Anda di halaman 1dari 12

40

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Banjarangkan II.


41

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi data demografi, yang terdiri dari umur, dan

jenis kelamin, seperti pada uraian berikut:


1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur
di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarangkan II

Persentase
No Umur Frekuensi
(%)
1. 1 tahun 10 26,3
2. 2 tahun 14 36,8
3. 3 tahun 9 18,4
4. 4 tahun 4 10,5
5. 5 tahun 3 7,9
Total 38 100
Sumber data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan karakteristik responden

berdasarkan umur, paling banyak usia 2 tahun, yaitu sebanyak 14 orang

(36,8%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarangkan II

Persentase
No Jenis Kelamin Frekuensi
(%)
1. Laki-laki 18 47,4
2. Perempuan 20 52,6
Total 38 100
Sumber data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin, responden paling banyak adalah laki-laki yaitu

berjumlah 20 responden (52,6%).


42

C. Hasil Analisis Variabel Penelitian

1. Pemberian ASI Ekslusif pada Balita


Tabel 5.3
Pemberian ASI Eksklusif pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarangkan II

Persentase
No Pemberian ASI Frekuensi
(%)
1. Tidak diberikan ASI Eksklusif 19 50
2. Diberikan ASI ekslusif 19 50
Total 38 100
Sumber data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan pemberian ASI eksklusif

dengan tidak diberikan ASI eksklusif, masing-masing sebanyak 19 orang

(50%).

2. Angka Kesakitan Balita


Tabel 5.5
Angka Kesakitan pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarangkan II

Persentase
No Angka Kesakitan Frekuensi
(%)
1. Tidak pernah 6 15,8
2. Jarang Sakit 8 21,1
3. Sering Sakit 10 26,1
4. Sangat Sering Sakit 14 36,8
Total 38 100
Sumber data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukkan angka kesakitan pada balita

yang mendapat ASI eksklusif dan tidak mendapat ASI eksklusif yang paling

banyak yaitu sangat sering sakit berjumlah 14 orang (36,8%).

D. Hasil Anlisis hubungaan pemberian ASI Eksklusif dengan angka kesakitan


43

Analisis bivariat untuk menganalisa hubungaan pemberian ASI Eksklusif

dengan angka kesakitan dengan menggunakan uji chi square, dapat dilihat pada

tabel ini:

Tabel 5.5
Hubungaan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Angka Kesakitan
di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarangkan II

Angka Kesakitan
Pemberian Tidak Jarang Sering Sangat Jumlah
p
ASI eksklusif pernah sakit sakit sering sakit
f % f % f % f % f %
Tidak 1 2,6 1 2,6 5 13,2 12 31,6 19 50
diberikan
0,003
Diberikan 5 13,2 7 18,4 5 13,2 2 5,3 19 50
Jumlah 6 15,8 8 21,1 10 26,3 14 36,8 38 100
Sumber data primer (2019)

Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa angka kesakitan dengan kategori

sangat sering sakit, sebanyak 12 orang dengan tidak diberikan ASI eksklusif. Hasil

uji chi square, untuk menganalisis hubungaan pemberian ASI Eksklusif dengan

angka kesakitan, didapatkan p=0,003, berarti ada hubungaan pemberian ASI

Eksklusif dengan angka kesakitan (p value < 0,05).


44

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Interprestasi Penelitian

1. Pemberian ASI Eksklusif pada Balita

Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI eksklusif pada balita

didapatkan sebanyak 19 responden (50%) yang tidak diberikan ASI eksklusif

dan sebanyak 19 responden (50%) yang diberikan ASI eksklusif.

ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan

makanan dan atau minuman lain.(Kemenkes RI,2013). ASI Eksklusif adalah

bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan, tanpa cairan lain seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti

pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim (Weni, 2011). ASI

merupakan makan paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang

paling tinggi. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli gizi

di seluruh dunia, tidak satupun susu buatan manusia yang mampu

menggantikan perlindungan kekebalan tubuh bayi, seperti yang diperoleh dari

kolostrum yaitu ASI, yang dihasilkan hari pertama setelah kelahiran bayi yang

sangat besar manfaatnya, sehingga pemberian ASI merupakan langkah awal


45

membentuk sumber daya manusia yang berkualitas (Krisnatuti & Yenrina,

2003).

Hasil penelitian yang didapatkan didukung oleh Penelitian Winda

Wijayanti (2010) dari 60 bayi responden yang terdiri atas 30 bayi mendapatkan

ASI Eksklusif yang terdiri dari 6 bayi mengalami diare dan 24 bayi tidak

mengalami diare sedangkan 30 bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif yang

terdiri dari 20 bayi mengalami diare dan 10 bayi tidak mengalami diare. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Analinta (2017) terhadap balita di Kelurahan

Ampel Kecamatan Semampir, Surabaya mengungkapkan bahwa dari 39

responden, responden yang melakukan ASI eksklusif sebanyak 69,2% dan

sebanyak 30,8% yang tidak melakukan ASI eksklusif.

2. Angka kesakitan balita yang mendapat ASI Eksklusif dan tidak mendapat

ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan angka kesakitan balita yang mendapatkan

ASI eksklusif dan tidak mendapat ASI eksklusif, sebanyak 6 responden (15,8%)

yang tidak pernah sakit, sebanyak 8 responden (21,1%) yang jarang sakit,

sebanyak 10 responden (26,3%) yang sering sakit dan sebanyak 14 responden

(36,8%) yang sangat sering sakit. Hal ini menunjukkan bahwa angka kesakitan

balita yang mendapatkan ASI eksklusif dan tidak mendapat ASI eksklusif

dikategorikan sangat sering sakit.


46

Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang

paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa

ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan

pertumbuhan intelektual. (Mitayani, 2010). Angka kesakitan balita merupakan

indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak karena nilai

kesakitan merupakan cerminan lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak

balita. Angka kesakitan tertentu juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan

pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor social ekonomi

dan pendidikan ibu (Dwienda, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Analinta (2017) terhadap balita di

Kelurahan Ampel Kecamatan Semampir, Surabaya mengungkapkan bahwa dari

39 responden, responden yang memiliki balita dengan riwayat diare sebanyak

59% dan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit diare sebanyak 41%.

3. Hubungaan pemberian ASI Eksklusif dengan angka kesakitan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kesakitan dengan kategori

sangat sering sakit, sebanyak 12 orang dengan tidak diberikan ASI eksklusif.

Hasil uji chi square, untuk menganalisis hubungaan pemberian ASI Eksklusif

dengan angka kesakitan, didapatkan p=0,003, berarti ada hubungaan pemberian

ASI Eksklusif dengan angka kesakitan (p value < 0,05).

ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap tumbuh

kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yang diberi ASI Eksklusif akan
47

tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak mudah sakit. Hal tersebut

sesuai dengan beberapa kajian dan fakta global. Kajian global “The Lancet

Breastfeeding Series, 2016 telah membukukan 1) Menyusui Eksklusif

menurunkan angka kematian karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia

kurang dari 3 bulan, 2) Sebanyak 31,36% (82%) dari 37,94% anak sakit, karena

dak menerima ASI Ekslusif. Investasi dalam pencegahan BBLR, Stunting dan

meningkatkan IMD dan ASI Eksklusif berkontribusi dalam menurunkan risiko

obesitas dan penyakit kronis (Patal, 2013). Tidak menyusui berhubungan

dengan kehilangan nilai ekonomi sekitar $302 milyar setiap tahunnya atau

sebesar 0-49% dari 5 Pendapatan Nasional Bruto (Lancet, 2016).(Pedoman

Penyelenggaran Pekan ASI Sedunia, 2017).

