SIKAP KONSUMEN
Oleh :
Kelompok 3
Disusun Oleh:
1. Larasati Malda Putri (1707521001)
2. Ni Putu Isma Cahyanti (1707521002)
3. Ni Kadek Weni Antari (1707521020)
4. Lourenda Gwee (1707521024)
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
POKOK BAHASAN
Sikap (attitude) adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon secara
konsisten terhadap suatu objek yang diberikan, seperti halnya suatu merk. Sikap tergantung
pada sistem nilai dari seorang individu yang mewakili standar pribadi tentang baik dan buruk,
benar dan salah, dan seterusnya, oleh karena itu sikap cenderung lebih tahan lama dan kompleks
dibandingkan dengan kepercayaan (Lamb, Hair, McDaniel, 2001).
Karakteristik Sikap
Yang sangat penting dalam memahami peran sikap dalam perilaku konsumen adalah pengertian
mengenai struktur dan komposisi sikap. Terdapat empat kategori besar model sikap, yaitu:
Kepercayaan merek, evaluasi merek dan maksud untuk membeli merupakan tiga komponen sikap.
Kepercayaan merek adalah komponen kognitif dari sikap, evaluasi merek adalah komponen afektif
atau perasaan, dan maksud untuk membeli adalah komponen konatif atau tindakan. Hubungan
antara ketiga komponen ini dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Komponen Kognitif
Komponen Afektif
Evaluasi merek
Komponen Konatif
Salah satu model sikap yang terkenal adalah model sikap multiatribut Fishbein. Model sikap
Fishbein ini berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap obyek tertentu. Model
ini mengidentifikasi tiga faktor utama untuk memprediksi sikap. Faktor petama, keyakinan
seseorang terhadap atribut yang menonjol dari obyek. Faktor kedua, adalah kekuatan keyakinan
seseorang bahwa atribut memiliki atribut khas, biasanya diketahui dalam bentuk pertanyaan,
misalnya, seberapa setuju bahwa obyek X memiliki atribut Y. Faktor ketiga adalah evaluasi dari
masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol, dimana diukur seberapa baik atau tidak
baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu. Model ini digunakan dengan maksud agar
diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga model Fishbein ini memiliki dua
komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya disajikan
berikut ini :
a) Komponen sikap
Kompenen ini bersifat internal individu, ia berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan
atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku,
karena akan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh
faktor eksternal.
b) Komponen norma subyektif
Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku
individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengkalikan antara nilai kepercayaan
normatif individu terhadap atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut.
Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu kuatnya keyakinan normatif
seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap
obyek. Sedangkan motivasi bersetuju merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju
dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.
Secara singkat terdapat tiga model dalam model sikap sikap multi atribut Fishbein, yaitu:
a) Model sikap terhadap obyek
Digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau merk
spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu..
Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan sebuah objek.
Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya. Konsumen biasanya mempunyai
sikap menyenangkan terhadap merek-merek yang mereka percaya mempunyai sifat
memadai dan mereka nilai positif, dan mereka bisa mempunyai sikap tidak menyenangkan
terhadap meek yang mereka rasa mempunyai sifat yang tidak memadai sesuai dengan
keinginan mereka atau terlalu banyak mempunyai sikap negatif.
b) Model sikap terhadap perilaku,
Lebih digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada sikap
terhadap objek. Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah laku
konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.
c) Teori model tindakan yang beralasan
Sebuah model sikap yang komprehensif dan integrative. Menggambarkan pengintegrasian
komponen sikap secara menyeluruh ke dalam struktur yang dimaksudkan untuk
menghasilkan penjelasan yang lebih baik maupun peramalan yang lebih baik mengenai
perilaku. Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada
tindakan pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan
pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan.
Suatu teori sikap yang dirancang untuk menjelaskan berbagai kasus dimana tindakan atau outcome
tidak pasti, tetapi sebaliknya merefleksikan usaha konsumen untuk mengkonsumsi merupakan
(atau membeli). Dimaksudkan untuk menerangkan berbagai kejadian dari tindakan atau hasil
tindakan yang tidak pasti tetapi sebaliknya kejadian tersebut mencerminkan usaha konsumen untuk
mengkonsumsi atau membeli.
3. PEMBENTUKAN SIKAP
Sumber Pengaruh Terhadap Pembentukan Sikap
Sumber-sumber utama yang mempengaruhi pembentukan sikap konsumen adalah:
a. Pengalaman
Pengalama langsung oleh konsumen dalam mencoba dan mengevaluasi produk dapat
mempengaruhi sikap konsumen terhadap produktersebut.Dengan maksud ini pulalah perusahaan
dalam upaya pemasarannya sering memberikan sampel Cuma-Cuma dank upon diskon bahkan
beberapa merek kopi, teh, madu, dan berbagai daging goreng tepung di tawarkan pada calon
konsumen di mall dan di depan pasar swalayan. Tujuannya adalah agar konsumen mengalami
produk baru dan sesudah itu mengevaluasinya.Bila memuaskan,maka konsumen di harapkan akan
membentuk sikap positif dan mungkin membeli produk tersebut apabila kelak mereka
membutuhkanya.
b. Kepribadian
Keluarga,menurut Kindran dkk (1994) adalah factor penting dalam pembentukan kepribadian dan
selanjutnya pembentukan sikap seseorang.Dalam keluarga itulah,seseorang membentuk nilai –
nilai dasar dan keyakinannya.
Pengaruuh media massa tidak boeh dianggap remeh. Perusahaan menggunakan berbagaimacam
media massa secara efektif untuk mempengaruhi sikap audiens merupakan konsumen atau calon
konsumen perusahaan itu. Sikap dapat terbentuk dari jenis media massa yang digunakan untuk
mengkomunikasikan nformasi tentang produk.
Menjadi kewajiban bagi pemasar untuk bisa setidaknya mempengaruhi sikap konsumen,
yang tentunya pula dengan cara-cara yang sportif lagi halal, bukan dengan cara yang tidak sportif
(curang). Seperti misalnya si pemasar/penjual mencoba menganalisis (riset) kondisi dan situasi
pasar, apa yang sebenarnya di cari dan di minati oleh konsumen, hal-hal apa saja yang mampu
menarik perhatian konsumen. Dari beberapa pertanyaan tersebut, secara otomatis nantinya kita
akan berfikir lebih lanjut dengan mengambil tindakan-tindakan yang kreatif guna mengembangkan
maupun mengevaluasi kinerja pemasaran yang telah dilakukan sebelumnya. Contohnya misalkan,
si pemasar mencoba memberikan kuesioner kepada konsumen mengenai pelayanan yang telah
diberikan, dari situ kedepannya akan dapat diketahui apa sebenarnya yang menjadi kelemahan dan
kelebihan dari si pemasar. Atau mungkin langsung melakukan strategi terhadap penjualan produk
misalnya, dengan mengadakan discout (potongan harga), pemberian bonus untuk konsumen yang
membeli dalam jumlah banyak, jelas hal seperti ini yang dilakukan si pemasar, maka setidaknya
sikap konsumen dapat berubah dengan strategi-strategi pemasaran yang telah diterapkan. Ada
beberapa pendekatan yang digunakan untuk menjalakan strategi ini, Pendekatan ini dikenal
sebagai functional approach dimana sikap dikelompokkan kedalam empat fungsi:
a. Utilitarian function
Sikap yang berfungsi utilitarian terjadi apabila konsumen menggunakan suatu produk atau
brand tertentu karena produkatau brand itu memiliki kegunaan (utility) yang dapat memuaskan
kebutuhannya. Untuk mengubah sikap utilitarian ini pemasar akan menekankan pada kepuasan
dalam penggunaan produk.
d. Knowledge function
Dalam hal ini, orang mempunyi keingintahuan yang besar akan suatu obyek sikap karena
dia percaya bahwa obyek ini dapat mempengaruhi perilaku.
a Menautkan produk dengan suatu kelompok atau peristiwa tertentu, karena sikap paling
tidak sebagian mempunyai hubungan dengan atau juga ditentukan oleh kelompok tertentu atau
peristiwa tertentu.
b. Menghubungan sikap yang sudah ada denagn sikap-sikap yang berlawanan.
c. Mengubah model-model dari model multi atribut, caranya :
Mengubah relative evaluation of attributes
Mengubah brand belief
Menambah dan menggabung suatu atribut
Manambah overall brand rating
Mengubah keyakinan terhadap competitor’s brand yang biasa dilakukan melalui
comparative advertising.
Semua uraian tentang pembentukan dan perubahan sikap tersebut diatas dilandaskan pada
pandangan bahwa konsumen membentuk sikapnya dahulu baru kemudian diikuti dengan tindakan
atau perilaku. Namun ada juga pandangan lain yang mendahulukan perilaku ketimbang sikap.
Berikut penjelasan yang berbeda mengenai mengapa perilaku dapat mendahului pembentukan
sikap :
a. Dissonance Kognitif
Ketidak nyamanan dan ketidakcocokan yang terjadi ketika konsumen mempunyai
pemikiran yang bertentangan mengenai keyakinan atau obyek sikap tertentu. Ketidak cocokan
kognitif yang terjadi setelah pembelian, disebut ketidakcocokan pasca-pembelian.
Jadi dalam hal ketidakcocokan pasca-pembelian, perubahan sikap sering merupakan hasil
dari tindakan atau perilaku tertentu. Pemikiran yang bertentangan atau informasi yang tidak cocok
yang mengikuti suatu pembelian merupakan faktor-faktor utama yang menggiring para konsumen
untuk mengubah sikap mereka sehingga akan cocok dengan perilaku pembeli yang sesungguhnya.
Berbagai cara akan dilakukan oleh konsumen untuk mengurangi ketidakcocokan pasca-pembelian.
b. Attribution theory
Teori kepemilikan sifat tertentu (attribution theory) berusaha menjelaskan cara orang
menentukan sebab akibat (yaitu, menyalahkan atau menghargai) berbagai peristiwa berdasarkan
perilaku mereka sendiri maupun perilaku orang lain. Proses pengambilan kesimpulan mengenai
perilakunya sendiri atau perilaku orang lain merupakan unsur utama dalam pembentukan dan
perubahan sikap. Jadi dengan citra perusahaan yang sungguh-sungguh melayani dengan baik,
maka prilaku dari konsumen tersebut akan baik.
Diilustrasikan sebagai contoh berikut : Joe yang baru saja selesai bermain game dengan
menggunakan computer dan mouse yang berkualitas tinggi. Untuk pertama kalinya dia
memenangkan game tersebut. Sesudah bermain game ia mengatakan pada dirinya sendiri, “Saya
memang hebat.” Pernyataan ini akan menjadi contoh kepemilikan sifat internal. Contoh ini
merupakan pertalian internal karena ia memberikan dirinya sendiri penghargaan untuk hasil
tersebut (karena kemampuan, keterampilan, atau usahanya). Sebaliknya, jika Joe menyimpulkan
bahwa kemenangan itu disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendalinya keberuntungan), ini akan
menjadi contoh kepemilikan sifat eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Schiffman, Leon, Kanuk, Leslie Lazar and Wisenblit, Joseph. 2015. Consumer Behavior. Eleventh
Edition. Boston: Pearson Eduacation