Anda di halaman 1dari 80

ANALISIS INTERVENSI DISTRAKSI SPIRITUAL ZIKIR TERHADAP

PENURUNAN KECEMASAN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS

YANG MENJALANI HEMODIALISA

DI RUMAH SAKIT PELNI

JAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program

Ahli Madya Keperawatan

Oleh : Yulia Ningsih Salamah

NIRM : 16097

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

2019
ANALISIS INTERVENSI DISTRAKSI SPIRITUAL ZIKIR TERHADAP

PENURUNAN KECEMASAN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS

YANG MENJALANI HEMODIALISA

DI RUMAH SAKIT PELNI

JAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar

Ahli Madya Keperawatan

Oleh : Yulia Ningsih Salamah

NIRM : 16097

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

2019

i
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

Karya tulis ilmiah ini, saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai dengan

peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta . Jika

dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta kepada saya.

Jakarta, Agustus 2019

Pembuat Pernyataan

Yulia Ningsih Salamah

NIRM: 16098

Mengetahui :

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Sri Atun W.,M.Kep.,Sp.Kep.J Buntar Handayani.,SKp.,MM.,M.Kep

NIDN: 0315076910 NIDN :0304056703

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Yulia Ningsih Salamah NIRM 16098 dengan

judul “Analisis Intervensi Distraksi Spiritual Dzikir Terhadap Tingkat

Kecemasan Dengangagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di

Rumah Sakit Pelni Jakarta” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Jakarta, Agustus 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Sri Atun W.,M.Kep.,Sp.Kep.J Buntar Handayani.,SKp.,MM.,M.Kep

NIDN: 0315076910 NIDN :0304056703

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Yulia Ningsih Salamah NIRM 16098 dengan judul

“Analisis Intervensi Distraksi Spiritual Zikir Terhadap Tingkat Kecemasan

Dengangagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Pelni

Jakarta” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 31 Juli 2019

Penguji I

Ritanti,Ns.,Sp.Kep.Kom

NIDN : 0312046709

Penguji II Penguji III

(Buntar Handayani.,SKp.,M.Kep.,MM) (Ns. Sri Atun. W.,M.Kep.,Sp.Kep.J)

NIDN. 0304056703 NIDN. 0315076910

Mengetahui
Akademi Keperawatan PELNI
Direktur

(Buntar Handayani.,SKp.,M.Kep.,MM)
NIDN. 0304056703

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Analisis Intervensi Distraksi Spiritual Mendengarkan zikir Terhadap

Tingkat Kecemasan Dengan Gagal Ginjal Kronis Yang menjalani Hemodialisa Di

Rumah Sakit PELNI Jakarta”.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai

pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. DR.dr.Fathema Djan Rachmat.,Sp.B.,Sp.BTKV(K).,MPH. Direktur Utama

Rumah Sakit PELNI Jakarta

2. Ahmad Samdani.,SKM. Ketua Yayasan Samudra Apta.

3. Dr. Dewi Fakhuningdyah, MPH., Direktur Utama Rumah Sakit PELNI

Jakarta.

4. Buntar Handayani,SKp.,MKep.,MM. Direktur Akademi Keperawatan PELNI

Jakarta, pembimbing II dan penguji III.

5. Sri Atun Wahyuningsih, Ns.,Sp.Kep.J, Ka Prodi, pembimbing I dan penguji

II.

6. Ritanti,Ns.,Sp.Kep.Kom sebagai wakil direktur III dan penguji I

7. Para Dosen dan Tenaga Kependidikan Akademi Keperawatan PELNI

Jakarta yang telah memberikan bimbingan dan wawasannya dengan sabar

serta ilmu yang bermanfaat.

iv
8. Para keluarga dan Subyek Penelitian yang bersedia bekerjasama dan

kooperatif saat menjadi subyek penelitian.

9. Kepada sahabat – sahabat saya chairul anisa, anda asrianti, widya damayanti,

sarifah Fatimah, Ridha Dennisa, Novia dan szallzabillah, yang telah

menyemangati dan menghibur selama proses penulisan KTI.

10. Semua temen-temen angkatan 21 Akper PELNI Jakarta yang telah

mendukung dan memberikan semangat untuk menyelesaikan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah dengan tepat waktu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan daam penyusunan Karya Tulisn

Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

guna memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah

ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi dan rekan-rekan semua. Atas

bantuan dan kerjasama serta bimbingannya, penulis mengucapkan banyak terima

kasih.

Jakarta, Agustus 2019

Penulis

v
Akademi keperawatan PELNI Jakarta
Hasil penelitian, 29 Juli 2019
Yulia Ningsih Salamah 16098
“Analisis Intervensi Distraksi Spiritual Zikir Terhadap Penurunan
Kecemasan Dengan Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di
Rumah Sakit Pelni Jakarta”
( v + 70 Halaman +Bagan + 6 Lampirann )
Abstrak : Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis. Kecemasan dapat
dirasakan oleh pasien kronis yang menjalani hemodialisa akan mengalami tekanan
psikologis pasca menjalani terapi hemodialisis. Tekanan psikologis yang terjadi
berupa kecemasan. Manajemen kecemasan dilakukan dengan terapi relaksasi
seperti distraksi spiritual zikir yang diberikan kepada pasien yang mengalami
kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada
pasien yang menjalani hemodialisa, jenis penelitian ini adalah deskriptif
sederhana dengan pendekatan studi kasus, pengambilan 2 sampel subjek I dan
subjek II yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Penelitian ini
dilakukan 5 hari. Dari hasil penelitian studi kasus yang telah dilakukan
menunjukan bahwa pada pasien dengan terapi distraksi zikir menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien yang akan menjalankan hemodialisa.

Kata kunci : Distraksi Spiritual Dzikir, Gagal Ginjal Kronik, Kecemasan

vi
Nursing Academy PELNI Jakarta
Research Result, 29 July 2019
Yulia Ningsih Salamah 16098
“Intervention Analysis of Spiritual Distraction of Remembrance of Decreased
Anxiety with Chronic Kidney Failure Underwent Hemodialysis at Pelni
Hospital in Jakarta”

( V + 70 Page +2 Chart + 6 Attachment)


Abstract : Anxiety is a subjective feeling of disturbing mental tension as a general
reaction to the inability to overcome a problem or the absence of security. These
erratic feelings are generally unpleasant which will cause or be accompanied by
physiological and psychological changes. Anxiety can be felt by chronic patients
who undergo hemodialysis will experience psychological pressure after
undergoing hemodialysis therapy. Psychological pressure that occurs in the form
of anxiety. Anxiety management is done by relaxation therapies such as spiritual
distraction of dhikr given to patients who experience anxiety. This study aims to
reduce the level of anxiety in patients undergoing hemodialysis, this type of
research is a simple descriptive study with a case study approach, the subject in
accordance with established inclusion criteria. This research was conducted in 5
days. From the results of case study research that has been done shows that in
patients with dhikr distraction therapy decreases the level of anxiety in patients
who will undergo hemodialysis.

Keywords : Spiritual Distraction of zikir, Chronic Kidney Failure, AnxietyP

vii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ........................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah. .................................................................................... 7

1.3 Tujuan penelitian. ..................................................................................... 7

1.4 Manfaat penelitian. ................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSAKA ............................................................................. 9

2.1 Konsep kecemasan .................................................................................... 9

2.1.1 Pengertian .......................................................................................... 9

2.1.2 Etiologi............................................................................................... 9

2.1.3 Rentang Respon Kecemasan. ........................................................... 13

2.1.4 Manifestasi klinis ............................................................................. 15

2.1.5 Karakteristik kecemasan. ................................................................. 16

2.1.6.1 Mekanisme Koping .................................................................. 19

v
2.1.7 Cara pengukuran kecemasan. .......................................................... 21

2.2 Konsep Gagal ginjal kronik .................................................................... 22

2.2.6 Pengertian. ....................................................................................... 22

2.2.7 Etiologi............................................................................................. 22

2.2.8 Penatalaksanaan Medis .................................................................... 23

2.2.8.1 Operatif .................................................................................... 23

2.2.8.2 Konservatif............................................................................... 23

2.3 Konsep Hemodialisa ............................................................................... 25

2.3.6 Pengertian Hemodialisa ................................................................... 25

2.3.7 Tujuan Hemodialisa ......................................................................... 25

2.3.8 Prinsip Hemodialisa ......................................................................... 25

2.3.9 Indikasi Hemodialisa ....................................................................... 26

2.4 Konsep distraksi ...................................................................................... 27

2.4.6 Pengertian ........................................................................................ 27

2.4.7 Tujuan dan manfaat. ........................................................................ 27

2.4.8 Jenis distraksi ................................................................................... 27

2.5 Kerangka Konsep .................................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31

3.1 Strategi Penelitian ................................................................................... 31

3.2 Subjek penelitian. .................................................................................... 32

3.2.1 Kriteria Inklusi ................................................................................. 32

vi
3.2.2 Kriteria Eksklusi .............................................................................. 32

3.3 Fokus Studi ............................................................................................. 32

3.4 Variabel Penelitian .................................................................................. 33

Lembar alat ukur tingkat kecemasan ........................................................ 33