Kejadian diare paling tinggi terdapat pada anak di bawah 2 tahun

dengan penyebab rotavirus. Anak yang tetap diberikan ASI, mempunyai volume

tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh

dibanding anak yang tidak mendapat ASI. Manfaat ASI, kecuali adanya

antibodi, juga nutrient yang berasal dari ASI. Seperti asam amino, dipeptide,

heksose menyebabkan penyerapan natrium dan air lebih banyak, sehingga

mengurangi frekuensi diare dan volume tinja. Bayi yang diberi ASI ternyata

juga terlindungi dari diare karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri

lebih kecil, mendapatkan antibodi dari Shigela dan imunitas seluler ASI.,

memacu pertumbuhan flora usus yang berkompetensi terhadap bakteri. Adanya

antibodi terhadap Helicobacter jejuni dalam ASI melindungi bayi dari diare
48

oleh mikroorganisme tersebut. Anak yang tidak mendapat ASI mempunyai

resiko 2-3 kali lebih besar menderita diare karena Helicobacter jejuni dibanding

anak yang mendapat ASI. ASI mampu memberi perlindungan baik secara aktif

maupun pasif, ASI juga mengandung zat anti infeksi bayi akan terlindung dari

berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus , jamur atau

parasit. Pemberian ASI sangat dianjurkan, terlebih saat 4 bulan pertama tetapi

bila memungkinkan sampai 6 bulan yang dilanjutkan sampai 2 tahun dengan

makanan padat.

Hasil penelitian yang didapat didukung oleh penelitian Kartika Dewi

(2013) yang menunjukan ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan

frekuensi kejadian sakit di Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman. dengan

tingkat keeratan sedang yaitu 0,465. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Analinta (2017) mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif memiliki

hubungan dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Ampel Kecamatan

Semampir, Surabaya (p=0,001).

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah peneliti belum mengontrol faktor

perancu seperti faktor lain yang mempengaruhi angka kesakitan pada balita,

seperti makanan, kebersihan, pengetahuan, umur, ekonomi dan genetik.


49

C. Implikasi Terhadap Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi perawat di

Puseksmas untuk lebih meningkat asuhan keperawatan kepada ibu yang

mempunyai balita, dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya

pemberian ASI eksklusif kepada balita guna mencegah kesakitan pada balita.

Hasil penelitian ini juga dapat sebagai bahan kajian bagi pengembang ilmu

keperawatan, khususnya sebagai evidence based dalam asuhan keperawatan pada

pada ibu yang mempunyai balita. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan dasar

bagi penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut,

dengan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi angka kesakita pada balita.


50

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan simpulan

sebagai berikut:
1. Pemberian ASI eksklusif pada balita didapatkan masing-masing sebanyak 19

responden (50%) yang tidak diberikan ASI eksklusif dan sebanyak 19

responden yang diberikan ASI eksklusif.


2. Angka kesakita balita didapatkan sebanyak 14 responden (36,8%) dengan

kategori sangat sering sakit.


3. Hasil analisis data menggunakan uji chi square, didapatkan p=0,003, berarti

ada hubungaan pemberian ASI Eksklusif dengan angka kesakitan.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini bagi pelayanan keperawatan agar lebih

meningkatkan pelayanan khususnya dalam asuhan keperawatan pada ibu yang

memeiliki balita dengan memberikan penjelasan kepada orang tua balita untuk

memberikan ASI eksklusif.

2. Bagi Masyarakat
51

Hasil penelitian ini bisa menjadi informasi bagi masyarakat yang

mempunyai balita, tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi balita

guna mengurangi angka kesakitan pada balita.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini bisa menjadi materi tambahan bagi mahasiswa

keperawatan khususnya tentang pemberian ASI ekslusif pada balita dan

kaitannya dengan angka kesakitan pada balita.

4. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, seperti meneliti tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi angka kesakitan pada balita, seperti makanan,

kebersihan, pengetahuan, umur, ekonomi dan genetik.

Anda mungkin juga menyukai