Anda di halaman 1dari 10

SAE (Satuan Acara Edukasi)

Nama Penyuluhan /Topik : ARDS (Acute Respiratory Distress


Syndrome)
Pokok Bahasan : Pemaparan ARDS (Acute
Respiratory Distress Syndrome) pada Keluarga pasien di ICU
Sub Pokok Bahasan : Definisi, penyebab, tanda dan gejala,
tatalaksana ARDS dan ICU
Sasaran : Keluarga pasien ARDS di ICU Rumah
Sakit Syaiful Anwar Malang
Waktu : Selasa/04 Februari 2020
Tempat : Ruang Edukasi RSSA

Latar Belakang
Acute Respiratory Distress Sydrome (ARDS) merupakan
suatu kondisi kegawat daruratan di bidang pulmonology yang
terjadi karena adanya akumulasi cairan di alveoli yang
menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas sehingga
distribusi oksigen ke jaringan menjadi berkurang. ARDS adalah
salah satu penyakit paru akut yang memerlukan perawatan di
Intensive Care Unit (ICU) dan mempunyai angka kematian yang
tinggi yaitu mencapai 60%. Sedangkan data mortalitas dari kejadian
ARDS di Amerika adalah sebanyak 40% dari keseluruhan kasus
yang ditemukan. Oleh karena itu, perlunya edukasi mengenai ARDS
pada keluarga pasien untuk memberikan gambaran kondisi klien
agar keluarga dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk
mempercepat kesembuhan pasien dengan Acute Respiratory
Distress Sydrome (ARDS).
Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan edukasi, diharapkan keluarga dapat
memahami arti dari ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrom) atau kegagalan nafas akut, penyebab ARDS, tanda
dan gejala ARDS, dan penatalaksanaan ARDS serta kondisi
pasien saat ini.

b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti edukasi ini, keluarga diharapkan mampu:

a. Menjelaskan arti dari ARDS.


b. Menyebutkan penyebabnya dari ARDS
c. Menyebutkan tanda dan gejala dari ARDS
d. Menjelaskan penatalaksanaan dari ARDS
e. Menjelaskan kembali kondisi dari pasien ARDS
Materi
Susunan materi yang akan diberikan
Sasaran dan Tempat Kegiatan
Sasaran : Keluarga pasien ARDS di ICU Rumah Sakit
Syaiful Anwar Malang
Jumlah : 2 orang
Tempat : Ruang Edukasi RSSA
Metode : Ceramah
Alat yang digunakan : Leaflet
Durasi : 40 menit
Kegiatan
No Susunan Kegiatan pengajar Waktu Media
Kegiatan
1 Pembuka Salam 5 menit Leaflet
Penyampaian tujuan
Kontrak waktu
Pretest
2 Isi 1. Isi materi ceramah 30 menit Leaflet
a. Menjelaskan
pengertian/definisi
ARDS
b. Tanda dan gejala ARDS
c. Penyebab ARDS
d. Tatalaksana ARDS
3 Penutup Kesimpulan 5 menit Leaflet
Diskusi dan tanya jawab
Post test
Kontrak pertemuan berikutnya

Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
- Peserta hadir di tempat edukasi
- Penyelenggaraan edukasi dilaksanakan di ruangan RSSA
b. Evaluasi proses
- Peserta antusias terhadap materi edukasi
- Peserta menyimak dan memperhatikan edukasi
- Tidak ada peserta yang meninggalkan ruang edukasi
- Peserta bertanya dan menjawab pertanyaan dengan benar
c. Evaluasi hasil
- Peserta dapat menyebutkan Definisi, Tanda dan gejala,
penyebab, penatalaksanaan serta kondisi yang dialami
pasien ARDS.
Sumber Pustaka
1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3279495/ di
akses pada 03 Februari 2020
2. DIAMOND, M., FELICIANO, H. L. P., SANGHAVI, D. &
MAHAPATRA, S. (2020) Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK436002/. (Online).
Diakses pada 01 Februari 2020
3. HARMAN, E. M. (2018) Acute Respiratory Distress Syndrome.
https://emedicine.medscape.com/article/165139-overview.
(Online). Diakses pada 01 Februari 2020
4. PRATISSA, A. & DEFRIN (2018) ARDS+TB Paru Kasus Baru
dalam Pengobatan OAT Kat 1 Fase Intensif pada G6P5A0H5
Gravid 27-28 Minggu. Jurnal Kesehatan Andalas, 8th.
5. WIDYANINGSIH, P. D. & KOESOEMOPRODJO, W. (2016)
Seorang Perempuan Terinfeksi Tuberkulosis dengan Manifestasi
Sindroma Distres Napas Akut (ARDS). Jurnal Respirasi, 2nd.

