Anda di halaman 1dari 27

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten tlp/Fax.0254.232729

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK PROFESI NERS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. Definisi

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar
kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ
tubuh lainnya (Depkes, 2010). Tuberculosis (TB) adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius
utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi saluran napas bawah, penyakit ini


disebabkan oleh mikro organisme mycobacterium tuberculosis yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke
orang dan mengkolonisasi bronkhiolus atau alveolus. Kuman juga dapat
masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang
tidak pasteurisasi atau kadang melalui lesi kulit (Buku saku patofisiologi,
Elizabeth J. Corwin).
B. Etiologi

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah
dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil
tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis
usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang
berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC
ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui
udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui
benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat
menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi
lambung. (Wim de Jong, 2005).

Dalam perjalanan peyaitnya terdapat 3 fase


1. Fase 1 (Fase Tuberculosis Primer)
Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi
pertahanan tubuh
2. Fase 2 (Fase Laten)
Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur hidup) dan
reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh dan
bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar
limf hilus, leher dan ginal.
3. Fase 3
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke
organ yang lain dan yang kedua keginjal setelah paru
C. Klasifikas

Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu1:


1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
dan lain-lain.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada


Tb Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb
positif.
4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh
lagi.
c. Kasus setelah putus berobat (default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
e. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
(Depkes RI, 2006).

Klasifikasi Tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan


kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru.
2. Bekas tuberculosis.
3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda –
tanda lain positif) TB paru tersangka yang tidak dapat diobati
(sputum BTA negatif dan tanda – tanda lain meragukan) (Depkes
RI, 2006).
1. Klasifikasi TB Paru berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,radiologik
dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena
merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi
terapi.Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru
dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1
kalidisokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik
positif 1 kali.-Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru
aktif
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif,
menunjukkan serial foto yang tidak berubah.Ada riwayat
pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung)

D. Tanda dan Gejala

Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:


1. Seringkali terlihat pada awal perjalanan penyakit seperti batuk lama
lebih dari 1 bulan, malaise, anoreksia, turunnya berat badan. Pada
umumnya febris tidak terlalu tinggi, bersifat remiten dan berkeringat
malam hari.
2. Keadaan paru progresif gejala-gejala lokal seperti
Pada tuberkulosa miller terjadi demam akut, sesak nafas, sianosis lebih
sering pada orang dewasa atau orang tua, hal ini tampak sebagai
penyakit paru yang baru diketahui setelah tiba-tiba memburuk.
3. Peningkatan sel darah putih denan domiinan limfosit pada saat
pemeriksaan darah.

E. Patofisiologi

Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup


basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas
menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk.
Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau
sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui
sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan
korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri),
sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil
dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.
Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi
oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk
menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut
ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi
nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju
(necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya
membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun
tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian
parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak
aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami
ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam
bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan
membentuk jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan
seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses
ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam
sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan
memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu
kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
Patoflow

Pola hidup tidak sehat (perokok aktif, jarang berolahraga)

Metabolisme menurun

Energy untuk tubuh berkurang

Imunitas tubuh menurun

Sistem inum tidak adekuat

Microbacterium tuberkulosa
Masuk kedalam tubuh (paru-paru)

Terinfeksi TB aktif

Basil Tuberkulosis

Memasuki saluran pernafasan

Menembus mekanisme pertahanan


sistem pernafasan

Masuk ke jaringan
paru dan alveoli

Glu focus (kuman dorman)

Perdangan endogen

Inflamasi/peradangan
Tumbuh dan berkembang
Di sitoplasma makrofag

Radang tahunan Pertahanan primer


pada bronkus tidak adekuat

Berkembang Pembentukan tuberkel


Menghancurkan
Jaringan ikat sekitar Menurunnya permukaan Kerusakan membrane
efek paru alveoli
Secret keluar saat
batuk Alveolus mengalami Pembentukan sputum
konsolidasi & eksudasi yang berlebih
Batuk produktif

Gangguan Bersihan Jalan


Doplet infection Pertukaran Gas Nafas Tidak Efektif

Terhirup orang Distensi abdomen


sehat
Mual muntah

Resiko Infeksi
Ketidakseimbangan
Nutrisi dari kebutuhan
tubuh
F. Penatalaksnaan Medik

Pada stadium dini penyakit tuberkulosis biasanya tidak tampak adanya


tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis hanya dapat dilakukan dengan
test tuberkulin, pemeriksaan radiogram dan pemeriksaan bakteriologik.
Manurut CDC suatu kasus tuberkulus dapat dipastikan bila organisme M.
Tuberkulosis dapat didentifikasi, jika bakteri tidak diperoleh, maka laporan
kasus tuberkulosis dianggap benar.