3.5 Setting Penelitian .................................................................................... 34

3.5.1 Tempat penelitian ............................................................................ 34

3.5.2 Waktu penelitian .............................................................................. 34

3.6 Distraksi Spiritual ................................................................................... 34

3.6.1 Keuntungan Emosional .................................................................... 34

3.6.2 Keuntungan Fisiologis ..................................................................... 35

3.6.3 Tahap Kerja...................................................................................... 35

3.7 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 35

3.8 Alat Instrumen ............................................................................................ 36

3.7.1 Lembar observasi ............................................................................. 36

3.7.2 Lembar alat ukur tingkat kecemasan .............................................. 36

3.7.3 Prosedur pelaksanaan ....................................................................... 36

3.7.4 Tempat pelaksanaan penelitian ........................................................ 36

3.8 Etika Penelitian ....................................................................................... 37

3.8.1 Informed consent.............................................................................. 38

3.8.2 Anonimity ......................................................................................... 38

3.8.3 Confidentialy ................................................................................... 38

vii
3.8.4 Right To Self-Determination ............................................................ 38

3.8.5 Right to full disclosure ..................................................................... 39

3.9 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 41

4.1 Gambaran umum lingkungan studi kasus .................................................. 41

4.2 Karakteristik subjek ................................................................................ 42

4.3 Fokus studi kasus........................................................................................ 43

4.4 Pembahasan ................................................................................................ 45

4.6 kondisi klien setelah diberikan intervensi .................................................. 46

4.7 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 47

BAB V................................................................................................................... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 48

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 48

5.2 Saran ........................................................................................................... 49

5.2.1 Bagi Institusi ........................................................................................... 49

5.2.2 Bagi Rumah sakit .................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran 3 : Informed Consent.

Lampiran 4 : Lembar Observasi

Lampiran 5 : Tabel Definisi Operasional

Lampiran 6 : Permohonan Ijin.

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

kesehatan bahwa setiap kegiatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,

partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya

manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi

pembangunan nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2014 tentang kesehatan jiwa bahwa pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap

orang dengan gangguan jiwa belum dapat diwujudkan secara optimal maka

belum optimalnya pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dan belum

terjaminnya hak orang dengan gangguan jiwa mengakibatkan rendahnya

produktivitas sumber daya manusia.

Faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya daya saing Indonesia, dan

kesehatan mental dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat

lajunya pembangunan sosial bangsa Indonesia dan mengganggu target

pencapaian visi misi nasional. Ketika gangguan mental terjadi hanya pada

individu maka masalah tersebut hanya menghambat potensi satu orang, akan

tetapi ketika masalah gangguan mental ini menjadi kolektif, maka akan

1
2

memperlambat kemampuan Indonesia, sehingga menjadikan daya saing

Indonesia menjadi rendah.

Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Pada provinsi DKI sebanyak 14.1%

penduduk yang mengalami gangguan emosi (GME). Menurut riskesdas 2013

Prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional secara

nasional adalah 5.7% (37.728 orang dari subyek yang dianalisis. Prevalensi

gangguan mental emosional berdasarkan karakteristik individu dan cakupan

pengobatan seumur hidup serta 2 minggu terakhir terdapat pada laporan

Riskesdas 2013 dalam Angka. Menurut Riskesdas 2018 prevalensi yang

mengalami gangguan mental emosional ( GME ) pada provinsi DKI yaitu

meningkat 10%.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi

gagal ginjal kronis yang telah terdiagnosis di Indonesia mencapai 0,2 % dari

seluruh populasi penduduk di Indonesia. PT Asuransi Kesehatan (ASKES)

melaporkan bahwa pada tahun 2010 jumlah penderita gagal ginjal kronis yang

ditanggung oleh PT ASKES adalah 17.507 penderita. Jumlah tersebut

kemudian meningkat pada tahun 2011 23.262 penderita. Pada tahun 2012

jumlah penderita gagal ginjal kronis bertambah sebesar 24.141 penderita, dan

jumlah penderita gagal ginjal kronis diperkirakan akan terus meningkat di akhir

tahun 2013. RISKESDA (2018) Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik pada

provinsi DKI yaitu sebanyak 3,8%.


3

Cemas merupakan respon emosional yang tidak menyenangkan terhadap

berbagai macam stressor baik yang jelas maupun tidak teridentifikasikan yang

ditandai dengan adanya perasaan khawatir, takut, serta adanya perasaan

terancam (Kaplan & Sadock, 2003). Kecemasan adalah suatu perasaan tidak

santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai

suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).

Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa

peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil

tindakan menghadapi ancaman. Penelitian yang dilakukan di RSUD dr. slamet

garut di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Slamet

Garut didapatkan data dari 61 responden didapatkan hasil 1 pasien (3%)

mengalami panik, 11 pasien (18%) mengalami kecemasan berat, 43 pasien

(70%) mengalami kecemasan sedang dan 6 pasien mengalami kecemasan

ringan (9%) (Aris, 2011). Kecemasan yang tidak teratasi dapat menimbulkan

beberapa dampak diantaranya seseorang cenderung mempunyai penilaian

negatif tentang makna hidup, penurunan kualitas hidup, perubahan emosional

seperti depresi kronis serta gangguan psikososial (Cukor, Coplan, Brown, &

Friedman, 2008; Najmuddin, 2006).

Gagal Ginjal Kronis merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia, ginjal

tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang proggresif dan Irresible

dimana kemampuan ginjal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia ( Sudoyo dkk, 2007).

Angka kejadian gagal ginjal didunia secara global lebih dari 500 juta orang dan
4

yang harus menjalani hidup dengan bergantuk pada cuci darah adalah 1,5 juta

orang (Yulianti, 2010). Amerika serikat setiap tahun terdapat sekitar 20 juta

orang dewasa menderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa. Indonesia

termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal kronik yang cukup

tinggi. WHO memperkirakan indonesia kaan terjadi peningkatan penderita

gagal ginjal antara tahun 1995 – 2025. ( Penefri, 2014). Gagal ginjal dapat

disebabkan karena usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit seperti diabetes,

hipertensi maupun penyakit gangguan metabolik lain yang dapat menyebabkan

penurunan fungsi ginjal. Selain itu, penyalahgunaan penggunaan obat- obat

analgetik dan OAINS baik secara bebas maupun yang diresepkan dokter

selama bertahuntahun dapat memicu risiko nekrosis papiler dan gagal ginjal

kronik. Namun menurut (Sukandar, 2006). Umumnya GGK disebabkan oleh

penyakit ginjal intrinsik difus dan menahun. Glomerulonefritis, hipertensi

esensial, dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari gagal ginjal

kronik, kira-kira 60% . Selain itu juga menurut Ejerbald et al, (2004) faktor-

faktor yang diduga berhubungan dengan meningkatnya kejadian gagal ginjal

kronik antara lain merokok, menurut Fored et al,; Levey et al, (2003)

penggunaan obat analgetik dan OAINS. Menurut (Price & Wilson, 2006) yaitu

hipertensi. Dan menurut Hidayati, (2008) yaitu minuman suplemen berenergi.

Penderita GGK yang menjalani hemodialisis akan merasakan kecemasan dapat

disebabkan oleh berbagai stressor, diantaranya: pengalaman nyeri pada daerah

penusukan fistula saat memulai hemodialisis, komplikasi hemodialisis,

ketergantungan pada orang lain, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan,

finansial, ancaman kematian perubahan konsep diri, perubahan peran serta


5

perubahan interaksi sosial (Finnegan, Jennifer & Veronica, 2013; De Sousa,

2008; Wang & Chen, 2009; Santoso. 2005; Smeltzer & Bare, 2002. Hemodialis

merupakan proses yang menggatikan pada gangguan fungsi ginjal dngan

membuang kelebihan cairan dan akumulasi toksin endogen dan eksogen (

Suharyanto & Madjid, 2013 ). Pada pasien GGK menjalani hemodialisa

cenderung menetap, oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang efektif,

efisien, dan mudah dilakukan untuk mampu mengurangi kecemasan sehingga

pasien mampu beradaptasi terhadap stressor yang ada. Salah satu strategi

efektif untuk mengatasi kecemasan yaitu dengan teknik Distraksi spiritual.

Distraksi spiritual merupakan perpaduan teknik yang menggunakan energi

psikologis dan kekuatan spiritual serta doa untuk mengatasi emosi negatif.

SEFT langsung berurusan dengan “gangguan sistem energi tubuh” untuk

menghilangkan emosi negatif dengan menyelaraskan kembali sistem energi

tubuh. Distraksi spiritual efektif mengatasi stres karena didalamnya terdapat

beberapa teknik terapi yang terangkum dan dipraktikkan secara sederhana,

terapi tersebut meliputi do’a, NLP (Neuro Linguistic Programming),

hypnotherapy, visualisasi, meditasi, relaksasi,imagery dan desensitisasi

(Zainudin, 2008). Penelitian yang mendukung keefektifan distraksi spiritual

telah dilakukan oleh Rowe ( 2005; dalam Zainudin, 2008). Distraksi spiritual

yang akan digunakan untuk pasien GGK yang menjalani hemodialisa dengan

menggunakan distraksi spiritual Dzikir.


6

Data dari Rumah Sakit PELNI tanggal 20 mei 2019 didapatkan bahwa pasien-

pasien dengan gagal ginjal kronis tahap akhir yang menjalani hemodialisa di

unit lantai 3 dan lantai 5 terbanyak dari laki-laki yaitu 73% dan perempuan

sebanyak 27%, pada pravelensi dari segi usia terbanyak pada pasien-pasien

yang berumur antara 15-70 tahun dari kebanyakan pasien yang menjalani

hemodialisa kecemasan cenderung terjadi pada pasien-pasien umur 15-45

tahun, ras terbanayak yang mengalami kecemasan tertinggi adalah batak

dengan 11,6% dan terendah dari suku bangsa jawa dengan 1,2% kecemasan

pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa dapat di turunkan

kecemasannya dengan terapi distraksi spiritua dzikir.

Dzikir berarti ingat kepada Allah, ingat ini tidak hanya sekedar menyebut nama

Allah dalam lisan atau dalam pikiran dan hati. akan tetapi dzikir yang

dimaksud adalah ingat akan Zat, Sifat dan Perbuatan-Nya kemudian

memasrahkan hidup dan mati kepada-Nya. Sehingga tidak takut maupun gentar

menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan (Sangkan, 2002).

Sebagian tokoh islam membagi zikir menjadi dua yaitu : zikir dengan lisan dan

dzikir dengan hati. zikir lisan merupakan jalan yang akan menghantarkan

pikiran dan perasaan yang kacau menuju kepada ketetapan zikir hati, kemudian

dengan dzikir hati inilah semua kedalaman kejiwaan akan kelihatan lebih luas,

sebab dalam wilayah ini Allah akan mengirimkan pengetahuan berupa ilham.

sedangkan menghubungkan (dzikir) gambaran dzikir yang dituturkan

Rasulullah Saw. Bahwa dzikir kepada Allah itu bukan sekedar ungkapan sastra,

nyanyian, hitungan-hitungan lafadz, melainkan suatu hakikat yang diyakini


7

didalam jiwa dan merasakan kehadiran Allah disegenap keadaan, serta

berpegang teguh dan menyandarkan kepadaNya hidup dan matinya hanya

untuk Allah semata (Sangkan, 2002).

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan data yang diuraikan pada latar belakang diatas maka

permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu "Masih adanya tingkat kecemasan

pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit PELNI Jakarta” dengan

pertanyaan penelitian apakah ada pengaruh relaksasi dzikir dapat menurunkan

tingkat kecemasan klien.

1.3 Tujuan penelitian.

1.1.1 Tujuan Umum.

Untuk mengetahui pengaruh relaksasi dzikir terhadap tingkat

kecemasan pada klien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa

dirumah sakit pelni jakarta.

1.1.2 Tujuan Khusus

1.1.2.1 Untuk mengetahui faktor-faktor kecemasan.

1.1.2.2 Untuk mengetahui angka tingkat kecemasan.

1.1.2.3 Untuk mengetahui pengaruh relaksasi dzikir terhadap tingkat

kecemasan pada klien gagal ginjal yang menjalani

hemodialisa.
8

1.4 Manfaat penelitian.

1.1.3 Bagi Masyarakat


Hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang

pengaruh relaksasi dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

1.1.4 Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber bahan masukan keilmuan

dalam keperawatan kronis, agar dapat dipelajari untuk ilmu

keperawatan.

1.1.5 Bagi peneliti


Untuk mengetahui dan menambah wawasan, diharapkan hasil dari

penelitian ini dapat memberikan manfaat yang nyata tentang

hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep kecemasan

2.1.1 Pengertian

Kholil Lur Rochman, (2010) Kecemasan merupakan suatu perasaan

subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai

reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau

tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada

umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau

disertai perubahan fisiologis dan psikologis.

Sutardjo Wiramihardja, (2005) kecemasan merupakan hal wajar yang

pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap

sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu

perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan

atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun

wujudnya

2.1.2 Etiologi.

2.1.2.1 Faktor Predisposisi

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal

ansietas, yaitu sebagai berikut :


10

2.1.2.1.1 Teori Psikoanalitis

Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah

konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian yaitu Id dan Superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitive,sedangkan

superego mencerminkan hati nurani dan

dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku

berfungsi menegahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2.1.2.1.2 Teori Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul

dari parasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan

penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan

dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan

tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama

rentan mengalami ansietas berat.

2.1.2.1.3 Teori perilaku

Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan

produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan individu untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain


11

menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang

dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri

untuk menghindari kepedihan. Ahli teori

pembelajaran meyakini bahwa individu yang

terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang

berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada

kehidupan selanjutnya ahli teori konflik memandang

ansietas sebagai pertentangan antara dua

kepentingan yang berlawanan. Mereka menyakini

adanya hubungan timbal balik antara konflik dan

ansietas. Konflik menimbulkan ansietas dan

ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang

pada gilirannya meningkatkan konflik yang

dirasakan.

2.1.2.1.4 Kajian Keluarga

Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan

ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan

ansietas juga tumpang tindih antara gangguan

ansietas dengan depresi.

2.1.2.1.5 Kajian biologis Kajian biologis menunjukkan

bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiasepin. Obat-obat yang meningkatkan

neuregulator inhibisi asam gamma-aminobutirat

(GABA) yang berperan penting dalam mekanisme


12

biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain

itu kesehatan umum individu dan riwayat ansietas

pada keluarga memiliki efek nyata sebagai

predisposisi ansietas. Ansietas mungkin disertai

dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan

kemampuan individu untuk mengatasi stressor.

(Stuart, 2006)

2.1.2.2 Faktor Presipitasi

Stressor pencetus ansietas dapat berasal dari sumber internal

atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam

dua kategori :

2.1.2.2.1 Ancaman terhadap integrasi fisik meliputi

disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau

penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari.

2.1.2.2.2 Ancaman terhadap system diri dapat

membahayakan identitas, hargabdiri, dan fungsi

social yang terintegrasi pada individu. (Stuart,

2006) Ansietas juga dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu :

a. Kerentanan Biologik

Gangguan ini cenderung berhubungan dengan

abnormalitas neurotransmitter (GABA,


13

serotonin, atau norepinefrin) didalam system

limbik.

b. Gender

Gangguan ini menyerang wanita dua kali lebih

banyak daripada pria.

c. Gangguan Psikiatrik Lain

Terdapat angka komorbiditas yang tinggi dengan

gangguan psikistrik lainnya, termasuk gangguan

depresi dan panik.

d. Faktor Psikososial Seperti harga diri rendah,

berkurangnya toleransi terhadap stress, dan

kecenderungan kearah lokus eksternal dari

keyakinan control. (Ann Isaacs, 2005)

Menurut brunner dan suddarth (2002) menyatakan bahwa

strategi koping dapat bermanfaat untuk menghilangkan

ketegangan, kecemasan berlebihan, yang mana meliputi

imajinasi, distraksi dan pikiran optimis diri.

2.1.3 Rentang Respon Kecemasan.

Respon adaptif Rentang Respone Kecemasan Respon Maladaptif


14

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

(Purwanto dan Setiyo, 2010)

2.1.3.1 Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari – hari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan

dapat memotivasi belajar dan menghasilkan.

2.1.3.2 Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.

Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun

dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

2.1.3.3 Cemas berat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua

perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Orang

tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

2.1.3.4 Panik berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror.

Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami

kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengenalan. Panik

melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk


15

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,

dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat cemas ini

tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus

dalam waktu yang sama, dapat terjadi kelelahan.

2.1.4 Manifestasi klinis

Gejala-gejala psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa

aspek antara lain pikiran, dimana keadaan pikiran yang tidak menentu,

seperti khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, memandang diri

sebagai sangat sensitif, dan merasa tidak 18 berdaya.Reaksi biologis

yang tidak dapat dikendalikan, seperti berkeringat, gemetar, pusing,

jantung berdebar-debar, mual, dan mulut kering. Perilaku gelisah,

keadaan diri yang tidak terkendali seperti gugup, kewaspadaan diri

yang berlebihan, serta sangat sensitif. Motivasi yaitu dorongan untuk

mencapai situasi, rasa ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan

diri, lari dari kenyataan (Mulyani, 2013). Menurut Hawari (2011)

seorang akan mengalami gangguan cemas manakala seseorang tidak

mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Secara klinis

selain gejala cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan yang

menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan)

dengan 2 kategori gejala sebagai berikut :

2.1.4.1 Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang

(apprehensive expectasion) adalah cemas, khawatir, takut,


16

berfikir berulang (rumination), membayangkan akan

datangnya kemalangan pada dirinya maupun orang lain.

2.1.4.2 Kewaspadaan berlebihan yaitu mengamati lingkungan secara

berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih,

sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung dan tidak

sabar.

2.1.5 Karakteristik kecemasan.

Setiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi

yang berbeda satu sama lain. Manifestasi yang terjadi tergangtung pada

kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadi tantangan, harga diri,

dan mekanisme koping yang digunakan ( stuart, 2013 )

2.1.5.1 kecemasan ringan mempunyai karakteristik :

2.1.5.1.1 berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa

sehari – hari.

2.1.5.1.2 Kewaspadaan meningkatan.

2.1.5.1.3 Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan

menghasilkan kreatifitas,

2.1.5.1.4 Respon kognitif : mampu menerima rangsangan

yang kompleks, konsentrasi pada masalah,

menyelesaikan masalah secara efektif, dan

terangsang untuk melakukan tindakan.


17

2.1.5.1.5 Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk

tenang, tremor halus dan suara kadang – kadang

meninggi.

2.1.5.1.6 Kecemasan sedang mempunyai karakteristik :

1) Respon biologis : sering nafsa pendek, nadi

ekstra sistol dan tekanan darah meningkat,

mulut kering, anorexia, diare, atau konstipasi,

sakit kepala, sering berkemih, dan letih.

2) Respon kognitif : memusatkan perhatian pada

hal yang pentinng dan mengesampingkan yang

lain, lapang persepsi menyempit, dan

rangsangan dari luar tidak mampu diterima.

3) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak

– sentak, terlihat lebih tegas, bicara banyak dan

lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak

aman.

2.1.5.1.7 Kecemasan berat mempunyai karakteristik :

1) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil

saja dan mengabaikan hal yang hal.

2) Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan

tekanan darah naik, berkeringat dan sakit

kepala, penglihatan kabur, serta tampak tegang.


18

3) Respon kognitif : tidak mampu berfikir berat

lagi dan membutuhkan banyak pengarahan atau

tuntutan, serta lapang persepsi menyempit.

4) Respon perilaku dan emosi : perasaan

terancam meningkat dan komunikasi menjadi

terganggu.

2.1.5.1.8 Panik berhubungan dengan terpengarah, ketakutan

dan terror. Rincian terpecah dari proporsinya.

Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang

mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Panic melibatkan

disorganisasi kepribadian. Dengan panic, terjadi

peningkatan aktivitas motoric, menurunkannya

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

persepsi yang menyimpang, dan kehilangan

pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini

tidak sejalan dengan kehidupan dan jika

berlangsung terus dalam waktu yang sam, dapat

terjadi kelelahan.

2.1.5.1.9 Panic mempunyai karakteristik :

1) Respon fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik

dan palpitasi, sakit dada, hipotensi, serta

rendahnya koordinasi motoric.


19

2) Respon kognitif : gangguan realitas, tidak dapat

berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan

mengalami distrosi dan ketidakmampuan

memahami situasi.

3) Respon perilaku dan emosi : agitasi,

mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak

teriak, kehilangan kendali atau control diri,

perasaan terancam serta dapat berbuat sesuatu

yang membahayakan diri sendiri dan atau

orang lain.

2.1.6.1 Mekanisme Koping

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan

menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari

social, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah

aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan social budaya

yang yakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu

dapat mengadopsi strategi koping yang efektif. Kemampuan individu

menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama

yang membuat klien berprilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang

mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau

meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada

kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah

menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga,


20

mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri dengan orang

lain. terdapat beberapa mekanisme koping yaitu :

2.1.6.2 Menyerang

Dengan menyerang yang dimaksudkan untuk memuaskan

kebutuhannya. Terdapat pola yang konstruktif berupa memecahkan

masalah secara efektif dan pola yang destruktif berupa sangat

marah

dan bermusuhan.

2.1.6.3 Menarik diri

Respon secara fisik dengan menjauhi sumber stress dan secara

psikologis dengan apatis merasa kalah. Bila klien menarik diri dan

menganggu kemampuannya untuk bekerja maka mekanisme ini

bersifat destruktif.

2.1.6.4 Kompromi

Bila dengan menyerang dan menarik diri tidak berhasil dapat

digunakan mekanisme koping kompromi dengan cara mengubah

cara bekerja atau cara penyelesaian, mengganti tujuan atau

mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi. Koping ini bersifat

konstruktif.(Suliswati, 2005)
21

2.1.7 Cara pengukuran kecemasan.

Untuk mengetahui sejauh mana dengan kecemasan seseorang apakah

ringan, sedang, berat, atau berat sekali orang menggunakan alat ukur

yang dikenal dengan nama Hamilton rating scale for anxiety. Alat ukur

ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing masing kelompok

dirinei lagi dengan gejala – gejala yang lebih spesifik.

2.1.7.1 masing – masing kelompok gejala diberi penilaian angka antara

0–4 yang artiya adalah :

1) Nilai 0 : tidak ada gejala ( keluhan )

2) Nilai 1 : gejala ringan

3) Nilai 2 : gejala sedang

4) Nilai 3 : gejala berat

5) Nilai 4 : gejala berat sekali

2.1.7.2 Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter

atau orang yang telat dilatih untuk menggunakannya melalui

tehnik wawancara langsung. Masing – masing nilai angka (

scrore ) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan

dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat

kecemasan seseorang yaitu :

1) Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan

2) 14 – 20 : kecemasn ringan

3) 21 – 27 : kecemasan sedang

4) 28 – 41 : kecemasan berat

5) 42 – 56 : kecemasan berat sekali ( panic ).


22

2.2 Konsep Gagal ginjal kronik

2.2.6 Pengertian.

Penyakit gagal ginjal kronis merupakan masalah kesehatan diseluruh

dunia, ginjal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang

proggresif dan Irresible dimana kemampuan ginjal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia

( Sudoyo dkk, 2007).

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang bersifat

progresif dan lambat, dan biasanya berlangsung selama satu tahun. Ginjal

kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi

cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Price and Wilson,

2006).

2.2.7 Etiologi

Menurut Dr. Nursalam. M penyebab terjadinya gagal ginjal dapat dibagi

menjadi 3 yaitu :

1. Prarenal (terjadi hipoperfusi ginjal) akibat kondisi yang menyebabkan

kurangnya aliran darah ginjal dan menurunnya filtrasi glomerulus.

Keadaan penipisan volume hipovolemia seperti luka bakar, perdarahan,

dan kehilangan cairan melalui saluran cerna). Vasodilatasi (sepsis atau

anafilksis). Gangguan fungsi jantung (infark miokardium, CHF, atau

syok kardiogenik), dan terapi diuretic.


23

2. Intrarenal kerusakan aktual jaringan ginjal akibat trauma jaringan

glomerulus atau tubulus ginjal. Keadaan yang berhubungan dengan

iskemia intrarenal, toksin, proses imunologi, sistemik, dan vaskuler,

pemakaian obat anti inflamasi non steroin atau NSAID terutama pada

usia lansia karena menggangung prostaglandin yang melindungi aliran

darah renal seperti contoh lain diabettes mellitus dan penyakit

hipertensi.

3. Postrenal terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urine melalui

saluran kemih (sumbatan bagian distal ginjal). Tekanan di tubulus

meningkat sehingga laju filtrasi glomerulus meningkat. Hal ini biasanya

ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih

dalam perubahan aliran kemih.

2.2.8 Penatalaksanaan Medis

2.2.8.1 Operatif

1) Transplantasi ginjal: terapi pengganti ginjal tahap akhir

berupa donor ginjal

2) Nefrektomi: pengangkatan nefron ginjal.

2.2.8.2 Konservatif

a. Farmakotherapi

1) Anti hipertensi : untuk menangani masalah hipertensi

metildopa (aldomet), propanolol, klonidin (catapres)


24

2) Suplemen zat besi / efogen (eritropoietin manusia

rekombinan) untuk mengatasi anemia

3) Anti diuretik: untuk edema interstinal dan untuk

meningkatkan urinari

4) Antiemetik: untuk mengatasi mual dan muntah

5) Antacid: untuk mengatasi hiperfosfatemi dan hipokalemi

6) Anti histamine: untuk menghilangkan pruritus

7) Antibiotik : untuk mengatasi infeksi

8) Suplemen kalsium dan vit D.

b. Non farmakotherapi

1) Pembatasan asupan cairan : Cara untuk menghitung

kebutuhan asupan cairan = Jumlah urine yang

dilkeluarkan dalam 24 jam terakhir + IWL

2) Diit rendah protein

3) Diit rendah garam

4) Transfusi darah

5) CAPD (continues ambulatory perineal dialysis) dialisi

yang menggunakan membrane peritoneal sehingga

pertukaran ion terjadi sepanjang membrane peritoneal.

6) Hemodialisa adalah proses dialysis yang menggunkan

membrane semi permiabel yang berfungsi sebagai ginjal

buatan dan memerlukan suatu mesin untuk mengalirkan

darah melalui salah satu sisi permukaan membrane semi


25

permiabel sebelum dikembalikan kedalam sirkulasi darah

dalam tubuh.

2.3 Konsep Hemodialisa

2.3.6 Pengertian Hemodialisa

Hemodialisa berasal dari kata hemo : darah . dan dialysis : pemisah

atau filtrasi. Hemodialisa suatu metode terapi dialysis yang digunakan

untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh

ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal yang tidak mampu

melaksanakan proses tersebut tetapi ini dilakukan dengan

menggunakan mesin yang dilengkapi dengan membrane penyaring

semipermeable ( ginjal buatan ) hemodialysis dapat dilakukan pada

saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan secara permanen

atau menyebabkan kematian.(Muttaqin Arif,2013)

2.3.7 Tujuan Hemodialisa

Tujuan dilaksanakannya terapi hemodialisis adalah untuk mengambil

zat-zat nitrogen yang bersifat toksik dari dalam tubuh pasien ke

dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian

dikembalikan ketubuh pasien.

2.3.8 Prinsip Hemodialisa

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi,

osmosis dan ultrafiltrasi. Pada difusi, toksin dan zat limbah didalam
26

darah dikeluarkan, dengan cara bergerak dari darah yang memiliki

konsentrasi tinggi ke cairan dialisat yang memiliki konsentrasi rendah.

Pada osmosis, air yang berlebihan pada tubuh akan dikeluarkan dari

tubuh dengan menciptakan gradien tekanan dimana air bergerak dari

tubuh pasien ke cairan dialisat. Gradien ini dapat ditingkatkan melalui

penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada

mesin dialisis (Brunner & Suddarth, 2010).

2.3.9 Indikasi Hemodialisa

Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang

memerlukan terapi dialisis jangka pendek atau pasien dengan gagal

ginjal tahap akhir yang memerlukan terapi jangka panjang atau

permanen. Secara umum indikasi dilakukan hemodialisis pada

penderita gagal ginjal adalah :

1. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit

2. Hiperkalemia

3. Kegagalan terapi konservatif

4. Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl

5. Kreatinin lebih dari 65 mEq/L

6. Kelebihan cairan

7. Anuria berkepanjangan lebih dari 5x.


27

2.4 Konsep distraksi

2.4.6 Pengertian

Menurut DiPiro (2005), distraksi adalah salah satu cara

menghilangkan nyeri. Definisi distraksi disini adalah memusatkan

perhatian menjauhi situasi yang tidak diinginkan dengan tujuan

mengalihkan perhatian untuk mengurangi rasa tidak nyaman terhadap

suatu objek. Terutama dilakukan pada pasien yang mengalami

kecemasan atau gangguan rasa nyaman.

2.4.7 Tujuan dan manfaat.

Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan

adalah untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu

yang sedang dihadapi, misalnya rasa sakit (nyeri). Sedangkan manfaat

dari penggunaan teknik ini, yaitu agar seseorang yang menerima

teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada pada situasi

yang lebih menyenangkan dan nyaman selama mungkin (Young &

Koopsen (2007).

2.4.8 Jenis distraksi

Beberapa jenis distraksi menurut Young & Koopsen (2007) antara

lain:

2.4.8.1 Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran,

melihat pemandangan,dan gambar termasuk distraksi visual.


28

2.4.8.2 Distraksi pendengaran

Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau

gemercik air. Klien dianjurkan untuk memilih musik yang

disukai dan musik yang tenang, seperti musik klasik. Klien

diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien

juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti

irama lagu, seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

2.4.8.3 Distraksi bernafas ritmik

Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada

satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi

perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat

dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara

perlahan dengan menghitungan satu sampai empat (dalam

hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi

pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan,

lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.

Bernafas ritmik dan massase, instruksikan klien untuk

melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan

lakukan massase pada bagian tubuh yang mengalami nyeri

dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.

2.4.8.4 Distraksi intelektual

Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu,

melakukan kegemaran (ditempat tidur) seperti mengumpulkan

perangko, menulis cerita.


29

2.4.8.5 Distraksi imajinasi terbimbing

Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang

menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan

tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari perhatian

terhadap nyeri.

Pendekatan distraksi telah berhasil digunakan untuk megurangi

Tingkat kecemasan Meskipun hanya memberikan

pengurangan jangka pendek dalam mengatasi tingkat kecemasan

Pada penelitian ini distraksi yang dilakukan adalah

mendengarkan dzikir.
30

2.5 Kerangka Konsep

Gagal ginjal adalah kondisi yang


Cemas
menyebabkan ginjal tidak dapat Theraphy
membuang metabolit yang menumpuk distraksi spiritual
dari darah, yang menyebabkan mendengarkan
perubahan keseimbangan cairan, dzikir .
elektrolit dan asam basa. (Priscilla Tingkatan dalam 1.mendengarkan
lemone dkk, 2016). cemas Kecemasan
dzikir.
menurun atau
1.ringan 2.tarik napas hilang
2.sedang dalam

3.berat 3.mencontohkan
dzikir. 3.
4.panik
Dalam penatalaksanaan medis Gagal ginjal 2.
kronik yaitu ada hemodialisa. 1.
31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Strategi Penelitian

Desain penelitian deskriptif yang dipilih untuk penelitian yang sudah

dilaksanakan yaitu studi kasus. Studi kasus adalah salah satu jenis penelitian

kualitatif, dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap

program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. Suatu

kasus terkait oleh waktu dan aktivitas dan peneliti melakukan pengumpulan

data secara mendetail dengan menggunakan berbagai prosedur

pengumpulan data dan dalam waktu yang berkesinambungan (Sugiyono,

2012).

Studi kasus disebut dengan studi longitudinal, artinya subyek tidak hanya

diobservasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan.

Satu minggu peneliti melakukan pengukuran variable tergantung, yakni

efek; sedangkan variable bebasnya dicari secara retrospektif

(Sastroasmoro,2014).

Penelitian ini melibatkan 2 Responden yaitu orang yang menjalani

hemodialisa yang akan dilakukan theraphy distraksi spiritual dzikir sebelum

memulai hemodialisa dan 2 orang tersebut diberikan theraphy distraksi

spiritual dzikir lalu dilihat dari skor penilaian tingkat kecemasan yang

berbeda, dianalisis factor yang membedakan skor penilaian tingkat

kecemasan pada kedua orang tersebut. Distraksi spiritual dzikir di berikan

selama hemoliasis

31
32

3.2 Subjek penelitian.

Subjek penelitian ini adalah seluruh kelompok usia di bawah 60 tahun tahun

dan orang yang mengalami kecemasan yang bersedia untuk di jadikan

responden penelitian di Rumah Sakit PELNI Jakarta.

3.2.1 Kriteria Inklusi

Subjek I : kriteria inklusi pada subyek penelitian ini yaitu seorang

perempuan , orang menjalani hemodialisa , laki – laki usia di bawah

50 tahun, beragama islam, yang bersedia menjadi responden.

Subjek II : Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu seorang laki –

laki , orang yang menjalani hemodialisa, usia dibawah 60 tahun,

beragama islam, yang bersedia menjadi responden.

3.2.2 Kriteria Eksklusi

Subjek I : kriteria eksklusi pada subyek penelitian ini adalah orang

yang tidak mengalami gangguan kesadaran, yang tidak terkena HIV,

yang tidak terkena hepatitis, dan tidak cacat fisik.

Subjek II : kriteria eksklusi pada subyek penelitian ini adalah orang

yang tidak mengalami gangguan kesadaran, yang tidak terkena HIV,

yang tidak terkena hepatitis, dan tidak cacat fisik

3.3 Fokus Studi

Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan

penelitian. Focus studi dari penelitian ini adalah ”Perubahan tingkat


33

kecemasan pasien yang sudah dilakukan proses hemodialisa”. Subjek

penelitian mau ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

yang lain. Definisi lain variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,

sifatatau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang

sesuatu konsep pengertian tertentu misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan,

status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan

sebagainya (Dr.Soekidjo Notoatmodjo, 2002).

Variabel dari penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel yaitu variabel

independennya adalah Pasien Gagal Ginjal Kronik sedangkan variabel

dependennya adalah tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien gagal ginjal

kronik.

Definisi operasional

Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

Distraksi Pasien Lembar alat Klien dapat Rasio &

spiritual diharapkan ukur tingkat meningkatkan hars.

dizikir mengidentifiksi kecemasan dzikir untuk

untuk tingkat berisi tentang mengurangi

mengurangi kecemasan skoring tingkat


34

tingkat tingkat kecemasan.

kecemasan. kecemasan

pada pasien

mulai dari

tingkat

kecemasan

rendah sampai

tingkat panic.

3.5 Setting Penelitian

3.5.1 Tempat penelitian

Tempat yang digunakan pada subjek I di ruang hemodialisa lantai

3, sedangkan subjek II dilakukan di ruang hemodialisa lantai 5 di

Rumah Sakit PELNI Jakarta

3.5.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama 5 hari dalam 3 kali pertemuan dalam

satu subjek. Pada subjek 1 dilakukan shif pagi pada tanggal

19,23,26 Juli 2019. Pada subjek II dilakukan shif pagi pada tanggal

20, 24, 27 Juli 2019.

3.6 Distraksi Spiritual

3.6.1 Keuntungan Emosional

3.6.1.1 Memberikan pengalaman positif tentang hemodialisa

3.6.1.2 Mengurangi kecemasan dan ketakutan seseorang dalam

menjalani hemodialisa
35

3.6.1.3 Membantu rasa percaya diri untuk kelangsungan hidupnya

3.6.2 Keuntungan Fisiologis

3.6.2.1 Dapat mengurangi rasa sakit dan menjadi rileks

3.6.2.2 Mencegah terjadinya peningkatan pada tanda-tanda vital

seperti penigkatan tekanan darah, frekuensi nadi/jantung, dan

frekuensi pernafasan

3.6.2.3 seseorang tidak merasa hemodialisa menjadi beban

3.6.3 Tahap Kerja

3.6.3.1 Atur posisi tubuh agar rileks tanpa tanpa beban fisik

( duduk/tidur)

3.6.3.2 Instruksikakan untuk tarik nafas dari hidung dengan mata

tertutup , mulut tertutup, secara perlahan dan

menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan atau

meniup seperti lilin dilakukan selama 3x.

3.6.3.3 Pusatkan pikiran, identifikasi zikir dengan menggunkan

tasbih.

3.6.3.4 Instruksikan untuk berzikir dan melakukan secara mandiri.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Sebelum melakukan metode pengumpulan data untuk penelitian setelah

memenuhi syarat- syarat administrasi, serta sepengatahuan dari kedua

pembimbing. Hasil penelitian dinyatakan memenuhi syarat untuk diujikan

jika telah melalui proses bimbingan dan dinyatakan layak untuk

dipertahanakan dihadapan penguji oleh kedua pembimbing kelayakan

dibuktikan dengan lembar proses konsultasi.


36

3.8 Alat Instrumen

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa

alat ukur tingkat kecemasan, booklet, leaflet, dan lembar observasi.

3.7.1 Lembar observasi berisi tentang karakteristik responden yang

meliputi: nama, umur/tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, no.

RM

3.7.2 Lembar alat ukur tingkat kecemasan berisi tentang skoring tingkat

kecemasan pada pasien mulai dari tingkat kecemasan rendah sampai

tingkat panic

3.7.3 Prosedur pelaksanaan penelitian dengan booklet, dilakukan saat obyek

penelitian sedang mempersiapkan diri untuk hemodialisa dan

melakukan theraphy distraksi spiritual Dzikir selama 10 menit dalam

satu kali pertemuan.

3.7.4 Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di Ruang hemodialisa

Rumah Sakit Pelni Jakarta, dengan cara memberikan suasana yang

nyaman, dan lingkungan yang nyaman, melakukan theraphy

distraksi spiritual dzikir, waktu melakukan distraksi mendengarkan

dzikir dalam berkisar 10 menit

3.7.5 Penatalaksanaan Teknik theraphy distraksi mendengarkan dzikir.

3.7.5.1 Tujuan : Untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien dan

pasien siap untuk melakukan proses hemodialisa

3.7.5.2 Indikasi : dilakukan untuk pasien hemodialisa yang

mengalami kecemasan

3.7.5.3 Prosedur tindakan distraksi mendengarkan dzikir.


37

a) Memberikan salam terapeutik

b) Validasi kondisi pasien

c) Privacy pasien

d) Menjelaskan tujuan dan prosedur distraksi dzikir

e) Memberikan contoh berdzikir.

3.7.6 Tahap Kerja

3.7.6.1 Atur posisi / berikan posisi semi fowler agar relaks tanpa

beban fisik

3.7.6.2 Ciptakan lingkungan yang tenang

3.7.6.3 Usahakan tetap rileks dan tenang

3.7.6.4 dzikir secara tenang dan rileks

3.7.6.5 Memejamkan mata sambil dzikir agar perasaan menjadi

tenang

3.7.6.6 Bernapas beberapa kali dengan irama normal

3.7.6.7 Biarkan badan menyender dalam posisi lebih relaks

3.7.6.8 Mengulangi langkah keempat dan mengkonsentrasikan pikiran

pada lengan, perut, punggung, dan kelompok otot yang lain

3.7.6.9 Setelah seluruh tubuh merasa relaks, anjurkan untuk berbaring

untuk menghilangkan perasaan cemas

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden

akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden

(Nursalam,2003). Masalah etika ini ditekankan terutama pada : Informent


38

Consent Lembar persetujuan ini diberikan pada responden yang akan

mengisi kuesioner dan memenuhi kriteria inklusi. Jika subyek menolak,

peneliti tetap menghormati keputusan dan hak-hak mereka (Terdapat di

Lampiran ).

3.8.1 Informed consent

Lembar persetujuan ini diberikan pada responden yang sudah mengisi

kuesioner dan memenuhi kriteria inklusi. Jika subjek menolak, peneliti

tetap menghormato keputusan dan hak – hak mereka. Pada penelitian

ini akan menggunakan 2 responden, pada subjek 1 & II, peneliti akan

menjelakan tentang intervensi yang akan dilakukan jika subjek 1 & II

sudah memahami maka subjek I & II siap mendatangani surat

informed consent

3.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan maka subyek tidak mencantumkan nama

tapi diberi kode atau inisial. Pada subjek I dengan inisial nama Ny.S

dan pada subjek II dengan inisial nama Tn.J

3.8.3 Confidentialy

Kerahasiaan informal responden dijamin oleh peneliti dan hanya data-

data tertentu yang sudah dilaporkan sebagai hasil penelitian

3.8.4 Right To Self-Determination (Hak Untuk Ikut Menjadi Responden)

Responden mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi subyek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan

berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang pasien.


39

3.8.5 Right to full disclosure (hak untuk mendapatkan jaminan dari

perlakuan yang diberikan)

Peneliti sudah memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung

jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden.


40

3.9 Kerangka Konsep Penelitian

Hemodialisa

Cemas / Kecemasan

Respon Fisiologis Respon Psikologis

Teknik Distraksi
Spiritual Zikir

Pasien A Pasien B

Tingkat kecemasan menurun Tingkat kecemasan menurun


41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan dari sebuah penelitian

mengenai “Analisis Intervensi Distraksi Spiritual Dzikir Terhadap Tingkat

Kecemasan Dengangagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di Rumah

Sakit PELNI Jakarta”.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19, 20, 23, 26 dan 27 Juli 2019 pada dua

orang subjek atas nama Ny. S yang berusia 40 tahun sebagai objek I dan TN. J

yang berusia 50 tahun sebagai subjek II.

4.1 Gambaran umum lingkungan studi kasus

Penelitian kasus ini dilakukan dirumah Sakit PELNI Jakarta yang beralamat

di Jl.Aipda KS. Tubun No.92-94 RT.013/RW.01, Slipi, Palmerah, Kota

Jakarta Barat, Daerah khusus Ibukota Jakarta 11410. Rumah Sakit ini

memiliki berbagai fasilitas seperti UGD, Poli Umum. Penelitian ini dilakukan

diruang Hemodialisa Rumah Sakit PELNI Jakarta. Ruang hemodialisa yaitu

ruangan untuk terapi cuci darah. Didukung kerjasama tim yang

beranggotakan dokter spesialis penyakit dalam, dokter nefrologi, dokter

umum yang bersertifikasi HD, serta perawat yang kompeten, dan

bersertifikat. Unit hemodialisa Rumah Sakit PELNI adalah unit pelayanan

modern, menyeluruh dan terintegrasi untuk mengatasi masalah pasien dengan

gangguan ginjal terminal . jumlah bed lt. 3 yaitu 27 bed termasuk ISO dalam

1 hari biasanya pasien sekitar 27 pasien, pada lt. 5 ruang 1 -2 jumlah bed 43
42

bed termasuk VIP ( 4 bed) jumlah pasien sekitar 86 pasien, ruang hd 3 – 4

jumlah bed 27 bed dan jumlah pasien sekitar 27 pasien .fasilitas layanan yang

tersedia adalah konsultasi dan layanan cuci darah, konsultasi dan

layanan Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CPAD), Konsultasi

Transplatansi Ginjal, Layanan Travellers Dialysisi dan konsultasi para ahli

lainnya seperti dokter bedah vaskular, psikolog, psikiatri dan ahli gizi.

4.2 Karakteristik subjek

4.2.1 Subjek I

Subjek I berjenis kelamin perempuan, berumur 40 tahun, status

perkawinan belum menikah, agama Islam, suku bangsa klien betawi,

pendidikan terakhir klien SMA, bertempat Jln. Pembangunan I dalam

No 22, RT 04 Rw. 01 Jakarta Barat. subjek I tinggal dirumah bersama

keponakan dan kakaknya. Subjek I memiliki tinggi 152 cm, berat badan

45,1 kg, memakai hijab , kulit berwarna sawo matang, dan tidak

memiliki cacat fisik. Keluhan utama subjek I yaitu klien merasa sesak

napas, cemas memikirkan penyakit yang dihadapinya, tidak bisa

istirahat dengan tenang, merasa gelisah, tidak bisa tidur, suka terbangun

pada malam hari, tidak bisa berkonsentrasi dengan baik, merasa sedih

karna kehilangan pekerjaan, perasaan pun gampang berubah-berubah.

Saat subjek I diwawancara subjek I tamapak gelisah, lesu, dan koperatif

TD 156/85 mmHg, N 64 x/menit, P 21 x/menit, S 36,0oC. Subjek I telah

menjalani Hemodialisa selama 2 bulan.


43

4.2.2 Subjek 2

Subjek II berjenis kelamin laki – laki , berusia 50 tahun, bertempat

tinggal di kelurahan Kedoya , subjek II tidak pernah sekolah,

pekerjaan sebagai buruh, subjek II tinggal bersama istri dan anaknya,

Subjek II memiliki tinggi 170 cm, berat badan 71 kg, berambut

bondol, kulit berwarna sawo matang , dan tidak memiliki cacat fisik.

