Anda di halaman 1dari 18

Definisi

Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati kompresi simtomatik nervus medianus pada
pergelangan tangan berupa peningkatan tekanan di dalam terowongan carpal dan penurunan
fungsi saraf di tingkat tersebut. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri
tangan dan lengan dan disfungsi otot. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama
acroparesthesia , median thenar neuritis atau partial thenar atrophy Carpal Tunnel Syndrome
pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium
lanjut fraktur radius bagian distal. Istilah Carpal Tunnel Syndrome diperkenalkan oleh Moersch
pada tabun 1938.

(CTS) merupakan gangguan umum yang berhubungan dengan pekerjaan yang


disebabkan gerakan berulang-ulang dan posisi yang menetap pada jangka waktu yang lama yang
dapat mempengaruhi saraf, suplay darah ke tangan dan pergelangan tangan. Carpal Tunnel
Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus medianus di dalam carpal tunnel pada
pergelangan tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Sindrom ini terjadi akibat kenaikan tekanan
dalam terowongan yang sempit yang dibatasi oleh tulang-tulang carpal serta ligament carpi
tranversum yang kaku sehingga menjebak nervus medianus (Rambe, 2004).
Anatomi Dan Biomekanika

Anantomi
Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang,otot,struktur persendian dan diinervasi
oleh beberapa saraf.
Tulang pembentuk sendi pergelangan tangan
Tulang-tulang pada sendi pergelangan tangan yaitu ada dua deretan. Daratan pertama
yaitu dari tulang Radius dan Ulna. Deretan yang kedua terdiri atas delapan tulang carpalia
yang tersusun dalam dua deretan. Tulang carpal deretan proximal antara
scapoideum,lunatum,triquetrum,pisiforme. Sedangkan bagian distal terdiri atas tulang
trapesium,trapesoideum,capitatum, dan hamatum.

Tulang scapoideum
Tulang ini berbentuk perahu dengan dataran yang proximal konveksi bersendi
dengan tulang radius. Yulang ini memiliki dataran sendi yaitu ke arah ulnar bersendi
dengan tulang hamatum, ke arah distal bersendi dengan tulang tulang trapesium,
capitatum, dan trapesoideum dan pada permukaaan volar memiliki tonjolan yang
disebut tuberositas scapoideum (Putz R dan R. Pabst,2005).
Tulang Lunatum
Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial dengan tulang
Scapoideum, ke arah ulnar dengan Triquetrum, ke arah distal dengan tulang
capitatum. Tulang ini memiliki dataran proximal yang konvek yang bersendi dengan
tulang radius, dan berbentuk kecil, seperti bulan sabit (Putz R dan R. Pabst, 2005).
Tulang Triquetrum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal dengan tulang radius,
ke arah radial dengan tulang Lunatum, ke arah ulnar dan polar berhubungan dengan
tulang pisiforme yang melekat pada permukaan polar tulang triquetrum dan arah
distal dengan tulang hamatum (Putz R dan R. Pabst,2005).
Tulang Pisiforme
Tulang yang berbentuk kecil,agak bulat seperti biji kacang ini melekat di dataran
polar pada tulang triquetrum (Putz R dan R. Pabst,2005).
Tulang Trapesium
Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah polar dengan
trapesoideum dan terdapat tonjolan tulang yang disebut tuberositas osis trapesium,
ke arah proximal dengan tulang scapoideum, ke arah distal dengan tulang metacarpal
satu dan dua (Putz R dan R. Pabst,2005).
Tulang Trapezoideum
Tulang ini ke arah radial mempunyai hubungan dengan tulang trapesium ke arah
ulnar dengan tulang capitatum, ke arah distal dengan tulang metacarpal dua, dan ke
arah proximal berhubungan dengan tulang scapoideum (Putz R dan R. Pabst,2005).
Tulang Capitatum
Memiliki bangunan bangunan bulat dan panjang sebagai caputnya. Mempunyai
hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial berhubungan dengan tulang
trapesoideum, ke arah proximal dengan tulang scapoideum dan lunatum. Ke arah
ulnar dengan tulang hamatum dan ke arah distal dengan tulang metacarpal dua, tiga,
dan empat (Putz R dan R. Pabst,2005).
Tulang Hamatum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal dengan tulang
triquetrum ke arah radial dengan tulang capitatum ke arah distal dengan tulang
metacarpal empat dan lima. Dan ke arah polar memliki bangunan seperti lidah yang
disebut hamalus ossis hamati (Putz R dan R. Pabst,2005).
Pada os scapoideum dan os trapesium yang masing-masing memiliki tonjolan tulang pada
bagian colarnya membentuk eminentia carpi radialis. Di sebelah ulnanya terdapat eminentia
carpi ulnaris yang dibentuk oleh os pisiforme dan hamalum ossis hamati.

Ligamen
Ligamen colateral capri ulnar yang membentang dari procesus styloideus ulna menuju
ke tulang triquetrum ligamen colateral carpi radialis yang membentang dari prossesus
stiloideus radii menuju tulang scapoideum dan ligamen intercarpal yang terdiri dari ligamen
interlaveum collare dan dorsale, ligamen interseum dan ligamen carpiarquetrum.

Otot
Otot merupakan stabilitas aktif dan penggerak tulang pembentuk sentral. Otot
pergelangan tangan secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu otot fleksor dan
ekstensor yang masing-masing terbagi dua bagian superfisialis dan profunda.
Otot fleksor superficialis yaitu otot fleksor carpi ulnaris, fleksor carpi radialis, fleksor
digitorum sublimes dan palmaris longus (Cailliet,1990).Otot fleksor carpi radialis dan fleksor
carpi ulnaris berfungsi fleksi di pergelanagan tangan, dan otot ekstensi ekstensor carpi
radialis longus brevis dan ekstensor carpi ulnaris berfungsi ekstensi pergelangan tangan. Pada
gerakan ulnar deviasi dilakukan oleh m.ekstensor carpi ulnaris dan fleksor carpi ulnaris.
Sedangkan gerakan radial deviasi dilakukan oleh m,ekstensor carpi radialis, fleksor carpi
radialis, ekstensor pollicis brevis dan abduktor pollicis longus.

Nerves Medianus
Berasal dari pleksus brakhialis dengan dua buah caput yaitu caput medial dari pasikulus
medialis dan caput lateral. Dari pasikulus lateralis kedua caput tersebut ersatu pada tepi
bawah otot pectoralis minor, jadi serabut dalam truncus berasal dari tiga atau empat segmen
medula spinalis (C6-8, Th 1). Dalam lengan serabut saraf ini tidak bercabang. Truncus
berjalan turun sepanjang arteri brachialis dan melewati sisi polar lengan bawah dna
bercabang masuk ke tengah dan berakhir dengan cabang muscular kutaneus (Chusid, 1993).
Otot-otot yang mensarafi nerves medianus antara lain : m. pronator teres, m. fleksor carpi
radialis, m.palmaris longus, m.fleksor digitorum profundus, m,fleksor pollicis longus dan
pronator quadratus (Chusid, 1993). Apabila ada lesi yang mengenai nerves medianus akan
mengakibatkan terjadinya pengurangan sensoris pada bagian polar lengan bawah, daerah
palmar tangan jari satu,dua,tiga,dan setengah jari empat.

Biomekanik
Ditinjau dari morfologinya termasuk articulasio ellipsoidea, tetapi fungsinya sebagai
artikulatio gluboidea. Gerakan yang terjadi pada persendian itu yaitu fleksi dengan LGS 800
ekstensi 700, ulnar deviasi 300, dan radial deviasi 200. Derajat fleksi dan ulnar deviasi lebih besar
dibandingkan dengan gerakan ekstensi dan radial deviasi, hal ini disebabkan karena bentuk
permukaan sendi radius dari ligamen bagian dorsal lebih kendor dari bagian palmar (Chuside,
1967).

Etiologi
Etiologi CTS dapat terjadi pada keadaan yang menyebabkan penyempitan terowongan
karpal misalnya trauma pada tangan bisa karena fraktur riwayat immobilisasi lama akibat operasi
ataupun karena over use yang bersifat kronik pd pergelangan tangan, kelainan anatomis bawaan
(herediter), gangguan pada otot dan tulang seperti akromegali osteofit yang dapat mempengaruhi
struktur pergelangan tangan. Etiologi yang paling sering terjadi yaitu penebalan fleksor
retinaculum karena proses radang. Namun secara sekunder CTS dapat timbul juga pada penderita
dengan Osteoarthritis, Diabetes Melitus, Miksedema, Amiloidosis atau wanita yang hamil
(Sidharta,1984).
Penyakit sistemik lainnya misalnya kegemukan dan menopause karena gangguan
keseimbangan hormon yang mengakibatkan penimbunan lemak atau cairan yang menimbulkan
penyempitan dalam terowongan karpal (Katz, 2002).
CTS merupakan neuropati jepitan yang paling banyak dijumpai, yaitu terjebaknya Nervus
Medianus di dalam terowongan Karpal pada pergelangan tangan, di bawah fleksor retinakulum
(DeJong, 1992). American Society for Surgery of the Hand mendefinisikan CTS sebagai
kompresi neuropati dari Nervus Medianus di pergelangan tangan dimana saraf melewati bawah
ligamentum karpal transversus (Burton, 1983).
Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
carpal tunnel syndrome antara lain :
Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya HMSN
(hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan
tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.
Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-ulang.
Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan
pemain musik terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya
juga merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.
Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.

Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan, khususnya sindrom carpal
tunnel juga terjadi karena penebalanligamen, dan tendon dari simpanan zat yang disebut
mukopolisakarida.

Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus, hipotiroidi, kehamilan.
Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika, skleroderma, lupus
eritematosus sistemik.
Degeneratif: osteoartritis.
Latrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma,
komplikasi dari terapi anti koagulan.
Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon menyebabkan nervus
medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel syndrome.

Patofisiologi

Patofisiologis CTS masih belum jelas.Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan gejala
dan gangguan studi konduksi saraf.Yang paling populer adalah kompresi mekanik, insufisiensi
mikrovaskular, dan teori getaran.
Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus di
terowongan karpal.Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa teori ini menjelaskan
konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari kompresi
mekanik.Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga
berlebihan, hiperfungsi, ekstensi pergelangan tangan berkepanjangan atau berulang (Bahrudin,
2011).

Teori insufisiensi mikrovaskular mennyatakan bahwa kurangnya pasokan darah


menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan saraf secara perlahan
kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf.

Menurut teori getaran, gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan jangka panjang
alat yang bergetar pada saraf median di karpal tunnel.Lundborg mencatat edema epineural pada
saraf median dalam beberapa hariberikut paparan alat getar genggam.Selanjutnya, terjadi
perubahan serupamengikuti mekanik, iskemik, dan trauma kimia (Bahrudin, 2011).

Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang
menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler, akibatnya aliran darah vena intrafasikuler
melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler diikuti oleh
anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocor
protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri
dan sembab yang timbul terutarna pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan
yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada
aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak
serabut saraf. Lama kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang
mengakibatkan fungsi nervus medianus·terganggu secara menyeluruh (Davis, 2005).

Manifestasi Klinis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan sensorik
yang timbul awalnya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena
aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai
seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lain adalah nyeri
ditangan yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari . Kadang-kadang nyeri dapat terasa
sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal
pergelangan tangan (Rambe, 2004). Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-
jari tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-
3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun
kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari (Salter, 2009).

Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis. Bentuk akut
mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau tangan, tangan dingin
dan gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan
paresis. Bentuk kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau
kehilangan motoric dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam CTS (Pecina,
et al., 2001).
Kebanyakan sindrom ini bersifat idiopatik. Penderita mengeluh kelemahan atau kekakuan
tangan, terutama bila melakukan pekerjaan halus menggunakan jari. Selain gangguan motorik,
terdapat akroparestesia, serangan nyeri, gelenyar, mati rasa dan tangan terasa bengkak. Pada
tahap dini, biasanya terdapat hiperparestesia di daerah kulit yang dipersarafi oleh nervus
medianus. Pada penderita yang sudah lama terkena radang terdapat hipotrofi tenar. Parestesia
bertambah berat bila pergelangan tangan difleksikan semaksimal mungkin selama satu menit, uji
ini disebut uji Phalen (Moore, 2002). Gejala awal, pasien sering terbangun di malam hari
mengeluhkan tebal, nyeri dan kesemutan di ibu jari, telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial
jari manis kecuali jari kelingking (Richard, 1983 dikutip oleh Bahrudin, 2005).
Gejala lainnya adalah pergelangan tangan serasa diikat ketat (tightness) dan kaku gerak
(Moeliono, 1993 dikutip oleh Rambe, 2004). Pada tahap yang lebih lanjut kekuatan tangan
menurun. Selain itu, seringkali penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang trampil terutama
fungsi menggenggam serta dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang
dipersarafi oleh Nervus Medianus (Sidharta, 1984).
Carpal Tunnel Syndrom yang kasusnya idiopatik mempunyai gejala yang timbul dan
hilang dalam beberapa bulan atau tahun tapi rasa tidak enak pada malam hari dapat lebih
menonjol dan berlangsung sehingga mengganggu penderita progresitifitasnya lebih sering terjadi
pada penyakit yang melatarbelakangi. Bila ada kelainan sensorik, kelainan ini bersifat reversible,
tetapi bila dijumpai kelainan motorik maka kesembuhan akan lebih lama walaupun telah
melakukan banyak terapi.

Diagnosa
CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di atas dan diperkuat dengan
pemeriksaan yaitu :
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan
perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa
pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah:
Phalen test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal.
Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosis CTS.

Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan torniquet dengan


menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik.
Bila dalam kurun waktu 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosis.
Tinel test : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan
posisi tangan sedikit dorsofleksi.

Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan


jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosis CTS.
Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
dengan alat dynamometer.
Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan.
Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong
diagnosis CTS.
Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan
ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosis.
Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh
dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosis.
Pemeriksaan sensitibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-
point discrimination) pada jarak lebih dari 6mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosis.
Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan
keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus
medianus. Bila ada Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel tes adalah
test yang patognomonis untuk CTS (Tana,et al.2004).

Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan untuk melihat
kemungkinan adanya penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna
untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan, dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif (Latov, 2007).

Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus
tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus
CTS. Pada 15-25% kasus, kecepatan hantar saraf (KHS) bisa normal. Pada yang lainnya
KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan
adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih
sensitif dari masa laten motorik (Latov, 2007).

Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui penyebab dan
perubahan-perubahan yang terjadi akibat gangguan tersebut. Dalam kasus ini pemeriksaan
khusus yang dilakukan antara lain:
Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak,
pengecilan otot (atrofi), deformitas, warna serta kondisikulit sekitarnya, langkah (gait).
Kemampuan beraktifitas serta alat bantu yangdigunakan untuk melakukan aktivitas,
posisi pasien dan lain-lain.
Quick tes
Quick tes atau tes cepat adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui secara
cepat kasus yang dialami oleh pasien, sehingga dapat memilahkan pemeriksaan
selanjutnya yang berhubungan dengan kasus yangkemungkinan diderita oleh pasien.
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Dalam hal ini meliputi fungsi gerak aktif, gerak pasif, dan gerak isometric.Pada
pemeriksaaan ini umumnya pada pasien ditemukan adanya rasa nyeri,keterbatasan gerak,
kelemahan otot dan sebagainya.
Tes Khusus
Test khusus yang digunakan untuk mendiagnosa adanya Carpal TunnelSndrome pada diri
seseorang atau tidak meliputi :
Phalen Tes
Pergelangan tangan dipertahankan selama 1 menit, dalam posisi fleksi palmer
yang penuh (90°). Apabila posisi ini cukup lama dipertahankan pada setiap orang,
maka akan timbul rasa kesemutan. Tetapi dalam halCarpal Tunnel Syndrome
kesemutan dapat timbul dalam waktu yangsangat singkat (dalam waktu 30 detik).
Kadang-kadang diikuti dengan parestesia baru akan timbul apabila pergelangan
tangan digerakkankembali dari posisi fleksi palmer yang maksimal.
Tinel Tes
Ketokan local pada syaraf medial, memancing timbulnya “nyeri kejut“di dalam
tangan serta parestesia didalam jari.

Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakantangan
dan membedakan antara kedua anggota gerak yang kanan dan kiri.Palpasi
Pemeriksaan ROM
Pemeriksaan ROM ini dilakukan pada pergelangan tangan, dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ada keterbatasan gerak pada pergelangan tangan, pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan goniometer.
Pemeriksaan Nyeri
Pemeriksaan nyeri menggunakan VRS bertujuan untuk mengetahuikeadaan nyeri
yang dirasakan pasien. Baik saat diam atu gerak.

Penatalaksanaan Fisioterapi
Terapi Latihan
Terapi awal dapat dilakukan immobilisasi pada pergelangan tangan dengan
menggunakan splint pada malam hari selama 6 sampai 8 minggu dan dapat digunakan secara
selektif pada aktifitas yang memprovokasi CTS (mis:mengetik), posisi pemasangan splint, wrist
pada posisi neutral (0-2 derajat flexi,0-3 derajat ulnar deviasi),tujuan pemakaian splint adalah
untuk mengistirahatkan jaringan lunak yang mengalami peradangan dan untuk meminimalkan
tekanan intra tunnel.Dapat juga dikombinasi dengan ice therapy. Bila pekerjaan dapat
memperparah kondisi, maka perlu disesuaikan dengan posisi yang ergonomis.Selain medika
mentosa , ultra sound dan terapi latihan pada penderita dapat mengurangi gejala.Bila semua
tindakan konservatif tidak dapat membantu maka tindakan pembedahan (Carpal Tunnel Release)
dapat dipertimbangkan.

Therapy Latihan berupa :


Tendon Glide Exercise
Tujuan dari tendon glide exercise adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah ke
tangan dan pergelangan tangan sehingga akan mengurangi pembengkakan dan
meningkatkan perbaikan pada jaringan lunak (otot, ligamen dan tendon). Tujuan
utama dari latihan ini adalah untuk mengurangi hambatan padaterowongan carpal
sehingga tendon dapat bergerak bebas. tetapi tidak untuk meningkatkan kekuatan otot
pada pergelangan tangan. Latihan2 ini tampak sederhana, tetapi jika dilakukan secara
teratur bersamaan dengan latihan lain, seperti memakai splint saat tidur, dan memakai
carpal tunnel braces saat beraktifitas, menggunakan salep/gel utk penghilang nyeri dan
juga menggunakan therapydingin, maka akan dirasakan perbedaan setelah therapy.
Terapi ini memeng efektif untuk carpal tunnel syndrome yang ditandai dengan
kesemutan pada telapak tangan belum terlalu parah.
Gerakan ini dapat dilakukan 3 atau 4 kali setiap hari.
Step2= hook, step4= fist, step8= straight
Nerve Glide Exercise
Tujuan dari Nerve Glide Exercise adalah untuk memelihara flexibilitas dari
nerves dan ligament.

Gerakan dapat diulang 5-10 kali gerakan.statik thenar splint untuk mencegah
adduksi kontraktur. Saran untuk penderita :
Selalu memelihara posisi pergelangan tangan pada posisi netral saat
melakukan aktifitas sehari-hari.
Hindari gerakan menjumput , mencengkeram dan menekuk pergelangan
tangan dalam jangka waktu lama. (pada saat tidur hindari posisi menekuk
pergelangan tangan).
Ressisted exercise
Ressisted exercise yaitu merupakan bagian dari active exercise dengan
dinamik atau statik kontraksi otot dengan tahanan dari luar. Tahanan dari luar bisa
dengan manual atau dengan mekanik.Posisi pasien: duduk di kursi dengan tangan
disangga bantal, terapis duduk berhadapan dengan pasien.
Pelaksanaan:
Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh. Latihan diberikan
pada pergelangan tangan kanan dan kiri. Terapis menstabilisasi pada pergelangan
tangan kemudian pasien diminta menggerakkan kearah dorsal dan palmar fleksi
dan terapis memberi tahanan kearah palmar dan dorsal tangan dengan aba – aba
“pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-
8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien dengan
pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).
Gambar 7. Gerak palmar dan dorsi fleksi dengan tahanan
Gerakan ulnar deviasi dan radial deviasi
Ulnar deviasi:
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam
posisi netral. Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis
memfiksasi pada distal lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke
ulnar dan terapis memberi tahanan kearah dorsal tangan dengan aba – aba
“pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-
8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan
pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).
Gambar 8. Gerak ulnar deviasi dan radial deviasi yang ditahan
Radial deviasi:
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam
posisi netral. Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis
memfiksasi pada distal lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke
radial deviasi dan terapis memberi tahanan kearah ulnar tangan dengan aba – aba
“pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-
8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan
pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992). Untuk (T2 – T6) pemberian terapi latihan
pada pergelangan tangan kanan dan kiri sama seperti T1 tapi untuk tahanannya
ditambah.

Teknologi Fisioterapi
Ultrasound
Efek terapeutik US masih sedang diperdebatkan. Sampai saat ini, masih sangat sedikit
bukti untuk menjelaskan bagaimana US bisa menyebabkan efek terapeutik dalam jaringan
yang terluka. Namun demikian praktisi di seluruh dunia terus menggunakan modalitas
terapi ini sesuai dengan pengalaman pribadi, bukan bukti ilmiah. Berikut adalah sejumlah
teori oleh US yang berhubungan dengan efek terapeutik.
Thermal effect
Ketika gelombang ultrasonik lulus dari transuder ke dalam kulit yang
menyebabkan getaran di sekitar jaringan, terutama yang mengandung kolagen.
Getaran yang meningkat ini menyebabkan produksi panas dalam jaringan. Pada
kebanyakan kasus, hal ini tidak dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Peningkatan
suhu ini dapat menyebabkan peningkatan Ekstensibilitas struktur seperti ligamen,
tendon, jaringan parut dan kapsul fibrosa sendi. Selain itu, pemanasan juga dapat
membantu untuk mengurangi rasa sakit dan kejang otot dan meningkatkan proses
penyembuhan.
Efek pada inflamasi dan proses perbaikan :
Salah satu manfaat terbesar terapi US yang disampaikan adalah yaitu mengurangi
waktu
Penyembuhan cedera jaringan lunak tertentu.
US bertindak untuk mempercepat waktu penyembuhan yang normal dari proses
peradangan dengan menarik lebih banyak “mast sells” ke lokasi cedera. Ini dapat
menyebabkan peningkatan aliran darah yang dapat bermanfaat pada fase sub-akut
pada cedera jaringan. US tidak di anjurkan pada cidera dimana peningkatan aliran
darah masih berlangsung.
Ultrasonografi juga dapat merangsang produksi kolagen khususnya komponen
protein dalam jaringan lunak seperti tendon dan ligamen. Oleh karena itu US dapat
mempercepat fase proliferatif pada penyembuhan jaringan.
US berpikir untuk meningkatkan ekstensibilitas kolagen dan dapat memiliki efek
positif pada fibrosa jaringan parut yang dapat terbentuk setelah cedera.
a. Persiapan alat
Mesin ditest apakah mesin dalam keadaan baik dan dapat mengeluarkan gelombang ultra
sonic dengan cara memberi air pada tranduser guna menampung air dan dipegang
menghadap ke atas kemudian mesin dihidupkan, bila mesin dalam keadaan baik maka air
akan bergerak seperti mendidih kemudian koupling medium, handuk, tissue, dan alkohol
dipersiapkan.
b. Persiapan pasien
Pasien diposisikan senyaman mungkin, rileks, dan tanpa adanya rasa sakit yaitu posisi
dengan duduk kemudian tangan supinasi diletakkan diatas bed, kemudian pada bagian
tangan disuport oleh bantal. Dan tangan yang akan diterapi harus terbebas dari pakaian dan
segala aksesoris. Sebelum pemberian terapi dilakukan tes sensibilitas dengan menggunakan
tabung berisi air panas dan dingin didaerah tangan bagian palmar. Posisi terapis duduk di
depan pasien. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan pengobatan yang diberikan dan juga
rasa panas yang dirasakan dan jika pasien merasakan seperti kesemutan yang berlebihan
saat terapi berlangsung diharapkan pasien langsung memberitahukan kepada terapis.

c. Pelaksanaan
Alat diatur sedemikian rupa sehingga tangkai mesin dapat menjangkau tangan yang akan
diterapi kemudian area yang akan diterapi yaitu pada dorsal pergelangan tangan kanan
diberikan koupling medium kemudian tranduser ditempelkan lalu mesin dihidupkan lalu
tranduser digerakan pelan-pelan pada pergelangan tangan kanan pasien secara tranvers dan
irama yang teratur di atas pergelangan tangan dengan arah tegak lurus dengan area terapi,
tranduser harus selalu kontak dengan kulit, dengan intensitas 1,5 watt/cm2 secara
continous, lama terapi 5 menit diperoleh dari luas area 25 cm2 dan ERA 5 cm2. Selama
proses terapi berlangsung harus mengontrol panas yang dirasakan pasien. Jika selama
pengobatan rasa nyeri dan ketegangan otot meninggi, dosis harus dikurangi dengan
menurunkan intensitas. Hal ini berkaitan dengan overdosis. Setelah terapi pada pergelangan
tangan kanan selesai intensitas dinolkan dan dilanjutkan untuk pergelangangan tangan yang
kiri sama seperti yang dilakukan pada pergelangan tangan kanan, setelah selesai kemudian
alat dirapikan seperti semula. Untuk (T2 – T6) pemberian terapi ultra sonic pada
pergelangan tangan kanan dan kiri sama seperti T1.
Edukasi

Agar hasil maksimal maka perlu diberikan edukasi pada pasien tentang cara
melakukan aktivitas sehari-hari yang benar dan pemberian modalitas fisioterapi. Edukasi
yang diberikan untuk penderita carpal tunnel syndrome yaitu pasien diminta untuk
mengompres dengan air hangat pada kedua pergelangan sampai telapak tangan kanan dan
kiri sekitar 10 menit, menggerakkan kedua pergelangan tangan sebatas nyeri pasien secara
aktif dengan tujuan pemperlancar peredaran darah dan mengistirahatkan kedua tangan saat
timbul nyeri dan juga jangan mengangkat beban berat yang menimbulkan nyeri, serta
melakukan latihan tangan seperti yang diajarkan terapis tapi menggunakan tahanan
kantong pasir, jangan mengangkat beban berat yang menimbulkan nyeri, jangan
memaksakan bekerja secara berlebihan saat tangan merasa nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

Diakes pada 16 november 2016 https://www.scribd.com/doc/307178359/makalah-Carpal-


Tunnel

Diakes pada 16 november 2016 http://eprints.ums.ac.id/25491/13/02_NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai