Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena terselesaikannya
laporan hasil bedah jurnal. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil bedah jurnal
penulis
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan laporan observasi ini. Terimakasih kepada drg. Musnar
Munir, Sp.KGA selaku penanggung jawab modul sekaligus tutor yang telah
membantu untuk terselesaikannya laporan ini. Serta rekan-rekan lainnya atas
kerjasamanya.
Akhir kata, penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan
ini, oleh sebab itu penulis mohon kritik dan saran pembaca. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca.
Hormat saya,
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana prevalensi penderita karies gigi yang mengalami diabetes tipe
II dan nondiabetes pada pasien dewasa yang datang ke rumah sakit di kota
Ahmedabad ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui prevalensi penderita karies
gigi yang mengalami diabetes tipe II dan nondiabetes pada pasien dewasa
yang datang ke rumah sakit di kota Ahmedabad.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
mengetahui perkembangan karies di masa depan. Sejauh ini tidak ada penelitian
yang mencoba menilai beban karies gigi di kalangan individu diabetes di Kota
Ahmedabad. Oleh karena itu, penelitian kali ini dilakukan untuk menilai
prevalensi karies gigi diantara pasien dewasa diabetes tipe II dan nondiabetes di
kota Ahmedabad.
Pasien penderita diabetes OPD dan yang terpenuhi kriteria inklusi dipilih
untuk penelitian ini.Untuk pasien diabetes, hemoglobin glikosilasi konsentrasi
(HbA1c) digunakan untuk menilai kontrol glikemik. Mereka dengan tingkat
kurang dari atau sama dengan 7 mmol / ml diklasifikasikan sebagai indikasi
6
memuaskan (baik) pengendalian diabetes sedangkan nilainya lebih dari 7 mmol /
ml diklasifikasikan sebagai kontrol yang buruk. Nondiabetes (kelompok kontrol)
dipilih dari OPD umum dan disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin.
PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan melalui semi-close-ended kuesioner dan pemeriksaan
klinis. Pembelajaran peserta pertama kali menjelaskan mengenai tujuan dan sifat
penelitian. Setelah mendapatkan informed consent, mereka terlibat secara tatap
muka wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai demografi rincian dan
riwayat kesehatan. Rekam medis termasuk durasi diabetes, tindak lanjut dokter,
dan tingkat kontrol penderita diabetes . Kuesioner diisi oleh pemeriksa
untuk memastikan keseragaman dalam pengumpulan data maupun untuk
menghindari salah tafsir pertanyaan oleh subjek penelitian. Kuesioner tersebut
diujikan selama studi percontohan. Karies gigi dinilai dengan menggunakan
WHO 2013 proforma. Wawancara diikuti oleh pemeriksaan klinis yang dilakukan
oleh satu pemeriksa yang dilatih dan dikalibrasi di Departemen Kedokteran Gigi
Kesehatan Masyarakat, AMC Dental College dan Rumah Sakit,
Ahmedabad. Nilai kappa untuk Keandalan intraexaminer dihitung menjadi 0,85.
Peserta duduk dengan nyaman di dental chair. Pemeriksaan dilakukan di bawah
cahaya matahari alami dengan menggunakan cermin mulut polos dan CPITN "C"
probe. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Juni 2014 sampai Desember
2014.
HASIL
Tabel 1 menunjukkan prevalensi karies gigi di antara peserta
studi. Prevalensi karies gigi antara kelompok penderita diabetes adalah 73,33%
dan 30,83% diantaranya kelompok nondiabetes. Hasilnya secara statistic
bermakna.
Tabel 2 menunjukkan prevalensi karies gigi di antara individu diabetes sesuai
dengan kontrol metabolic dari penyakit dan durasi penyakit. Individu diabetes
7
tidak terkontrol memiliki prevalensi yang jauh lebih tinggi karies gigi (90,41%)
dibanding penderita diabetes terkontrol (42,55%). Peserta dibagi menjadi
tiga kelompok (<2 tahun, 2-5 tahun, dan> 5 tahun) sesuai dengan durasi diabetes.
Perbedaan prevalensi karies tidak ditemukan di antara individu diabetes sesuai
dengan durasi diabetes.
8
pada individu diabetes terkontrol. Hasilnya adalah signifikan secara statistik .
jumlah Gigi yang hilang secara signifikan lebih tinggi di antara metabolisme
yang tidak terkontrol sedangkan jumlah rata – rata Gigi karies dan tambalan tidak
menunjukkan adanya hal yang berarti perbedaan antara yang tidak terkendali dan
terkendali. Mean DT dan MT secara signifikan meningkat seiring lamanya
penyakit meningkat, sedangkan berarti FT secara signifikan lebih tinggi di antara
orang-orang yang memiliki diabetes kurang dari 2 tahun. Komponen DMFT rata-
rata adalah lebih tinggi di antara orang yang memiliki diabetes lebih dari 5 tahun
namun tidak menunjukkan perbedaan signifikan secara statistic.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
waktu yang dirasakan untuk ini aktivitas perawatan kesehatan tambahan saat
pasien sedang sibukdengan pengelolaan diabetes mereka.
Harus ditekankan bahwa hasil penelitian ini mungkin tidak secara
langsung sebanding dengan hasil lainnya. Hal ini disebabkan banyak perbedaan
seperti kriteria ukuran populasi dan seleksi untuk diabetes dan kelompok
nondiabetes. Karena ini berbasis rumah sakit Belajar, hasilnya mungkin tidak
digeneralisasi yang menyarankan skala yang lebih besar, penelitian tingkat
komunitas di bidang ini. Jumlah mikroba oral, kuantitas dan laju aliran air liur,
kunjungan gigi, dan data kebersihan mulut yang mungkin bergunatidak
dipertimbangkan dalam penelitian ini. Dalam keterbatasan penelitian saat ini,
hasilnya ditunjukkan Pasien DM tipe II berisiko tinggi karies dalam
pengembangan Kerja sama yang erat antara pasien,unit layanan kesehatan, dan
professional kesehatan mulut menjadi cara untuk meningkatkan penderita diabetes
(Ekta, Sona, Ashis, Saloni, Faizhan, & Saloni , 2016)
11
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini, diamati bahwa tingkat keparahan karies meningkat
dengan meningkatnya kadar glukosa darah dengan korelasi positif, dan prevalensi
karies gigi secara signifikan lebih tinggi secara metabolik tidak terkendali
dibandingkan dengan metabolisme yang terkontrol dengan baik pasien. Hasilnya
sesuai dengan penelitian dilaporkan oleh Chavez dkk dan tidak sesuai dengan
studi yang dilaporkan oleh Hawraa, Arreita-Blannco et al .,dan
Sandberg dkk . Hasilnya mungkin dikaitkan dengan peningkatan kadar glukosa
saliva dan rendah aliran air liur, yang dapat mempengaruhi populasi ini karies
meningkat karena kurangnya insulin atau resistensi insulin. Peningkatan kadar
glukosa saliva mendukung pertumbuhan Lactobacilli dan Streptococcus mutans
bakteri dan hiposalivasi dapat menyebabkan rendahnya aktivitas buffering yang
dibutuhkan untuk remineralisasi lesi karies awal. Mengenai efek durasi penyakit
pada pengalaman karies, hasilnya menunjukkan bahwa di sana tidak ada
perbedaan bermakna pada prevalensi karies Begitu juga gigi DMFT antara
kelompok berdasarkan durasi penyakit. Hasil ini konsisten dengan beberapa
penelitian yang melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara durasi diabetes dan
pengalaman karies , sedangkan tidak setuju dengan penelitian lainnya yang
melaporkan pengalaman yang lebih besar pada individu dengan durasi penyakit
lebih lama.
Dalam keterbatasan penelitian saat ini, hasilnya ditunjukkan Pasien
DM tipe II berisiko tinggi karies dalam pengembangan Kerja sama yang erat
antara pasien unit pelayanan kesehatan dan professional kesehatan mulut menjadi
cara untuk meningkatkan penderita diabetes.
12
DAFTAR PUSTAKA
Al Maskari, Awatif , Y., Masoud, Y., & Salem, A. (2011). Oral manifestation and
complication of diabetes mellitus . Sultan Qaboos University Medical
Journal.
Ekta, A., Sona, A., Ashis, S. S., Saloni, M., Faizhan, S., & Saloni , S. (2016).
Dental caries prevalence among type II diabetic and nondiabetic adults
attending a hospital.
Indirawati, T., & Lely, A. S. (2004). Pengaruh kadar glukosa darah yang
terkontrol terhadap penurunan derajat kegoyahan gigi penderita diabete
mellitus di RS Persahabatan Jakarta. Media Litbang Kesehatan.
Iwanda, & Titi, N. R. (2010). Hubungan Diabetes Melitus dengan Karies Gigi.
Medica Muda.
Yuyus R. Diet yang dapat merusak gigi pada anak-anak. Cermin Dunia
Kedokteran. 1991. Jakarta; 73: 45-47.
13