Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan.

Istri yang ditalak satu atau dua dan setelah itu rujuk, bagaimanakah tata cara rujuk yang syar’i? Apabila
masa ‘iddah belum habis, apakah harus membuat akad nikah baru? Apabila masa ‘iddah telah habis,
bagaimanakah cara rujuk yang sesuai syar’i? Jazakallahu khairan.

Cara untuk rujuk, ialah dengan menyampaikan rujuk kepada istri yang ditalak, atau dengan perbuatan.
Rujuk dengan ucapan ini disahkan secara ijma’ oleh para ulama, dan dilakukan dengan lafazh yang sharih
(jelas dan gamblang), misalnya dengan ucapan “saya rujuk kembali kepadamu” atau dengan kinayah
(sindiran), seperti ucapan“sekarang, engkau sudah seperti dulu”. Kedua ungkapan ini, bila diniatkan
untuk rujuk, maka sah. Sebaliknya, bila tanpa diniatkan untuk rujuk, maka tidak sah.

Sedangkan rujuk dengan perbuatan, para ulama masih bersilang pendapat, namun yang rajih (kuat)
-insya Allâh- yaitu dengan melakukan hubungan suami istri atau muqaddimahnya, seperti ciuman dan
sejenisnya dengan disertai niat untuk rujuk.

Demikian ini pendapat madzhab Malikiyah dan dirajihkan oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullâh dan Syaikh as-Sa’di rahimahullâh.[2] Apabila disertai dengan saksi, maka itu lebih baik,
apalagi jika perceraiannya dilakukan di hadapan orang lain, atau sudah diketahui khalayak ramai.

Wallahu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XV/1432/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-
858196]

_______

Footnote

[1]. Tafsîr Ibnu Katsîr (5/342- cet Dâru Thayyibah).

[2]. Lihat Tafsîr Ibnu Katsîr (4/34). ""https://almanhaj.or.id/2184-cerai-apa-bukan-bagaimana-tata-cara-


rujuk-yang-syari.htmln"
Pada dasarnya, semua ulama sepakat jika cara rujuk adalah dengan ucapan. Baik itu dengan ucapan
kalimat jelas seperti, "Aku rujuk denganmu", atau dengan ucapan dengan makna tersirat seperti, "Aku
kembali padamu".

Ada satu cara rujuk lainnya yang menimbulkan banyak perdebatan, yaitu cara rujuk dengan perbuatan
seperti suami mencium istrinya. Beberapa ulama memiliki pendapat kalau cara ini nggak sah karena
hakekatnya, rujuk adalah mengembalikan ikatan pernikahan. Maka, seperti akad nikah yang nggak akan
sah kecuali dengan ucapan, hal yang sama berlaku pada rujuk.

Namun ulama lain berpendapat kalau rujuk dapat terjadi dengan perbuatan yang disertai niat. Jadi ketika
seorang suami menyentuh istrinya secara intim atau mengajaknya berhubungan seksual, dengan disertai
niat untuk rujuk, maka keduanya rujukan kembali. Mayoritas ulama fikih berpendapat seperti ini.

Rujuk menjadi jalan bagi suami dan istri yang berada di ambang perceraian untuk kembali bersatu
mengikat tali pernikahan yang sempat merenggang. Ada hukum rujuk, syarat rujuk, dan cara rujuk yang
perlu diketahui oleh masing-masing pihak. Dengan begitu, suami dan istri dapat rujuk secara
sah.""https://www.google.com/search?safe=strict&hl=in-ID&source=android-
browser&sxsrf=ACYBGNTWumLDS-TlfY-IYN1hpV45LTunkg
%3A1575383809848&ei=AXPmXYmmM8G9rQHp4LiwCw&q=proses+pelaksanaan+rujuk+dalam+konsep+
fiqih&oq=proses+pelaksanaan+rujuk+dalam+konsep+fiqih&gs_l=mobile-gws-wiz-
serp.3..0i71l5.0.0..12705...0.1..0.0.0.......0.hRyeaSZ1dk4""

Anda mungkin juga menyukai