Penatalaksaan pada penderita TBC antara lain :


1. Obat anti TB (OAT)
Pengobatan ada 2 fase yaitu :
a. Fase awal itensif  dengan kegiatan bakterisid untuk
memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat
antara (2-3 bulan).
b. Fase lanjutan melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan
konvensional selama (4-7 bulan).
2. Pembedahan pada TB paru dilakukan bila tahap pengobatan tidak
dapat mengurangi keadaan penderita
3. Adanya suatu strategi yang disebut DOTS (Directly Observed
Treatment Short Course) yang terdiri dari 5 komponen
a. Dukungan politik wilayah tiap jenjang untuk memprioritaskan
program ini.
b. Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TBC
c. Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan
dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan.
d. Pencatatan dengan baik dan benar
e. Paduan obat anti TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis
dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan
pengobatan.
G. Pemeriksaan Penunjang

1) Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-
kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada
saat tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi dengan hitung jenis
pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap
darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit
kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah
mulai turun ke arah normal lagi.
2) Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan.
Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi
terhadap pengobatan yang sudah diberikan.
3) Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang
atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi
BCG dan Myobacteria patogen lainnya.
4) Pemeriksaan Radiologis, Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada
merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis.
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga
mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus
menyerupai tumor paru.
H. Pengkajian Keperawatan

1. Wawancara

a. Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan
terpenting atau keluhan yang sangat dirasakan pasien sampai perlu
pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem
pernapasan secara umum antara lain: Pasien mengeluh sakit di
daerah dada

b. Alasan masuk RS/Riwayat /Kesehatan Sekarang


Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-
ditailnya yang meliputi Palliative, Quality atau Quantity, Region,
Skala, dan Timing dan semuanya di buat diriwayat penyakit
sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari
gejala awal sampai sekarang.
Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi
memberikan dampak terhadap pernapasan, berapa lama dan
apakah terdapat perubahan pola napas ? Bagaimana aktifitasnya?
Pekerjaannya, lingkungan, gaya hidup ?. Pengkajian ini akan
memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan
intervensi yang tepat sesuai dengan kondisi pasien.
.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu bertujuan untuk menggali
berbagai kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini,
tanyakan penyakit yang berkaitan dengan sistem pernapasan yang
pernah dialami sebelumnya

.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi tentang riwayat kesehatan keluarga yang terkait dengan
penyakit yang diturunkan, ditularkan, penyakit karena pola diet
yang salah dalam keluarga atau penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan lingkungan.

e. Genogram
Gambarkan genogram sesuai garis keturunan pasien dan berikan
arsir atau tanda yang berbeda antara pasien dan anggota keluarga
yang sudah meninggal atau anggota keluarga yang memiliki
penyakit yang sama dengan pasien.

2. PemeriksaanFisik

a. Inspeksi
 Konjungtiva an anemis, sclera an ikterik
 Tidak terdapat pernafasan cuping hidung
 Respirasi : 20 x/menit, iramanya normal dan tidak cepat
 Bentuk dada simetris
 Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
 Pernafasan perut (+)
 Tidak terdapat clubbing finger
b. Palpasi
 Saat mengkaji fremitus vocal, terdapat perbedaan getaran,
paru-paru di sebelah kiri teraba lebih lemah.
c. Perkusi
 Pada saat dilakukan perkusi tidak terdapat perubahan bunyi
resonan ke pekak yang signifikan.
d. Auskultasi
 Auskultasi 10 titk baik di posterior dan identifikasi suara nafas
tambahan seperti wheezing dan ronchi.
I. Analisa Data

No Data Analisa Data & Patoflow Diagnosa


Keperawatan
1 - Suara nafas tambahan Pola hidup yang tidak sehat Bersihan jalan nafas
- Perubahan frekuensi (lingkungan, olahraga, ) tidak efektif
nafas
- Perubahan irama nafas Metabolism menurun
- Sianosis
- Kesulitan berbicara Imunitas tubuh menurun
atau mengeluarkan
suara Sistem imun tidak adekuat
- Penururnn bunyi nafas
- Sputum dalam jumlah Mycobacterium
yang berlebiih tuberkulosisi masuk dalam
- Batuk yang tidak tubuh(paru-paru)
efektif
- Gelisah Terinfeksi TB aktif

Basil tuberculosis

Memasuki saluran
pernafasan

Menembus mekanisme
pertahanan sistem
pernafasan

Masuk ke jaringan paru


dan alveoli

Glo focus (kuman dorman)


