Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)


RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN
Jl.Poros Andoolo. No.1 – email :rsud.konawe_selatan@yahoo.com

MATERI PERAWATAN KLIEN TBC DI RUMAH

A. Pengertian TBC
Tuberkulosis (TB) yang dulu dikenal dengan TBC adalah penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi dapat
juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar,
kulit, dll). TB dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif/masih aktif
bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TB dapat menyebabkan kematian.
Apabila tidak diobati, 50% dari pasien TB akan meninggal setelah 5 tahun.
B. Gejala TBC
Gejala utama TB: Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu
atau lebih. Gejala lainnya : Batuk bercampur darah, Sesak nafas dan nyeri
dada, Nafsu makan berkurang, Berat badan turun, Rasa kurang enak badan
(lemas), Demam/ meriang berkepanjangan, Berkeringat di malam hari
walaupun tidak melakukan kegiatan.

C. Penularan TBC
Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung
kuman TB BTA Positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat
menyebarkan 3.000 kuman dalam percikan dahak. Penularan terjadi melalui
percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang
tidak terkena sinar matahari dan lembab. Semakin banyak kuman yang
ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar kemungkinan
menularkan kepada orang lain. TB tidak menular melalui perlengkapan
pribadi pasien yang sudah dibersihkan, seperti: peralatan makan, pakaian dan
tempat tidur yang digunakan pasien TB.
D. Resiko penularan TBC
Pasien TB paru dengan BTA Positif memberikan risiko penularan
lebih besar daripada pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko seseorang
terpapar kuman TB ditentukan oleh jumlah percikan dahak dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut. Jika ada Pasien TB BTA positif maka
harus dilakukan pemeriksaan kontak serumah yang memiliki gejala TB. Jika
ada kasus TB anak, maka harus dicari sumber penularan dari orang dewasa
disekitar lingkungannya.

Orang yang berisiko tinggi terkena TB: Orang-orang yang kontak erat
dengan pasien TB yang belum diobati, Orang yang status gizinya rendah,
Orang dengan daya tahan tubuh rendah, Bayi dan anak-anak yang kontak erat
dengan pasien TB BTA positif, Orang dengan HIV dan AIDS
E. Jenis dan pengelompokan TB
a. Jenis TB:
1. TB Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru.
2. TB Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya;
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar getah bening,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain.
b. Pengelompokan TB
Berdasarkan riwayat pengobatan pasien TB dikelompokan menjadi:
1. Pasien Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan Obat Anti TB
(OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan(4
minggu) Pasien Kambuh (Relaps) Adalah pasien TB yang telah sembuh
atau mendapat pengobatan lengkap, kemudian dinyatakan sakit TB
kembali dengan BTA positif. Pasien Pengobatan Setelah Putus Berobat
Adalah pasien yang putus berobat selama 2 bulan atau lebih, kemudian
dinyatakan masih sakit TB dengan hasil BTA positif.
2. Pasien Gagal (Failure)
Adalah pasien TB yang mulai pengobatan kembali setelah hasil
pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan ke-5 atau lebih, pada masa pengobatan sebelumnya.
3. Pasien Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari Puskesmas /rumah sakit


antar kabupaten/kota yang berbeda untuk melanjutkan pengobatannya
4. Lain-lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.


Dalam kelompok ini termasuk pasien dengan hasil pemeriksaan masih
BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

F. Pengobatan TB
Pengobatan pada penderita tuberkulosis dewasa dibagi menjadi
beberapa kategori:

1. Kategori 1
Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R),
Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E). Obat- obat tersebut diberikan setiap
hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap
lanjutan yang terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga
kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini diberikan untuk:
1. Penderita baru TB Paru BTA Positif
2. Penderita TB Paru BTA negatif rontgen Positif yang “sakit berat”
3. Penderita TB Ekstra Paru berat.
2. Kategori 2
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan. Dua bulan pertama
dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Ethambutol (E)
dan suntikan streptomisin setiap hari di Unit Pelayanan Kesehatan.
Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid
(P), dan Ethambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap
lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam
seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan
setelah penderita selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk:
1) Penderita kambuh (relaps)
2) Penderita gagal (failure)
3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
3. Kategori 3
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2
bulan, diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan
diberikan 3 kali seminggu. Obat ini diberikan untuk: penderita baru BTA
negatif dan rontgen positif sakit ringan.
G. Pentingnya menelan obat secara teratur
Pengobatan TB harus lengkap dan teratur sesuai petunjuk sampai
dinyatakan sembuh. Bila pasien berhenti menelan obat sebelum selesai
pengobatan akan berisiko : Penyakit tidak sembuh dan tetap menularkan ke
orang lain. Penyakit bertambah parah dan bisa berakibat kematian. Kuman
menjadi kebal/ tidak mempan terhadap OAT lini pertama. Obat Anti TB
(OAT) lini pertama yang tersedia saat ini tidak dapat membunuh kuman
yang telah kebal terhadap OAT lini pertama, sehingga pasien membutuhkan
penanganan yang lebih mahal dan waktu yang lebih lama.
H. Pengertian Pengawas Minum Obat

PMO adalah seseorang yang secara sukarela membantu pasien TB


dalam masa pengobatan hingga sembuh.
Syarat seorang pengawas menelan obat:
1. Sehat jasmani dan rohani serta bisa baca tulis
2. Bersedia membantu pasien dengan sukarela
3. Tinggal dekat dengan pasien
4. Dikenal, dipercaya dan disegani oleh pasien
5. Disetujui oleh pasien dan petugas kesehatan
6. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
pasien
Yang bisa menjadi pengawas menelan obat:
1. Anggota keluarga atau kerabat yang tinggal serumah
2. Tetangga, Teman atau atasan (rekan kerja, supervisor, sipir, dll)
3. Tokoh agama, tokoh masyarakat atau tokoh adat
a. Kader kesehatan (Posyandu, Juru Pemantau Jentik, KB, dll)
b. Anggota organisasi kemasyarakatan (PKK, LSM, dll)
c. Anggota organisasi keagamaan (Majelis taklim, gereja, dll)
d. Petugas Kesehatan (bidan di desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru
imunisasi, dokter, dll)

1. Tugas PMO
a) Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan
sampai sembuh.
b) Membuat kesepakatan antara PMO dan pasien mengenai lokasi dan
waktu menelan obat.
c) PMO dan pasien harus menepati kesepakatan yang sudah dibuat.
d) Pasien menelan obat dengan disaksikan oleh PMO
e) Mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat
menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur.
1) Meyakinkan kepada pasien bahwa TB bisa disembuhkan dengan
menelan obat secara lengkap dan teratur.
2) Mendorong pasien untuk tetap menelan obatnya saat mulai bosan.
3) Mendengarkan setiap keluhan pasien, menghiburnya dan
menumbuhkan rasa percaya diri.
4) Menjelaskan manfaat bila pasien menyelesaikan pengobatan
agar pasien tidak putus berobat.
f) Mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan periksa ulang dahak
sesuai jadwal.
1. Mengingatkan pasien waktu untuk mengambil obat berdasarkan
jadwal pada kartu identitas pasien (TB 02).
2. Memastikan bahwa pasien sudah mengambil obat.
3. Mengingatkan pasien waktu untuk periksa dahak ulang berdasarkan
jadwal pada kartu identitas pasien (TB 02).
4. Memastikan bahwa pasien sudah melakukan periksa dahak ulang.
g) Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT dan merujuk
ke sarana pelayanan kesehatan
1. Menanyakan apakah pasien mengalami keluhan setelah menelan
OAT.
2. Melakukan tindakan sesuai dengan keluhan yang dialami pasien.
3. Menenangkan pasien bahwa keluhan yang dialami bisa ditangani.
a. Mengisi kartu kontrol pengobatan pasien sesuai petunjuk.
b. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga pasien
atau orang yang tinggal serumah :
1. TB disebabkan oleh kuman, tidak disebabkan oleh guna-
guna atau kutukan dan bukan penyakit keturunan, TB dapat
disembuhkan dengan berobat lengkap dan teratur, Cara
penularan TB, gejala-gejala TB dan cara pencegahannya,
Cara pemberian obat (tahap awal dan lanjutan), Pentingnya
pengawasan agar pasien berobat secara lengkap dan teratur,
2. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya
segera meminta pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan.
h) Kunjungan Rumah
1. Ucapkan salam dan tanyakan kabar.
2. Jelaskan tujuan kunjungan anda kali ini.
3. Jika mengunjungi PMO:
a) Tanyakan tentang perkembangan pengobatan pasien TB.
b) Ingatkan kapan pasien TB harus mengambil obat dan waktu
periksa ulang dahak.
c) Pastikan bahwa kartu kontrol PMO selalu diisi dan hal-hal lain
yang anda anggap perlu.
4. Jika mengunjungi pasien TB:
1. Tanyakan perkembangan pasien.
2. Tanyakan tentang efek samping obat yang dirasakan dan berikan
saran untuk mengatasinya.
3. Berikan motivasi kepada pasien agar tetap minum obat secara
teratur sampai tuntas.
4. Ingatkan kapan harus mengambil obat dan waktu periksa ulang
dahak.

Anda mungkin juga menyukai