Anda di halaman 1dari 26

“LAND USE DAN ZONASI KAWASAN KOTA LAMA ”

OLEH :

SYAMSINAR MIFTAHUL JANNAH

E1B1 15 049

JURUSAN S1 ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITASHALU OLEO

KENDARI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum kota-kota di Indonesia memiliki karakteristik yang
berbeda, dalam menjalani proses perjalanan sejarah. Karakter kota dibentuk
oleh budaya yang hidup di dalam masyarakatnya. Pengaruh budaya ini akan
tampil dalam bentuk arsitektur kota, bentuk-bentuk dan struktur bangunan
serta tipologi kawasan perkotaan. Karakter kota inilah yang akan menjadi
identitasatau citra suatu kota. Perbedaan karakter atauidentitas setiap kota
dipengaruhi pula unsur-unsurnilai budaya baik yang berupa sistem
pengetahuan,religi, mata pencaharian, dll yang menjadi landasanbagi
terbentuknya karakter atau identitas setiap kota tersebut. Keunikan pada suatu
daerah atau kawasan bersifat temporer,yaitu berubah seiring dengan
perjalanan waktu. Dalam satu rentang waktu yang panjang, suatu kotaatau
daerah akan mengalami pergantian penguasa yang seringkali diikuti dengan
adanya pergantian kebijakan (Nurjannah & Syukur, 2013)

Kawasan kota lama pada dasarnya masih merupakan kawasan


permukiman yang di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas pendukung yang
keberadaannya hingga saat ini secara formal belum berubah. Perubahan fungsi
yang terjadi di zona permukiman yaitu fungsi residential berubah menjadi
fungsi komersial jasa maupun komersial dagang. Penerapan zonasi/ tata guna
lahan di kawasan Kota lama tidak dipengaruhi lapisan-lapisan fungsi lahan
sesuai dengan ilustrasi Howard. Peletakan fungsi komersial cenderung
menempatkan fungsi fungsi publik di titik-titik yang cenderung dekat dengan
hunian. Prinsip kemudahan dalam menjangkau fasilitas-fasilitas publik
digunakan untuk memberikan kenyamanan penduduk Kota lama pada
masanya.
Melihat fakta dari beberapa dekade perubahan fungsi lanskap yang
terjadi di Kota Lama Kendari. Perubahan lanskap dalam hal ini merupakan
perubahan penggunaan lahan dan Zonasi kawasan Cagar Budaya, meliputi:
lahan terbangun (permukiman, pertokoan, perkantoran bangunan pemerintah,
fasilitas umum, dan lai-lain), lahan terbuka (taman / lapangan), lahan berair
(sungai, dan kanal), dan lahan hijau (kebun dan RTH) (Kesuma, 2016 ).
Aktivitas ekonomi yang sudah sejak awal dilakukan oleh masyarakat
di kawasan Kota Kota Lama ini mengakibatkan penggunaan lahan sebagian
besar untuk pemukiman dan sekaligus toko. Lahan yang digunakan untuk
aktivitas sosialdan budaya semakin terdesak oleh bangunan bangunan toko,
bank, pasar dan lain sebagainya.Pada saat ini kawasan pantai dan pelabuhan
terlihat sangat padat, dan gersang. Wajah buram dan mati terlihat pada
kawasan Kota Lama Kendari. Hal yang demikian ini juga biasa ditemukan di
kawasan-kawasan kota lama lainnya di Indonesia.
Karakteristik kawasan pantai dan pelabuhan yang terbentuk dari
aktivitas ekonomi, sosial dan budaya yang didominasi etnik Bugis dan Cina
yang pada masa dahulu dapat menciptakan harmonisasi, keselarasan dan
keseimbangan dengan lingkungan sekitar, sulit ditemukan. Oleh karena itu
penataan kawasan yang berdasarkan budaya dan aktivitas masyarakatnya
sangat mendesak untuk dilakukan, karena dinamika masyarakat dalam
aktivitas ekonomi sangat tinggi, yang cenderung membuat ruang kawasan
sangat padat dan sesak serta tidak mengindahkan nilai-nilai budaya dan
kearifan lokal. Sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan utamanya
dalam rangka menemukan model penataan kawasan pada kota pantai dan
pelabuhan yang berdasarkan kearifan local budaya dan aktivitas masyarakat
setempat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yakni, bagaimana
merancang dan menetukan land use dan zonasi kawasan kota lama di kota
kendari ?

