Anda di halaman 1dari 7

REHABILITASI MEDIK PADA HEMOFILIA

Vincentius Yoshua
Engeline Angliadi

Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: vincentius.yoshua@gmail.com

Abstract: Haemophilia is an inherited disorder of blood coagulation with sex-linked recessive


and autosomal recessive characteristics. It may manifest itself by prolonged bleeding (internal
or external) and clotting formation disturbances that need a multidiciplinary management.
This disease is initiated at the neonatal stage. The diagnosis is based on anamnesis, physical
examination, and other supporting examinations, such as homeostasis functions. The most
common complications are found in the musculoskeletal system and auto-antibody (inhibitor)
reaction against clotting factors VIII or IX. A pharmacological approach to haemophilia
depends on the clinical signs, but medical rehabilitation’s approach is focused on all life
aspects of the patient. This approach has to be done as early as possible to avoid threatening
disabilities and handicaps affecting the musculoskeletal system. Team work is needed to
achieve a minimalization of musculoskeletal complications and to realize a more promising
better prognosis.
Keywords: haemophilia, complications, bleeding, musculoskeletal, rehabilitation.

Abstrak: Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah dengan karakteristik sex-linked resesif
dan autosomal resesif, disertai masalah perdarahan dan kelainan pembekuan yang
memerlukan penanganan multidisipliner. Gejala yang paling sering terjadi ialah perdarahan,
baik di dalam tubuh (internal bleeding) maupun di luar tubuh (external bleeding). Perjalanan
penyakitnya sendiri sudah dimulai dari masa neonatal. Diagnosis dapat ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan fungsi
homeostasis. Komplikasi yang paling sering ditemukan ialah komplikasi muskuloskeletal dan
reaksi auto-antibodi (inhibitor) terhadap faktor pembekuan darah sendiri baik terhadap faktor
VIII atau faktor IX. Pendekatan farmakologik pada hemofilia tergantung dari gejala klinis
yang muncul namun pendekatan rehabilitasi medik pada hemofilia tidak tergantung gejala
klinis yang muncul karena pendekatan ini lebih difokuskan ke seluruh aspek kehidupan pasien
hemofilia. Pendekatan ini sudah harus dilakukan sejak dini mengingat komplikasi yang
mungkin ditimbulkan, yang dapat menyebabkan disabilitas dan handicap, tersering akibat
komplikasi muskuloskeletal. Dengan penanganan rehabilitasi medik yang berbasis pendekatan
tim, diharapkan komplikasi muskuloskeletal dapat diminimalisasikan dan prognosis pasien
hemofilia dapat lebih baik.
Kata kunci: hemofilia, komplikasi, perdarahan, muskuloskeletal, rehabilitasi.

Hemofilia adalah kelompok kelainan Masalah perdarahan dan kelainan pem-


pembekuan darah dengan karakteristik sex- bekuan disini harus ditangani secara
linked resesif dan autosomal resesif. Gejala pendekatan tim.1,2
yang paling sering terjadi ialah perdarahan, Prevalensi hemofilia di Indonesia
baik di dalam tubuh (internal bleeding) untuk pada tahun 2006 ialah 4,1 per 1 juta
maupun di luar tubuh (external bleeding). kasus. Kasus hemofilia A lebih sering

67
68 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 67-73

ditemukan dibandingkan dengan hemofilia GEJALA KLINIS HEMOFILIA


B yaitu tercatat sebanyak 1 per 10 ribu Gejala yang paling sering terjadi pada
kasus sedangkan kasus hemofilia B 1 per hemofilia ialah perdarahan, baik yang
20-30 ribu kasus. Untuk kasus hemofilia C terjadi di dalam tubuh (internal bleeding)
di Indonesia belum terdapat data resmi maupun yang terjadi di luar tubuh (external
karena kasus ini jarang ditemukan, diper- bleeding). Internal bleeding yang terjadi
kirakan 1 per 100 ribu kasus hemofilia.4,5 dapat berupa: hyphema, hematemesis, he-
Rehabilitasi medik merupakan faktor matoma, perdarahan intrakranial, hematuria,
penting dalam penanganan hemofilia melena, dan hemartrosis. Terdapatnya
terutama dalam penanganan akibat dari external bleeding dapat bermanifestasi
komplikasi muskuloskeletal. Pendekatan sebagai perdarahan masif dari mulut ketika
tim dalam hal ini mutlak harus dipenuhi ada gigi yang tanggal atau pada ekstraksi
sehingga dapat membantu pasien dan gigi; perdarahan masif ketika terjadi luka
keluarga sampai pada masalah psikososial kecil; dan perdarahan dari hidung tanpa
dan kehidupan sehari-hari.2,4 sebab yang jelas.8,9

DEFINISI PERJALANAN PENYAKIT


Hemofilia adalah kelompok kelainan
Periode neonatal
pembekuan darah dengan karakteristik sex-
linked resesif dan autosomal resesif, Periode neonatal ialah rentang waktu
dimana perdarahan dapat terjadi tanpa sejak kelahiran sampai 28 hari post natal.
penyebab trauma yang jelas atau berupa Perdarahan intrakranial (intracranial
perdarahan spontan. Hemofilia dibagi atas hemorrhage, ICH) biasanya merupakan
tiga jenis yaitu hemofilia A, B, dan C. tanda pertama yang dapat ditemukan pada
Hemofilia A dan B diturunkan secara periode ini. Riwayat hemofilia dalam
seksual, sedangkan hemofilia C secara keluarga merupakan hal penting dalam
autosomal. Pada kasus hemofilia A terdapat menentukan teknik persalinan untuk
defisiensi faktor VIII; kasus hemofilia B mengurangi risiko trauma persalinan.10,11
dengan defisiensi faktor IX; dan hemofilia
C dengan defisiensi faktor XI.1,2 Periode infant, toddler dan child
Periode infant dimulai setelah neo-
PROSES PEMBEKUAN DARAH natal sampai usia 1 tahun, kemudian
beralih ke periode toddler sampai usia 2
Proses pembekuan darah adalah proses tahun, selanjutnya periode child sampai
dimana darah membentuk suatu bekuan
usia 10 tahun.12 Pada periode infant dan
darah (clot). Hal ini sangat penting dalam
toddler, risiko terjadinya perdarahan
menjaga homeostasis bila terjadi per- menjadi lebih tinggi seiring dengan
darahan akibat trauma terhadap pembuluh perkembangan dan pertumbuhan bayi yaitu
darah maupun jaringan di sekitar pembuluh mulai belajar untuk duduk, merangkak,
darah. Proses pembekuan darah terdiri dari berdiri, berjalan, dan berlari. Hematom dan
dua jalur pembekuan yaitu jalur intrinsik
hemartrosis mulai ditemukan pada periode
dan ekstrinsik. Jalur intrinsik merupakan ini. Selain itu, pemberian imunisasi juga
jalur pembekuan darah ketika terjadi memerlukan perhatian khusus karena
trauma/kerusakan pada pembuluh darah itu
imunisasi biasanya diberikan secara intra-
sendiri sedangkan jalur ekstrinsik terjadi muskular.13
pada trauma/kerusakan jaringan di sekitar
pembuluh darah. Kedua jalur ini bekerja
Periode adolescent dan adult
secara bersamaan dalam menjaga homeo-
stasis.6 Periode adolescent ialah rentang waktu
Yoshua, Angliadi; Rehabilitasi Medik pada Hemofilia 69

usia 10-19 tahun, dan selanjutnya adult prothrombin time (PT), activated partial
sampai usia 64 tahun.12 Pada periode thromboplastin time (aPTT), thrombin time
adolescent, amigdala yang bertanggung (TT), serta specific coagulation factor
jawab terhadap perilaku instingtual assay untuk FVIII dan IX. Pada keempat
berkembang pesat sedangkan lobus frontal pemeriksaan ini, pengambilan darah dila-
yang berfungsi dalam reasoning, yaitu kukan melalui pungsi vena. Pemeriksaan
perilaku untuk berpikir dahulu sebelum PT untuk menilai jalur pembekuan darah
bertindak belum berkembang sempurna.14 ekstrinsik, yaitu keterlibatan faktor I, II, III,
Olah raga dan permainan yang memacu IV, V, VII, dan X dalam proses pembekuan
adrenalin biasanya menjadi bagian dari darah, dengan nilai normal 11-13 detik.
kehidupan anak yang dapat meningkatkan Pemeriksaan aPTT untuk menilai jalur
risiko terjadinya perdarahan baik internal pembekuan darah intrinsik yaitu keterlibatan
maupun eksternal.15 faktor VIII, IX, XI, dan XII, dengan nilai
Pada periode adult, fungsi lobus normal 15-35 detik. Pemeriksaan TT untuk
frontalis dalam hal reasoning sudah menilai kemampuan membentuk bekuan
berkembang baik. Pasien hemofilia sudah darah darah dari fibrinogen yaitu
cukup dewasa untuk menyesuaikan diri keterlibatan faktor XIII dalam proses
sehingga umumnya risiko terjadinya per- pembekuan darah. Pemeriksaan specific
darahan atau komplikasi lainnya dapat coagulation factor assay untuk FVIII dan
dihindari.15 IX dilakukan untuk menilai aktivitas faktor
VIII dan IX, dengan nilai normal dari
faktor VIII dan IX assay 60-100%.17
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas,
BANDING HEMOFILIA
hemofilia dikategorikan: ringan bila aktivi-
Diagnosis hemofilia tas faktor pembekuan 5-35% dari normal;
Pemeriksaan komprehensif pada sedang, bila aktivitas faktor pembekuan 1-
pasien dengan suspek hemofilia sudah 5% dari normal; dan berat, bila aktivitas
harus dimulai saat ditemukan riwayat: faktor pembekuan <1% dari normal 18
penyakit hemofilia dalam keluarga; mudah
memar sejak periode neonatal; perdarahan Diagnosis banding hemofilia
spontan baik internal atau eksternal; dan Beberapa jenis kelainan darah yang
perdarahan masif ketika terjadi luka kecil. dapat menjadi diagnosis banding dari
Kecurigaan ini kemudian ditindaklanjutkan hemofilia ialah: trombositopenia; defisiensi
dengan skrining laboratorium untuk faktor VIII, IX, dan XI; defisiensi faktor II,
mengetahui fungsi homeostasis serta ada V, X, dan vitamin K; defisiensi faktor VII
tidaknya kelainan perdarahan.16 Skrining dan penyakit hati; Von Willebrand’s
utama untuk menentukan fungsi homeo- disease; disseminated intravascular coagu-
stasis ialah platelet count (normal 150.000- lation (DIC); dan defisiensi faktor XIII.
450.000/mm3) dan bleeding time. Pada Pemeriksaan penunjang yang perlu dilaku-
pemeriksaan platelet count, pengambilan kan untuk menegakkan diagnosis atau
darah dilakukan melalui pungsi vena; dan menyingkirkan diagnosis banding dapat
perlu diperhatikan apakah pasien sedang dilihat pada Tabel 1.
mengonsumsi obat-obatan seperti kloram-
fenikol, oral anti-tuberculosis (OAT),
colchicine, atau sulfonamid. Pemeriksaan KOMPLIKASI MUSKULOSKELETAL
bleeding time menggunakan metode Ivy Komplikasi yang paling sering terjadi
dengan nilai normal 1-6 menit, dan pada kasus hemofilia ialah komplikasi
dikatakan memanjang bila >15 menit.17 muskuloskeletal dan reaksi auto-antibodi
Selain platelet count dan bleeding (inhibitor) terhadap faktor pembekuan
time, hal-hal lain yang harus diperiksa ialah darah itu sendiri, baik terhadap faktor VIII
70 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 67-73

Tabel 1. Diagnosis banding hemofilia17


Pemeriksaan
Kelainan perdarahan
PC PT aPTT BT
Trombositopenia ↓ N N ↑
Defisiensi faktor VIII,IX,XI N N ↑ N
Defisiensi faktor II,V,X dan Vit K N ↑ ↑ N
Defisiensi faktor VII penyakit hati N ↑ N N
Von Willebrand’s disease N/↓ N N/↑ ↑
DIC ↓ ↑ ↑ ↑
Defisiensi faktor XIII N N N N

atau faktor IX. Komplikasi muskuloskeletal terdiri dari serat otot tipe IIb). Kondisi ini
yang dapat terjadi ialah artritis hemofilik rawan bagi otot untuk terjadinya per-
dan perdarahan otot (Tabel 2).19 darahan otot.20
Berdasarkan patofisiologinya, artritis
hemofilik dapat dibagi menjadi tiga
stadium, yaitu hemartrosis akut, sinovitis
kronis, dan artritis degeneratif (Gambar 1).
Pada perdarahan sendi, posisi nyaman bagi
pasien ialah cenderung posisi fleksi.
Kondisi ini akan memengaruhi otot-otot
stabilisator di daerah tersebut. Kelemahan
otot stabilisator akan memicu kerja otot-
otot mobilisator di dekatnya untuk
menggantikan fungsinya sebagai stabilisa-
tor, sehingga otot-otot mobilisator akan
cenderung overcontracted yang berakibat
mudah terjadi fatique (otot mobilisator Gambar 1. Artritis hemofilik.19

Tabel 2. Protokol penanganan kasus kelainan pembekuan darah berdasarkan kadar plasma spesifik19
Gejala Penanganan Rekomendasi kadar plasma
Mild bleeding episodes
- Mimisan Hanya observasi, tidak
- Memar dilakukan penanganan Tidak ada
- Gusi berdarah khusus

Moderate bleeding
episodes
- Hemartrosis - Penilaian perdarahan 40-50% kadar plasma
- Perdarahan otot - Pemberian faktor pembekuan faktor pembekuan darah
- Mimisan berulang - Pengulangan faktor dalam 24 (VIII / IX)
- Perdarahan mulut jam apabila tidak membaik (20-25 unit per kgBB)

Severe bleeding episodes


- Susp ICH
- Emergency room 80-100% kadar plasma
- Perdarahan mata
- CT-scan / MRI kepala faktor pembekuan darah
- Perdarahan yang
- Pemberian faktor pembekuan (VIII / IX)
mengancam nyawa
- Team approach (40-50 unit per kgBB)
(A,B,C)
Yoshua, Angliadi; Rehabilitasi Medik pada Hemofilia 71

PENANGANAN HEMOFILIA skeletal dapat menyebabkan gangguan


Protokol penanganan kasus kelainan neurologik misalnya neuropati perifer pada
pembekuan darah yang dianjurkan berda- hemofilia berat.
sarkan kadar plasma spesifik, yakni kadar Pemeriksaan penunjang dilakukan un-
faktor pembekuan VIII/IX dalam darah.19 tuk membantu menegakkan diagnosis dan
Pada kasus hemartrosis, bila tidak di- penanganan komplikasi muskuloskeletal.
Untuk hemartrosis, klasifikasi radiologik
dapatkan respons dengan pemberian terapi
yang digunakan berdasarkan Arnold-
hematologi, perlu dipikirkan tindakan joint
Hilgartner. Pada komplikasi perdarahan
aspiration (arthrocentesis). Tindakan ini
otot, penggunaan ultrasound dapat mem-
harus dilakukan 3-4 hari setelah onset
berikan informasi tentang distribusi per-
hemartrosis untuk mengistirahatkan sendi
darahan otot yang terjadi. Untuk kepentingan
yang terkena, sehingga pada saat joint
ini, frekuensi ultrasound yang digunakan 7-
aspiration dilakukan, inflamasi yang terjadi
12 Mhz dengan transduser jenis linear
tidak terlalu hebat (joint aspiration sendiri
array transducer.21 Panduan penatalaksanaan
sudah bersifat invasif). Joint aspiration
rehabilitasi medik untuk hemofilia yang
ditujukan untuk membantu mengurangi
disertai komplikasi dapat dilihat pada
nyeri dan meningkatkan lingkup gerak
Tabel 3.21
sendi. Kontraindikasi joint aspiration ialah
adanya proses infeksi baik sistemik
maupun lokal yang sedang berlangsung. PROGNOSIS
Pemilihan ukuran jarum sekitar 25-30G Prognosis pasien hemofilia sebenarnya
untuk mengurangi nyeri saat penusukan baik bila semua pihak yang terlibat
dan inflamasi setelah joint aspiration senantiasa bekerja sama dalam menghadapi
selesai dilakukan.20 penyakit ini. Disabilitas berat dan kematian
akibat hemofilia serta komplikasinya hanya
REHABILITASI MEDIK terjadi sekitar 5-7% pada hemofilia berat.
Penentuan prognosis pada hemofilia tidak
Penanganan rehabilitasi medik ini sepenuhnya tergantung pada komplikasi
dimulai dari pemeriksaan fisik. Pemerik- yang terjadi, melainkan harus dilihat secara
saan fisik harus dilakukan dengan hati-hati keseluruhan termasuk masalah psikososial
agar tidak memicu terjadinya perdarahan; yang terkait dan tingkat kepercayaan diri
dalam hal ini, komunikasi antara terapis pasien.21
dan pasien menjadi kunci utama. Kompo-
nen pemeriksaan fisik terdiri dari observasi,
lingkup gerak sendi dan fungsi otot, serta SIMPULAN
pemeriksaan status neurologik.21 Hemofilia adalah kelompok kelainan
Observasi meliputi respons pasien pembekuan darah dengan karakteristik sex-
terhadap terapi faktor pembekuan darah linked resesif dan autosomal resesif.
VIII atau IX; respons pasien terhadap Kelainan pembekuan darah disebabkan
aktivitas fungsional seperti duduk, berdiri, oleh kurangnya faktor pembekuan darah
atau berjalan; dan gangguan postur atau VIII atau IX. Komplikasi hemofilia
pola berjalan, dan ada tidaknya perbedaan terutama mengenai sistem muskuloskeletal
panjang kedua tungkai. Mengenai lingkup yaitu adanya hemartrosis atau perdarahan
gerak sendi dan fungsi otot, perlu dilakukan otot. Perjalanan penyakit hemofilia yang
pencatatan keadaan sendi dan otot sebelum kronis dapat menyebabkan disabilitas dan
dan selama follow up (edema, nyeri, handicap; oleh karena itu dibutuhkan suatu
lingkup gerak sendi, deformitas, dan pendekatan tim. Dengan penanganan
lingkar sendi atau otot yang terkena). rehabilitasi medik yang berbasis pen-
Pemeriksaan status neurologik penting dekatan tim, diharapkan prognosis pasien
dilakukan karena komplikasi muskulo- dengan hemofilia dapat menjadi lebih baik.
72 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 67-73

Tabel 3. Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada kasus hemofilia21


Komplikasi Gejala Tujuan Jenis penanganan
Perdarahan - Nyeri pada - Mengurangi nyeri dan - RICE, medikamentosa,
sendi akut palpasi/gerak edema TENS, PSWD, US
- Edema - Mengembalikan - Hydrotherapy
- Keterbatasan ROM fungsionalitas - Program latihan LGS
- Mencegah perdarahan sesuai kondisi pasien
lanjut - Edukasi
Perdarahan - Nyeri pada - Mengurangi nyeri dan - RICE, medikamentosa,
otot akut palpasi/gerak edema TENS, PSWD, US
- Keterbatasan ROM - Mengembalikan - Program latihan
- Muscle imbalance fungsionalitas bertahap (latihan LGS
- Neuropati - Mencegah perdarahan dilanjutkan dengan
lanjut penguatan otot sesuai
- Muscle balance restoring kondisi pasien)
- Edukasi
Sinovitis - Nyeri (minimal) - Mengurangi nyeri dan - TENS, Medikamentosa,
kronis - Gangguan edema Hydrotherapy
proprioseptif - Mengembalikan - Program latihan LGS,
- Atrofi otot (+/-) fungsionalitas penguatan dan bertahap
- Mencegah perdarahan - Latihan proprioseptif
lanjut - Edukasi
- Meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot
- Memperbaiki fungsi
proprioseptif
Artritis - Nyeri pada - Mengurangi nyeri - TENS, medikamentosa,
degeneratif palpasi/gerak - Menjaga fungsionalitas dan hydrotherapy
- Keterbatasan ROM mencegah disabilitas - Program latihan LGS
- Neuropati - Menjaga kekuatan dan penguatan dan
- Kelemahan otot ketahanan otot peregangan otot
- Kontraktur - Memperbaiki fungsi bertahap
- Deformitas (+/-) proprioseptif - Latihan proprioseptif
- Brace/splint
- Edukasi

DAFTAR PUSTAKA ?Thread =11638.


4. Collins PW, Hirsch S, Baglin TP. Acquired
1. Harper D. Hemofilia [homepage on the hemophilia in the United Kingdom: A
Internet]. c2012 [updated 2012 Mar 20; 2-year national surveillance study by
cited 2012 May 28]. Available from: the United Kingdom Hemophilia
http://www.etymonline.com/index.phps Centre Doctor’s Organization. Blood.
earch=hemofilia&searchmode=none 2007;109:1870-7.
2. Murphy P, Wunderlich A, Pico L. 5. Koesoema AM. Penyakit Hemofilia di
Orthopedics and musculoskeletal Indonesia: Masalah Diagnostik dan
condition. In: Dennis M, Michael A. Pemberian Komponen Darah [Tesis].
Pediatric Rehabilitation: Principles and Medan: Universitas Sumatra Utara;
Practice. New York: Demos Publishing, 2006.
2010; p. 377. 6. Nigel K. Coagulation In: Lillicrap D,
3. Hemophiliac’s pedigree [Image on the Michael M, editors. Practical
internet]. c2012 [updated 2012 Jan 12; Homeostasis and Thrombosis.
cited 2012 May 28]. Available from: Philadelphia: Wiley-Blackwell, 2009;
http://medicalera.com/info_answer.php p. 21-4.
Yoshua, Angliadi; Rehabilitasi Medik pada Hemofilia 73

7. Steven E. Simplified pathways of blood The Teen Brain: Behavior, Problem


coagulation. In: Polin RA, Ditmar MF, Solving and Decision Making.
editors. Pediatrics Secrets. Philadelphia: Washington: Elsevier, 2011; p. 57-58
Mosby Elsevier, 2011; p. 307. 15. Linderman C, Eichenfield E. Adolescence
8. Powell D, Anderson S, Saduman O. In: Adamson M, editor. Textbook of
Hemophilia overview. [homepage on Hemophilia. Singapore: Wiley-
the Internet]. c2012 [Updated 2009 Nov Blackwell, 2010; p. 133-5.
24; Cited 2012 May 28]. Available 16. Summer E. Guidelines for the
from: http://emedicine.medscape.com/ Management of Hemophilia. Montreal:
article/779322-overview. World Federation of Hemophilia, 2010.
9. Yeoh G. Hematology. In: Bowman E, Yeoh 17. Lauren L. Burket’s medicine diagnosis. In:
G, editors. Toronto Notes Pediatrics. Martin S, editor. Bleeding and Clotting
New York: Demos, 2010; p. 48. Disorders. Philadelphia: B. C. Decker,
10. Linderman C, Eichenfield E. The neonate 2008; p. 458-9.
with hemophilia. In: Eichenfield A, 18. Chandler W, Chris F. Comparison of
Candell E, editors. Textbook of three methods for measuring factor VIII
Hemophilia. Singapore: Wiley- levels in plasma. Am J Clin Pathol.
Blackwell, 2010; p. 111. 2008;120:34-9.
11. Tarantino MD, Gupta SL. The incidence 19. Knobe K, Berntrop E. Hemophilia and
and outcome of intracranial hemorrhage joint disease: pathophysiology,
in newborn with hemophilia. evaluation and management. Journal of
Haemophilia. 2007;13:380-2. Comorbidity. 2011;1:51-9.
12. WHO. Ageing. [homepage on the Internet]. 20. Alltree J. Acute muscle bleeds. In: Kareen,
c2012 [Updated 2012 Feb 16; Cited B. Alltree J, Cornwall J. Rehabilitation
2012 May 28]. Available from: of Muscle Dysfunction. Montreal:
http://www.who.int/. World Federation of Hemophilia, 2005;
13. Linderman C, Eichenfield E. Care of the p. 1-4.
child with Hemophilia. In: Liacouras R, 21. Linderman C, Eichenfield E. Inhibitors to
editor. Textbook of Hemophilia. factor VIII. In: Peerlinck K, Jacobson
Singapore: Wiley-Blackwell, 2010; M, editors. Textbook of Hemophilia.
p. 127. Singapore: Wiley-Blackwell, 2010;
14. Mark E. Facts for families. In: Samuel E. p. 62.

Anda mungkin juga menyukai