Peradangan endogen

Inflamasi/peradangan

Tumbuh dan berkembang


di sitoplasma makrofag

Pertahanan primer tidak


adekuat

Kerusakan membrane
alveoli

Pembentukan sputum
berlebihan

Bersihan jalan
nafas tidak efektif

2 - pH darah arteri Pola hidup yang tidak sehat Gangguan


abnormal (lingkungan, olahraga, ) Pertukaran Gas
pH arteri abnormal
- Pernafasan abnormal Metabolism menurun
(mis : kecepatan, irama,
kedalaman) Imunitas tubuh menurun
- Warna kulit abnormal
(mis:pucat, kehitaman) Sistem imun tidak adekuat
- Penurunan karbon
monoksida Mycobacterium
- Dispneu tuberkulosisi masuk dalam
- Sakit kepala sangan tubuh(paru-paru)
bangun
- Hiperkapnia Terinfeksi TB aktif
- Hipoksemia
- Hipoksia Basil tuberculosis
- Nafas cuping hidung
- Takikardi Memasuki saluran
- Gangguan penglihatan pernafasan

Menembus mekanisme
pertahanan sistem
pernafasan

Masuk ke jaringan paru


dan alveoli

Glo focus (kuman dorman)

Peradangan endogen

Inflamasi/peradangan

Tumbuh dan berkembang


di sitoplasma makrofag

Pertahanan primer tidak


adekuat

Kerusakan membrane
alveoli
Menurunnya permukaan
efek paru

Alveolus mengalami
konsolidari & eksudasi

Gangguan
Pertukaran Gas

3 - Bising usus hiperaktif Pola hidup yang tidak sehat Ketidakseimbangan


- Ganggua sensasi rasa (lingkungan, olahraga, ) nutrisi kurang dari

- Kehilangan rambut kebutuhan tubuh

berlebihan Metabolism menurun


- Kesalahan persepsi
- Ketidakmampuan Imunitas tubuh menurun
memakan makanan
- Kram abdomen Sistem imun tidak adekuat
- Kurang informasi
- Kurang minat pada Mycobacterium
makanan tuberkulosisi masuk dalam
- Membrane mukosa tubuh(paru-paru)
pucat
- Nyeri abdomen Terinfeksi TB aktif
- Penurunan beeat badan
dengan asupan Basil tuberculosis
makanan adekuat
- Tonus otot menurun Memasuki saluran
pernafasan

Menembus mekanisme
pertahanan sistem
pernafasan
Masuk ke jaringan paru
dan alveoli

Glo focus (kuman dorman)

Peradangan endogen

Inflamasi/peradangan

Tumbuh dan berkembang


di sitoplasma makrofag

Radang tahunan pada


bronkus

Berkembang
menghancurkan jaringan
ikat sekitar

Sekret keluar saat batuk

Batuk produktif

Doplet infection

Distensi abdomen

Mual muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

4 - Kurang pengetahuan Pola hidup yang tidak sehat Resiko Infeksi


untuk menghindari (lingkungan, olahraga, )
pathogen
- Penyakit kronis (mis: Metabolism menurun
diabetes mellitus)
- Prosedur invasive Imunitas tubuh menurun
- Merokok
- Statis cairan tuhu Sistem imun tidak adekuat
- Perubahan pH sekresi
Mycobacterium
tuberkulosisi masuk dalam
tubuh(paru-paru)

Terinfeksi TB aktif

Basil tuberculosis

Memasuki saluran
pernafasan

Menembus mekanisme
pertahanan sistem
pernafasan

Masuk ke jaringan paru


dan alveoli

Glo focus (kuman dorman)