Keluhan utama klien yaitu klien merasa cemas memikirkan tentang

penyakitnya, yang dihadapinya, tidak bisa istirahat dengan tenang,

merasa gelisah, merasa mual, suka terbangun pada malam hari, tidak

bisa berkonsentrasi dengan baik, merasa sedih takut dan perasaan pun

gampang berubah-berubah. Saat subjek II diwawancara subjek II

tampak kooperatif, dan tampak gelisah. 126/64 mmHg, N 92 x/menit,

P 21 x/menit, S 36,5oC. Subjek II telah menjalankan hemodialisa

selama 24 bulan.

4.3 Fokus studi kasus

Studi kasus ini memaparkan tentang Distraksi spiritual Zikir untuk pasien

gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa yang mengalami kecemasan

sedang, sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi

distraksi spiritual Zikir, Hasil studi kasus akan dipaparkan berikut ini:

4.3.1 Subjek I

Subjek I merasa pusing ,merasa cemas memikirkan tentang

penyakitnya yang akan dihadapinya, tidak bisa istirahat dengan

tenang, merasa gelisah, suka terbangun pada malam hari, tidak bisa
44

berkonsentrasi dengan baik, merasa sedih takut, lelah, selera makan

menurun, kesulitan untuk tidur, perasaan gampang berubah- ubah.

Sebelum dilakukan pemberian distraksi spiritual Zikir, dilakukan

skrining jiwa dengan hasil kecemasan didapatkan skor 27

(kecemasan Sedang) Maka, untuk mengatasi masalah ansietas

yang dialami oleh Ny. S peneliti memberikan distraksi spiritual

dzikir agar subjek I dapat mengatasi kecemasannya. Setelah

dilakukan intervensi distraksi spiritual Zikir Ny. S terlihat tenang,

nafsu makan klien meningkat, klien mampu melihat hal positif

yang ada pada dirinya, masih ada kesulitan pada tidur siang. Ny. S

mengatakan masih mengharapankan bekerja seperti dulu kala.

Klien terlihat perubahan perilaku pada subjek I, subjek I jika

kecemasan datang kembali maka subjek I melakukan dzikir.

4.3.2 Subjek II

Subjek II merasa gelisah tidak bisa istirahat dengan tenang, merasa

mual, suka terbangun pada malam hari, tidak bisa berkonsentrasi

dengan baik, merasa sedih takut dan perasaan pun gampang

berubah-berubah.

Sebelum dilakukan pemberian terapi dzikir, dilakukan skrining

jiwa dengan hasil kecemasan didapatkan skor 16 ( kecemasan

ringan ), maka untuk mengatasi masalah ansietas yang dialami oleh

TN. J peneliti memberikan terapi distraksi spiritual dzikir agar

subjek II dapat mengatasi kecemasannya. Setelah dilakukan

intervensi terapi distraksi dzikir, TN.J terlihat tenang, nafsu makan


45

klien meningkat, gelisah berkurang, tampak lebih ceria, tidur pun

terasa nyaman. Subjek II mengatakan mempunyai keinginan untuk

bekerja kembali. Subjek II mulai terlihat perubahan perilaku pada.

jika kecemasan datang kembali maka subjek I melakukan terapi

distraksi dzikir.

4.4 Pembahasan

Peneliti akan membahas uraian mengenai hasil dari penelitian yang dilakukan

pada masing-masing subyek yang telah dilakukan intervensi selama dua kali

pertemuan. Karakteristik subyek penelitian memiliki perbedaan, pada subjek I

dan subjek II. Berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian kasus ini bahwa

subjek berjenis kelamin perempuan lebih cemas dibandingkan subjek berjenis

kelamin laki - laki, hal ini didukung pada penelitian Indah (2016) Pada

kecemasan juga dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Dilihat hasil penelitian

karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan yaitu (63,2%) mengalami kecemasan berat

(53,5%), sedangkan laki-laki mengalami kecemasan sedang yaitu (40,0%).

Pada subjek I tingkat kecemasan atau hasil skoring lebih tinggi dibandingkan

subjek II. Dikarenakan subjek I baru menjalani hemodialisa selama 2 bulan

sedangkan pada subjek II menjalani Hemodialisa selama 24 bulan, Hal ini di

dukung oleh penelitian Nadia (2007) Berdasarkan lama menderita, subjek

yang menderita 1-6 bulan mempunyai kecemasan yang lebih tinggi dibanding

subjek yang menderita gagal ginjal kronis selama 7-12 bulan, 13-18 bulan,

ataupun 19-24 bulan.


46

Berdasarkan status pernikahan pada subjek I berstatus belum menikah lebih

cemas dibandingkan subjek II yang sudah menikah, Sedangan menurut

penelitian Nadia ( 2007) pada subjek yang berstatus janda atau belum

menikah memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek

yang berstatus belum menikah ataupun sudah menikah.

Data tersebut yang menjadikan penyebab dari ansietas, setelah dilakukan

intervensi subjek I dan subjek II keduanya sama-sama mengalami penurunan

kecemasan, tetapi pada subjek I lebih cepat mengalami penurunan

kecemasan.

4.6 kondisi klien setelah diberikan intervensi

4.5.1 Subjek I.

Evaluasi: Setelah dilakukan tindakan selama 5 hari dengan 3 kali

pertemuan dengan intervensi terapi dzikir pada subyek I mengalami

perubahan yang cukup baik, klien mampu berkonsentasi lebih baik dan

lebih rileks serta mampu menengangkan rasa kekhawatirannya. Klien

merasa lebih tenang jika Terapi tersebut berlangsung, klien mencoba

pada malam hari, klien dapat tidur pada malam hari. lebih rileks dan

tidur pun menjadi lebih nyenyak. Klien ingin mencoba terapi yang

diberikan agar perasaan klien menjadi lebih tenang setiap harinya.

Menurut klien terapi yang diberikan cukup baik dan klien mampu

mengikuti terapi dengan benar. Kecemasan klien pun menjadi

berkurang, pada awalnya skor klien dan klien mengalami kecemasan


47

sedang, setelah dilakukan intervensi selama 4 hari skor berubah

menjadi 18 dan menjadi sudah tidak cemas.

4.5.2 subjek II

Evaluasi: Setelah dilakukan tindakan selama 5 hari dengan intervensi

terapi musik pada subyek II mengalami perubahan yang baik, klien

merasa lebih rileks dan tenang, Terapi Zikir diberikan sangat baik

untuk dilakukan. Pada saat terapi berlangsung klien sangat rileks dan

dapat mengontrol emosi serta berkonsentrasi dengan baik, mengikuti

semua arahan yang diberikan. Klien mengatakan jika perasaannya

tidak enak, klien akan mencoba melakukan terapi yang telah diberikan

kepada klien. Kecemasan klien pun menjadi berkurang, pada awalnya

skor klien dan klien mengalami kecemasan sedang, setelah dilakukan

intervensi selama 4 hari skor berubah menjadi 17 dan menjadi subjek

II sudah tidak cemas.

4.7 Keterbatasan Penelitian

4.6.1 Kurang mendalamnya wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Maka

hal tersebut menyebabkan data yang diperoleh menjadi kurang kuat

dan kurang akurat, sehingga peneliti mengambil kesimpulan umum

berdasarkan jawaban dari subyek.

4.7.1 Keterbatasan jumlah sample yang tidak terlalu jauh perbedaan usia

juga menyebabkan kesulitan dalam memenuhi persyaratan sesuai

kriteria inklusi di Rumah Sakit Pelni Jakarta.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian selama

lima hari berturut-turut dimulai pada 19, 20, 23, 26 dan 27 Juli 2019. pada dua

orang subjek atas nama Ny. S yang berusia 40 tahun sebagai objek I dan Tn.J

yang berusia 50 tahun sebagai subjek II diberikan intervensi terapi Distraksi

spiritual dzikir daam mengurangi tingkat kecemasan pda ruang hemodialisa rumah

sakit pelni Jakarta.

5.1 Kesimpulan

Hemodialisa suatu metode terapi dialysis yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut

ataupun secara progresif ginjal yang tidak mampu melaksanakan proses

tersebut tetapi ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang dilengkapi

dengan membrane penyaring semipermeable ( ginjal buatan ) hemodialysis

dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan

secara permanen atau menyebabkan kematian.(Muttaqin Arif,2013)

Pemberian terapi dzikir dapat membantu menurunkan tingkat ansietas pada

pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa, karena pada terapi tersebut

akan memicu hormon yang ada didalam tubuh manusia salah satunya yaitu

hormon endorfin, dimana saat kita melakukan teknik distraksi , dan menutup

mata secara perlahan akan menjadi rileks serta tenang.

48
49

Hasil setelah dilakukan intervensi pada subyek I yang awalnya mengalami

kecemasan sedang dapat berubah menjadi tidak cemas lagi, karena klien

merasa termotivasi untuk kuat, sedangkan pada subyek II yaitu mengalami

berubahan, awalnya subyek II mengalami kecemasan sedang setelah

dilakukan intervensi kecemasan berubah menjadi kecemasan ringan.

Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara usia dan pendidikan dengan

tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang mempengaruhi tingkat kecemasan

antara subyek I dan subyek II

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi

Diharapkan untuk menambah buku-buku penelitian. Tentang

kecemasan di perpustakaan untuk mendukung peneliti-peneliti

berikutnya. Dan disarankan juga institusi dapat menerapkan terapi ini

agar semua orang yang ada dilingkungan institusi dapat menjadi lebih

rileks dan tidak terlalu stress, dan tidak hanya menggunakan obat saja

untuk mengatasi misal nyeri yang mengakibatkan sesorang menjadi

takut atau cemas.

5.2.2 Bagi Rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat menekankan mengenai tingkat

kecemasan terhadap pasien gagal ginjal di ruang hemodialisa Rumah

Sakit PELNI Jakarta sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan

pada klien yang merasakan kecemasan. Diharapkan juga Rumah Sakit

untuk menurunkan tingkat kecemasan salah satunya adalah dengan


50

pemberian teknik distraksi spiritual dzikir diruang perawatan khususnya

ruang perawatan yang terdapat banyak pasien yang mengalami ansietas.

agar pasien dapat lebih rileks dan tenang.


51

DAFTAR PUSTAKA

Nurrahmani,2012. Stop ! hipertensi. Jakarta : familia diambil pada tanggal 2

mei 2019 pukul 10.00 www.ejurnal-analisiskesehatan.web.id

Martha, 2012, panduan cerdas mengatasi hipertensi. Yogyakarta.araska

diambil pada tanggal 2 mei 2019 pukul 10.00 www.ejurnal-

analisiskesehatan.web.id

veedebeck,2008. Buku ajar keperawatan jiwa.jakarta.EGC

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sastroasmoro, S. Sofyan, 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis

Edisi Ke-5, Jakarta :CV. Sagung Seto.

stuart,2016. prinsip dan praktik keperawatan kesehatan jiwa stuart.jilid 1 edisi

Indonesia.

51
52

Priscilla lemone dkk, 2016 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3

Edisi 5.

Price&Wilson,2013.patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit,

volume1&2 , EGC, Jakarta

52
53

Arif mutaqqin,2013. Aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah. salemba

medika.jakarta

Trimeilia.S.2018 hubungan tingkat kecemasan dengan kebutuhan palliative

care pada pasien

Riselligia.C.2013 kecemasan dan depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani terapi hemodialisis. diambil pada tanggal 28 april 2019 pukul 08.00

https://jpu.k-pin.org/index.php/jpu/article/view/22

Kaplan & Sadock, 2003 buku ajar psikiatri klinik, Jakarta : EGC
LAMPIRAN
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

Mei Juli
Agustus
NO Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan

proposal

2 Pengumpulan

proposal

3 Ujian proposal

4 Praktek

penelitian

5 Penyusunan

hasil penelitian

6 Ujian hasil

penelitian
Lampiran 2

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah Peneliti berasal dari Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

dengan ini meminta saudara /I untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam

penelitian yang berjudul “Analisis Intervensi Distraksi Spiritual Zikir

Terhadap Tingkat Kecemasan Dengan gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani

Hemodialisa Di Rumah Sakit Pelni Jakarta ”.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk menggambarkan intervensi

distraksi spiritual dzikir untuk untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien

dengan hemodiaisis di Rumah Sakit PELNI Jakarta. Penelitian ini akan

berlangsung selama 5 hari dalam 3 kali pertemuan.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan

menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15-

20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi saudara /i

tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan

asuhan/ pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang saudara /i peroleh dalam keikutsertaan saudara /i pada

penelitian ini adalah saudara /i turut terlibat aktif mengikuti perkembangan

asuhan / tindakan yang diberikan.


5. Nama dan jati diri saudara /i beserta seluruh informasi yang saudara

sampaikan akan tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,

silakan menghubungi peneliti pada nomor hp 089635858223.

Peneliti
Lampiran 3

INFORMED CONSENT

(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

sudah dilakukan oleh Yulia Ningsih Salamah dengan judul berjudul “Analisis

Intervensi Distraksi spiritual dzikir Terhadap Tingkat Kecemasan Dengangagal

Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Pelni Jakarta”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi

apapun.

Jakarta, Juli 2019

Saksi Yang memberikan persetujuan

(...........................................) (............................................)

Peneliti

( Yulia Ningsih Salamah )


Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

ANALISIS INTERVENSI DISTRAKSI SPIRITUAL DZIKIR

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DENGAN GAGAL

GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA

DI RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

Ruang :__________________

Nama perawat :__________________

 Karakteristik responden

1. Nama : _______________________

2. Jenis Kelamin : Laki – laki

Perempuan

3. Usia/Tanggal Lahir : ______ Tahun/bulan.

4. No. RM : _______________________

 Sejak kapan di diagnosa gagal ginjal : _____________________

 Komplikasi penyakit lain : ___________________________

 Pekerjaan : ___________________________
Lampiran 5

Tabel Definisi Operasional Analisis Intervensi Distraksi Spiritual Dzikir Terhadap

Tingkat Kecemasan Dengan Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di

Rumah Sakit Pelni Jakarta

No Pertanyaan 0 1 2 3 4

1 Perasaan Ansietas

- Cemas

- FirasatBuruk

- Takut Akan PikiranSendiri

- MudahTersinggung

2 Ketegangan

- MerasaTegang

- Lesu

- Tak Bisa IstirahatTenang

- MudahTerkejut

- MudahMenangis

- Gemetar

- Gelisah

3 Ketakutan

- PadaGelap

- Pada OrangAsing

- DitinggalSendiri

- Pada BinatangBesar

- Pada Keramaian LaluLintas


- Pada Kerumunan

OrangBanyak

4 Gangguan Tidur

- Sukar MasukTidur

- Terbangun MalamHari

- TidakNyenyak

- Bangun denganLesu

- BanyakMimpi-Mimpi

- MimpiBuruk

- MimpiMenakutkan

5 Gangguan Kecerdasan

- SukarKonsentrasi

- Daya Ingat Buruk

6 Perasaan Depresi

- Hilangnya Minat

- Berkurangnya Kesenangan

PadaHobi

- Sedih

- Bangun DiniHari

- Perasaan Berubah-Ubah

SepanjangHari
7 Gejala Somatik (Otot)

- Sakit dan Nyeri diOtot-Otot

- Kaku

- KedutanOtot

- GigiGemerutuk

- Suara TidakStabil

8 Gejala Somatik (Sensorik)

- Tinitus

- PenglihatanKabur

- Muka Merah atauPucat

- Merasa Lemah

- Perasaanditusuk-Tusuk

9 Gejala Kardiovaskuler

- Takhikardia

- Berdebar

- Nyeri diDada

- Denyut NadiMengeras

- Perasaan Lesu/Lemas

Seperti MauPingsan

- Detak Jantung

Menghilang(Berhe

nti Sekejap)
10 Gejala Respiratori

- Rasa Tertekan atau Sempit

DiDada

- PerasaanTercekik

- Sering MenarikNapas

- NapasPendek/Sesak

11 Gejala Gastrointestinal

- SulitMenelan

- PerutMelilit

- GangguanPencernaan

- Nyeri Sebelum dan

SesudahMakan

- Perasaan Terbakar diPerut

- Rasa Penuh atauKembung

- Mual

- Muntah

- Buang Air BesarLembek

- Kehilangan BeratBadan

- Sukar Buang Air

Besar(Konstipasi)
12 Gejala Urogenital

- Sering Buang AirKecil

- Tidak Dapat Menahan

AirSeni

- Amenorrhoe

- Menorrhagia

- Menjadi Dingin(Frigid)

- EjakulasiPraecocks

- EreksiHilang

- Impotensi

13 Gejala Otonom

- MulutKering

- MukaMerah

- MudahBerkeringat

- Pusing, SakitKepala

- Bulu-BuluBerdiri

14 Tingkah Laku Pada Wawancara

- Gelisah

- TidakTenang

- JariGemetar

- KerutKening

- MukaTegang

- Tonus OtotMeningkat

- Napas Pendek danCepat


Keterangan : 0 = tidakada

1 = ringan

2 = sedang

3 = berat

4 = berat sekali

Total skor : Kurang dari 14 = tidak ada cemas

14-20 = kecemasan ringan

21-27 = kecemasan sedang

28-41 = kecemasan berat

42-56 = kecemasan berat sekali


Lampiran 6

PERMOHONAN IJIN / ETHICAL CLEARANCE PENELITIAN

Proses penelitian dengan judul Analisis Intervensi Distraksi Spiritual Dzikir

Terhadap Tingkat Kecemasan Dengan Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani

Hemodialisa Di Rumah Sakit PELNI Jakarta oleh Yulia Ningsih Salamah NIRM

16098

Telah dinyatakan layak untuk ditinda lanjuti dengan penelitian, seanjutnya mohon

diterbitkan. Surat perijinan kepada institusi tempat pelaksanaan penelitian dan

atau kepeda tim ethical clearance jika diperlukan.

Jakarta, Juli 2019

Penguji I Penguji II

Ns. Sri Atun W.,M.Kep,Sp.Kep.J Buntar Handayani S.Kp., M.Kep.MM


NIDN: 0315076910 NIDN :0304056703

Pemohon

( Yulia Ningsih Salamah)

NIRM 16098

Anda mungkin juga menyukai