Disusun oleh :
dr. Berlian Permata Sakti
Pendamping :
dr. Sri Kayati
NIP. 19710820 200604 2 020
PUSKESMAS KLEGO I
KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP
2018-2019
HALAMAN PENGESAHAN
A. Latar Belakang
Masa anak anak merupakan fase awal kehidupan, sangat bergantung
dengan bantuan orang lain, dipenuhi rasa ingin tahu, aktif serta penuh
harapan. Perlakuan khusus dibutuhkan sesuai masa tumbuh kembangnya.
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah yang utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan
anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi
penerus memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa.
Lima tahun pertama kehidupan adalah saat perkembangan otak yang
paling baik dan sangat sensitif terhadap stimulasi, hal ini menunjukkan
apabila pada usia lima tahun awal kehidupan ini manusia dapat
mengoptimalkan perkembangan otak dengan baik maka akan mempengaruhi
kehidupannya seutuhnya. Sebaliknya apabila lima tahun awal kehidupan ini
tidak dioptimalkan atau terjadi gangguan maka kehidupannya selanjutnya
juga akan terkena imbasnya.
Deteksi tumbuh kembang anak yang dilakukan di Jakarta dalam rangka
peringatan Hari Anak Nasional Juli 2010 pada 400 anak usia 0-6 tahun,
ditemukan 50 (12,5%) anak dengan kelainan tumbuh kembang. Kelainan
tumbuh kembang yang paling banyak ditemui adalah Delayed Development
sebanyak 22 anak, Global Delayed Development sebanyak 4 anak, gizi
kurang sebanyak 10 anak, mikrochepali sebanyak 7 anak dan anak yang tidak
mengalami kenaikan berat badan dalam beberapa bulan terakhir sebanyak 7
anak. (Lestari, 2011)
Gangguan perkembangan pada anak di bawah usia lima tahun atau
balita adalah salah satu hal yang menjadi sorotan dunia, terbukti dengan poin
ketiga dari SDGs yaitu ensure healty lives and promote well-being for all at
all ages. Walaupun sudah menjadi salah satu perhatian dunia, namun hal ini
masih menjadi salah satu masalah di dunia yang belum terselesaikan. Pada
tahun 2016 masih terdapat 52,9 juta anak balita dengan gangguan
perkembangan. Gangguan penglihatan adalah yang terbanyak, disusul
gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan, dan autisme. Gangguan
perkembangan meningkat tajam di Afrika bagian sahara (71,3 %) dan di
Afrika bagian utara serta Timur Tengah (7,6 %), Asia Selatan memiliki angka
prevalensi terbesar gangguan perkembangan balita sedangkan Amerika
bagian utara terendah. Angka prevalensi sebesar 52,9 juta tersebut tidak
terpaut jauh oleh angka prevalensi gangguan perkembangan pada tahun 1990
yaitu 53 juta anak balita, hal ini menunjukkan perhatian dunia terhadap
masalah ini masih belum cukup. (Global Research on Developmental
Disabillities Collaborators, 2018)
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). SDIDTK
adalah salah satu program Departemen Kesehatan yang telah dikembangkan
sejak tahun 1988 dalam upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Hal
ini merupakan salah satu hak dasar anak sesuai dengan Undang-undang
Nomor 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dan Konvensi Hak-hak
anak tahun 1989/1990. SDIDTK dapat diselenggarakan di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar atau fasilitas lainnya seperti posyandu, Bina Keluarga Balita,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) jalur formal dan non formal. (Depkes,
2010)
Indonesia sebagai salah satu pelaksana SDGs tentunya mempunyai
program tersendiri untuk mengatasi gangguan perkembangan anak balita,
dengan berdasarkan SK No. 284/MenKes/SK/III/2004 tentang Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), sejalan dengan upaya strategis desentralisasi
dengan cara meningkatkan kemandirian keluarga dan masyarakat dalam
memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak melalui penggunaan buku
KIA, maka tahun 2006-2009 dikembangkan model peningkatan penggunaan
buku KIA oleh masyarakat melalui Kelas Ibu Balita.
Kelas Ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak
usia 0 sampai 5 tahun secara bersama sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar
pengalaman akan pemenuhan pelayananan kesehatan, gizi dan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator. Dengan adanya
program kelas ibu balita tersebut diharapkan ibu menjadi lebih peka terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga angka gangguan
perkembangan anak dapat menurun, khususnya di Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
1. Tumbuh kembang
a. Pengertian Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang
berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan
ukuran .
2) Perkembangan
Perkembangan (development) merupakan perubahan dan
perluasan secara bertahap.
b. Tumbuh kembang bayi dan balita
Pertumbuhan memiliki arti bertambahnya jumlah dan ukuran sel
alat tubuh sehingga tubuh bertambah besar. Misalnya, bayi saat lahir
beratnya 3,5 kg, kemudian pada usia 1 tahun menjadi 11 kg atau
rambut bayi bertambah panjang dan lebat. Sedangkan yang dimaksud
dengan istilah perkembangan ialah bertambah matangnya fungsi alat
tubuh, termsuk fungsi intelektual, emosi dan kepribadian. Sebagai
contoh usus bayi yang baru lahir belum matang fungsinya, enzim
pencernaannya belum cukup sehingga belum dapat mencerna
makanan padat. Seiring bertambahnya usia, ukuran usus akan
bertambah besar dan enzim pencernaannya makin matang sehingga
dapat mencerna makanan setengh padat atau makanan padat. Hal ini
pulalah yang menyebabkan jenis makanan yang dapat diberikan
kepada bayi berubah secara bertahap sesuai dengan bertambahnya
usia. Bayi dan anak kecil juga belum mempunyai rasa malu karena
aspek psikososialnya belum berkembang, namun rasa malu dan
pengertian mengenai tata krama akan berangsur berkembang sejalan
dengan bertambahnya usia dan pengalaman dalam berhubungan
dengan orang – orang dalam lingkungannya.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada bayi dan
balita
1) Faktor genetik
Faktor bawaan tidak dapat diubah tetapi dapat diupayakan dengan
penyediaan lingkungan yang baik.
2) Faktor lingkungan
Faktor yang bersal dari luar dirinya seperti, orangtua. Faktor
lingkungan mencakup aspek kebutuhan fisik, aspek asih (kasih
sayang) dan aspek asuh (pendidikan dan pergaulan)
3) Faktor gizi
Pertumbuhan memerlukan makanan bergizi dalam jumlah yang
seimbang antara kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air.
d. Perubahan pada bayi dan balita :
1) Tinggi tubuh
Pertumbuhan tinggi tubuh anak satu dengan lainnya berbeda.
Misalnya, bayi baru lahir berukuran 43 sampai 52 cm, dalam 2
tahun pertumbuhan tinggi badannya sangat cepat.
2) Berat tubuh
Berat badan bayi lahir sekitar 3 sampai 4 kg. pada usia 4 bulan,
berat badan anak 2 kali dari berat lahirnya dan pada umur 1 tahun
beratnya 3 kali berat lahir, pada usia 3 tahun beratnya bertambah
dengan cepat dan pada usia 5 tahun beratnya bisa mencapai 5 kali
dari berat lahirnya.
e. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi
sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri,yaitu :
1) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi
sampaimaturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
dan lingkungan.
2) Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju
tumbuh kembang yang berlainan organ-organ.
3) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi
kecepatannya berbedaantara anak satu dengan lainnya.
4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf.
5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
7) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai. Yang perlu di
ingat mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
setiap anak adalah individu yang unik, karean adanya faktor
bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan
pemcapaiannya kemampuan dalam nerkembangnya juga berbeda.
Tetapi akan tetap menuruti patokan umum.
f. Jenis – jenis stimulasi yang dibutuhkan oleh anak
1) Stimulasi aspek fisik
Rangsangan untuk fisik bayi dan balita amat diperlukan, karena
pada usia mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik sangat
pesat. Melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti berlari,
berjalan, menari akan sangat membantu perkembangan mereka.
2) Stimulasi aspek emosi
Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar, bahagia dan sedih.
Dengan menghiburnya pada saat menangis karena mainannya
rusak akan membantu. Ajari pula mereka untuk berbagi dengan
teman sebayanya, misalnya dengan bernagi mainan, sehingga
dapat menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi dan berperilaku
menyenangkan.
3) Stimulasi aspek spiritual
Ajarilah anak untuk berdoa dengan menggunakan kata-kata yang
sederhana, mengucapkan terimakasih kepada tuhan atas makanan,
hari yang indah, dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
hari itu. Akan membuat anak semakin peka. Ajak juga mereka ke
tempat ibadah, dan membacakan dongeng dan kisah-kisah para
nabi juga akan membantu meningkatkan moral.