Peradangan endogen

Inflamasi/peradangan

Tumbuh dan berkembang


di sitoplasma makrofag

Radang tahunan pada


bronkus

Berkembang
menghancurkan jaringan
ikat sekitar

Sekret keluar saat batuk

Batuk produktif

Doplet infection

Terhirup orang sehat

Resiko Infeksi
J. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Aktivitas


Keperawatan
Ketidak efektifan - Respiratory status : Ventilation Airway - Posisikan pasien untuk
bersihan jalan napas - Respiratory status : Airway Manajement emmaksimalkan ventilasi
b.dinflamasi patency - Lakukan fifioterapi dada jika
trakeobronkial, Setelah dilakukan asuhan perlu
pembentukan edema, keperawatan selama 3x24 jam - Keluarkan secret dengna batuk
peningkatan produksi diharapkan bersihan jalan nafas dapat atau suction
sputum ditandai teratasi dengan kriteria hasil : - Auskultasi suara nafas, catat
dengan : - Mendemonstrasikan batuk efektif adanya suara nafas tambahan
dan suara nafas yang bersih, tidak - Berikan bronkodilator bila
ada sianosis dan dyspneu. perlu
- Menunjukan jalan nafas yang - Monitor respirasi dan status
paten (klien tidak tampak O2
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal)
- Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas
Ganguan pertukaran - Respiratory status : gas - Airway - Posisikan pasien untuk
gas b.d Perubahan exchange Manajemnt emmaksimalkan ventilasi
membran alveolus - respiratory status : ventilation - Lakukan fifioterapi dada jika
kapiler, gangguan - vital sign status perlu
kapasitas pembawa Setelah dilakukan asuhan - Keluarkan secret dengna batuk
oksigen darah, keperawatans selama 2x24 jam atau suction
angguan pengiriman gangguan pertukaran gas dapat - Auskultasi suara nafas, catat
oksigen ditandai teratasind dengan kriteria hasil : adanya suara nafas tambahan
dengan : - Mendemonstrasikan peningkatan - Berikan bronkodilator bila perlu
ventilasi dan oksigenasi yang - Monitor respirasi dan status O2
adekuat. - Respiratory - Monitor rata-rata kedalaman,
- Memelihara kebersihan paru-paru Monitoring irama dan usaha respirasi
dan bebas dari tanda-tanda - Catatat pergerakan dada, amati
distrees pernafasan. kesemetrisan, penggunaan otot
- Mendemonstarsikan batuk efektif tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
- Monitor pola nafas : bradipneu,
takipneu, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
- Monitor kelelahan otot
diafragma (gerakan paradorsal)
- Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
Ketidakseimbangan - Nutrisional status : food and fluid - Nutrition - Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari intake manajement - Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh - Nutritional status : Nutrient intake untuk menentukan jumlah kalori
berhubungan dengan - Weight control dan nutrisi yang dibutuhkan
ketidakmampuan pasien
untuk mencerna Setelah dilakukan asuhan - Anjurkan pasien untuk
makanan keperawatan selama 2 x 24 jam, meningkatkan protein dan
diharapkan nutrisi kurang dari vitamin C
kebutuhan tubuh dapat teratasi - Berikan informasi tentang
dengan kriteria hasil : kebutuhan nutrisi
- Adanya peningkatan berat badan - Kaji kemampuan pasien untuk
sesuai dengan tujuan mendapatkan nutrisi yang
- Berat badan ideal sesuai dengan dibutuhkan
tinggi badan - Nutrition - BB pasien dalam batas normal
- Mampu mengidentifikasi monitoring - Monitor adanya penurunan berat
kebutuhan nutrisi badan
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Monitor lingkungan selama
- Menunjukan peningkatan fungsi makan
pengecapan dari menelan - Monitor turgor kulit
- Tidak terjadi penurunan berat - Monitor mual dan muntah
badan yang berarti - Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral
Resiko infeksi - Immune Status - Infection - Bersihkan lingkungan setelah
berhubungan dengan - Knowledge : Infection Control control dipakai pasien lain
pengetahuan yang - Risk Control - Intruksikan kepada pengunjung
tidak cukup untuk untuk mencuci tangan saat
menghindari Setelah dilakukan asuhan berkunjung dan setelah
pemanjanan patogen keperawatan selama 2 x 24 jam, berkunjung meninggalkan
diharapkan resiko infeksi dapat pasien
diatasi dengan kriteria hasil : - Cuci tangan sebelum dan
- Klien bebas dari tanda dan gejala sesudah tindakan keperawatan
infeksi - Tingkatkan intake nutrisi
- Mendeskripsikan proses - Berikan terapi antibiotic bila
penularan penyakit, factor yang perlu
mempengaruhi penularan serta - Infection - Monitor tanda dan gejala infeksi
penatalaksanaannya protection sistemik dan local
- Menunjukan kemampuan untuk - Monitor kerentanan terhadap
mencegah timbulnya infeksi infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas - Batasi pengunjung
normal - Pertahankan tekhnik aseptic
- Menunjukan prilaku hidup sehat pada pasien yang beresiko
- Dorong masukan nutrisi yang
cukup
- Intruksikan pasien untuk
meminum antibotik sesuai resep
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2001.


Depkes RI. 2010. TBC Masalah Kesehatan Dunia.
www.bppsdmk.depkes.go.id.
Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC,
1992
Masjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta, FKUI Media
Aesculapius, 2000.
Price, Sylvia A. dkk; Patofisiologi Edisi 4. jakarta, EGC, 1995
Swearingen; Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2, Jakarta EGC,
2001.
Hudan Amin dan kusuma hardi Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC, 2015
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan,
Edisi 8. EGC. Jakarta.
Soemantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Wong donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Alih
bahasa: Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Widagdo. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TBC.
etd.repository.ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai