1) DEFINISI
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang
berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Jadi hemofilia adalah suatu
penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak
tersebut dilahirkan. Hemofilia merupakan kelainan perdarahan herediter terikat seksi resesif
yang dikarakteristikkan oleh defisiensi faktor pembekuan esensial yang diakibatkan oleh
mutasi pada kromosom X (Wiwik Handayani & Andi Sulistyo Haribowo, 2008.119).
Hemofilia merupakan suatu penyakit dengan kelainan faal koagulasi yang bersifat
herediter dan diturunkan secara X-linked recessive pada hemofilia A dan B ataupun secara
autosomal resesif pada hemofilia C.
2) ETIOLOGI
• Faktor keturunan terpaut kromosom X resesif
• Adanya mutasi genetik pada gen yang mengkode faktor pembekuan darah
sehinggamengakibatkan defisiensi faktor pembeku VIII, IX, XI dan XII.
3) MANIFESTASI KLINIS
• Adanya perdarahan berlebihan secara spontan setelah luka ringan
• Pembengkakan
• Nyeri
• Kelainan-kelainan degeneratif pada sendi
• Keterbatasan gerak
• Hematuria spontan akibat kerusakan sendi
• Perdarahan gastrointestinal akibat kerusakan sendi
• Kecacatan akibat kerusakan sendi
4) KLASIFIKASI HEMOFILIA
a) Hemofilia A, yang ditandai karena penderita tidak memiliki zat antihemofili globulin
(faktor VIII). Sekitar 90% kasus hemofilia adalah hemofilia A. Hemofilia A
dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
• Severe/berat
Penderita hemophilia parah atau berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau
faktor IX kurang dari 1% ( < 0,01 U/ml) dari jumlah normal di dalam darahnya,
dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Hemarthrosis &
perdarahan spontan sering dan berat sejak muda, umumnya disertai deformitas
sendi dan kecacatan.
• Moderate/sedang
Penderita hanya memiliki jumlah faktor VIII 1-5 % (0,01 – 0,05 U/ml).Penderita
hemophilia sedang, lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemophilia
berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti
olah raga yang berlebihan.
• Mild/ringan.
Penderita ini hanya memiliki jumlah faktor VIII 5-25 % (0,05 – 0,25U/ml)
Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan spontan. Mereka
mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi,
cabut gigi atau mengalami luka yang serius. Wanita hemophilia ringan mungkin
akan mengalami perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.
b) Hemofilia B
Penderita tidak memiliki komponen plasma tromboplastin (KPT; faktor IX). Faktor
IX diproduksi hati dan merupakan salah satu faktor pembekuan dependen vitamin K.
Hemofilia B merupakan 12-15% kasus hemofilia. Pengobatan dapat dilakukan dengan
infus plasma beku segar (PBS) atau konsentrat faktor IX.
c) Hemofilia C
Merupakan tipe hemofilia yang paling jarang dijumpai sekitar 2-3% dari semua
hemofilia yang disebabkan defisiensi faktor XI. Penyakit hemophilia C tidak
disebabkan oleh gen resesif kromosom X, melainkan oleh gen resesif yang jarang
dijumpai dan terdapatnya pada autosom. Penderita tidak mampu membentuk zat
plasma tromboplastin anteseden (PTA). Penderita kemungkinan mengalami epistaksis,
hematuria, dan menoragia.
HEMOFILIA
Tujuan penatalaksanaan pada anak dengan hemofilia adalah untuk mencegah dan
mengobati perdarahan. Penatalaksanaan juga diberikan untuk untuk mengatasi
keluhankeluhan yang muncul akibat perdarahan yang disebabkan trauma atau perdarahan
spontan pada jaringan lunak (soft tissue) dan ini diikuti dengan keluhan sakit yang sangat luar
biasa atau bila terjadi perdarahan hidung (epistaksis), perdarahan gigi serta perdarahan-
perdarahan pada daerah lainnya. Terapi utama yang diberikan adalah terapi penggantian
faktor pembekuan yang hilang.
a) Terapi penggantian Dermopresin/DDAVP
Terapi penggantian diberikan sebagai profilaksis selama episode perdarahan akut dan
diberikan sebelum pembedahan dan perawatan gigi. Produk yang tersedia adalah konsentrat
faktor VIII dari plasma atau rekombinan genetika, disusun kembali dengan air steril sebelum
diberikan dan DDAVP (1-deamino-8-d-argine-vaso-presin), yaitu suatu vasopresin yang
dapat meningkatkan jumlah plasma faktor VIII dan vWF (Hockenberry, 2003).
Obat ini bekerja pada endotelial sel yang menyebabkan pelepasan vWF dan kemudian
berikatan dengan faktor. DDAVP hanya diberikan pada anak dengan hemofilia ringan-sedang
atau episode perdarahan kecil, seperti perdarahan mulut, ekstraksi gigi, dan ematom kecil.
DDAVP tidak efektif untuk mengobati hemofilia A berat, VWF berat, ataupun hemofilia B.
Terapi ini dapat diberikan secara intravena, subkutan, atau sprai intranasal. Keuntungan
penggunaan DDAVP adalah mengurangi lamanya perdarahan. Obat ini bekerja dalam waktu
30 menit apabila diberikan secara IV. Dosis yang dianjurkan adalah 0,3 μg/kg BB, yang dapat
meningkatkan kadar faktor VIII 25-50% di atas garis dasar diberikan sekali tiap 2 hari
(Behrman, 1999).
Kriopresipitat
Kriopresipitat yaitu komponen darah yang mengandung banyak faktor VIII diberikan
pada hemofilia A, per kantong darah mengandung faktor VIII 60 – 80 IU, dengan dosis
pemakaian faktor VIII berkisar antara 20 – 40 IU/kg BB/kali sehingga jumlah kriopresipitat
yang dibutuhkan bisa berkisar antara 5 – 20 kantong. Walaupun kriopresipitat dapat diinfus,
terapi ini biasanya diberikan secara IV tiap 3 menit.
Antifibrinolitik
Obat-obatan antifibrinolitik termasuk asam traneksamic (cyklokapron) dan asam
epsilon aminokaproic (EACA) dapat digunakan bersamaan dengan terapi penggantian. Obat
ini dapat membantu terapi terapeutik yang dapa mencegah terjadinya destruksi bekuan darah
pada area dengan peningkatan fibrinolisis seperti rongga mulut dan pasien dengan episode
epistaksis dan menoragia berat. Biasanya diberikan dalam bentuk pil paling sering digunakan
untuk mengobati perdarahan dari mulut atau hidung atau perdarahan saluran cerna ringan
(Lewis et all, 2005).
Individu dengan heterozigot merupakan
thalasemia minor, sedangkan individu dengan
homozigot merupakan thalasemia minor/trait.
Frekuensi pembawa/carier penyakit di
masyarakat indonesia cukup tinggi yaitu 5%.
Penderita thalasemia akan lahir dari suami istri
yang kedua-duanya carier thalasemia, sehingga
timbul ide marital screning (pemeriksaan
sebelum nikah) untuk thalasemia, yang sering
menjadi masalah adalah apabila orang sudah
menikah dan ketahuan punya bawaan thalasemia
maka pernikahan tidak mungkin dibatalkan,
sangat dianjurkan tidak mempunyai anak.
Apabila ayah dan ibu yang memiliki gen
thalasemia menikah, maka mereka mempunyai
kemungkinan 25% anak normal/ sehat, 50%
anak pembawa sifat thalasemia minor dan 25%
anak sakit thalasemia mayor .
DAFTAR PUSTAKA
Aman, Adi Koesoema. (2006). Penyakit hemofilia di Indonesia: masalah diagnostik dan
pemberian komponen darah. (diperoleh tanggal 21 November 2009,
http://74.125.153.132/search?q=cache:S-
dumMrp_voJ:www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2006/ppgb_2006_adi_koesoema_am
an.pdf+penatalaksanaan+medis+hemofilia&cd=16&hl=id&ct=clnk&gl=id
Behrman, Richard E. (1999). Ilmu kesehatan anak nelson. Vol. 2. Ed. 15. Jakarta: EGC
Hockenberry, Wong & Lowdermilk, Perry. (2003). Maternal child nursing care. Missouri:
Mosby elsevier.