C. Tujuan Dan Sasaran


Adapun tujuan dan sasaran penelitian ini yakni, untuk merancang dan
menetukan land use dan zonasi kawasan kota lama di kota kendari.

D. Lingkup Pembahasan
1. Lingkup pembahsan
Lingkup pembahasan dalam penulisan ini lebih dititik beratkan
pada aspek-aspek perencanaan dan perancangan arsitektur, terutama
yang menyangkut dengan bangunan yang direncanakan. Dengan
melihat hal-hal atau faktor-faktor lain diluar disiplin ilmu yang
dimaksud apabila dianggap penting dalam perencanaan akan dibahas
sesuai dengan kaitan dan permasalahannya.
2. Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan pokok perencanaan land use dan
zonasi kawasan kota lama di kota kendari ini adalah dalam proses
perancangan ini harus dapat menyesuaikan dengan keadaan kota
Kendari, dan juga perancangan di fokuskan dalam ilmu arsitektur.
Sedangkan hal-hal lain yang terkait di jadikan pelengkap dalam
pembahasan.

E. Metode Pembahasan
1. Studi Literatur
Melalui literatur-literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan
pembahasan untuk mendapatkan teori, peraturan dan standar bangunan
yang dapat dijadikan landasan dalam proses perancangan.
2. Studi Komparasi
Melakukan studi banding terhadap bangunan yang akan dirancang
dengan bangunan yang telah ada dan dijadikan perbandingan dalam
suatu perancangan terkait bangunan Perencanaan menetukan land use
dan zonasi kawasan kota lama di kota kendari
3. Studi Observasi
a. Menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
b. Pengamatan langsung
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan
pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut.

F. Sistematika Pembahasan
BAB 1. PENDAHULUAN
Mengungkapkan latar belakang,ungkapan masalah, tujuan dan
sasaranpembahasan, lingkup dan batasan masalah serta metode dan
sistematika pembahasan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Merupakan tinjauan dari beberapa pengertian yang terkait dengan judul,
tinjauan organisasi ruang dan pola hubungan ruang serta mengemukakan
hal-hal yang menjadi dasar pemikiran dalam perancangan dan
perencanaan.

BAB III. TINJAUAN LOKASI


Merupakan Bab yang menjelaskan tentang keadaan kota kendari, keadaan
topografi Kota Kendari yang meliputi keadaan geografis Kota
Kendari,keadaan topografi kota,sosial kependudukan,pola penggunaan
lahan, serta analisa-analisa yang dapat dikembangkan dan disimpulkan
pada konsep bangunan.

BAB IV. ACUAN DASAR PERANCANGAN


Mengambarkan mengenai acuan dasar perancangan, untuk selanjutnya
dipakai sebagai titik tolak perancangan kedesain fisik.

BAB V. PENUTUP
Kesimpulan merupakan sebuah pernyataan singkat dirangkum seluruh
permasalahan dari pendahuluan, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang
akan digunakan untuk membahas permasalahan yang ada dalam karya
tulis ini.

BAB VI. DAFTAR PUSTAKA


Daftar pustaka ini berisi tentang judul-judul buku, artikel-artikel yang
terkait dalam karya tulis ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Wilayah Studi


Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah wilayah
administrasi Kecamatan Kendari Barat meliputi beberapa kelurahan yakni
Benu-Benua, Dapu-Dapura, Watu-Watu, Kemaraya, Lahundape,
Tipulu, Sadoha, Sanua, Punggaloba. Kecamatan Kendari Barat terletak di
bagian barat Kota Kendari. Kecamatan ini terletak tepat di kawasan teluk
kendari..

B. Tinjauan Umum Land Use


1. Pengertian Tata Guna Lahan
Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat. penting bagi
kehidupan manusia. Dikatakan sebagai sumber daya alam yang penting
karena lahan tersebut merupakan tempat nianusia melakukan segala
aktifitasnya. Pengertian lahan dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau
dari segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebualh hunian
mempunyai kualitas fisik yang penting dalam penggunaannya. Sementara
ditinjau dari segi ekonomi lahan adalah suatu sumber daya alam yang
mempunyai peranan penting dalam produksi (Lichrield dan Drabkin,
1980). Beberapa sifat atau karakteristik lahan yang dikemukakan oleh
Sujarto (1985) dan Drabkin (4980) adalah sebagai berikut:
1) Secara fisik, lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi
oleh kemungkinan penurtman nilai dan harga, dan tidak terpengaruhi
oleh waktu, Lahan juga merupakan aset yang terbatas dan tidak
bertambah besar kecuali melalui reklamasi.
2) Perbedaan antara lahan tidak terbangun dan lahan terbangun adalah
lahan tidak terbangun tidak akan dipengarahi oleh kemungkinan
penurunan nilai, sedangkan lahan terbangun nilainya cenderung turun
karena penurunan nilai struktur bangunan yang ada di atasnya. Tetapi
penurunan nilai struktur bangunan juga dapat meningkatkan nilai
lahannya karena adanya harapan peningkatan fungsi penggunaan
lahan tersebut selanjutnya.
3) Lahan tidak dapat dipindahkan tetapi sebagai substitusinya intensitas
penggunaan lahan dapat ditingkatkam. Sehingga faktor lokasi untuk
setiap jenis penggunaan lahan tidak sama.
4) Lahan tidak hanya berfungsi untuk tujuan produksi tetapi juga
sebagai investasi jangka panjang (long-ferm investment) atau
tabungan. Keterbatasan lahan dan sifatnya yang secara fisik tidak
terdepresiasi membuat lahan menguntungkan sebagai tabungan.
Selain itu investasi lahan berbeda dengan investasi barang ekonomi
yang lain, dimana biaya perawatannya (maintenance cost) hanya
meliputi 13 pajak dan interest charges. Biaya ini relatif jauh lebih
kcill dibandingkan dengan keuntiungan yang akan diperoleh dari
penjualan lahan tersebut.

Penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam


pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud pembangunan secara optimal
dan efisien (Sugandhy, 1989) selain itu penggunaan lahan dapat diartikan
pula suatu aktivitas manusia pada lahan yang langsung berhubungan
dengan lokasi dan kondisi lahan (Soegino, 1987). Penggunaan lahan
dapat diartikan juga sebagai wujud atau bentuk usaha kegiatan,
pemanfaatan suatu bidang tanah pada suatu waktu (Jayadinata, 1992).

2. Jenis Penggunaan lahan


Lahan kota terbagi menjadi lahan terbangun dan lahan tak terbangun.
Lahan Terbangun terdiri dari dari perumahan, industri, perdagangan, jasa
dan perkantoran. Sedangkan lahan tak terbangun terbagi menjadi lahan
tak terbangun yang digunakan untuk aktivitas kota (kuburan, rekreasi,
transportasi, ruang terbuka) dan lahan tak terbangun non aktivitas kota
(pertanian, perkebunan, area perairan, produksi dan penambangan sumber
daya alam).
Untuk mengetahui penggunaan lahan di suatu, wilayah, maka perlu
diketahui komponen komponen penggunaan lahannya. Berdasarkan jenis
pengguna lahan dan aktivitas yang dilakukan di atas lahan tersebut, maka
dapat diketahui komponen-komponen pembentuk guna lahan (Chapin dan
Kaiser, 1979). Menurut Maurice Yeates, komponen penggunaan lahan
suatu wilayah terdiri atas (Yeates, 1980):
1) Permukiman
2) Industri
3) Komersial
4) Jalan
5) Tanah publik
6) Tanah kosong

Sedangkan menurut Hartshorne, komponen penggunaan lahan dapat


dibedakan menjadi (Hartshorne, 1980):

1) Private Uses, penggunaan lahan untuk kelompok ini adalah


penggunaan lahan permukiman, komersial, dan industri. 14
2) Public Uses, penggunaan lahan untuk kelompok ini adalah
penggunaan lahan rekreasi dan pendidikan.
3) Jalan

Sedangkan menurut Lean dan Goodall , 1976), komponen penggunaan


lahan dibedakan menjadi

1) Penggunaan lahan yang menguntungkan.


Penggunaan lahan yang menguntungkan tergantung pada
penggunaan lahan yang tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan
guna lahan yang tidak menguntungkan tidak dapat bersaing secara
bersamaan dengan lahan untuk ftmgsi yang menguntungkan.
Komponen penggunaan lahan ini meliputi penggunaan lahan untuk
pertokoan, perumahan, industri, kantor dan bisnis. Tetapi keberadaan.
guna lahan ini tidak lepas dari kelengkapan penggunaan lahan
lainnya yang cenderung tidak menguntungkan, yaitu penggunaan
lahan untuk sekolah, rumah sakit, taman, tempat pembuangan
sampah, dan sarana prasarana. Pengadaan sarana dan prasarana yang
Iengkap merupakan suatu contoh bagaimana. guna lahan yang
menguntungkan dari suatu lokasi dapat inempengaruhi guna lahan
yang lain. Jika lahan digunakan untuk suatu tujuan dengan
membangun kelengkapan untuk guna.lahan disekitarnya, maka hal
ini dapat meningkatkan nilai keuntungan secara umum, dan
meningkatkan nilai-lahan. Dengan demikian akan memungkinkan
beberapa guna lahan bekerjasama meningkatkan keuntungannya
dengan berlokasi dekat pada salah satu guna lahan.

2) Penggunaan lahan yang tidak menguntungkan


Komponen penggunaan lahan ini meliputi penggunaan lahan
untuk jalan, taman, pendidikan dan kantor pemerintahan.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa guna lahan yang


menguntungkan mempunyai keterkaitan yang besar dengan guna lahan
yang tidak menguntungkan. Guna lahan utama yang dapat dikaitkan
dengan fungsi perumahan adalah guna lahan komersial, guna lahan
industri, dan guna lahan publik maupun semi publik (Chajin dan
Kaiser, 1979). Adapun penjelasan masing masing guna lahan tersebut
adalah:

a. Guna lahan komersial Fungsi komersial dapat dikombinasikan


dengan perumahan melalui percampuran 15 secara vertikal.
Guna lahan komersial yang harus dihindari dari perumahan
adalah perdagangan grosir dan perusahaan besar.
b. Guna lahan industri Keberadaan industri tidak saja dapat
inemberikan kesempatan kerja namun juga memberikan nilai
tambah melalui landscape dan bangunan yang megah yang
ditampilkannya. Jenis industri yang harus dihindari dari
perumahan adalah industri pengolahan minyak, industri kimia,
pabrik baja dan industri pengolahan hasil tambang.
c. Guna lahan publik maupun semi publik Guna lahan ini meliputi
guna lahan untuk pemadam kebakaran, tempat ibadah, sekolah,
area rekreasi, kuburan, rumah sakit, terminal dan lain-lain.

C. Tinjauan Zonasi
1. Peraturan Zonasi
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk
setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.49
Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) adalah ketentuan yang mengatur
tentang klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan
lahan, dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Suatu zona mempunyai
aturan yang seragam (guna lahan, intensitas, massa bangunan), namun
satu zona dengan zona lainnya bisa berbeda ukuran dan aturan.
a. Tujuan Peraturan Zonasi. Tujuan dari peraturan zonasi diantaranya
adalah:
1) Menjamin bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat
mencapai standar kualitas lokal minimum (health, safety, and
welfare).
2) Melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak
mengganggu penghuni atau pemanfaat ruang yang telah ada.
3) Memelihara nilai property.
4) Memelihara/memantapkan lingkungan dan melestarikan
kualitasnya.
5) Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona.
b. Manfaat Peraturan Zonasi. Manfaat dari peraturan zonasi ini adalah:
1) Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai.
2) Meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas yang bersifat publik.
3) Menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat.
4) Mendorong pengembangan ekonomi.
c. Kelebihan dan Kelemahan Peraturan Zonasi. Adapun yang menjadi
kelebihan dari peraturan zonasi adalah adanya certainty (kepastian),
predictability, legitimacy, accountability. Sedangkan kelemahan
peraturan zonasi adalah karena tidak ada yang dapat meramalkan
keadaan di masa depan secara rinci, sehingga banyak permintaan
rezoning (karena itu, amandemen peraturan zonasi menjadi penting).

Pada perkembangan selanjutnya, peraturan zonasi ditujukan untuk


beberapa hal sebagai berikut:

1) Mengatur kegiatan yang boleh dan tidak boleh ada pada suatu zona.
2) Menerapkan pemunduran bangunan di atas ketinggian tertentu agar
sinar matahari jatuh ke jalan dan trotoar dan sinar serta udara
mencapai bagian dalam bangunan.
3) Pembatasan besar bangunan di zona tertentu agar pusat kota menjadi
kawasan yang paling intensif pemanfaatan ruangnya.
Peraturan zonasi berfungsi sebagai panduan mengenai ketentuan
teknis pemanfaatan ruang dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, serta
pengendaliannya. Berdasarkan komponen dan cakupan peraturan zonasi,
maka fungsi peraturan zonasi adalah:

1) Sebagai perangkat pengendalian pembangunan.


Peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan
ruang, menyeragamkan arahan peraturan zonasi di seluruh wilayah
provinsi untuk peruntukan ruang yang sama, serta sebagai arahan
peruntukan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan
dilarang, serta intensitas pemanfaatan ruang yang lengkap akan memuat
prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata cara pembinaannya.
2) Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional.
Peraturan zonasi dapat menjadi jembatan dalam penyusunan
rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena memuat ketentuan-
ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam
rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci.
3) Sebagai panduan teknis pengembangan pemanfaatan lahan.
Indikasi arahan peraturan zonasi mencakup panduan teknis untuk
pengembangan pemanfaatan lahan.

D. Tinjauan Kawasan Kota Lama


1. Karakteristik Kawasan

Kota Lama Kendari sejak awal perkembangannya dapat dikatakan


sebagai kota pelabuhan dan pantai, karena Kota Lama Kendari memiliki
fungsi utama sebagai kawasan pelabuhan, baik untuk pelabuhan antar propinsi
maupun untuk pelabuhan antar pulau. Kawasan Kota Lama yang merupakan
embrio kota, selain memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan di atas
yaitu sebagai kota pelabuhan dan pantai, juga sebagai kawasan permukiman
yang dominan didiami oleh masyarakat Tionghoa/ Cina, serta sebagai pusat
ekonomi masyarakat. Dengan melihat karakteristik pertama Kota Lama
Kendari yaitu kota pelabuhan dan pantai, kota ini memiliki fungsi utama
sebagai kota yang memanfaatkan potensi laut dan teluk sebagai salah satu
dinamika kota, baik dari segi ekonomi, social budaya, tata ruang dan ekologi,
serta politik. Hal ini sesuai dengan pendapat Bintaro yang berpendapat bahwa
pelabuhan memiliki tiga arti. Pertama adalah arti ekonomis, yaitu bahwa
pelabuhan mempunyai fungsi sebagai tempat ekspor-impor dan kegiatan
ekonomi lainnya. Kedua bersifat cultural yang berarti pelabuhan menjadi
tempat pertemuan berbagai bangsa, sehingga kontak-kontak social budaya
dapat terjadi dan berpengaruh terhadap masyarakat setempat.Ketiga adalah
sebagai politis yang berkaitan denganberbagai upaya penguasa politik
pelabuhan untukmempertahankan pelabuhan sebagai urat nadperekonomian
Negara dari berbagai ancamanpolitik. Keberadaan pelabuhan ini akan
mendorongtumbuh kembangnya kegiatan industry untukmenunjang fungsi
pelabuhan.

Karakteristik kedua yaitu sebagai tempat permukiman yang di


dominasi oleh masyarakat Tionghoa/Cina. Hal itu dapat dilihat dari fenomena
adanya keturunan masyarakat Cina yang hingga sekarang masih dapat
dijumpai dan bahkan semakin berkembang, khususnya di sekitar jalan WR.
Supratman dan Monginsidi. Masyarakat Tionghoa/ Cina ini sdh berbaur
dengan masyarakat setempat, khususnya dengan masyarakat Bugis yang
memang sejak dulunya sudah ada dan menempati daerahpinggiran pantai.
Karakter ketiga Kawasan Kota Lama Kendariadalah sebagai pusat
ekonomi. Tentu saja ini berkaitan dengan masyarakat setempat khususnya
masyarakat Tionghoa/ Cina yang menjadikanrumah mereka sebagai rumah
toko. untuk menjual kebutuhan masyarakat Kota Kendari. Matapencaharian
sebagian besar masyarakat Cina adalahdi bidang perdagangan, baik berupa
emas, bahanbangunan, obat-obatan maupun kebutuhanmasyarakat sehari-hari.

b. Kebijakan Tata Ruang Kota Lama Kendari


Pembanguan sebuah kota sangat ditentukan oleh dasar filosofi yang
dipegang oleh para penyelenggara kekuasaan atau pemerimntah. Dasar
filosofi ini dapat dengan mudah dilihat dari keinginan baik dari pemerintah
yang biasanya dapat dibaca berbagai macam kebijakan yang dikeluarkannya.
Jadi dengan demikian keinginan para pemegang kekuasaan sangat
menentukan arah, perencanaan, dan pelaksanaan berbagai kebijakan publik
yang dikeluarkan oleh jajaran pemerintah dalam rangka untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Keinginan pemerintah yang diikuti dengan praktek
kebijakan yang akuntabel dan transparan akan menjadi salah satu prasyarat
utama pengembangan potensi yang dimiliki oleh daerah secara optimal guna
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian keinginan
pemerintah yang dimanifestasikan dalam kebijakan publik dapat dipandang
sebagai suatu potensi yang signifikan dalam pengembangan suatu program
pembangunan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rencana Penelitian
1. Mengidentifikasi masalah
2. Membuat hipotesa
3. Studi literature
4. Menyusun desain penelitian
5. Menggunakan computer untuk analisa data
6. Menulis laporan hasil penelitian
B. Penentuan Sampel

C. Variabel yang Akan Dipelajari

D. Jalanya Penelitian
1. Metode Penelitian
Mengumpulkan data-data terkait dengan Land Use dan zonasi kawasan
2. Alat dan Materi Penelitian

3. Tahap Kerja Lapangan


4. Alur Pikir Penelitian
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Tinjauan Umum Historis Permukiman


Sejarah Kota Lama Kendari dapat diketahui dari tulisan J.N. Vosmaer
yang mengunjungi Kendari pada tanggal 9 Mei 1831, dialah orang yang
pertama kali membuat Peta Teluk Kendari. Oleh Karenanya sejak itu Kendari
terkenal dengan nama Vosmaer’s baai (Teluk Vosmaer). Kota lama Kendari
waktu itu dihuni oleh orang Bugis dan bajo kedua suku tersebut sama-sama
menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Orang Bugis membangun rumah di
darat (di tepi pantai) sedangkan orang Bajo membangun rumahnya diatas air.
Sehingga dikatakan pemukiman di pesisir Kendari di munculkan pertama kali
oleh orang Bugis dan Bajo.

Pada tahun 1858 diadakan perjanjian dari Raja Laiwoi dan pihak
Belanda kemudian membuka pelabuhan untuk kapal-kapal Belanda. Setelah
itu mengalirlah pedagang-pedagang Tionghoa dating ke Kendari yang
kemudian membangun ruko-ruko di daratan Teluk Kendari dan berbaur
bersama suku Bajo dan Bugis. Kemudian Pelabuhan dibangun kembali oleh
Jepang dengan ukuran yang besar dan difungsikan sebagai tempat berlabuh
dan perbaikan (docking) kapal perang dan kapal pengangkut Jepang. Namun
tidak mengganggu aktifitas komersial yang berada disekitar kawasan. Dari
Lokasi kawasan Pelabuhan inilah menjadi cikal bakal (embrio) pertumbuhan
kota Kendari hingga saat ini. Seiring dengan perkembangan waktu, penduduk,
aktifitas serta sistem masyarakatnya, pertumbuhan kota Kendari tidak hanya
terjadi pada kawasan pelabuhan saja tetapi sudah mulai bergeser kedaerah
sebelah barat kota. Sehingga lokasi pelabuhan hingga sekarang ini tidak lagi
mengalami perkembangan akibat kondisi bangunan yang sudah cukup tua/
kuno dan tidak terawat.
B. Letak Geografis dan Iklim

Letak Kawasan Kota Lama Kendari yang merupakan kawasan pantai


dan pelabuhan Kota Kendari berada di Kecamatan Kendari, tepatnya berada di
Kelurahan Kandai. Luas keluraha tersebut 54 Ha. Dengan batas-batas wilayah
sebagaai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan permukiman warga dan Jalan Agus
Salim;
2) Sebelah Timur berbatasan dengan TelukKendari;
3) Sebelah Barat berbatasan dengan JalanIr.Soekarno, Kantor Kelurahan,
KelurahanDapu-Dapura dan Jalan Konggoasa;
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan JalanWr.Supratman II dan Teluk
Kendari

C. Sistem Budaya Masyarakat


1. Sistem Sosial Masyarakat
Keberadaan Teluk Kendari juga merupakan salah satu potensi
ekonomi yang dimiliki oleh Kota Kendari. Keberadaan teluk ini telah
banyak dimanfaatkan oleh kegiatan masyarakat antara lain sebagai berikut
:
a. Pembangunan berbagai fasilitas sosia ekonomi, seperti jalan, pasar
ikan, pelabuhan perikanan samudera, industry cold storage, pangkalan
pendaratan ikan, pelabuhan rakyat, pelabuhan niaga (PT. Pelindo),
Pertamina, Sarana Olahraga Dayung dan fasilitas kegiatan pariwisata.
b. Pembangunan pelabuhan TNI Angkatan Laut dan dermaga katinting
c. Kegiatan penangkapan ikan
d. Jalur transportasi laut
e. Area permukiman nelayan
Mengingat besarnya manfaat yang dimiliki oleh Teluk Kendari bagi
Kota Kendari, maka eksistensi dari pada teluk ini perlu dipertahankan. Hal
ini tentunya menuntut pengelolaan dan pemanfaatan teluk secara optimal
dengan tetap memperhatikan lingkungan kawasan.

2. Sistem Religi dan Kepercayaan


Di kawasan kota lama terdiri dari berbagai macam suku, ras dan
agama. Keberagaman ini terjalin dari zaman dahulu kala, hal ini dapat
dilihat pada kehidupan sehari- hari masyarakat yang hidup saling rukun
dan damai. Adapun agama yang di anut antara lain: Islam, Kristen, Hindu,
dan Budha.
3. Bahasa dan Seni
Masyarakat kota lama terdiri dari berbagai macam ras dan latar
belakang sosial, bersandar pada aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya
yang ada bahasa Indonesia berperan penting sebagai alat komunikasi
seluruh masyarakat. Namun tetap melestarikan warisan budaya bahasa
daerah, tidak jarang kita mendengar sekelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa daerah masing- masing. Sehingga bahasa yang di
gunakan sangat bervariatif berdasarkan latar belakang suku (tolaki, muna,
buton, bugis)

D. Kondisis Permukiman
1. Kondisi Fisik Lahan
Kondisi lahan di Kota lama kendari cenderung berkontur karena
berada pada pegungungan terutama pada bagian permukiman padat
penduduk, pertokoan yang berada di kawasan kota lama berada pada area
pesisir yang berbatasan dengan laut dengan kontur datar.
2. Pola Permukiman
Pola permukiman di kota lama kendari menggunakan pola cluster
yaitu yang dibangun secara berkelompok (cluster) untuk mendapatkan
kepadatan tinggi pada suatu daerah sehingga lahan lainnya dapat
dimanfaatkan untuk lahan terbuka
3. Fasilitas Permukiman
Fasilitas Permukian tersedianya air bersih, aksesbilitas, jaringan listrik,
jaringan telepon, drainase, dan bak sampah.
4. Kondisi Lingkungan Perumahan
Ada dibeberapa titik lingkungan sekitar perumahan masih terlihat banyak
sampah yang berserakan sehingga membuat lingkungan perumahan
menjadi kotor dan kumuh.
5. Kondisi Hunian

6. Utilitas dan Perlengkapan


Perlengkapan utulitas cukup memadai sebagai pelengkap dari
kaperumahan dan kawasan di Kota lama Kendari
BAB V
ANALISA DAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengamatan penulis kota lama mempunyai banyak potensi
lingkungan yang mampu mendukung aktivitas masyarakat, berupa fasilitas fasilitas
pendukung diantaranya sebagai berikut:
1. Komersil
Aktivitas ekonomi di kota lama merupakan pemeran utama dalam kehidupan
sehari hari, hal ini terlihat jelas pada bangunan toko toko yang berbaris rapi di
kawasan kota lama, hal ini benar adanya kita dapat menemukan took/kios
disetiap sudut kawasan kota lama, sehingga eksistensi toko/kios di kota lama
sangat popular. Namun memiliki kekurangan yaitu penataan kawasan
perdagangan yang belum maksimal.
2. Hunian
Hunian yang terdapat pada kawasan kota lama terdiri dari hunian permanen dan
non permanen.
3. Pendidikan
Pada kawasan kota lama Kendari terdapat beberapa fasilitas sekolah
seperti, SMA, MTS, dan SD.
4. Masjid
Mesjid terdapat pada pusat permukiman yang memudahkan masyarakat dalam
beribah
5. Gereja
Gereja berdampingan dengan masjid yang menjadi pusat peribadatan
masayarakat.
6. Kesehatan
Pada kawasan Kota lama terdapat Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
7. Pelabuhan
Pelabuhan kontener yang berada pada Kota lama menjadi mata pencaharian
masyarakat sekitar.
8. Kantor Camat
9. Kantor Polri
10. SPBU

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kawasan kota lama memenuhi
kriteria sebuah kawasan, dengan segala potensi yang ada. seperti yang kita ketahui
saat ini kawan kota lama sedang dalam pembangunan mega proyek, hal ini
mempengaruhi keadaan lingkungan, aktivitas, dan sosial kota lama. Sehingga
dibutuhkan sebuah perancangan lahan dan zonasi ruang yang sesuai dengan keadaan
fisik kawasan kota lama saat ini.

Berdasarkan hasil penelitian dan survey, penulis menetapkan sebuah konsep


perancangan lahan dan zonasi ruang yang sesuai dengan keadaan fisik kawasan kota
lama saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kesuma, Yunita. 2016 Land Use Dan Zonasi Kawasan Cagar Budaya Kota
baru Yogyakarta, Berdasarkan Konsep Garden City. Program Studi
S1 Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Lampung. Bandar Lampung

Nurjannah, Irma & Syukur, Ld. Abd.. 2013. Model Penataan Kawasan Kota
Lama Kendari Berdasarkan Budaya dan Aktivitas Masyarakat
Setempat. Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Haluoleo. Kendari.

Nurjannah, Irma. 2017. Kajian Konsep Penataan Kawasan Kota Lama


Kendari Berdasarkan Identitas Dan Citra Kotanya. Jurusan Teknik
Arsitektur Universitas Haluoleo. Kendari.

Hasni. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada. 2010. hlm .194.

Syarif, bayu andriansyah. 2018. Penelitian Bangunan Historis di Kota lama


Kendari. Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Haluoleo. Tidak
diterbitkan.

http://punyauchti.blogspot.com/2013/05/tata-guna-lahan-land-use.html
http://eprints.undip.ac.id/34134/5/1648_chapter_II.pdf

Anda mungkin juga menyukai