Anda di halaman 1dari 34

Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

MODUL 02

MODUL PENGANTAR HUKUM KONTRAK

DIKLAT HUKUM KONTRAK KONSTRUKSI TINGKAT DASAR

2016

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Tinjauan Hukum Kontrak sebagai Materi
Substansi dalam Diklat Hukum Kontrak Konstruksi Tingkat Dasar. Modul ini disusun
untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di
bidang Konstruksi.

Modul Pengantar Hukum Kontrak disusun dalam 4 (empat) bab yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami ketentuan
kontrak konstruksi di Indonesia. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini
lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Konstruksi.

Bandung, Desember 2016


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi

Dr. Ir. Suprapto, M.Eng.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i


Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... iiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... I-1
1.2 Deskripsi singkat ............................................................................................ I-2
1.3 Tujuan Pembelajaran ..................................................................................... I-2
1.3.1 Kompetensi Dasar ....................................................................................... I-2
1.3.2 Indikator Keberhasilan ................................................................................. I-2
1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok .............................................................. I-2
1.5 Estimasi Waktu ............................................................................................... I-3
BAB II PENGERTIAN HUKUM KONTRAK KONSTRUKSI ............................... II-1
2.1 Pengertian Hukum ......................................................................................... II-1
2.2 Penggolongan Hukum ................................................................................... II-1
2.3 Konstruksi Hukum ......................................................................................... II-3
2.4 Politik Hukum ................................................................................................ II-4
2.5 Fiksi Hukum................................................................................................... II-5
2.6 Hukum Dasar ................................................................................................ II-5
2.7 Dasar Hukum ................................................................................................ II-6
2.8 Hukum Subjektif ............................................................................................ II-6
2.9 Hukum Subjek ............................................................................................... II-6
2.10 Hukum Obyek .............................................................................................. II-6
2.11 Hukum Obyektif ........................................................................................... II-6
2.12 Kewajiban Hukum ....................................................................................... II-6
2.13 Kewajiban Moral .......................................................................................... II-7
2.14 Hukum Pidana Yang Tidak Berlaku Surut ................................................... II-7
2.15 Hukum Tidak Dapat Diganggu Gugat .......................................................... II-7
2.16 Perbedaan Hukum Perdata dan Hukum Pidana .......................................... II-8
2.17 Perbuatan Hukum, Peristiwa Hukum, dan Perbuatan melawan Hukum ...... II-8

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi ii


Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

2.18 Pengertian Hukum Konstruksi ..................................................................... II-8


2.19 Latihan......................................................................................................... II-9
2.20 Rangkuman ............................................................................................... II-10
BAB III TEORI HUKUM KONTRAK KONSTRUKSI .......................................... III-1
3.1 Negara sebagai subyek hukum .................................................................... III-1
3.2 Hukum Kontrak Konstruksi di Indonesia ....................................................... III-4
3.3 Latihan........................................................................................................ III-10
3.4 Rangkuman ................................................................................................ III-10
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. IV-1
4.1 Kesimpulan................................................................................................... IV-1
4.2 Tindak Lanjut ................................................................................................ IV-1
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... viiii
GLOSARIUM ......................................................................................................... ix

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

DAFTAR TABEL

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iv


Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

DAFTAR GAMBAR

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi v


Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Deskripsi
Modul Pengantar Hukum Kontrak ini terdiri dari dua kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar pertama membahas tentang pemahaman pembelajaran
Pengertian Hukum Kontrak Konstruksi. Kemudian kegiatan belajar kedua
membahas tentang Teori Hukum Kontrak Konstruksi. Peserta diklat
mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan. Pemahaman
setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami Pengantar Hukum
Kontrak. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi yang
menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari materi
dalam modul ini.

Persyaratan
Dalam mempelajari modul pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat
memahami dengan baik materi Pengantar Hukum Kontrak. Untuk menambah
wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu Pengantar
Hukum Kontrak.

Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi

Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan
ajar.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vi


Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
memahami Pengantar Ilmu Hukum Kontrak Konstruksi di Indonesia.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan industri jasa konstruksi di Indonesia mencapai puncaknya
pada periode 1967 – 1996 atau sampai awal 1997, yang mana pada saat itu
Indonesia untuk pertama kalinya menetapkan Pembangunan Jangka
Panjang Tahap – I ( PJP-I ), yang dijabarkan dalam REPELITA (Rencana
Pembangunan Lima Tahun). Selama kurun waktu 30 tahun tersebut,
kontrak-kontrak konstruksi yang dibuat tidak mengacu pada suatu acuan
atau landasan hukum yang baku. Satu-satunya acuan yang ada pada kurun
waku saat itu adalah Syarat-syarat Umum (AV 41) dan dibuat sebelum
Indonesia merdeka.
Tahun 1999, terbit Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999, tentang Jasa
Konstruksi. dengan diikuti peraturan perundangannya Peratuaran Pemrintah
Nomor 29 tahun 2000 tentang penyelengaraan jasa konstruksi, Perpres
Nomor 4 tahun 2015 tentang perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54
tahun 2010 tentang pengadaan barang jasa Pemerintah, dan Permen PUPR
Nomor 31/PRT/M/2015 /Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2015. Peraturan peraturan itulah yang
sekarang harus dipedomani oleh para pelaku Usaha Jasa Konstruksi di
Indonesia, baik Instansi Pemerintah maupun Perusahaan Swasta / BUMN.
Seiring dengan arus globalisasi, terbuka peluang bagi Indonesia untuk ikut
terlibat dalam tender proyek-proyek konstruksi Internasional. Oleh sebab itu,
maka para pelaku usaha jasa konstruksi harus memahami dan
menggunakan standar / system kontrak konstruksi Internasional seperti :
AIA, FIDIC, JCT, SIA, dan sebagainya beserta format, istilah dan
perbandingannya dengan system kontrak yang berlaku di Indonesia. Para
pelaku usaha jasa konstruksi juga perlu mengetahui cara-cara menyusun
kontrak konstruksi yang baik untuk mengurangi terjadinya sengketa di
kemudian hari.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-1
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

1.2 Deskripsi singkat


Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan
mengenai pengertian ilmu hukum, peristiwa hukum dan norma hukum, asas-
asas hukum, penggolongan hukum, dasar hukum/ akibat hukum/ sengketa
hukum, perbuatan melawan hukum, wanprestasi dan penyelesaikan
sengketa hukum.

1.3 Tujuan Pembelajaran


1.3.1 Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami
pengantar ilmu hukum kontrak Konstruksi di Indonesia.
1.3.2 Indikator Keberhasilan
Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan :
a) Pengertian Hukum Kontrak Konstruksi
b) Teori Hukum Kontrak Konstruksi

1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Dalam modul Pengantar Hukum Kontrak ini akan membahas materi:
a) Pengertian Hukum Kontrak Konstruksi
1) Pengertian hukum
2) Penggolongan hukum
3) Konstruksi hukum
4) Politik hukum
5) Fiksi hukum
6) Hukum dasar
7) Dasar hukum
8) Hukum subjektif
9) Hukum Subjek
10) Hukum Objek
11) Hukum Objektif
12) Kewajiban hukum
13) Kewajiban moral

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

14) Hukum pidana yang tidak berlaku


15) Hukum tidak dapat diganggu gugat
16) Perbedaan hukum perdata dan hukum pidana
17) Perbuatan hukum, peristiwa hukum dan perbuatan melawan hukum
18) Pengertian hukum konstruksi.
b) Teori Hukum Kontrak Konstruksi
1) Negara sebagai subjek hukum
2) Hukum kontrak konstruksi di Indonesia.

1.5 Estimasi Waktu


Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk mata diklat “Pengantar Hukum Kontrak” ini adalah 4 (empat) jam
pelajaran (JP) atau sekitar 180 menit.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-3
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

BAB II
PENGERTIAN HUKUM KONTRAK KONSTRUKSI

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan


pengertian hukum kontrak konstruksi

2.1 Pengertian Hukum


Drs. E. Utrecht, SH. Dalam bukunya “ Pengantar Dalam Hukum Indonesia “,
mengatakan bahwa Hukum adalah himpunan aturan-aturan (perintah-
perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat
dank arena itu harus ditaati oleh masyarakat.

S.M. Amin, SH. Dalam bukunya “ Bertamasya ke Alam Hukum “ mengatakan


bahwa Hukum dirumuskan sebagai kumpulan aturan-aturan yang terdiri dari
norma-norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan mengadakan ketertiban
dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban dapat
terpelihara dengan baik.

JCT. Simorangkir, SH & Woerjono Sastropranoto, SH. Dalam bukunya “


Pelajaran Hukum Indonesia “ mengatakan bahwa Hukum adalam aturan-
aturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, dimana pelanggaran terhadap aturan-aturan tersebut akan
berakibat diambilnya tindakan, yaitu hukuman tertentu.

2.2 Penggolongan Hukum


Hukum dibagi dalam beberapa golongan menurut beberapa asas-asas,
sebagai berikut:
a) Menurut sumbernya,
hukum dibagi dalam undang-undang, hukum kebiasaan, hukum traktat
dan hukum yurisprudensi.
b) Menurut bentuknya,
hukum dapat dibagi dalam hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-1
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

c) Menurut tempat berlakunya,


hukum dapat dibagi dalam hukum nasional, hukum inernasional, hukum
asing dan hukum gereja.
d) Menurut waktu berlakunya,
hukum dapat dibagi dalam Ius Constitutum, Ius Constituendum dan
hukum Asasi.
e) Menurut cara mempertahankannya,
hukum dapat dibagi dalam hukum material dan hykum formal
f) Menurut sifatnya,
hukum dapat dibagi dalam hukum yang memaksa dan hukum yang
mengatur
g) Menurut wujudnya,
hukum dapat dibagi dalam hukum objective dan hukum subjective.
h) Menurut isinya,
hukum dapat dibagi dalam hukum privat (hukum sipil) dan hukum public
(hukum Negara).

Pada prinsipnya hukum Indonesia merupakan hasil duplikasi dari hukum


Belanda yang dikodifikasi. Dalam realisasinya hukum Indonesia terdiri atas :
KUH Pidana, KUH Perdata, Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi
Negara, Hukum Dagang, Hukum Acara Peradilan, Hukum Acara Perdata,
Hukum Adat dan Hukum Internasional.
Dalam KUH Pidana, dibagi dalam 3 (tiga) kitab :
a) buku-1 , tentang ketentuan umum
b) buku-2 , tentang kejahatan
c) buku-3 , tentang pelanggaran.

Dalam KUH Perdata, dibagi dalam 4 (empat) kitab.


a) buku-1 , tentang orang dan badan hukum
b) buku-2 , tentang benda.
c) buku-3 , tentang perikatan
d) buku-4 , tentang kadaluarsa.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-2
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

Hukum Tata Negara berbicara tentang peraturan yang harus dijalankan


dalam mengurusi administrasi Negara.
Hukum Administrasi Negara, berbicara mengenai kekuasaan executive
dalam pemerintahan untuk menjalankan dan melaksanakan undang -
undang.
Hukum Internasional, terbagi dalam 2 (dua) jenis aturan , yaitu :
a) Hukum Publik Internasional
Hukum yang mengatur tentang hubungan antar Negara
b) Hukum Privat Internasional
Hukum yang mengatur tentang hubungan warga Negara yang berbeda.

2.3 Konstruksi Hukum


Konstruksi hukum adalah cara kerja atau proses berfikir Hakim dalam
menentukan hukum atau menerapkan suatu ketentuan perundang-
undangan. Konstruksi hukum terdiri atas konstruksi analogi, penghalusan
hukum dan argumentum a contrario.

Dalam melakukan konstruksi hukum atau penafsiran suatu aturan hukum,


Hakim harus mengikuti beberapa prinsip, antara lain :
a) Prinsip obyektivitas.
Penafsiran hendaknya berdasarkan pada arti secara literal dari aturan
hukum dan berdasarkan hakekat dari aturan hukum tersebut harus
dibuat sejelas mungkin untuk perkembangan selanjutnya.
b) Prinsip kesatuan.
Setiap norma harus dibaca dengan teks dan tidak secara terpisah.
Bagian harus berasal dari keseluruhan dan keseluruhan harus berasal
dari bagiannya.
c) Prinsip penafsiran genetis.
Selama melakukan penafsiran terhadap teks, keberadaan teks asli harus
dijadikan pertimbangan, terutama dalam aspek obyektivitas, tata bahasa,
budaya dan kondisi social dari pembentukan hukum tersebut dan
terutama dari pembuat hukum tersebut; dan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-3
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

d) Prinsip perbandingan.
Prinsip ini adalah prinsip untuk membandingkan suatu teks hukum
dengan teks hukum lainnya, menyangkut hal yang sama di suatu waktu.
e) Keempat prinsip tersebut merupakan prinsip yang dijadikan semacam
panduan dalam menentukan konstruksi hukum berupa penafsiran dalam
rangka menemukan hukum, sehingga kepastian hukum dan keadilan di
dalam masyarakat dapat terjalin dengan baik.

2.4 Politik Hukum


Pertama, pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan
terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan ; Kedua,
pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi-
fungsi lembaga dan Politik hukum rechtpolitiek; rechts berarti hukum adalah
putusan (judgement, verdict, decision), ketetapan (provision), perintah
(command), pemerintah (government), kekuasaan (authority, power),
hukuman (sentence).

Politiek berarti kebijakan (policy) / beleid (van der sat). Politik hukum berarti
kebijakan hukum. Kebijakan berarti sebagian rangkaian konsep dan asas
yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak dalam bidang hukum.
Moh.Mahfud MD, seorang Pakar Hukum Indonesia, mengatakan bahwa
politik hukum adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan secara
nasional oleh Pemerintah Indonesia yang meliputi :
pembinaan para penegak hukum. Dari pengertian tersebut, terlihat politik
hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat
menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun dan ditegakkan.
Dengan demikian, politik hukum adalah arahan atau garis resmi yang
dijadikan dasar pijak dan cara untuk membuat dan melaksanakan hukum
dalam rangka mencapai tujuan Bangsa dan Negara.
Politik hukum merupakan upaya menjadikan hukum sebagai proses
pencapaian tujuan Negara. Politik hukum dapat dikatakan juga sebagai

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-4
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

jawaban atas pertanyaan tentang mau diapakan hukum itu dalam perspektif
formal kenegaraan guna mencapai tujuan Negara.

2.5 Fiksi Hukum


Fiksi hukum, merupakan asas yang menganggap semua orang tahu hukum
(presumption iures de iure). Semua orang dianggap tahu hukum, tak
terkecuali petani yang tak lulus Sekolah Dasar, atau Warga yang tinggal di
pedalaman. Dalam bahasa latin dikenal pula adagium ignorantia jurist non
excusat, ketidak tahuan hukum tidak bisa dimaafkan. Seseorang tidak bisa
mengelak dari jeratan hukum, dengan berdalih belum atau tidak mengetahui
adanya hukum dan peraturan perundang-undangan tertentu. Fiksi hukum
sejatinya membawa konsekwensi bagi Pemerintah.Setiap aparat pemerintah
berkewajiban menyampaikan adanya hukum atau peraturan tertentu kepada
masyarakat. Kalau warga yang tak melek hukum lantas diseret ke
Pengadilan padahal ia benar-benar tak tahu hukum, aparat penyelenggara
Negara juga mestinya ikut merasa bersalah. Setidaknya, spirit tanggung
jawab itu pula yang ditekankan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat
membuka Konvensi Hukum Nasional di Istana Negara, 15 April 2010 yang
lalu,
“ Kalau ada warganegara kita yang berbuat kesalahan, melakukan
pelanggaran dan kejahatan secara hukum, karena mereka tidak tahu itu
dilarang, kalau itu tidak boleh oleh hukum dan peraturan, maka
sesungguhnya kita ikut bersalah “ , tandas Presiden di depan para
penyelenggara Negara yang kebanyakan bergerak di bidang hukum.

2.6 Hukum Dasar


Undang-Undang Dasar (UUD) merupakan hukum dasar yang berlaku di
suatu Negara. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan
hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-
peraturan lainnya. Apabila UUD akan dirubah, diperlukan proses yang
panjang dan persetujuan dari banyak pihak. Selain itu UUD juga dapat di-
amandemen-kan dan ditambah dengan pasal-pasal baru. Undang-Undang
Dasar dalam bahasa Belanda disebut Ground Wet atau Hukum Dasar.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-5
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

2.7 Dasar Hukum


Dasar Hukum merupakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
melandasi penerapan suatu tindakan / penyelenggaraan oleh orang atau
badan, agar dapat diketahui batasan, posisi dan sanksinya.

2.8 Hukum Subjektif


Hukum Subjektif, adalah kewenangan yang diperoleh seseorang
berdasarkan sesuatu yang diatur oleh Hukum Objektif, di satu pihak
menimbulkan hak dan sebaliknya di pihak yang lain menimbukan kewajiban.
Hukum Subjektif adalah hukum yang timbul dari Hukum Objektif yang berlaku
terhadap beberapa orang atau hanya berlaku terhadap seseorang saja.

2.9 Hukum Subjek


Subyek Hukum adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum.Dalam
kehidupan sehari-hari, yang menjadi subyek hukum dalam system hukum
Indonesia, yang sudah barang tentu bertitik tolak dari system hukum
Belanda, ialah individu (orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi,
institusi).

2.10 Hukum Obyek


Hukum Obyek, adalah segala sesuatu yang dapat berguna bagi subyek
hukum dan dapat menjadi pokok suatu hubungan yang dilakukan oleh
subyek-subyek hukum.

2.11 Hukum Obyektif


Hukum Obyektif, adalah hukum yang mengatur hubungan antara dua orang
atau lebih yang berlaku umum. Hukum Obyektif adalah peraturan-peraturan
hukum dalam suatu Negara yang secara umum berlaku tanpa meng-
istimewa-kan orang tertentu aau golongan tertentu.

2.12 Kewajiban Hukum


Kewajiban hukum merupakan suatu kewajiban yang diberikan dari luar diri
manusia (norma heteronom).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-6
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

2.13 Kewajiban Moral


Kewajiban Moral, bersumber dari dalam diri sendiri (norma otonom).
Kewajiban hukum dan kewajiban moral dapat berpadu, dalam istilah Hegel,
“Sittlicheit”.Dalam tataran ini hukum telah diterima sebagai kewajiban-
kewajiban moral. Dalam wilayah pembahasan etika, Immanuel kant
menguraikan etika “imperative kategoris”, dimana tunduk kepada hukum
merupakan suatu sikap yang tanpa pamrih, dan tidak perlu alasan apapun
untuk tunduk kepada hukum. Sebagai perbandingan adapula yang
dinamakan imperative hipotetis, dimana kewajiban dilaksanakan karena
suatu alasan-alasan tertentu atau mengharapkan reward tertentu. Contoh :
Seseorang Mahasiswa membayar uang semester, berarti dia sudah
memenuhi kewajiban moralnya.

2.14 Hukum Pidana Yang Tidak Berlaku Surut


Hukum pidana yang tidak berlaku surut, adalah tidak ada suatu perbuatan
yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-
undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan.

2.15 Hukum Tidak Dapat Diganggu Gugat


Kita semua paham bahwa undang-undang tidak dapat duganggu gugat,
tetap diikuti dalam system hukum Indoensia hingga saat ini, yang
menyatakan bahwa : “ Sebuah undang-undang yang telah dibuat sesuai
prosedur, yakni oleh DPR dan Presiden, kemudian disyahkan Presiden,
maka sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
undang-undang tersebut tidak dapat diganggu gugat. Hanya Mahkamah
Konstitusi merupakan pihak yang berwenang untuk menyatakan bahwa
suatu peraturan perundang-undangan adalah tidak syah.Ketentuan ini diatur
dalam Pasal 24 ayat (1) Perubahan Kedua UUD 1945, yang menyatakan
bahwa Mahkamah Konstitusi yang berwenang untuk menguji suatu undang-
undang.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-7
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

2.16 Perbedaan Hukum Perdata dan Hukum Pidana


Hukum Perdata, adalah hukum yang mengatur hubungan hukum seseorang
dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.
Hukum Pidana, adalah hukum yang mengatur hubungan seseorang (sebagai
warga Negara) dengan Negara (sebagai penguasa tata tertib masyarakat ).

2.17 Perbuatan Hukum, Peristiwa Hukum, dan Perbuatan melawan Hukum


Perbuatan Hukum, adalah perbuatan yang memiliki akibat-akibat hukum,
misalnya : pembayaran hutang, baik berupa pemberian uang atau barang,
yang memiliki akibat hukum terpenuhinya hak kreditor dan kewajiban debitor.
Peristiwa Hukum, adalah setiap peristiwa kemasyarakatan yang
menimbulkan akibat yang diatur.

Perbuatan melawan Hukum, adalah sebagai perlawanan hukum


keperdataan.Sebab, untuk perbuatan melawan hukum pidana (delik) atau
kejahatan / pelanggaran pidana mempunyai arti dan pengaturan yang
berbeda.

2.18 Pengertian Hukum Konstruksi


Yang dimaksud dengan Hukum Konstruksi (Construction Law) adalah segala
peraturan perundang-undangan atau ketentuan-ketentuan hukum yang
berhubungan dengan industri jasa konstruksi antara lain :
a) Kontrak dan Dokumen Kontrak.
1) Addendum Perjanjian (bila ada)
2) Pokok Perjanjian;
3) Surat Penawaran berikut daftar kuantitas dan harga;
4) Syarat-Syarat Khusus Kontrak ( SSKK);.
5) Syarat-Syarat Umum Kontrak ( SSUK);.
6) Spesifikasi Khusus;
7) Spesikasi Umum;
8) Gambar- gambar; dan
9) Dokumen lainya, seperti: Jaminan jaminan, SPPBJ, BAHP, BAPP.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-8
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

b) Perundangan
1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi;
2) Undang-Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2000 tentang
Arbitrase dan alternatif Penyelesaian Sengketa;
3) Peraturan Pemerintah PP 59 tahun 2010 perubahan Kedua PP 29
tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.;
4) Pepres Nomor 4 Tahun 2015 tentang Probahan Keempat atas
Perpres 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah dan perobahannya.;
5) Permen PUPR Nomor 31/PRT/M/2015 , tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011
tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
dan Jasa Konsultansi’ Berdasarkan ketetapan dari Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi (Dikjendikti) Departemen Pendidikan Nasional.
Hukum Konstruksi diterjemahkan dengan Aspek Hukum
Pembangunan. Sesungguhnya istilah ini kurang tepat karena apabila
berbicara mengenai Aspek Hukum Pembangunan maka pengertian
tersebut mengandung arti yang sangat luas termasuk didalamnya
Pembangunan Mental Spiritual, Pembangunan Sosial Ekonomi,
Politik, Sosial Budaya dan sebagainya. Padahal yang dimaksud
disini adalah segala hal yang berhubungan dengan segala kegiatan
usaha jasa konstruksi. Mungkin lebih mendekati kebenaran istilah
tersebut disebut Aspek Hukum Pembangunan Konstruksi.

2.19 Latihan
1. Difinisi Hukum Kontrak Konstruksi dalam aturan-aturan yang bersifat
memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi . (B/Benar atau
S/Salah)
2. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan lump sump merupakan
kontrak atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu
tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua resiko

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-9
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang


sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan
spesifikasi tidak berubah ( B/Benar atau S/Salah)
3. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan derdasarkan harga
satuan (unit price). Dinamakan Kontrak Harga Satuan (Unit Price)
(B/Benar atau S/Salah)

2.20 Rangkuman
Menurut JCT. Simorangkir, SH & Woerjono Sastropranoto, SH. dalam
bukunya “ Pelajaran Hukum Indonesia “ mengatakan bahwa Hukum adalam
aturan-aturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi
yang berwajib, dimana pelanggaran terhadap aturan-aturan tersebut akan
berakibat diambilnya tindakan, yaitu hukuman tertentu.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-10
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

BAB III
TEORI HUKUM KONTRAK KONSTRUKSI

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan teori


hukum kontrak konstruksi

3.1 Negara sebagai subyek hukum


a) Negara sebagai subyek hukum
Secara perdata, subyek hukum dapat dikategorikan sebagai perorangan
atau badan hukum. Menurut R.Wiryono Prodjodikoro, negara termasuk
badan hukum sama seperti daerah otonom, perkumpulan orang-orang
(corporatie), perusahaan atau harta benda yang tertentu (yayasan).
Badan-badan hukum tersebut dapat turut serta dalam pergaulan hidup di
masyarakat, dapat menjual atau membeli barang, dapat sewa atau
menyewakan barang, dapat tukar menukar barang, dapat menjadi
majikan dalam persetujuan perburuhan, dan juga dapat dipertanggung
jawabkan atas tindakan melanggar hukum yang merugikan orang lain.
Secara hukum, negara dapat bertindak dalam 2 (dua) cara, yaitu :
1) Secara sama dengan badan hukum partikelir (swasta) seperti jual
beli barang, sewa menyewa barang, dll.
2) Dalam kedudukannnya sebagai pemerintah yang bertugas untuk
menyelenggarakan kesejahteraan Indonesia.
(a) Tindakan pemerintah/administrasi negara tersebut ada
pembatasannya, yaitu tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan atau kepentingan umum, tidak
boleh melawan hukum (onrechtmatig) baik formal maupun
materiil dalam arti luas, tidak boleh melampaui/menyelewengkan
kewenangan menurut undang –undang (kompetentie). Menurut
Prajudi Atmosudiryo, tindak pemerintahan harus memenuhi:
(b) Legitimasi, kegiatan administrasi negara jangan sampai
menimbulkan heboh karena tidak diterima masyarakat setempat
atau lingkungan yang bersangkutan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-1
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

(c) Yuridiktas, perbuatan administrasi negara tidak dapat melawan


atau melanggar hukum dalam arti luas
(d) Legalitas, tiidak satupun perbuatan administrasi negara yang
dapat dilakukan tanpa dasar suatu ketentuan undang-undang
dalam arti luas, keadaan darurat perlu pembuktian Keikutsertaan
badan administrasi negara dalam perbuatan hukum keperdataan
ikut mempengaruhi hubungan hukum keperdataan yang
berlangsung dalam masyarakat umum.Hal ini disebabkan
perjanjian yang diadakan oleh badan administrasi negara
dilakukan dengan warga masyarakat dan badan hukum perdata.
Bukan tidak mungkin berbagai ketentuan hukum publik
(terutama peraturan perundang-undangan hukum tata usaha
negara) akan menyusup dan mempengaruhi peraturan
perundang-undangan perdata. Terdapat beberapa peraturan
yang secara khusus mengatur tata cara/prosedur yang harus
ditempuh berkaitan dengan perbuatan hukum keperdataan yang
dilakukan oleh badan administrasi negara. Misalnya badan
administrasi negara tidak dapat begitu saja belanja barang dan
jasa (pengadaan) bagi kebutuhan departemen/lembaga tanpa
melalui tata cara dan prosedur yang ditetapkan. Apalagi
pembelanjaan dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.

Dalam ilmu hukum, ada 2 (dua) jenis badan hukum dipandang dari segi
kewenangan yang dimilikinya, yaitu:
1) Badan hukum publik (Personnemorale)
Mempunyai kewenangan mengeluarkan kebijakan publik, baik yang
mengikat umum maupun yang tidak mengikat umum (misalnya
Undang - Undang Perpajakan).
2) Badan hukum privat (personne juridique)
Tidak mempunyai kewenangan mengeluarkan kebijakan publik yang
bersifat mengikat masyarakat umum.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-2
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

Dalam konteks negara sebagai badan hukum publik, kedudukan hukum


dari kepunyaan negara itu harus diadakan pembagian dalam kepunyaan
privat (domaine prive) dan kepunyaan publik (domaine public). Hukum
yang mengatur kepunyaan privat ini sama sekali tidak berbeda dengan
hukum yang mengatur kepunyaan perdata biasa, yaitu hukum perdata.
Sementara itu, hukum yang mengatur kepunyaan publik diatur dalam
suatu peraturan perundang-undangan tersendiri.Dalam hal negara
sebagai pemilik kepunyaan privat, pemerintah sebagai representasi
negara, melakukan tindakan atau perbuatan yang bersifat privat
(perdata) pula. Dalam kedudukannya sebagai badan hukum privat,
pemerintah mengadakan hubungan hukum dengan subyek hukum lain
berdasarkan hukum privat. Salah satu hubungan hukum perdata ini
adalah perbuatan pemerintah sendiri atau bersama-sama dengan
subyek hukum lain, yang tidak termasuk administrasi negara, tergabung
dalam suatu bentuk kerja sama tertentu yang diatur oleh hukum perdata,
misalnya bergabung membentuk perseroan terbatas.

b) Peranan negara dalam bidang hukum.


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menegaskan bahwa tujuan Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum.
Oleh karena itu, bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat, sebagaimana tercantum dalam pasal 33 ayat (3)
UUD 1945.Disamping itu, negara juga bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas umum (infrastruktur) yang layak.Hal ini diamanatkan
juga oleh pasal 34 ayat (3) dan ayat (4) UUD 1945.

Dalam pembangunan nasional, jasa konstruksi mempunyai peranan


penting dan strategis mengingat jasa konstruksi menghasilkan produksi
akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya, baik yang berupa
prasarana maupun sarana yang berfungsi mendukung pertumbuhan dan
perkembangan berbagai bidang, terutama bidang ekonomi, sosial, dan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-3
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

budaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata


secara materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Selain berperan dalam mendukung berbagai bidang pembangunan, jasa
konstruksi berperan pula untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya
berbagai industri barang dan jasa yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Penyelenggaraan infrastruktur oleh pemerintah erat kaitannya dengan


kegiatan penyelenggaraan konstruksi.Ada 2 (dua) hal penting peranan
pemerintah dalam penyelenggaraan infrastruktur.Pertama adalah
masalah pembebasan lahan dan kedua adalah masalah tarif. Dalam hal
pembebasan lahan, apabila tidak ada aturan main yang ditetapkan
pemerintah khususnya dalam hal negosiasi harga tanah dalam peraturan
pertanahan, maka akan terjadi pembengkakan nilai investasi yang mana
konsekuensinya akan mempengaruhi tarif dan juga tingkat
pengembalian investasi bagi investor. Begitu pula masalah tarif, apabila
pemerintah tidak memberikan jaminan kenaikan tarif dalam suatu
peraturan perundang-undangan, maka investor akan mengalami
kesulitan dalam menentukan tingkat pengembalian investasi, biaya-
biaya operasi dan pemeliharaan yang dipengaruhi oleh inflasi.

Ada 2 (dua) resiko yang harus dibagi antara investor dan


pemerintah.Tanggung jawab resiko investor dalam investasi infrastruktur
adalah resiko-resiko yang bersifat korporasi seperti resiko-resiko yang
berkaitan dengan perjanjian kredit, konstruksi dan sumber daya
manusia.Sedangkan tanggung jawab resiko pemerintah dalam investasi
infrastruktur adalah resiko-resiko yang bersifat politis, resesi ekonomi
dan bencana yang bersifat perekonomian secara global.

3.2 Hukum Kontrak Konstruksi di Indonesia


a) Kajian hukum kontrak di Indonesia
Kontrak konstruksi merupakan bagian dari hukum perikatan yang berlaku
di Indonesia. Hukum perikatan di Indonesia diatur dalam buku III KUH

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-4
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

Perdata yang terdiri dari 18 Bab dan 631 pasal, mulai dari pasal 1233
KUH Perdata hingga pasal 1864 KUH Perdata. Berdasarkan pasal 1233
KUH Perdata, disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan dari
perjanjian/persetujuan dan Undang-Undang.

Buku III KUH Perdata menganut asas kebebasan dalam hal membuat
perjanjian (beginsel der contractsvrijheid).Asas ini dapat disimpulkan dari
pasal 1338 KUH Perdata yang menerangkan bahwa “segala perjanjian
yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.” Dari peraturan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa tiap perjanjian mengikat kedua belah pihak dan peraturan ini
memberikan keleluasaan untuk membuat perjanjian apa saja asal tidak
melanggar ketertiban umum serta kesusilaan. Tidak saja memberikan
keleluasaan, tetapi pada umumnya juga dibolehkan mengenyampingkan
peraturan-peraturan yang termuat dalam buku III tersebut.Dengan kata
lain, peraturan-peraturan dalam buku III KUH Perdata tersebut pada
umumnya hanya merupakan hukum pelengkap (aanvullend recht),
bukan hukum keras atau hukum yang bersifat memaksa.Hal inilah yang
dikenal umum sebagai sistem terbuka.

Terdapat 3 (tiga) asas yang terdapat dalam hukum perjanjian ini yang
merupakan sistem terbuka, yaitu:
1) Asas kebebasan berkontrak
Asas ini disimpulkan dalam pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata yang
berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Dengan menekankan pada perkataan semua, maka pasal tersebut
seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa
kita diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa
saja atau apa saja dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang
membuatnya seperti undang-undang. Pasal-pasal dari hukum
perjanjian hanya berlaku apabila kita tidak mengadakan aturan-
aturan sendiri dalam perjanjian-perjanjian yang kita adakan itu.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-5
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

2) Asas Konsensualitas
Perkataan ini berasal dari perkataan latin consensus yang berarti
sepakat. Arti asas konsensualitas ialah pada dasarnya perjanjian
dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik
tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu
sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal pokok dan
tidaklah diperlukan sesuatu formalitas. Asas Konsensualitas tersebut
lazim disimpulkan dalam pasal 1320 KUHPerdata yang berbunyi :
“untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat : (1)
sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; (2) kecakapan untuk
membuat sesuatu perjanjian; (3) Suatu hal tertentu; (4) suatu sebab
yang halal.”
Oleh karena dalam pasal tersebut tidak disebutkan suatu formalitas
tertentu disamping kesepakatan yang telah tercapai itu, disimpulkan
setiap perjanjian itu sudah sah (dalam arti mengikat) apabila sudah
tercapai kesepakatan mengenai halhal yang pokok dari perjanjian
itu.Terhadap asas konsensualitas itu ada juga kekecualiannya, yaitu
yang oleh undang-undang ditetapkan formalitas-formalitas tertentu
untuk beberapa macam perjanjian seperti perjanjian penghibahan
benda tidak bergerak, perjanjian perdamaian, dll. Ancaman batalnya
perjanjian tersebut apabila tidak menuruti bentuk cara yang
dimaksud. Perjanjian-perjanjian yang ditetapkan suatu formalitas
tertentu, dinamakan perjanjian formil.
3) Asas Kepribadian
Yang dimaksud dengan kepribadian (personalia) disini adalah
tentang siapa-siapa yang tersangkut dalam suatu perjanjian. Asas ini
disimpulkan dalam pasal 1315 KUH Perdata, sebagai:
“Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama
sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk
dirinya sendiri.”
Menurut pasal ini, mengikatkan diri ditujukan pada memikul
kewajiban-kewajiban atau menyanggupi melakukan
sesuatu.Sedangkan minta ditetapkannya suatu janji, ditujukan pada

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-6
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

memperoleh hak-hak atas sesuatu atau dapat menuntut sesuatu.


Memang sudah semestinya, perikatan hukum yang dilakukan oleh
suatu perjanjian, hanya mengikat orang-orang yang mengadakan
perjanjian itu sendiri dan tidak mengikat orang-orang lain. Orang-
orang lain adalah pihak ketiga yang tidak mempunyai sangkut paut
dengan perjanjian tersebut.

b) Asas kebebasan berkontrak.


Asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUH
Perdata menjadi satu-satunya asas dalam penyusunan kontrak
konstruksi, hingga pada tahun 1999 lahir peraturan perundang-
undangan yang baku untuk mengatur hak-hak dan kewajiban para
pelaku jasa konstruksi, yaitu UU No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi.
Pada umumnya posisi penyedia jasa selalu lebih lemah daripada posisi
pengguna jasa. Dengan kata lain, posisi pengguna jasa lebih dominan
dari pada posisi penyedia jasa. Hal ini diakibatkan karena terbatasnya
pekerjaan konstruksi/proyek dan banyaknya penyedia jasa.
Secara umum, kontrak konstruksi dapat digolongkan menjadi 3 (tiga)
golongan, yakni:
1) Versi pemerintah
Biasanya tiap departemen memiliki standar sendiri.Standar yang
biasanya dipakai adalah standar Kementerian Pekerjaan Umum.
Bahkan Departemen Pekerjaan Umum memiliki lebih dari 1 (satu)
standar karena masing-masing direktorat jenderal mempunyai
standar nya masing-masing.
Namun sejak tahun 2007, sudah ada Peraturan Menteri PUPR No
31./PRT/M/2015 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi. Sehingga tidak ada lagi standar ganda yang berbeda -
beda antar Sektor
2) Versi swasta nasional
Versi ini beraneka ragam sesuai selera pengguna jasa/pemilik
proyek.Kadangkadang mengutip standar Departemen atau yang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-7
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

sudah lebih maju mengutip sebagian sistem kontrak luar negeri


seperti FIDIC (Federation Internationale des Ingenieurs Counsels),
JCT (Joint Contract Tribunals) atau AIA (American Institute of
Architecs).Namun karena diambil setengah-setengah, maka wajah
kontrak versi ini menjadi tidak karuan dan sangat rawan sengketa.
Dengan adanya Peraturan Permen PUPR Nomor 31/PRT?M?2015,
Perubahan Ketiga atas Permen PU Nomor 07/PRT/M/2011, tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan
Konsultansi.maka yang dijadikan acuan dalam standar kontrak
adalah sesuai dengan Peraturan Menteri PU tersebut. Jika ada
modifikasi atau perubahan dalam kontrak jasa konstruksi,
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pihak tanpa perlu
ada perubahan drastis dari standar yang telah ditentukan
pemerintah.
3) Versi swasta asing
Umumnya para pengguna jasa/pemilik proyek asing menggunakan
kontrak dengan sistem FIDIC atau JCT. Namun, apabila swasta
asing tersebut melakukan pekerjaan konstruksinya di Indonesia,
maka sudah tentu yang digunakan adalah standar pemerintah
sebagaimana terakhir diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor
31/PRT?M?2015, Perubahan Ketiga atas Permen PU Nomor
07/PRT/M/2011, tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan Konsultansi.

Pada tataran praktis, terdapat 2 (dua) bentuk kontrak konstruksi yang


sering digunakan yaitu Fixed Lump Sump Price dan Unit Price.
Berikut ini adalah penjelasannya:

(a) Fixed Lump Sump Price


Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, terarakhir dirubah melalui
PP Nomor 59 tahun 2010, memberikan definisi lump sump, pada
pasal 21 ayat (1), sebagai berikut:

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-8
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

“Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan lump sump


sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3) huruf a angka 1
merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan
tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses
penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh
penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah”

Selanjutnya dalam penjelasan mengenai pasal 21 ayat (1)


dijelaskan bahwa :
Pada pekerjaan dengan bentuk lump sump, dalam hal terjadi
pembetulan perhitungan perincian harga penawaran, karena
adanya kesalahan aritmatik maka harga penawaran total tidak
boleh diubah. Perubahan hanya boleh dilakukan pada salah satu
atau volume atau harga satuan, dan semua resiko akibat
perubahan karena adanya koreksi aritmatik menjadi tanggung
jawab sepenuhnya penyedia jasa, selanjutnya harga penawaran
menjadi harga kontrak (nilai pekerjaan).”
(b) Unit Price
Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, terarakhir dirubah melalui
PP Nomor 59 tahun 2010 memberikan definisi unit price, pada
pasal 21 ayat (2), sebagai berikut:
Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan harga satuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3) huruf a angka 2
merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang
pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu yang volume pekerjaannya didasarkan
pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang
benar-benar telah dilaksanakan penyedia jasa.”

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-9
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

Selanjutnya dalam penjelasan mengenai pasal 21 ayat (2)


dijelaskan bahwa :
Pada pekerjaan dengan bentuk imbalan harga satuan, dalam hal
terjadi pembetulan perhitungan perincian harga penawaran
dikarenakan adanya kesalahan aritmatik, harga penewaran total
dapat berubah, akan tetapi harga satuan tidak boleh dirubah.
Koreksi aritmatik hanya boleh dilakukan pada perkalian antara
volume dengan harga satuan.Semua resiko akibat perubahan
karena adanya koreksi aritmatik menjadi tanggungjawab
sepenuhnya penyedia jasa. Penetapan pemenang lelang
berdasarkan harga penawaran terkoreksi. Selanjutnya harga
penawaran terkoreksi menjadi harga kontrak (nilai pekerjaan).
Harga satuan juga menganut prinsip lump sump.”

3.3 Latihan
1. Kontrak konstruksi merupakan bagian merupakan hukum perikatan
yang berlaku di Indonesia. Hukum perikatan di Indonesia adalah!
2. Hukum Konstruksi (Construction Law) adalah segala peraturan
perundang-undangan atau ketentuan-ketentuan hukum yang
berhubungan dengan industri jasa konstruksi yang meliputi!

3.4 Rangkuman
Pada pekerjaan dengan bentuk imbalan harga satuan, dalam hal terjadi
pembetulan perhitungan perincian harga penawaran dikarenakan adanya
kesalahan aritmatik, harga penewaran total dapat berubah, akan tetapi harga
satuan tidak boleh dirubah. Koreksi aritmatik hanya boleh dilakukan pada
perkalian antara volume dengan harga satuan.Semua resiko akibat
perubahan karena adanya koreksi aritmatik menjadi tanggungjawab
sepenuhnya penyedia jasa. Penetapan pemenang lelang berdasarkan harga
penawaran terkoreksi. Selanjutnya harga penawaran terkoreksi menjadi
harga kontrak (nilai pekerjaan). Harga satuan juga menganut prinsip lump
sump.”

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-10
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Drs. E. Utrecht, SH. Dalam bukunya “ Pengantar Dalam Hukum Indonesia “,
mengatakan bahwa Hukum adalah himpunan aturan-aturan (perintah-
perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat
dank arena itu harus ditaati oleh masyarakat.

S.M. Amin, SH. Dalam bukunya “ Bertamasya ke Alam Hukum “ mengatakan


bahwa Hukum dirumuskan sebagai kumpulan aturan-aturan yang terdiri dari
norma-norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan mengadakan ketertiban
dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban dapat
terpelihara dengan baik.

JCT. Simorangkir, SH & Woerjono Sastropranoto, SH. Dalam bukunya “


Pelajaran Hukum Indonesia “ mengatakan bahwa Hukum adalam aturan-
aturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, dimana pelanggaran terhadap aturan-aturan tersebut akan
berakibat diambilnya tindakan, yaitu hukuman tertentu.

4.2 Tindak Lanjut


Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami detail pengantar hukum kontrak dan
ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang
komprehensif mengenai materi tersebut.

Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-1
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

DAFTAR PUSTAKA

Soekarsono Malangjoedo. “Algemene Voorwarden ( AV ) 41”.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999, Tentang Jasa


Konstruksi

PP Nomor 29 tahun 2000, tentang penyelenggaraan jasa konstruksi, dan


perubahannya terarakhir melalui Nomor 59 tahun 2010

Perpres Nomor 54 Tahun 2010, Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan


perubahannya terarakhir melalui Perpres Nomor 4 tahun 2015

Permen PUPR Nomor 31/PRT?M?2015, Perubahan Ketiga atas Permen PU Nomor


07/PRT/M/2011, tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dan Konsultansi.

H. Nazarkhan Yasin . “ Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia “.

Robert D Gilbreath (1992) “ Managing Construction Contracts “.

Mc Neill Stokes (1977) “ Construction Law in Contractors Languange “.

R. Wiryono Prodjodikoro “ Perbuatan Melanggar Hukum”

Modul/bahan ajar Hukum Kontrak PISK PSDA.

Modul/bahan ajar Hukum Kontrak Pusdiklat PUPR.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii
Modul 2 Pengantar Hukum Kontrak

GLOSARIUM

SSKK : Syarat-Syarat Khusus Kontrak


SSUK : Syarat-Syarat Umum Kontrak
SPPBJ : Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
BAHP : Berita Acara Hasil Pelelangan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi ix

Anda mungkin juga menyukai