Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan
rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.Pada makalah ini
kami membahas tentang “Konsep Dasar Asuhan Neonatus”.
Guna memenuhi tugas Asuahan Neonatus yang di berikan oleh dosen pengajar. Semoga
dengan tersusun makalah ini dapat bermanfaat dan mendorong minat membaca kita sebagai
mahasiswa untuk lebih belajar atau memahami isi makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan ,maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca
makalh ini. Akhir kata semoga ini dapat berguna terkhusus dalam pengembangan pelayanan
kesehatan.

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………..
1.2 Tujuan ……………………………………………………………..
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kelainan – kelainan pada bayi lahir ………………………………………………
2.2 macam – macam trauma pada bayi baru lahir ……………………………………..
2.3 Neonatus resiko tinggi ………………………………………………………….
2.4 Penyakit yang lazim terjadi pada neonatus ……………………………………….

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memberikan asuhan kepada neonatus dan bayi dengan masalah serta permasalahannya,
memberikan asuhan pada neonatus dengan jejas persalinan.Memberikan asuhan pada
neonatus dengan kelainan bawaan dan pelaksanaanya. Memberikan asuhan pada bayi dengan
risiko tinggi dan pelaksanaanya. Sebagai seorang bidan perlu mengetahui berbagai masalah
yang terjadi pada neonatus agar bisa memberikan asuhan yang tepat dan tidak keliru.

1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui kelainan-kelainan pada bayi baru lahir


 Untuk mengetahui macam-macam trauma pada bayi baru lahir
 Untuk mengetahui Neonatus resiko tinggi
 Untuk mengethaui Penyakit Yang Lazim Terjadi pada Neonatus

1.2 Rumusan Masalah


 Apa saja yang termasuk kelainan-kelainan pada bayi baru lahir
 Apa saja yang termasuk macam-macam trauma pada bayi baru lahir
 apa saja yang termasuk neonatus resiko tinggi
 Apa saja yang termasuk penyakit yang lazim terjadi pada neonatus

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kelainan-kelainan pada bayi baru lahir

Kelainan-kelainan pada Bayi

Tak selamanya buah hati yang kita damba-dambakan terlahir normal. Apa saja kelainan
yang sering diderita bayi baru lahir? Pada tulisan ini, kita akan sama-sama mengenali
kelainan yang disebut Down's syndrome, cerebral palsy (kelumpuhan akibat cedera otak
besar), unenchepalus (tak punya tulang tengkorak bagian atas), serta penyakit jantung
bawaan.

Down's syndrome

Down's syndrome atau sindroma Down (SD) ditemukan oleh John Langdon Down,
seorang dokter Inggris pada tahun 1966. Penyebabnya adalah 'kelebihan jumlah'
kromosom nomor 21 pada sel tubuh anak. Normalnya, tubuh manusia memiliki miliaran
sel yang masing-masing mempuyai pusat informasi genetika yang disebut kromosom.
Sebagian besar sel tubuh mengandung 23 pasang kromosom.
Istilah medisnya Trisomy 21. Kelebihan kromosom ini menimbulkan guncangan sistem
metabolisme dalam sel, yang mengakibatkan SD. SD sendiri memunculkan kelambatan
mental pada penderita, meski tak tertutup kemungkinan penderita memiliki kecerdasan
normal atau bahkan di atas rata-rata.

Cacat Jantung Bawaan

Dari setiap 100 bayi, ditemukan satu bayi yang lahir dengan jantung tak normal. Kelainan
semacam ini disebut 'cacat jantung bawaan'. Ada bermacam-macam jenisnya. Misalnya,
kegagalan pemisahan empat bilik pada jantung dan pembuluh besar yang dihasilkannya.
Pada beberapa bayi, terbentuk lubang di sekat pemisah yang seharusnya masif, pembuluh

4
darah yang seharusnya tertutup ternyata terbuka, atau pembuluh darah yang salah
sambung.

Jenis cacat jantung bawaan lainnya: ruang jantung terlalu sempit, arteri utama hampir
tertutup, katup jantung tak normal dan bocor, serta penyempitan aorta atau batang nadi.
Pada kasus penyempitan aorta atau batang nadi, aorta sangat menyempit pada satu
tempat. Akibatnya, pasokan darah beroksigen ke seluruh tubuh menurun. Bilik jantung
sebelah kiri dipaksa bekerja lebih keras, sehingga timbullah tekanan darah tinggi.

2. Trauma pada bayi baru lahir

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik
yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada
masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau
perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat
terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan
sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.