4) Stimulasi aspek intelektual
Rangsangan intelektual dapat dilakukan dengan sering
memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan permainan,
dan rekreasi bersama, dan juga dengan rajin menjawab
keingintahuan anak. Jadi sebagai orangtua juga harus rajin belajar
agar sanggup memenuhi dan menjawab keingintahuan anak
dengan baik dan benar.
5) Stimulasi aspek social
Anak pun harus diajari untuk peka terhadap lingkungan
sekitarnya. Membantu menjaga adik, membantu orangtua yang
sedang sibuk, akan merangsang kepekaan alaminya. Agar
stimulasi ini dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh
melupakan istirahat yang cukup dan asupan nutrisinya. Gizi yang
baik amat sangat dibutuhkan oleh anak, karena mereka sedang
berada dalam masa pertumbuhan. Jadi asupan nutrisi tentunya
amat dibutuhkan untuk perkembangan fisik, daya tahan tubuh,
pencernaan, dan juga tentunya untuk perkembangan otak mereka.
g. Gangguan tumbuh kembang anak
Tujuh gangguan tumbuh kembang anak yang perlu diketahui :
1) Gangguan bicara dan bahasa,
2) Cerebral palsy, merupkan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh
yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel – sel
motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh.
3) Sindrom down, individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas,
4) Parawakan pendek, penyebabnya dapat dikarenkan variasi normal,
ganggua gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik, atau karena
kelainan endokrin.
5) Gangguan social, marupakan gangguan perkembangan pada anak
yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun
6) Retardasi mental, merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensia yang rendah ( IQ < 70 ) yang masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal.
7) Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ( GPPH ),
merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
pemusatan perhatian yang seringkali disertai hiperaktivitas.
SCORE
SCORE untuk monitoring
1 2 3
Cukup Baik Sangat baik
8. Pelatihan a. Penjelasan 18 a. Meningkatkan Kader Seluruh kader - Materi Dokter Kader dukuh puskes
Kader keberlanjutan janua pengetahuan dukuh dukuh wates tumbuh internship, wates timur mas
Wates program kelas ri para kader wates timur desa kembang kader semangat dalam
Timur desa ibu balita 2019 tentang timur desa bade balita bukuh berlatih
Bade b. Pelatihan pentingnya bade wates menyampaikan
langsung tumbuh timur desa materi kelas ibu
kader kelas kembang Bade balita
ibu balita oleh balita
dokter b. Melatih ibu
internship kader dalam
menyampaik
an materi
kelas ibu
balita
c. Memberikan
gambaran
mengenai
program
kelas ibu
balita
9. Kegiatan a.Mengikuti 19 a.Mengetahui Ibu yang Semua ibu - Materi Dokter a. Peserta hadir puskes
posyandu kegiatan Janua dan memiliki balita dan Makanan intersip, dalam kegiatan mas
balita posyandu ri mengikuti balita pendamping sehat bidan posyandu rutin
b.Pemberian 2019 seluruh rentan serta para bergizi desa, sebesar 50%
materi rangkaian umur 0-5 kader desa kader desa b. Peserta
c.Pemberian acara tahun bade mengikuti
imunisasi posyandu seluruh
d.pelaksanaan b. meningkatkan rangkaian acara
Kelas Ibu Balita pengetahuan, c. peserta
sikap dan mengetahui
pola perilaku pentingnya
ibu balita tumbuh kembang
dalam upaya anak
tumbuh d. peserta
kembang bersedia hadir
anak yang dalam kelas ibu
optimal balita di bulan
c. membangun berikutnya
rasa
keingintahua
n untuk ikut
serta dalam
kelas ibu
balita
10 Kelas ibu Pelaksanaan 19 a. kader Ibu yang Semua ibu - Materi Dokter a.para kader Posya
. balita program kelas janua secara mandiri memiliki balita dan Makanan intersip, secara mandiri ndu
ibu balita ri memberikan balita pendamping sehat bidan dapat dan
1. kotak 2019 informasi rentan bergizi desa, menjalankan mandi
kembang tumbuh umur 0-5 kader desa program kelas ri
2.kotak pintar kembang tahun Permainan ibu balita
3. kotak main balita sesuai edukatif(y b. dokter
Secara terbagi usia ang dibuat internship
1.Kelas A (0- b. dari bahan sebagai
1tahun) meningkatkan bekas pengawas selama
2.Kelas B (1-2 pengetahuan, pakai) kegiatan
tahun) sikap dan pola berlangsung
3.Kelas C (2-5 perilaku ibu c.peserta hadir
tahun) balita dalam dalam kelas ibu
upaya tumbuh balita
Secara mandiri kembang anak b.peserta
oleh kader desa yang optimal mengikuti
c. Meningkatkan seluruh
pengetahuan rangkaian acara
mengenai c. peserta
media antusias dalam
edukatif kegiatan tanya
dalam jawab dan
perkembanga berperan aktif
n balita selama acar
d.bermain berlangsung
sambil belajar d. peserta
dengan bersedia hadir
melibatkan dalam kelas ibu
seluruh balita balita di bulan
sesuai usia berikutnya
H. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pelaksanaan Program Kelas Ibu Balita
Pelaksanaan program kelas ibu balita dilakukan di dukuh Wates
Timur, desa Bade, kecamatan Klego dalam delapan kali pertemuan.
Pelaksanaan kegiatan ini disampaikan secara langsung atau dengan metode
direct communication-face to face communicatio. Berikut merupakan
waktu pelaksanaan kelas ibu balita di desa Bade.
Tabel 1. Data pelaksanaan program Kelas Ibu Balita
Pelaksanaan Tanggal Kegiatan
Ke 1 16 Oktober 2018 Posyandu balita dukuh wates
Ke 2 19 November 2018 Posyandu balita dukuh wates
Ke 3 20 November 2018 Pertemuan seluruh kader kec. Klego
Ke 4 21 Desember 2018 Posyandu dan kelas ibu balita
Ke 5 24 Desember 2018 Pertemuan seluruh kader desa Bade
Ke 6 26 desember 2018 Pembuatan video permainan
Ke 7 17 Januari 2019 Pelatihan kader dukuh wates timur
Ke 8 19 Januari 2019 Pelaksanaan kelas ibu balita mandiri
SCORE
Keterangan
1 2 3
Cukup Baik Sangat baik
J. KESIMPULAN
1. Pelaksanaan kelas ibu balita di dukuh Wates Timur desa Bade dapat
berjalan secara mandiri dengan pelatih ibu kader dan didampingi oleh
dokter internship.
2. Para kader dukuh Wates Timur, desa Bade sangat baik dan kompak
sehingga menambah keberhasilan berjalannya program ini. Meskipun
terdapat beberapa kader yang masih belum percaya diri untuk menjadi
pelatih.
3. Ibu dan balita di dukuh Wates Timur, desa Bade sangat aktif dalam
berpartisipasi dan sangat baik dalam diskusi serta dalam berjalannya
program. Terdapat beberapa ibu-ibu yang tidak mengikuti kegiatan ini
dikarenakan pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan.
K. SARAN
1. Diadakan pertemuan rutin ibu kader dengan ibu bidan desa untuk belajar
bersama mempersiapkan materi yang akan disampaikan. Kegiatan ini
dilakukan menjelang diadakannya kelas ibu balita.
2. Ibu kader yang bertugas sebagai pelatih diharapkan dapat bergantian.
Sehingga setiap ibu kader dapat menjadi pelatih yang mahir dalam kelas
ibu balita.
3. Kegiatan kelas ibu balita kedepannya dapat terus berjalan dan semakin
berinovasi dengan kegiatan-kegiatan dan permainan balita yang lebih
mengasyikkan.
4. Ibu-ibu kader dapat melakukan inovasi seperti pelatihan pembuatan
menu MPASI, membuat permainan edukasi bersama-sama dari barang
bekas, dan lain sebagainya.
5. Perlu direncakan kedepannya menggunakan tempat yang lebih luas,
seperti rumah warga atau balai desa Bade.
6. Diharapkan kegiatan kelas ibu balita dapat dijalankan di dukuh-dukuh
lain di desa Bade.
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI KEGIATAN
Kegiatan Posyandu balita
Kelas B
Kelas C
Lembar monitoring evaluasi berkelanjutan tiap 6 bulan/1x
C ( 2-5 tahun)