Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap 12 jam

Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium glukonas 10% 2
ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga teratasi diberi pyridoxin 25-50 mg

Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus dextrose 10%

R/ Penanganan secara komprehensif untuk mengatasi kejang dengan segera dan


mencegah komplikasi dari kejang yang berlangsung lama.

Anda mungkin juga menyukai