Insidensi

Insidensi trauma lahir sekitar 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Sebanyak 5-8 per 100.000
lahir meninggal akibat trauma mekanik dan 25 per 100.000 lahir meninggal akibat trauma
anoksik.

5
Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain :
 Makrosomia
 Prematuritas
 Disproporsi sefalopelvik
 Distosia
 Persalinan lama
 Persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)
 Persalinan dengan sectio caesaria
 Kelahiran sungsang
 Presentasi bokong
 Presentasi muka
 Kelainan bayi letak lintang

Beberapa kelainan pada bayi baru lahir akibat trauma lahir adalah sebagai berikut:

Perlukaan jaringan lunak

a. Perlukaan kulit

Kelainan ini mungkin timbul pada persalinan yang mempergunakan alat-alat


seperti cunam atau vakum. Infeksi sekunder merupakan bahaya yang dapat timbul
pada kejadian ini. Karena itu, kebersihan dan pengeringan kulit yang terluka perlu
diperhatikan. Bila perlu dapat juga digunakan obat-obat antiseptik lokal. Biasanya
diperlukan waktu 6-8 minggu untuk penyembuhan.

6
b. eritema, ptekiae, abrasi, ekimosis dan nekrosis lemak subkutan

Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan ini yaitu presentasi muka dan
persalinan yang diselesaikan dengan ekstraksi cunam dan ekstraksi vakum.
Kelainan ini memerlukan pengobatan khusus dan menghilang pada minggu
pertama.

c. Perdarahan subaponeurotik

Perdarahan ini terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya vena-vena yang


menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di dalam tengkorak.
Perdarahan dapat terjadi pada persalinan yang diakhiri dengan alat, dan biasanya
tidak mempunyai batas tegas, sehingga kadang-kadang kepala berbentuk
asimetris. Kelainan ini dapat menimbulkan anemia, syok, atau hiperbilirubinemia.
Pemberian vitamin K dianjurkan pada perdarahan ringan,dengan dosis 1-2 mg/kg
BB/hari selama tiga hari dan transfuse darah bila diperlukan.

e. Caput Succedaneum

Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada
persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir,
tak berbatas tegas dan melewati batas sutura. Kelainan ini biasanya ditemukan
pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada
bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh
darah. Caput Succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya
menghilang setelah 2-5 hari.

7
f . Cephal hematoma

Istilah cephal hematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang


tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas pada
tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya,sering
ditemukan pada tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada
persalinan biasa, tetapi lebih sering paada persalinan lama atau persalinan yang
diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum.

g. Perdarahan subkonjungtiva

Keadaan ini sering ditemukan pada bayi, baik pada persalinan biasa maupun pada
yang sulit. Darah yang tampak di bawah konjungtiva biasanya diabsorpsi lagi
setelah 1-2 minggu tanpa diperlukan pengobatan apa-apa. (3,8,11)

Patah tulang

a. Fraktur klavikula

Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru lahir,yang mungkin terjadi
apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada
kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada kelahiran
sungsang. Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang
terkena, krepitasi, ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit

8
pada bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi
tersebut. Diagnosis dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan
sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat
dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.

b. Fraktur humeri

Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi
puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan
ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut
menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya imobilisasi lengan
dengan mengikat lengan ke dada, dengan memasang bidai berbentuk segitiga dan bebat
Valpeau atau dengan pemasangan gips. Dan akan membaik dalam waktu 2-4 minggu.

c. Fraktur tulang tengkorak

Kebanyakan fraktur tulang tengkorak terjadi akibat kelahiran pervaginam sebagai akibat
penggunaan cunam atau forceps yang salah, atau dari simpisis pubis, promontorium, atau
spina ischiadica ibu pada persalinan dengan diproporsi sefalopelvik. Yang paling sering
adalah fraktur linier yang tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan,
serta fraktur depresi yang biasanya kelihatan sebagai lekukan pada kalvarium yang mirip
lekukan pada bola pingpong. Semua fraktur ini harus direposisi untuk menghindari
cedera korteks akibat tekanan yang terus-menerus dengan menggunakan anesthesi lokal
dalam minggu pertama dan segera setelah kondisi bayinya stabil.

9
d. Fraktur femoris

Kelainan ini jarang terjadi, dan bila ditemukan biasanya disebabkan oleh kesalahan
teknik dalam pertolongan pada presentasi sungsang. Gejala yang tampak pada penderita
adalah pembengkakan paha disertai rasa nyeri bila dilakukan gerakan pasif pada tungkai.
Pengobatan dilakukan dengan melakukan traksi pada kedua tungkai, walaupun fraktur
hanya terjadi unilateral. Penyembuhan sempurna didapat setelah 3-4 minggu pengobatan.

e. Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Kelainan ini jarang ditemukan dan biasanya terjadi jika dilakukan traksi kuat untuk
melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk melahirkan bahu pada
presentasi kepala. Fraktur atau dislokasi lebih sering pada tulang belakang servikal
bagian bawah dan torakal bagian atas. Tipe lesinya berkisar dari perdarahan setempat
hingga destruksi total medulla spinalis pada satu atau lebih aras (level) cerebral. Keadaan
bayi mungkin buruk sejak kelahirannya, disertai depresi pernafasan, syok dan hipotermia.
Kalau keadaannya parah dapat memburuk dengan cepat sampai menimbulkan kematian
dalam beberapa jam. Pada bayi yang selamat, pengobatan yang dilakukan bersifat
suportif dan sering terdapat cedera permanen.

Perlukaan susunan saraf

a. Paralisis nervus facialis

Kelainan ini terjadi akibat tekanan perifer pada nervus facialis saat kelahiran. Hal ini
sering tampak pada bayi yang lahir dengan ekstraksi cunam Kelumpuhan perifer ini
bersifat flasid, dan bila kelumpuhan terjadi total, akan mengenai seluruh sisi wajah
termasuk dahi. Kalau bayi menangis, hanya dapat dilihat adanya pergerakan pada sisi
wajah yang tidak mengalami kelumpuhan dan mulut tertarik ke sisi itu. Pada sisi yang

10
terkena gangguan, dahinya licin, mata tidak dapat ditutup, lipatan nasolabial tidak ada
dan sudut mulut kelihatan jatuh. Kelainan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa
tindakan-tindakan khusus.

b. Paralisis nervus frenikus

Gangguan ini biasanya terjadi di sebelah kanan dan menyebabkan terjadinya paralisis
diafragma. Kelainan sering ditemukan pada kelahiran sungsang. Kelainan ini biasanya
menyertai paralisis Duchenne – Erb dan diafragma yang terkena biasanya diafragma
kanan. Pada paralisis berat bayi dapat memperlihatkan sindroma gangguan pernafasan
dengan dispneu dan sianosis. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan röntgen foto
torak atau fluoroskopi dimana diafragma yang terganggu posisinya lebih tinggi.
Pengobatan biasanya simptomatik. Bayi harus diletakkan pada sisi yang terkena
gangguan dan kalau perlu diberi oksigen. Infeksi paru merupakan komplikasi yang berat.
Penyembuhan biasnya terjadi spontan pada bulan ke-1 samapi ke-3.

d. Paralisis pita suara

Kelainan ini mungkin timbul pada setiap persalinan dengan traksi kuat di daerah leher.
Trauma tersebut dapat mengenai cabang ke laring dari nervus vagus, sehingga terjadi
gangguan pita suara (afonia), stridor pada inspirasi, atau sindroma gangguan pernafasan.
Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya dalam waktu 4-6 minggu dan kadang-
kadang diperlukan tindakan trakeotomi pada kasus yang berat.

e. Kerusakan medulla spinalis

Kelainan ini ditemukan pada kelahiran letak sungsang, presentasi muka atau presentasi
dahi. Hal ini terjadi akibat regangan longitudinal tulang belakang karena tarikan,
hiperfleksi, atau hiperekstensi pada kelahiran. Gejala yang ditemukan tergantung dari
bagian medulla spinalis yang terkena dan dapat memperlihatkan sindroma gangguan
pernafasan, paralisis kedua tungkai, retensio urine, dan lain-lain. Kerusakan yang ringan

11
kadang-kadang tidak memerlukan tindakan apa-apa, tetapi pada beberapa keadaan perlu
dilakukan tindakan bedah atau bedah saraf.

3. Neonatus resiko tinggi

BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Bayi baru lahir dengan BB saat lahir kurang dari 2500gr. Bila berat kurang dari 1500
gram digolongkan dalam BBLSR (bayi berat lahir sangat rendah)
Bentuk klinik

Prematuritas murni (BBLR dengan masa getasi < 37 minggu) -Dismatur (BBLR kecil
masa kehamilan/ masa getasi > 37 minggu. Masa gestasi < 37 minggu Kepala lebih
besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin Lanugo (bulu-bulu
halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak
subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar. Genetalia belum sempurna, pada wanita
labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun. Tulang
rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna. Pembuluh darah kulit
banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu
belum terbentuk dengan baik, Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan
lemah, Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
apnea, otot masih hipotonik Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan
batuk belum sempurna. Dismaturitas Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis Jaringan lemak di bawah kulit tipis,
bayi tampak gesit, aktif dan kuat Tali pusat berwarna kuning kehijauan

4. Penyakit Yang Lazim Terjadi pada Neonatus

INFEKSI/SEPSIS
Sepsis adalah istilah bagi infeksi berat. Anak-anak tertentu berisiko besar
mengalaminya. Sepsis disebabkan oleh mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.

12
Namun, sepsis berbeda dari penyakit infeksi biasa. Infeksi biasa hanya menyerang daerah
yang terkena infeksi. sepsis berarti bakteri penyebab infeksi ditemukan dalam peredaran
darah. Ini mengakibatkan infeksi bisa terjadi di seluruh organ tubuh.

Sepsis Neonatorium
Sepsis neonatorium adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh
tubuh bayi baru lahir. Terjadi kurang dari 1% pada bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri ini 5x lebih sering terjadi
pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2x lebih sering
menyerang bayi laki-laki.
Gejala Bayi Sepsis
Gejala yang umum adalah bayi tampak lesu, tidak kuat mengisap ASI, denyut
jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala lainnya adalah gangguan
pernapasan, kejang, jaundice (sakit kuning), muntah, diare, perut kembung, kadang juga
ditemukan bercak-bercak merah di kulit. Akibat Beragam gejala tersebut tergantung pada
sumber infeksi dan penyebarannya. Misal, infeksi pada tali pusat (omfalitis) bisa
menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar. Infeksi pada selaput otak
(meningitis) atau abses otak bisa menyebabkan koma, kejang, dan opistotonus (posisi
tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun. Infeksi pada tulang
(osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang
terkena. Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri
tekan, dan sendi yang terkena teraba hangat. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa
menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.

IKTERUS (penyakit kuning)


Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih)
menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang
baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% – 50%
pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak
normal) misalnya akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis

13
Penyebab Ikterus
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
 Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis)
yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi
dengan ibunya.
 Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi
liver.
 Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat
bilirubin.
 Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena
infeksi atau kerusakan sel liver).

Penatalaksanaan

1. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih
dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
2. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin.
Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter
akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai.
3. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin,
fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.

KEJANG

Kejang terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu tertentu
tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam yaitu tingginya
suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang
demam (convalsio febrillis) atau stuip/step. Masalahnya, toleransi masing-masing anak
terhadap demam sangatlah bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam
pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak

14
yang toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau
lebih.
Ciri – Ciri Kejang
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang
terkena kejang demam. Di antaranya:
 kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan
kejang-kejang selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas
 Gigi terkatup
 Muntah
 Tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
 Pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air
besar/kecil.
 Pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu
kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.

KEJANG TANPA DEMAM


“Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu
tinggi atau bisa juga tanpa disertai demam.” Kejang yang disertai demam disebut kejang
demam (convalsio febrilis). Biasanya disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si
kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi saluran pernapasan, radang telinga, infeksi
saluran cerna, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan kejang tanpa demam adalah kejang
yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-anak. Kondisi kejang umum
tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas.

Penyebab
“Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak,
atau faktor keturunan,” penjabarannya satu per satu di bawah ini :
 Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu
fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang. Contoh, akibat trauma
lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau
kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).

15
 Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat
muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang lama, kurang
asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan
metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi
dan cacat bawaan.
 Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya
berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang
tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada
karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.

GANGGUAN PERNAPASAN / respiratory distress syndrome (RDS)

Penyakit saluran pernapasan adalah salah satu penyebab kesakitan dan


kematian yang paling sering pada anak terutama pada bayi. RDS adalah
perkembangan yang immature pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disease.
RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan
tanda-tanda takipnea (>60 x/menit), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang
menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang
spesifik. Sindrom gawat nafas pada neonatus (SGNN) atau respiratory distress
syndrome (RDS), merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperapnea.

Eiologi
penyebab gangguan pernafasan pada bayi baru lahir antara lain:
 Obstruksi jalan nafas
 Penyakit parenkim paru-paru
 Kelainan perkembangan organ
 Kelainan susunan saraf pusat, asidosis metabolic, asfiksia Patofisiologi

16
Diarea epidemic
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan
atau tanpa lendir darah. Diare dapat juga didefenisikan sebagai suatu kondisi
dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair
dikeluarkan tiga kali atau lebih perhari. Diare merupakan salah satu gejala dari
penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.

PENUTUP

Kesimpulan

17

Anda mungkin juga menyukai