Lampiran

1. Materi/Bahan ajar
2. Media edukasi (leaflet)
Lampiran 1 Materi

A. Definisi ARDS
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan
perlukaan inflamasi paru yang bersifat akut dan difus, yang
mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskular paru,
peningkatan tahanan paru, dan hilangnya jaringan paru yang berisi
udara, dengan hipoksemia dan opasitas bilateral pada pencitraan,
yang dihubungkan dengan peningkatan shunting, peningkatan dead
space fisiologis, dan berkurangnya compliance paru. ARDS adalah
kondisi mengancam jiwa yang diakibatkan oleh karena infeksi atau
trauma pada paru. Adanya inflamasi pada parenkim paru akan
mengakibatkan gangguan pertukaran gas, hipoksemia dan kegagalan
fungsi organ.
B. Penyebab dan Faktor Resiko ARDS
ARDS memiliki banyak faktor risiko. Selain karena infeksi
atau aspirasi paru, faktor dari luar paru juga bisa menjadi
penyebabnya meliputi sepsis, trauma, transfusi masif, tenggelam,
overdosis obat, embolisme lemak, menghirup asap beracun, dan
pankreatitis. Penyakit dan / atau cedera ekstra toraks ini memicu
kaskade inflamasi yang berujung pada cedera paru. Beberapa faktor
risiko untuk ARDS meliputi:
a) Usia lanjut
b) Jenis kelamin wanita
c) Merokok
d) Penggunaan alkohol
e) Operasi pembuluh darah aorta
f) Operasi kardiovaskular
g) Cedera otak traumatis
C. Tanda dan gejala ARDS
Gejala klinis ARDS ditandai dengan timbulnya sesak napas akut
yang berkembang dengan cepat setelah kejadian predisposisi seperti
trauma, sepsis, overdosis obat, transfusi masif, pankreatitis, maupun
aspirasi. Pada sebagain besar kasus faktor predisposisi ARDS jelas
didapat, namun pada beberapa kasus (seperti pada overdosis obat)
predisposisis ARDS sulit diidentifikasi. Manifestasi ARDS
bervariasi tergantung pada penyakit predisposisi, derajat injuri paru,
dan ada tidaknya disfungsi organ lainnya.
Pada pemeriksaan fisis ARDS akan didapatkan temuan yang bersifat
non-spesifik seperti takipnea, takikardi dan kebutuhan FIO2 yang
semakin bertambah untuk menjaga agar saturasi oksigen tetap
normal. Karena ARDS sering terjadi pada sepsis, maka hipotensi dan
tanda-tanda vasokonstriksi perifer (akral dingin dan sianosis perifer)
dapat ditemukan. Pada pemeriksaan fisis toraks dapat ditemukan
ronkhi basah bilateral. Suhu pasien dapat febris maupun hipotermia.
Edema paru kardiogenik harus dibedakan dengan ARDS. Pada
ARDS tidak didapatkan gejala dan tanda-tanda gagal jantung (non-
cardiac pulmonary edema) Tanda-tanda gagal jantung harus
diperhatikan dengan baik untuk menyingkirkan diagnosis tersebut
seperti peningkatan JVP, murmur, gallops, hepatomegali dan edema
tungkai.
Tanda dan gejala ARDS dapat bervariasi dalam intensitas,
tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya, serta adanya
penyakit jantung atau paru yang mendasarinya. Mereka termasuk:
 Napas pendek yang parah
 Bersusah payah dan pernapasan cepat luar biasa
 Tekanan darah rendah
 Kebingungan dan kelelahan yang luar biasa

D. Penatalaksanaan ARDS
1. Pembukaan jalan napas dilakukan dengan pemasangan endotrakeal
tube (ETT). Pemberian oksigen dengan sungkup hidung atau wajah
dilakukan untuk menghilangkan hipoksi. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan perfusi ke seluruh jaringan, terapi berhasil jika PaO2
>60 mmHg atau saturasi oksigen arterial (SaO2) >90%. Pemberian
oksigen akan memberikan tekanan positif yang akan membantu
usaha napas dan meringankan kerja otot pernapasan.
2. Pasien yang sangat sulit bernapas yang disertai dengan hiperkapni
dan asidosis respiratorik memerlukan ventilator untuk membantu
pernapasan. Tujuannya adalah meningkatkan PaO2 dan menurunkan
PaCO2. Tube plastik yang dimasukkan melalui hidung atau wajah
dan menuju trakea dihubungkan dengan mesin yang akan
mengalirkan udara ke paru-paru. Mesin ventilator akan mengatur
proses menghirup dan menghembuskan napas pada pasien.
Ventilator akan memompa udara selama beberapa detik untuk
menyalurkan oksigen ke paru-paru pasien, lalu berhenti memompa
agar udara keluar dengan sendirinya dari paru-paru. Penggunaan
mesin ventilator ini cukup rumit, sehingga pemasangan dan
pengaturannya hanya boleh dilakukan oleh dokter dan perawat yang
memiliki kompetensi untuk merawat pasien kritis. Indikasi
pemasangan ventilasi mekanik adalah pertukaran gas yang
memburuk. Pemasangan ventilasi mekanik penting dilakukan pada
pasien pneumonia atau TB yang mengalami hipoksemia dan
hiperkarbia berat.
Selama penggunaan alat ventilator, dapat terjadi beberapa efek
samping, yaitu:
 Luka pada mulut dan tenggorokan akibat tindakan intubasi.
 Infeksi paru-paru, biasanya akibat masuknya kuman melalui
selang pernapasan yang terpasang pada tenggorokan.
 Cedera paru-paru dan kebocoran udara ke rongga di luar
paru-paru (pneumothorax).
 Kehilangan kemampuan untuk batuk dan menelan, sehingga
dahak atau lendir pada saluran napas bisa menumpuk dan
mengganggu masuknya udara. Dokter atau perawat akan
melakukan penyedotan secara berkala untuk mengeluarkan
dahak atau lendir ini.
 Pasien yang terhubung dengan ventilator dan harus berbaring
dalam waktu yang lama berisiko mengalami luka
dekubitus dan gangguan aliran darah
akibat tromboembolisme.
3. Sebagai akibat dari perubahan permeabilitas kapiler, penumpukan
cairan akan mengganggu pertukaran gas. Cairan berlebih akan
meningkatkan tekanan hidrostatis kapiler yang nantinya akan
mengakibatkan edema paru. Karena itu beberapa studi menekankan
manfaat dari restriksi cairan, akan tetapi pemberian cairan akan
memperbaiki cardiac output sehingga perfusi ke perifer lebih baik,
Pada suatu studi oleh FACTT ditemukan penderita dengan restriksi
cairan memiliki durasi pemakaian ventilasi dan perawatan ICU yang
lebih pendek dibandingkan penderita tanpa restriksi cairan akan
tetapi tidak ditemukan perbedaan angka mortalitas antara keduanya.
Daftar pustaka

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3279495/ di akses pada


03 Februari 2020

DIAMOND, M., FELICIANO, H. L. P., SANGHAVI, D. &


MAHAPATRA, S. (2020) Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK436002/.
(Online). Diakses pada 01 Februari 2020
HARMAN, E. M. (2018) Acute Respiratory Distress Syndrome.
https://emedicine.medscape.com/article/165139-overview. (Online).
Diakses pada 01 Februari 2020
PRATISSA, A. & DEFRIN (2018) ARDS+TB Paru Kasus Baru dalam
Pengobatan OAT Kat 1 Fase Intensif pada G6P5A0H5 Gravid 27-28
Minggu. Jurnal Kesehatan Andalas, 8th.
WIDYANINGSIH, P. D. & KOESOEMOPRODJO, W. (2016) Seorang
Perempuan Terinfeksi Tuberkulosis dengan Manifestasi Sindroma
Distres Napas Akut (ARDS). Jurnal Respirasi, 2nd.

Anda mungkin juga menyukai