Anda di halaman 1dari 2

Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut maka disusunlah kebijakan

pembangunan dalam upaya memperdayakan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi
sebagai rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) secara nasional untuk tahun 2004-
2009.

Pada era reformasi ini dihadapi oleh berbagai tantangan baik secara internal maupun
secara eksternal. Secara internal sekarang yaitu menyongsong pelaksanaan otonomi daerah,
dan secara eksternal dihadapi oleh globalisasi ekonomi dengan perdagangan bebas.

Pada era reformasi ini MPR telah menetapkan politik ekonomi nasional, yaitu dengan
Tap MPR Nomor XVI/1998, selain itu juga tentang reformasi pembangunan yaitu TAP MPR
Nomor XV tentang otonomi daerah.

Meningkatnya penerimaan daerah dari pengelolaan sumber daya alam di daerah-daerah


sebagai hasil pelaksanaan UU Nomor 25/1999 yang telah diubah menjadi UUNomor 33/2004
akan mampu meningkatkan APBD perkapita.

Secara eksternal Indonesia menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi. Indonesia


sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa lepas dari putaran roda kegiatan ekonomi
secara internasional yang penuh dengan berbagai dinamika. Kesiapan dalam menghadapi
globalisasi dan liberalisasi ekonomi yang dimulai dari pelaksanaan AFTA (Asean Free Trade
Area) tahun 2003, APEC (Asia Pasific Economic Organization) dan era perdagangan bebas secara
total dari WTO (World Trade Organization) ke depan, merupakan tantangan berat dan tidak
bisa dihindari. Bagi Indonesia ini merupakan masalah serius karena pada saat yang sama sedang
dihadapkan pada berbagai permasalahan ekonomi, politik dalam negeri yang berkepanjangan
dan tidak mudah penyelesaiannya.
Pada waktu terjadi krisis ekonomi masih ada pilar-pilar kecil yang cukup tangguh dan
mampu bertahan menghadapi goncangan krisis dan menjadi penyangga ekonomi nasional,
yaitu para pengusaha mikro, kecil dan menengah, serta koperasi.

Esensi perdagangan bebas yang sedang diciptakan oleh banyak negara yang ingin
lebih maju ekonominya adalah menghilangkan sebanyak mungkin hambatan
perdagangan internasional. Koperasi produsen terutama koperasi pertanian memang
merupakan koperasi yang paling sangat terkena pengaruh perdagangan bebas dan
berbagai liberalisasi. Secara umum koperasi di dunia akan menikmati manfaat besar
dari adanya perdagangan bebas, karena pada dasarnya perdagangan bebas itu akan
selalu membawa pada persaingan yang lebih baik dan membawa pada tingkat
keseimbangan harga yang wajar serta efisien.
Implementasi undang-undang otonomi daerah, akan memberikan dampak positif bagi
koperasi dalam hal alokasi sumber daya alam dan pelayanan pembinaan lainnya,
namun koperasi akan menghadapi masalah denga pemerintah daerah.

Adanya perdagangan bebas, liberalisasi, dan implementasi undang – undang otonomi


daerah dapat berpengaruh negatif pada organisasi koperasi, diantaranya :

 Produksi barang yang dihasilkan oleh anggota koperasi tidak lagi dapat menikmati
perlindungan seperti semula dan harus dibuka untuk pasaran impor dari negara lain yang
lebih efisien.
 Masalah yang lebih intensif dengan pemerintah daerah dalam bentuk penempatan
lokasi investasi dan skala kegiatan koperasi. Karena azas efisiensi akan mendesak
koperasi untuk membangun jaringan yang luas dan mungkin melampaui batas daerah
otonom.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, yakni
koperasi produksi harus merubah strategi kegiatannya. Bahkan mungkin harus me-
reorganisasi kembali supaya kompatibel dengan tantangan yang dihadapi. Untuk
koperasi produksi di luar pertanian memang cukup sulit untuk dilihat arah pengaruh dari
liberalisasi perdagangan terhadapnya. Karena segala sesuatunya akan sangat tergan-
tung di posisi segmen mana kegiatan koperasi dibedakan dari para anggotanya.
Industri kecil misalnya sebenarnya pada saat ini relatif berhadapan dengan pasar yang
lebih terbuka. Artinya mereka terbiasa dengan persaingan dengan dunia luar untuk
memenuhi pemintaan ekspor maupun berhadapan dengan barang pengganti yang
diimpor. Namun cara-cara koperasi juga dapat dikerjakan oleh perusahaan bukan
koperasi.

Pendekatan pengembangan koperasi sebagai instrumen pembangunan terbukti


menimbulkan kelemahan dalam menjadikan dirinya sebagai koperasi yang memegang
prinsip-prinsip koperasi dan sebagai badan usaha yang kompetitif. Reformasi
kelembagaan koperasi menuju koperasi dengan jati dirinya akan menjadi agenda
panjang.

Dukungan yang diperlukan bagi koperasi untuk menghadapi berbagai rasionalisasi


adalah keberadaan lembaga jaminan kredit bagi koperasi dan usaha kecil di daerah.
Dengan demikian kehadiran lembaga jaminan akan menjadi elemen terpenting untuk
percepatan perkembangan koperasi di daerah. Lembaga jaminan kredit yang dapat
dikembangkan Pemerintah Daerah akan dapat mendesentralisasi pengembangan
ekonomi rakyat dan dalam jangka panjang akan menumbuhkan kemandirian daerah
untuk mengarahkan aliran uang di masing-masing daerah. Dalam jangka menengah
koperasi juga perlu memikirkan asuransi bagi para penabung.

Anda mungkin juga menyukai