ABSTRAK
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kelainan faal koagulasi yang bersifat herediter, diturunkan secara X-linked
recessive dengan prevalensi 5000-10.000 penduduk laki-laki yang lahir hidup. Penderita dengan hemofilia A, B atau C,
inhibitor langsung melawan faktor VIII, IX atau XI selama diberikan terapi pengganti. Insiden terbentuknya inhibitor
pada hemofilia berkisar 20-40%, sedangkan pada penderita hemofilia B berkisar 1-6%. Pemeriksaan faktor inhibitor secara
kuantitatif menggunakan Bethesda inhibitor assay. Terapi hemofilia dengan inhibitor masih merupakan tantangan dan
memerlukan pengalaman. Pada pasien hemofilia, terbentuknya inhibitor akan memperburuk prognosis. (MEDICINA
2012;43:31-36).
INHIBITOR IN HEMOPHILIA
ABSTRACT
Hemophilia is an X-linked recessive disorder which is believed to affect approximately one in 5000-10.000 male birth. An
inhibitor is a type of antibody. In hemophilia patients type A, B, and C are directly destroy factor VII, IX, and XI. The
incidence of antibody development in hemophilia A is between 20% and 40%, hemophilia B inhibitors only 1 to 6 %. The
presence of an inhibitor is usually confirmed using a specific blood test called the Bethesda inhibitor assay. The treatment
of hemophilic bleeding in a person with an inhibitor can be a challenging experience. Patients hemophilia with inhibitor
have poor prognostic. (MEDICINA 2012;43:31-36).
muda yaitu setelah 10 kali ini dikarenakan sistem imun struktur ini dikatakan risk
menerima infus rekombinan faktor penerima pengganti faktor VIII allele dengan RR 2,2 dan 3,7.12
VIII, dengan rerata usia 1-2 tahun. mengenalinya sebagai protein
Inhibitor dapat timbul antara 10- asing, sedangkan risiko lebih f) Usia saat pertama kali diberikan
20 hari pengobatan terhadap faktor rendah untuk terbentuknya replacement therapy
VIII, dan menghilang sendiri dalam inhibitor adalah splice-site Insiden terbentuknya inhibitor
rerata kurun waktu 9 bulan pada mutations, small insertions, lebih tinggi pada mereka yang
sekitar 60% penderita, sedangkan atau deletions.9,12-16 mendapat replacement therapy
sisanya (40%) menetap.5,10,12 sebelum berusia 6 bulan.
Inhibitor merupakan suatu b) Berat ringannya derajat Inhibitor timbul pada 41, 29,
masalah dalam penanganan hemofilia hemofilia dan 12 % jika terapi pengganti
karena pengobatan menjadi lebih Selama ini telah diketahui diberikan pada usia < 6 bulan,
sulit dan mahal. Tinjauan pustaka bahwa inhibitor paling banyak antara 6-12 bulan, dan > 12
ini menguraikan tentang hemofilia ditemukan pada penderita bulan.12,14,15
dan terbentuknya antibodi inhibitor hemofilia A berat dibandingkan
pada hemofilia. dengan hemofilia A sedang g) Jenis konsentrat
atau ringan. Inhibitor terhadap Modifikasi dalam proses
FAKTOR RISIKO replacement therapy terjadi manufaktur berpotensi memicu
pada sekitar 25-30% penderita pembentukan inhibitor. Pada
Faktor yang diduga berperan hemofilia A berat, dan 5% pada produk faktor VIII yang
terhadap timbulnya inhibitor penderita hemophilia A sedang diperoleh dari plasma, masih
yaitu:9,12-16
dan ringan.13 didapatkan Von Willebrand
a) Tipe mutasi (VWF) yang terikat pada faktor
Predisposisi genetik c) Riwayat keluarga VIII sehingga produk faktor
berkembangnya inhibitor Risiko membentuk inhibitor VIII dari plasma belum dapat
adalah adanya mutasi pada makin meningkat secara sepenuhnya digantikan oleh
gen faktor VIII dan gen yang bermakna pada penderita rekombinan faktor VIII, karena
melibatkan respon imun seperti hemofilia yang mempunyai belum dapat disingkirkan
lokus gen MHC kelas I dan II.9 riwayat keluarga membentuk kemungkinan pasien mendapat
Timbulnya inhibitor diduga ada inhibitor dengan risiko relatif keuntungan dari VWF yang
korelasi antara terjadinya mutasi (RR) 3,2. Dilaporkan bahwa bersifat imunosupresif atau
pada gen faktor VIII, respon insiden terbentuknya inhibitor mencegah timbulnya inhibitor.
imun, dan epitop antibodi makin tinggi pada saudara 9,12-15
memiliki risiko 60% lebih dipotong melalui proses proteolitik B7 di permukaan APC. Mekanisme
rendah dibandingkan terapi on menjadi rangkaian-rangkaian pembentukkan inhibitor dapat
demand untuk terbentuknya pendek asam amino. Rangkaian dilihat pada Gambar 1.13
inhibitor. pendek asam amino ditransfer Sebagian besar penderita
kembali ke permukaan membran hemofilia A membentuk inhibitor
PATOGENESIS APC dan dipresentasikan ke limfosit tipe 1. Inhibitor tipe 1 bersifat
TH CD4+ melalui molekul MHC dose-dependent linear fashion
Patogenesis terjadinya kelas II. Rangkaian pendek asam (makin tinggi kadarnya, makin cepat
inhibitor ini hanya sebagian amino ini merupakan antigen bagi menetralisir faktor VIII). Inhibitor
dimengerti. Inhibitor merupakan limfosit TH CD4+, yang diikat tipe 2 (kinetika tipe 2 atau complex
neutralizing antibodies, dengan melalui reseptornya (TCR). Dalam kinetics) menetralisasi FVIII secara
polyclonal high affinity proses ini diperlukan ko-stimulator tidak lengkap, dan sesudah itu
immunoglobulin G (IgG). Anti- yaitu ikatan antara B7.1(CD80) tidak menetralisasi dirinya sehingga
faktor VIII antibodi secara langsung dan B7.2(CD86) dengan CD28, masih mempunyai kemampuan
melawan tempat aktif dari molekul untuk memaksimalkan aktivitas TH untuk menetralisasi faktor VIII dari
faktor VIII, A2 domain (ikatan CD4+ dan merangsang produksi replacement therapy berikutnya.
faktor IX), A3 domain (ikatan faktor sitokin. Sitokin kemudian berikatan Inhibitor tipe 2 lebih umum
von Willebrand), serta C1 dan C2 dengan reseptornya (CK-R), dan ditemukan pada autoantibodi
domains (tempat ikatan fosfolipid) memberikan rangsangan bagi gen daripada aloantibodi.13,19
berperan dalam imunogenitas respon imun serta molekul ko-
utama. Autoantibodi ini melawan stimulator di permukaan limfosit B MANIFESTASI KLINIS
tempat ikatan tersebut melalui maupun T. Meningkatnya aktivitas
mekanisme seperti formulasi dan sitokin dan molekul ko-stimulator Manifestasi klinik dari
clearance steric hindrance serta serta interaksi antara CD40 dan penderita dengan inhibitor
kompleks imun.17 CD40L menginduksi limfosit B tergantung beratnya penyakit, secara
Epitop adalah bagian antigen untuk berproliferasi, berdiferensiasi umum, timbulnya inhibitor ditandai
yang dikenali atau berikatan dengan menjadi sel plasma dan sel memori, dengan semakin seringnya penderita
antibodi. Ikatan antara inhibitor serta memproduksi antibodi. mendapatkan terapi pengganti,
faktor VIII dengan epitop (asam Aktivitas limfosit TH dihambat oleh semakin sering mengalami episode
amino) tertentu di faktor VIII ikatan antara cytotoxic T-lymphocyte perdarahan dan mengalami
akan menghambat aktivitas faktor antigen 4 (CTLA4) dengan molekul komplikasi. Ciri-ciri secara klinis
VIII. Epitop dikenali oleh antibodi
faktor VIII pada domain A2 dan
C2. Epitop pada A2 dikenali antara
arginyl residue di posisi 484 dan
isoleucyl residue di posisi position
508. Beberapa antibodi mengganggu
arginyl 322 tempat pemecahan
trombin. Walaupun demikian,
mekanisme utama inhibisi fungsi
faktor VIII adalah berkurangnya
ikatan kompleks pada fosfolipid.18
Pembentukkan inhibitor
faktor VIII bersifat T-cell dependent.
Sel yang terlibat antara lain antigen
presenting cells (APC), limfosit
TH CD4+, dan limfosit B. Faktor
VIII yang berasal dari replacement
therapy (FVIII eksogenus) berikatan
dengan reseptornya di permukaan
APC. Sesudah endositosis, dalam
APC, protein FVIII yang merupakan
rangkaian panjang asam amino Gambar 1. Mekanisme terbentuknya inhibitor faktor VIII.13
terbentuknya inhibitor adalah timbul modification assay. Titer ditunjukan bisa diberikan pada perdarahan yang
perdarahan pada penderita yang dalam Bethesda unit (BU) dan 1 sedang berlangsung antar lain high
sedang dalam pengobatan profilaksis, BU menunjukkan jumlah inhibitor purity factor VIII concentrates,
penderita dengan terapi on demand yang menginaktivasi 50% FVIII konsentrat porcine faktor VIII,
yang kemudian tidak berespon yang bercampur dengan plasma prothrombin complex concentrates
lagi. Inhibitor menyebabkan terapi pasien. Setelah inhibitor terdeteksi, (PCCs) dan activated prothrombin
hemofilia semakin sulit, sehingga dilakukan pemeriksaan titer complex concentrates (aPCCs),
inhibitor bisa dipikirkan bila timbul inhibitor kemudian penderita dapat recombinant human factor VIIa,
perdarahan yang sulit ditangani digolongkan ke dalam 3 katagori terapi immune tolerance induction,
dengan terapi biasa, terutama yaitu:13,21-24 terapi gen10,21-23 Immune tolerance
pada penderita hemofilia berat. a) Low titer inhibitor, low induction dilakukan dengan cara
Perdarahan akut dapat terjadi pada responder, bila titer inhibitor penderita diberikan faktor VIII
berbagai bentuk. Pada hemofilia tidak lebih dari 5 BU setelah dosis tinggi secara berulang dengan
berat, titer inhibitor yang rendah diberikan terapi pengganti. atau tanpa obat sitostatika. Terapi
atau tinggi dapat menunjukkan b) Low titer inhibitor, high Immune Tolerance Induction
tanda-tanda perdarahan. Penderita responder, bila titer inhibitor mempunyai beberapa protokol
dapat mengalami perdarahan meningkat lebih dari 5 BU seperti terlihat pada Tabel 1.22-24
sebanyak dua sampai empat kali per setelah pemberian terapi
bulannya. Kebanyakan perdarahan pengganti. PROGNOSIS
terjadi secara spontan yang dapat c) High titer inhibitor, high
ditangani di rumah, adapula responder, bila titer inhibitor Dengan penanganan yang
perdarahan sampai mengancam lebih dari 5 BU dan kemudian benar, angka kematian pada penderita
nyawa atau meningkatkan situasi meningkat setelah diberikan hemofilia dengan inhibitor menurun
kritis seperti saat periode operasi.20 terapi pengganti. dari 42% menjadi 5,8%.21 Prognosis
penderita hemofilia yang mempunyai
DIAGNOSIS TERAPI inhibitor terhadap faktor VIII lebih
jelek dibanding penderita hemofilia
Diagnosis dimulai dengan Penanganan penderita yang tidak mempunyai inhibitor
anamnesis, manifestasi perdarahan, hemofilia dengan inhibitor terhadap faktor VIII. Pasien dengan
riwayat hemofilia dalam keluarga bertujuan untuk menghilangkan titer inhibitor >5BU dikatakan
(saudara laki-laki penderita atau inhibitor, terdiri dari 2 komponen berespon baik terhadap terapi
pihak ibu), dan pemeriksaan yaitu penanganan perdarahan akut sedangkan bila didapatkan delesi gen
laboratorium. Pemeriksaan uji tapis dan immune tolerance induction. besar, inversi, mutasi nonsense serta
inhibitor dimulai dengan aPTT ( Penanganan perdarahan akut splice site mutations pada genotip
Activated Partial Thromboplastin diberikan berdasarkan titer inhibitor faktor VIII menunjukkan respon
Time), sedangkan waktu perdarahan, (Gambar 2). Terapi pengganti yang rendah terhadap terapi.25
PT (Prothrombin Time), dan hitung
trombosit umumnya normal.21,22
Inhibitor faktor VIII secara
kuantitatif diperiksa menggunakan
Bethesda Inhibitor Assay (BIA).
BIA menginkubasi campuran cairan
dengan perbandingan 1:1 dari
plasma darah pasien dengan plasma
normal yang tidak terdilusi selama
2 jam dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan aktivitas faktor VIII.
Kontrol untuk pemeriksaan ini
adalah campuran buffer diluant dan
undiluent plasma normal dengan
perbandingan 1:1. Selain BIA
Gambar 2. Gambaran skematik pilihan terapi pada penanganan perdarahan akut berdasarkan
cara lain untuk mendeteksi kadar titer inhibitor.22
inhibitor adalah dengan Nijmegen
12. Ugrasena IDG, Pernomo B. with inhibitors: how to manage K. Utilisation of previously
Tatalaksana terkini hemofilia them? Rev Med Inst Mex treated patients (PTPs), non
klasik (diakses tanggal 25 Seguro Soc. 2005;43:143-5. infected patients (NIPs), and
Agustus 2010). Diunduh dari: 18. Roberts HR. The previously untreated patients
URL: http:// www. Peditrik. pathophysiology, pathogenesis (PUPs) in the evaluation of
com. and management of inhibitors new Factor VIII and Factor IX
13. Harliani A. Inhibitor pada in patients with hemofilia A and concentrates: recommendations
penderita hemofilia A yang B (diakses tanggal: 25 Agustus of the Scientific Subcommittee
mendapatkan replacement 2010). Diunduh dari: URL: on Factor VIII and Factor
therapy (diakses tanggal 25 http:// www.nhlbi.nih.gov. IX of the Scientific and
Agustus 2010). Diunduh dari: 19. Alice D, Carrizosa D. Acquired Standardization Committee of
URL: http://www.hemofilia. factor VIII inhibitors: the International Society on
or.id/artikel.php. pathophysiology and Thrombosis and Haemostasis.
14. Gouw SC, Van der Born JG, treatment. American Society of Thromb Haemost. 1999;81:462-
Van den Berg M. Treatment- Hematology. 2006;8:432-7. 5.
related risk factors of 20. Peerlinkck K, Jacquemin MG. 23. Negrier C. Inhibitors to factors
inhibitor development in Inhibitors to factor VIII mild VIII: treatment of acute bleeds.
previously untreated patients and moderate hemophilia. Dalam: Lee CA, Berntorp
with hemophilia A: the Dalam: Lee CA, Berntorp EE, Hoots WK, penyunting.
CANAL cohort study. ASH. EE, Hoots WK, penyunting. Textbook of Hemophilia. New
2007;109:4648-54. Textbook of Hemophilia. New York: Blackwell Publishing,
15. Dimichele D. Inhibitors to York: Blackwell Publishing, 2005; h. 80-5.
factor VIII-epidemiology 2005; h.71-3. 24. Kempton CL, White GC. How
and treatment. Dalam: Lee 21. Jenny G, Chantal R, Virginie we treat a hemophilia A patient
CA, Berntorp EE, Hoots D, Christine V, Thierry L, with a factor VIII inhibitor.
WK, penyunting. Textbook Chamboat H. Influence of the Blood. 2009;113:11-7.
of Hemophilia. New York: type of factor VIII concentrate 25. Crookston K, Rosenbaurn L,
Blackwell Publishing, 2005; h. on the incidence of factor Gober-Wilcox J. Coagulation
64-70. VIII inhibitors in previously acquired bleeding disorders:
16. Bowen DJ. Haemophilia A untreated patients with factor VIII inhibitor (diakses
and haemophilia B: molecular severe hemophilia A. Blood. tanggal 25 Agustus 2010).
insights. J Clin Pathol. 2006;107:46-51. Diunduh dari: URL: http://
2002;55:118. 22. White GC, DiMichele D, Mertens www.pathologyoutlines.com.
17. Vallin-Antunes S. Hemophiliacs